Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Samidi
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam usianya yang lebih kurang 1200 tahun. candi Borobudur sebelum dipugar pada tahun 1975 sampai dengan 1982, mengalami kerusakan berupa kemelesakan dan kemiringan dinding-dinding candi berikut pagar langkannya. Kerusakan tersebut juga sekaligus menyebabkan kehilangan sebagian besar batu-batu pagar langkan. Untuk penyelamatan sementara. sejak awal abad ini sampai menjelang pemugarannya yang kedua pada tahun 1975 sebagian besar pagar langkan yang telah tidak utuh lagi tersebut diturunkan demi penyelamatannya. Ketidakutuhan 'batu pagar langkan tersebut diperparah lagi ketika candi Borobudur menjadi obyek kunjungan. khususnya ketika Indonesia masih menjadi jajahan Belanda. Banyak batu candi Borobudur yang dibawa ke negeri Belanda serta diberikan kepada tamu. misalnya raja Siam yang berkunjung ke candi Borobudur pada tahun 1896. Selain itu penduduk di sekitar candi Borobudur juga ikut mengambil batu-batu candi untuk kepentingan mereka. Jumlah batu pagar langkan yang hilang mencapai ± 30% atau sekitar 27.530 balok; sementara batu lepas yang ditemukan kembali berjumlah 12.762 balok. Upaya pencocokan batu lepas tersebut telah dilakukan sejak 1969 sampai sekarang. namun keherhasilannya kecil. karena baru dapat mengembalikan 299 balok.
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Sri Redjeki
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai perkembangan permukiman di Situs Bonang melalui kajian Arkeologi Ruang (spatial archaeology). Penekanan utama penelitian ini adalah pada persebaran sumur-sumur kuno yang cukup banyak jumlahnya (85 buah sumur). Dengan melalui pendekatan arkeologi ruang, maka selain memperhatikan persebaran sumur tersebut, diperhatikan pula hubungan antara sumur-sumur tersebut dengan benda-benda arkeologis yang berada di dalam satuan ruang yang sama. Hubungan_hubungan tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran lentang perkembangan pola pemukiman di Situs Bonang.

Penelitian ini diawali dengan analisis khusus (specific analysis) alas sumur-sumur tersebut, untuk mengenal lebih jauh bentuk dan dimensinya. Analisis khusus atas artefak merupakan upaya yang sering dan biasa dilakukan. Namun analisis khusus atas fitur nampaknya belum terlalu sering dilakukan. Dengan landasan bahwa fitur merupakan artefak yang tidak dapat dipindahkan (tanpa merusak matriksnya), maka analisis alas fitur harus dianggap setara dengan analisis terhadap artefak. analisis khusus yang dilakukan meliputi bentuk dan ukuran sumur, analisis ikatan bata, analisis kualitas air dan analisis tinggi air di dalam sumur. Setelah dilakukan analisis khusus, ternyata kronologi relatif dapat diketahui pada sumur berdasarkan bentuknya, yaitu bentuk segi empat (tipe 1), bentuk bulat (tipe 2) dan bentuk gabungan dimana bentuk bulat selalu di atas bentuk segi empat (tipe 3). Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa sumur tipe 1 memiliki masa pembuatan yang lebih awal dibandingkan dengan sumur tipe 2.

Berdasarkan asumsi tersebut, diperhatikan pula hubungan-hubungan sumur-sumur tersebut dengan keletakan obyek-obyek arkeologi yang terdapat di sekitarnya, seperti misalnya mesjid, makam dan jalan raya. Dengan demikian akan diperoleh sumur tipe mana yang lebih berorientasi pads mesjid, makam ataupun jalan raya. Dan juga dapat diperoleh gambaran mengenai perkembangan permukiman masa lalu di Situs Bonang berdasarkan kronologi relatif yang diperoleh melalui pengamatan bentuk sumur.

Penelitian ini selain menggunakan konsep Arkeologi Ruang, juga menggunakan metode penelitian dari ilmu geografi, yaitu metode analisis tetangga terdekat. Hasil dari metode analisis tetangga terdekat ini dinyatakan dalam 3 macam pola umum yaitu mengelompok (clustered), acak (random) dan teratur (regular). Di situs ini sumur-sumur tipe 1 cenderung mengelompok, khususnya terhadap mesjid, sedangkan sumur-sumur tipe 2 cenderung berada disepanjang ruas jalan raya.

Berdasarkan hasil semua analisis yang diterapkan dapat disimpulkan bahwa pada awalnya pemukiman di situs Bonang berorientasi dan berkembang di sekitar mesjid, dan kemudian terjadi reorientasi, yaitu pemukiman tersebut cenderung berkembang di sepanjang ruas jalan.
1995
S12131
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roseri Rosdy Putri
Abstrak :
ABSTRAK Mesjid merupakan bangunan suci tempat melaksanakan ibadah bagi umat Islam dan segala macam kegiatan yang berhubungan dengan agama Islam. Tidak seperti dalam agama Hindu yang membutuhkan kitab Cilpasastra untuk membangun bangunan sucinya, agama Islam tidak mempunyai suatu kitab khusus berisi peraturan-peraturan pembangun_an sebuah mesjid. Sebuah mesjid selain dibangun sebagai tempat yang bersih dan suci, bangunan mesjid haruslah menghadap ke kiblat, ke arah di mana semua umat Islam menghadap pada waktu sedang melaksanakan shalat. Menurut Abdul Rochym dan Aboebakar, pembangunan sebuah mesjid di suatu daerah, selain mengikuti peratur_an pembuatan bangunan mesjid secara umum, bangunan mesjid tersebut pasti mendapat pengaruh dari arsitektur bangunan tradisional daerah yang bersangkutan. Peneli_tian terhadap arsitektur Mesjid Raya Bingkudu yang terletak di desa V_Suku Candung Bawah, Kecamatan IV Angkat Candung, Kabupaten Agam, Bukit Tinggi, belum banyak dilakukan. Penelitian ini dilakukan terhadap Mesjid Raya Bingkudu dan bertitik tolok dari pendapat yang diajukan oleh Abdul Rochym dan Aboebakar di atas. Untuk mengkaji pendapat tersebut, dilakukan anali_sis perbandingan antara Mesjid Raya Bingkudu dengan bangunan tradisional rumah gadang. Analisis dilakukan dengan melihat variabei-variabei yang dimiliki oleh bangunan-bangunan yang akan diperbandingkan tersebut. Variabel-variabel yang diperbandingkan meliputi. (1) Lantai, (2) Tiang, (3) Anjungan, (4) Atap, (5) Tangga dan Batu Tapakan, (6) Ukiran Kayu. Untuk melihat keku_naan pada Mesjid Raya Bingkudu dilakukan analisis per_bandingan dengan bangunan mesjid kuna di Indonesia secara umum. Variabel yang diperbandingkan meliputi (1) Fondasi Bangunan, (2) Denah bangunan, (3) Atap Bangunan, (4) Kolam, (5) Menara. Hasil analisis di atas memperlihatkan bahwa ternya_ta Mesjid Raya Bingkudu memiliki beberapa variabel yang sama seperti yang dimiliki oleh bangunan mesjid kuna di Indonesia umumnya. Selain itu bagian-bagian dari bangun_an Mesjid Raya Bingkudu memiliki bentuk dan fungsi yang sama pula dengan bangunan rumah gadang. Oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwa Mesjid Raya Bingkudu merupakan salah satu mesjid kuna di Indonesia yang dalam pembangu_nannya mendapat pengaruh dari arsitektur daerah, dalam hal ini rumah gadang. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Abdul Rochym dan Aboebakar.
1990
S11884
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library