Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Djunaidi
"Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penggunaan pemagar dalam percakapan berita melalui telepon yang disiarkan langsung di radio. Untuk mencapai tujuan itu masalah yang dibahas di dalam penelitian ini mencakupi pokok berikut: (I) bentuk-bentuk pemagar yang digunakan penutur di dalam percakapan dan (2) fungsi pemagar yang digunakan penutur di dalam percakapan.
Korpus data penelitian ini diambil dari tiga puluh dua kegiatan percakapan yang direkam dan siaran radio Elsinta Jakarta dalam acara "Edisi Pagi News and Talk" (18 percakapan) dan "Pos Sore News and Talk" (14 percakapan). Hasil rekaman itu ditranskripsi ortografis berdasarkan model giliran bicara (turn taking) ke dalam tulisan dengan menggunakan ejaan bahasa Indonesia. Analisis data dilakukan dengan metode analisis kualitatif dan metode analisis pragmatis dengan prosedur introspeksi dan analisis kontekstual, serta analisis wacana kritis (Salager-Meyer 1994; Dijk 2000).
Pemagar yang diperoleh dan penelitian ini adalah bentuk ungkapan verbal yang berupa kata (seperti mungkin, semacam, agaknya), berupa frasa (seperti menurut kami, insya Allah, setahu saya), dan berupa klausa (seperti saya kira, saya pikir, kalau (saya) tidak salah). Pemagar yang digunakan penutur di dalam percakapan berfungsi sebagai penanda kehati-hatian dan sebagai pelindung muka. Pemagar dalam tuturan direktif cenderung berfungsi sebagai pelindung muka negatif penutur dan muka positif penutur, agar tidak timbul konflik penutur-petutur.
Pemagar dalam tuturan representatif dan ekspresif cenderung berfungsi sebagai pelindung muka positif peetutur. Implikasi penggunaan pemagar itu di dalam percakapan adalah terpeliharanya hubungan yang harmonis penutur-penutur dan terbangunnya citra diri positif para penuturnya. Penelitian yang dilakukan ini hanya memperhatikan pemagar yang berbentuk ungkapan verbal dan tidak mempertimbangkan aspek yang lain (misalnya ciri-ciri prosodi dan latar belakang budaya). Penelitian lanjutan yang serupa atau penelitian perpagaran dengan mempertimbangkan aspek yang lain masih perlu dilakukan agar diperoleh gambaran yang lebih jelas dan sistematis tentang perpagaran di dalam bahasa Indonesia, baik dalam wacana lisan maupun wacana tulis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T1452
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harbelubun, Yohanna Claudia Dhian Ariani
"Penelitian ini bertolak dari permasalahan sulitnya proses asimilasi antara Warga Negara Indonesia (WNI) dengan warga Negara Indonesia Keturunan(WNIK) yang telah lama diusahakan berbagai pihak. Salah satu usaha adalah penggunaan bahasa Indonesia sebagai alat asimilasi. Untuk mengusahakan itu, perlu diketahui sikap WNIK terhadap bahasa Indonesia.
Berpijak dari permasalahan itu, setakat ini berusaha mengetahui sikap bahasa pelajar berbahasa ibu bahasa Tionghoa. Selain itu, penelitian ini juga mengusahakan keberterimaan penggunaan kosakata baku bahasa Indonesia di kalangan pelajar tersebut. Dengan mengetahui sikap bahasa dan keberterithaan penggunaan kosakata baku bahasa Indonesia maka dapat diteliti pula hubungannya, apakah saling mempengaruhi atau tidak.
Penelitian ini merupakan studi kasus di SMU Tarsisius I Jakarta yang sebagian besar (94,88%) merupakan pelajar keturunan Tionghoa. Populasi penelitian ini berjumlah 482 orang yang berbahasa ibu bahasa Tionghoa. Karena cukup besamya populasi, penelitian ini menggunakan percontoh yang ditarik dengan teknik purposive sampling. Jumlah percontoh adalah 125 orang.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa sikap bahasa pelajar SMU Tarsisius I yang berbahasa ibu bahasa Tionghoa dapat dikatakan positif.Selain itu ditemukan pula rendahnya tingkat penggunaan kosakata baku bahasa Indonesia pada pelajar berbahasa ibu bahasa Tionghoa.
