Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Puspitorini
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini mengeksplorasi fungsi afiks verbal ma-, -um-, mang-, -in-, ka- dalam struktur internal kata dan klausa. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fungsional dan metode analisis morfologi sintaksis. Data diambil dari teks prosa Jawa Kuno  diparwa yang diperkirakan disusun pada akhir abad 10. Data dari dua sumber lain, yaitu, Wirāṭaparwa dan Bhīsmaparwa digunakan sebagai pelengkap. Analisis data dilakukan dengan melihat fungsi afiks ma-, -um-, mang-, -in-, ka- dalam struktur internal kata dan korelasinya dengan ciri valensi sintaktis dalam struktur internal klausa. Temuan yang diperoleh dari analisis struktur internal kata adalah (i) afiks ma-,-um-, mang-, -in-, ka- bersifat derivatif karena mengubah makna leksikal dan kelas kata morfem dasar menjadi verba berargumen satu atau dua; (ii) afiks ma-,- um-, mang- membentuk verba berargumen satu, sedangkan afiks -um-, mang-, -in- , ka- membentuk verba berargumen dua. Sebagai pembentuk verba berargumen dua, afiks -um-, mang- juga memiliki fungsi sebagai pemarkah diatesis aktif, sedangkan afiks ?in-, ka- sebagai pemarkah diatesis pasif. Verba berargumen satu dikaji berdasarkan makna aspektual inheren verba. Temuan yang dihasilkan adalah ada dua kelompok verba berafiks, yaitu (i) verba berafiks ma- yang keberlangsungan situasinya bersifat nondinamis (nondynamic situation), (ii) verba berafiks ?um- dan mang- yang keberlangsungan situasinya bersifat dinamis (dynamic situation). Verba yang menyatakan situasi nondinamis dibedakan menjadi dua, yaitu verba statif (keberlangsungannya bersifat tetap) dan verba statis (keberlangsungannya bersifat sementara). Perbedaan verba statif dari verba statis terkait dengan analisis afiks verbal dalam struktur internal klausa yang menghasilkan temuan sebagai berikut. Klausa dengan predikat berupa verba statif tidak dapat diperluas dengan unsur sintaktis lainnya, sedangkan predikat berupa verba statis dan dinamis dapat diikuti unsur sintaktis lain. Verba berargumen dua dikaji berdasarkan ciri ketransitifannya. Afiks ma- cenderung membentuk verba transitif yang tidak mendasar (non-prototypical transitive verbs) dibandingkan afiks ?um- dan mang-. Secara semantis verba macenderung memiliki kadar ketransitifan yang rendah. Sebaliknya, afiks mangcenderung membentuk verba berciri transitif yang prototipikal, yaitu (i) memiliki agen yang melakukan tindakan dengan sengaja dan aktif, (ii) memiliki pasien yang konkret dan terkena tindakan, (iii) verba menyatakan peristiwa berubah dengan cepat, terbatas, tuntas. Oleh karena itu, subjek klausa berpredikat verba mang- cenderung merupakan agent active. Ciri semantis tersebut menjadi pembeda yang paling menonjol antara verba mang- dan verba ?um-. Subjek klausa berpredikat verba ?um- cenderung merupakan a conscious dative. Analisis verba berafiks pada struktur internal klausa menghasilkan temuan dua tipe klausa, yaitu (i) klausa yang urutan predikat dan subjeknya tersela konstituen sintaktis lain, dan (ii) klausa yang urutan predikat dan subjeknya tidak tersela konstituen sintaktis lain. Perbedaan tersebut berkaitan dengan jenis klausa ditinjau berdasarkan ada tidaknya partikel topikal dalam klausa. Klausa berpola predikat subjek yang tidak tersela konstituen lain dapat menjadi klausa topikal, sedangkan klausa berpola predikat subjek yang tersela konstituen lain tidak dapat menjadi klausa topikal. Temuan tersebut memperlihatkan perbedaan jenis klausa yang dipicu oleh kebutuhan pada tingkat sintaktis dan pragmatik wacana. Temuan penelitian ini berimplikasi pada kajian linguistik bahasa Jawa Kuno dalam hal dua aspek tinjauan afiks verbal, yaitu kata dan klausa. Afiks verbal bahasa Jawa Kuno tidak hanya merupakan kesatuan bentuk dan makna dengan morfem dasar yang diimbuhinya, tetapi juga merupakan kesatuan bentuk dan makna yang berkorelasi dengan ciri sintaktis verba berafiks yang dibentuknya
ABSTRACT
This research investigates the functions of Old Javanese verbal affixes ma- -um-, mang-, -in-, and ka- in the internal structure of words and clauses. This qualitative research utilizes functional approach and morphological-syntactical method for analysis. Data were taken from an Old Javanese prose text  diparwa which was composed approximately in the 10th century. Supplementary data were taken from two other textual sources: Wirāṭaparwa and Bhīsmaparwa. Data were analyzed by examining the functions of affixes ma-, -um-, mang-, -in-, and ka- in the internal structure of words and their correlation with syntactical valency in the internal structure of clauses. Analysis of the internal structure of words yields these following results: (i) affixes ma-,-um-, mang-, -in-, and ka- are derivative in character because they can transform lexical meanings and the part of speech of a basic morpheme into a verb with one or two arguments; and (ii) affixes ma-,-um-, and mang- creates verbs with one argument, while affixes -um-, mang-, -in-, and ka- creates verbs with two arguments. As markers of verbs with two arguments, affixes -um- and mang- also function as active diathesis markers, while affixes -in- and kafunction as passive diathesis markers. Verbs with one argument are analyzed according to their inherent aspectual meanings. This analysis found two groups of verbs with affixes: (i) verbs with affix ma- which signify non-dynamic situations and (ii) verbs with affixes -um- and mang- which signify dynamic situations. Verbs which convey non-dynamic situations are further divided into two groups which consist of stative verbs (which indicate permanent situations) and static verbs (which indicate temporary situations). The difference between those two groups of verbs is then linked to the results of an analysis of verbal affixes in the internal structure of clauses, which found that clauses with stative verbal predicates cannot be expanded using other syntactical elements, while clauses with static and dynamic verbal predicates can be expanded using other syntactical elements. Verbs with two arguments are analyzed according to their transitivity. Affix ma- is more likely to create non-prototypical transitive verbs than affixes - um- and mang-. Semantically speaking, verbs with affix ma- tends to show low degree of transitivity, whereas the affix mang- tends to create prototypical transitive verbs with these characteristics: (i) having agents who do intentional and active actions, (ii) having concrete patients who become the objects of those actions, and (iii) signifying events which are rapidly changing, limited, and complete. Because of this, the subjects of clauses with verbal predicate mangtend to be active agents. This semantic characteristic is the most distinguishing feature between verbs with affix mang- and verbs with affix -um-. The subjects of clauses with verbal predicate -um- tend to be conscious datives. The analysis of verbs with affixes in the internal structure of clauses results in two types of clauses which consist of (i) clauses whose predicate and subject are separated by other syntactical constituents, and (ii) clauses whose predicate and subject are not separated by other syntactical constituents. This difference is related to the categorization of clauses which is based on the presence or absence of topical particles in the clauses. Clauses with predicatesubject pattern which are not separated by other syntactical constituents can be considered as topical clauses, whereas clauses with predicate-subject pattern which are separated by other syntactical constituents cannot be considered as topical clauses. These findings demonstrate that clauses can be categorized according to various linguistic needs at syntactical level and pragmatic-discourse level. The research findings can contribute to expanding the linguistic studies of Old Javanese in two aspects related to the study of verbal affixes: words and clauses. Old Javanese verbal affixes are not simply fusions of form and meaning combined with the base morphemes to which they are attached, but also the fusion of form and meaning which correlates with the syntactical characteristics of the affixed verbs they create.
2016
D2233
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munawar Holil
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas teks Wawacan Samun (WS) yang terkandung dalam naskah berbahasa Sunda dan ber-genre wawacan. Tujuan penelitian adalah menyajikan suntingan teks dan terjemahan teks WS dalam bahasa Indonesia, mengetahui perbedaan teks yang diproduksi di skriptorium pesantren dan kabupaten, serta menunjukkan tegangan antara konvensi dan kreasi dalam teks. Untuk mencapai tujuan itu digunakan teori filologi dan sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari lima naskah yang mengandung teks WS terdapat dua versi cerita, yaitu versi skriptorium pesantren dan versi skriptorium kabupaten. Naskah yang diproduksi di skriptorium pesantren dan kabupaten memperlihatkan penggunaan bahasa dan tema cerita yang berbeda. Naskah pesantren banyak menggunakan ungkapan dan peribahasa serta interferensi kata-kata yang berasal dari bahasa Arab, sedangkan naskah dari kabupaten menggunakan gaya bahasa langsung tanpa menggunakan ungkapan dan peribahasa serta dominan dengan interferensi kata-kata yang berasal dari bahasa Melayu. Dalam hal tema, naskah pesantren mengandung tema cerita: ?upaya menyebarkan agama Islam? atau ?proses Islamisasi?, sedangkan naskah kabupaten bertema ?kebaikan, kesabaran, dan kerja keras merupakan sifat dan sikap yang harus dimiliki oleh seorang calon pemimpin?. Dalam hal tegangan antara konvensi dan kreasi tampak bahwa para penyalin teks WS masih mengikuti konvensi penulisan metrum pupuh yang konvensional walaupun banyak ditemukan kekeliruan. Kreasi yang dilakukan para penyalin teks WS difokuskan dalam penggarapan aspek naratif. Suntingan teks dan terjemahan menggunakan versi pesantren yang diwakili naskah SD 26.