Berdasarkan variabel bebas jenis kelamin, tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan pada sikap bahasa mereka. Namun, untuk penggunaan kosakata baku ditemukan perbedaan yang signifikan antara responden laki-laki dengan responden perempuan. Setelah diteliti, ternyata responden laki-laki lebih baik penggunaan kosakata bakunya daripada responden perempuan.
Berbeda halnya pada variabel bebas kesetiaan berbahasa Tionghoa, ditemukan perbedaan yang signifikan antara kelompok yang setia berbahasa Tionghoa dengan kelompok yang tidak setia berbahasa Tionghoa. Semakin responden setia dengan bahasa Tionghoa maka semakin negatif sikapnya terhadap bahasa Indonesia. Demikian pula, semakin tidak setia responden berbahasa Tionghoa, maka semakin positif sikapnya terhadap bahasa Indonesia.
Selain temuan di atas, ditemukan pula hubungan antara sikap bahasa dengan penggunaan kosakata baku. Temyata sikap bahasa tidak memengaruhi tingkat penggunaan kosakata baku. Artinya, bila responden bersikap positif belum tentu responden mampu mengontrol penggunaan kosakata sesuai kaidah. Akan tetapi, bila responden mampu mengontrol penggunaan kosakata baku sesuai kaidah, ia memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia.

This research start from the problems how difficult are the process for assimilation between Naturalized Indonesia Citizen with Indonesia citizen of China descent, that' was be various side effort. Some effort is using the Indonesia language as tools for assimilation and for efforting that we had to know the attitude the Indonesia citizen of china descent toward the Indonesia language.
Base on that problem, this point trying to know the language attitude from the students who'm used the Tionghoa language. Beside that, this research try to acceptance using the Indonesia standard vocabulary in students circle. With knowing the language attitude and acceptance using the Indonesia standard vocabulary, then be able to research the relationship,which is influence each other or not.
This research was a case study in SMU Tarsisius 1 Jakarta,that almost(94,88%) the student is Indonesian citizen of China descent.This research population was big enough, this research used a Tionghoa language. Because the population was big enough, this research used some examples, with purposive sampling technique. Sum for one sample is 125 students.
The analysis data output shown that language attitude the students of from SMU Tarsisius I, which used Tionghoa language could be positively. Besides that, there is find also how low the step for using Indonesia standard vocabulary among the students who'm use the Tionghoa language.
Base on free gender variable, nothing fond the significant different to their language attitude. But for using standard vocabulary there is find the significant different between students boys respondent and students girl. respondent. After the research, it appears that the student boys respondent using standard vocabulary is better than the student girls respondent.
Base on a difference in free loyalty variable Tionghoa language, there is find significant different between the community whom don't loyal in use Tionghoa language. More and more the respondent loyal in use Tionghoa language so more negative the attitude to Indonesia language. Thus more the respondents not loyal in use Tionghoa language, then more positive the attitude to Indonesian language."
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T11118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustinus S.
"Dari bahasan tabulasi pemakaian bahasa berdasarkan latar, topik pembicaraan dan partisipan pada 3.2.1, 3.2.2 dan 3.2.3 ternyata asumsi yang diajukan pada 1.1 --bahasa komunikasi sehari-hari di antara penduduk Jakarta yang terdiri dari beragam suku adalah )Bahasa Indonesia, di lain sisi penduduk (pendatang) baru masih sering mema_kai bahasa asalnya -- sesuai dengan hasil yang diperoleh. Dengan melihat angka persentase pemakaian bahasa menurut latar dapat disimpulkan bahwa Bahasa Indonesia menjadi pilihan pertama, Bahasa Daerah menjadi pilihan kedua dan Bahasa Campuran menjadi pilihan ketiga. Bahasa Indonesia ternyata merupakan bahasa komunikasi baik di rumah, di pasar maupun di kantor/sekolah. Bahasa Indone_sia harus diutamakan, menurut pendapat responden, karena merupakan bahasa persatuan dan kesatuan bangsa.Bahasa Daerah hanya dipakai di rumah saja kepada keluarga, orang tua, keluarga istri/ suami, mertua dan orang satu daerah yang bahasanya lama dengan responden. Hal ini disebabkan oleh pendapat responden bahwa penguasaan bahasa-pertama/ Bahasa Daerah cukup panting. Sebab_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S10736
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marti Alrina
"Bahasa Jawa Dialek Surabaya (BJDS) adalah salah satu subdialek dari diaek Bahasa Jawa Timur (BJT), yang merupakan bagian dari Bahasa Daerah Jawa (BJ). BJDS in imemiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh dialek-dialek bahasa Jawa lainnya, seperti misalnya penggunaan bentuk-bentuk sapaan rek, cak, cuk, ning, peno. Kekhasan bentuk sapaan dalam BJDS tersebut merupakan bentuk-bentuk yang tidak terdapat di daerah penyebaran dialek-dialek bahasa Jawa lainnya. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa penggunaan bentuk-bentuk sapaan dalam BJDS tidak lagi terlalu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang secara umum biasanya berpengaruh terhadap pemilihan bentuk sapaan dalam BJ yang dianggap baku. Faktor-faktor tersebut menyangkut hal seperti jarak sosial, situasi, dan topik pembicaraan. Selain itu, penggunaan bentuk sapaan dalam BJDS lebih mudah memperlihatkan dimensi hubungan sosial antarpenuturnya karena bentuk sapaan yang dipergunakan lebih sederhana dan khas. Dimensi hubungan sosial mencakup hubungan dimensi vertikal dan horisontal, sedangkan situasi pembicaraan adalah situasi di mana pembicaraan itu berlangsung, topik pembicaraan menyangkut masalah yang sedang dibicarakan"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Perwira Kesuma
"Parabahasa sebagai penyerta bahasa : suatu penelitian pendahuluan tentang penyuaraan. Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian salah satu bagian penelitian linguistik yang mempelajari faktor-faktor di luar bahasa dengan mengadakan suatu penelitian pendahuluan. Bidang penelitian linguistik yang penulis maksud adalah bidang linguistik interdisipliner, khususnya bidang sosiolinguistik. Istilah sosiolinguistik merupakan perpaduan linguistik dengan sosiologi yang mempelajari hubungan antara bahasa dan masyarakat- pemakai bahasa (Kridalaksana, dalam Pengantar Linguistik Umum, 1984: 14). Banyak ahli linguistik di Indo_nesia yang telah meneliti bidang sosiolinguistik; sejalan dengan itu sejak tahun 1987 di Fakultas Sastra Universitas Indonesia telah diadakan seminar tahunan sosiolinguistik yang secara berkala diadakan untuk memantau perkembangan penelitian sosiolinguistik di Indonesia.
Penulis akan menjabarkan topik yang termasuk dalam kajian bidang sosiolinguistik itu, yaitu paralanguage (untuk selanjutnya disebut parabahasa . Gerakan tubuh merupakan bidang penelitian yang sangat luas untuk dipelajari secara lebih mendalam, demikian juga bidang penyuaraan. Oleh karena itu, penulis membatasi pembahasan sekitar parabahasa; sebagai penyerta bahasa, dalam percakapan lisan bahasa Indonesia yang tertulis : suatu penelitian pendahuluan tentang penyuaraan yang menyertai..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S10796
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosalia Leliany
"Skripsi ini bertolak dari ketidakpuasan penulis terhadap penelitian yang pernah dilakukan oleh tim peneliti dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa terhadap bahasa Melayu dialek Bangka, karena tidak sedikitipun pernah menguraikan struktur bahasa Melayu dialek Bangka subdialek Jebus. Dari 5 subdialek yang pernah disebutkan oleh tim peneliti tersebut, yakni subdialek Mentok, subdialek Blinyu, subdialek Toboali, subdialek Bangka Tengah, serta subdialek Jebus atau subdialek Melayu Bangka Cina, hanya subdialek Jebus tersebut yang struktur bahasanya tidak pernah sedikitpun diuraikan ataupun dijelaskan, baik dari segi fonologi maupun morfologinya. Padahal di awal tulisan, ketiga penelitian tersebut mengakui dan meyakini adanya dialek Melayu Bangka Cina yang wilayah pemakaiannya di sekitar Jebus. Atas dasar alasan inilah, penulis merasa perlu melengkapi dan menyempurnakan penelitian tentang struktur bahasa dari dialek tersebut, khususnya mengenai morfofonemik."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S11014
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mantik, Maria Josephine