ABSTRACT
This research analyses Wawacan Samun (WS) texts in Sundanese manuscripts with wawacan genre. This research aims at presenting WS text editions and their translations in Indonesian Language, acknowledges the text differences produced in pesantren (an Islamic institution whose students live in the boarding school system) scriptorium and kabupaten (district) scriptorium, and shows the tense between convention and creation in the texts. To achieve this objective, philology and literary theories were used. The research found out that out of five WS manuscripts there are two story versions, i.e. pesantren scriptorium and kabupaten scriptorium. The texts produced in pesantren scriptorium and kabupaten scriptorium show the different languages and story themes. The pesantren manuscript mostly uses expressions, proverbs, and the interference of words derived from Arabic Language, while the kabupaten manuscript uses a direct language style without using expressions and proverbs as well as being dominated with interference words derived from Malay Language. In term of the theme, the pesantren manuscript illustrates: ?the efforts to propagate Islam? or ?an Islamization process?; meanwhile, the kabupaten manuscript has the themes of ?good deeds, patience, hard working as the attribute to be possessed by a to-be leader?. In term of the tense between convention and creation, it is clearly seen that the editors of WS texts still follow the conventional pupuh metrum writing with many errors found. The creation done by WS text editors is focused on narrative aspects. The editions and translations use the pesantren version represented by SD 26
2016
D2237
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Suparta
Abstrak :
Disertasi ini mengkaji teks Putru Kalpasan PK MM yang merupakan salah satu genre sastra-tutur, khususnya tutur-eskatologis. PK MM merupakan teks sakral yang digunakan sebagai tuntunan praktis dalam tata upacara penyucian dan pemujaan roh leluhur yang disebut ritual ddha pada masa Jawa Kuno. Di antara keenam teks Jawa Kuno yang digunakan, empat naskah berupa lontar Borassus flabellifer , yang ditulis dengan aksara Buda, dan dua naskah kertas beraksara Jawa Baru. Kajian kritik teks textual criticism dengan metode stemma dari Karl Lachmann 1850 . Metode edisi teks yang ditempuh adalah edisi diplomatik secara paralel paralel diplomatic edition and edisi kritik.Kajian eskatologi, khususnya dari sudut personal eschatology eskatologi-kal pasan mengasilkan temuan cukup signifikan. Pertama, teks PK MM ini merupakan teks pertama dalam khazanah naskah Jawa yang menerangkan tata upacra sesaji ddha dari masa Jawa Kuno. Kedua, konsep kal pasan absorption yang dipahami sebagai ldquo;pembebasan rdquo; roh dari noda daamala pada ritual hambukur menjadi conditio sine quanon dalam pembayatan pitara menjadi Dewa Pitara ldquo;jiwa menjadi dewa rdquo; . Ketiga, penggubah teks PK Merapi-Merbabu menampilkan pemikiran eskalotogis dengan berpusat pada kosmologi Jawa, yakni mendudukkan Bhara Guru sebagai dewa tertinggi di Winduppt, kahyangan tertinggi dari 29 swarga. Hal ini menggambarkan adanya kesinambungan pemikiran keagamaan dari masa Jawa Kuno abad ke-9 mdash;15 M yang diwariskan sebagai teks kosmo-eskatologis dalam tradisi Sastra-Ajar di gunung Merapi-Merbabu pada abad ke-16 Masehi. Kata Kunci: Putru Kal pasan, eskatologi Jawa Kuno, sajirddha, Dewa Pitara, Sastra-Ajar, skriptorium Merapi-Merbabu.
ABSTRACT This dissertation examined the text Putru Kal pasan PK which is one of tutur literary genres, especially an eschatological-tutur. PK Merapi-Merbabu is a sacred text that is used as a practical guidance for rites of purification and worship ancestral spirits called Shr ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ddha. Among the six of Old Javanese texts used, there are four palm-leaf manuscripts Borassus flabellifer written in the so-called Buda, and two paper manuscripts in the Javanese alphabets. The study of textual criticism with stemma method of Karl Lachmann 1850 . Text edition method applied are a parallel diplomatic edition and critical edition. To understand the meaning of the lsquo;content rsquo;, this edtion is completed by translation into Indonesian. Eschatological studies, particularly from the point of personal eschatology kal ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?pasan results in several significant findings. First, the text PK Merapi-Merbabu is the first text found in the treasures of the Java script in detail explaining the rites of offerings from the Old Javanese for Shr ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ddha ritual purposes. Second, the concept kal ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?pasan absorption understood as liberation of the soul of da ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?amala stains in the hambukur has become conditio sine quanon in purification pitara to become Dewa Pitara ancestral spirits who become a god . Third, the author of text PK featuring eskalotogical thought with a focus on Javanese cosmology puts Bh ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ara Guru as the supreme god in Windup ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?p ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?t, the highest celestial of 29 heavens. It is illustrates the continuity of religious thought from the Old Javanese era in the 9th mdash;15th century that inherited as a cosmo-eschatological text into the Sastra-Ajar tradition in the Merapi-Merbabu volcano in the 16th century. Keywords: Putru Kal ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?pasan, Old Javanese eschatology, Bh ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ara Guru, Shr ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ddha offerings, Dewa Pitara, Sastra-Ajar, scriptorium of Merapi-Merbabu volcano.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
D2471
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library