"Majalah Pujangga Baru didirikan pada tahun 1933 oleh Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane. Pujangga Baru seblum perang terdiri dari 91 nomor pe_nerbitan selama 9 tahun. Pujangga Baru merupakan majalah bulanan yang terbit satu bulan sekali. Pada penerbitan tahun pertama sampai tahun ketiga secara teratur majalah ini terbit sebulan sekali. Tetapi pada tahun keempat dan seterusnya tidak terbit sebulan sekali. Dalam penerbitan tersebut dicantumkan nomor dan bulan terbitnya majalah itu. Selain itu ada juga nomor peringatan 5 (lima) tahun Pujangga Baru, dan nomor-nomor khusus majalah Pujangga Baru sesudah perang terdiri dari 47 nomor penerbitan selama 6 tahun. Majalah Pujangga Baru sesudah perang juga mengalami penerbitan yang tidak teratur pada setiap bulannya dan ada nomor-nomor yang hanya di..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S11191
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Sahara
"Berlatar belakang belum adanya kajian linguistik tentang kata sapaan dari karya sastra Indonesia-Tionghoa, maka disusunlah beberapa masalah. Pertama, variasi kata sapaan apa saja yang terdapat dalam novel Indonesia-Tionghoa dan apakah pemakaian kata sapaan tersebut dipengaruhi oleh faktor sosial. Kedua, apakah ada kata sapaan khusus yang mewakili pembauran antarbangsa, terutama melalui hubungan kekasih dan apakah pelapisan sosial pada masa kolonial berpengaruh dalam pemakaian kata sapaan tadi. Dengan menggunakan enam novel sebagai bahan kajian, maka penganalisisan korpus dilakukan berdasar hubungan antar patisipan dan latar masyarakat pada masa itu. Faktor bahasa yang digunakan oleh para tokoh yang bermain dalam novel juga tidak luput dari penganalisisan. Setelah penganalisisan dilakukan, diperoleh beberapa hasil yang patut dicatat. Pertama, kata sapaan yang digunakan bervariasi jenisnya, pemakainya, dan bahasa yang dipakai. Kedua, faktor-faktor seperti status, kedudukan, kekayaan, dan usia yang dimiliki oleh partisipan kedua menjadi hal yang patut diperhitungkan pada saat pemakaian kata sapaan. Ketiga, sistem pelapisan sosial pada masa kolonial berperan dalam pemilihan kata sapaan sehingga tidak ada sapaan khusus yang mewakili hubungan kekasih berlainan bangsa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S10916
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhartati
"Analisis mengenai pemakaian bentuk fatis dalam dialek jakarta, bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk fatis apa saja yang diapkai dalam dialek Jakarta, yang menyangkut bentuk ujarannya, serta melihat pemakaian dan pemakainya. Dalam penelitian ini, digunakan teori sosiolinguistik yang berhubungan dengan pemilihan bahasa atau ragam bahasa, untuk menganalisis pemakaian bentuk-bentuk fatis dalam dialek Jakarta, dilihat dari faktor-faktor luar bahasa, yang menyangkut usia, jenis kelamin, status sosial, serta latar situasi.
Hasil analisis memperlihatkan bahwa banyak bentuk fatis yang dipakai dalam dialek Jakarta. Variasi bentuk fatis yang paling banyak ditemukan di sini adalah variasi bentuk fatis dalam bentuk ujaran pertanyaan dan pernyataan. Dilihat dari pemakain dan fungsi pemakaiannya, bentuk fatis paling banyak dipakai untuk menegur (menyapa) lawan bicara dan berfungsi untuk membuka saluran komunikasi (mengadakan kontak) dengan lawan bicara. Dilihat dari faktor-faktor luar bahasa, pemakaian bentuk fatis dapat dipengaruhi oleh faktor partisipan, yang menyangkut usia, status sosial, jenis kelamin, dan juga dipengaruhi oleh faktor situasi, dalam arti ada kemunculan bersama antara bentuk fatis yang dipakai dan situasinya. Berdasarkan faktor partisipan, ditemukan pemakaian bentuk fatis dalam bentuk hormat (dipakai untuk menghormati lawan bicaranya) dan bentuk fatis bukan bentuk hormat (dipakai untuk memperlihatkan keakraban atau solidaritas sosial). Bentuk fatis yang dipakai untuk menghormati lawan bicaranya (bentuk hormat), cenderung lebh lengkap, terdapat pemakaian kata sapaan istilah kekerabatan atau gabungan istilah kekerabatan + nama diri, pemakaian kata ganti bentuk asli seperti saye atau kata ganti bentuk turunan seperti Abang dan Bapak. Bentuk fatis yang dipakai untuk memperlihatkan keakraban atau solidaritas sosial, cenderung tidak lengkap, terdapat pemakaian kata sapaan nama diri, nominal, atau gabungan nominal + nama diri, serta pemakaian kata ganti bentuk asli sperti gue, elu, atau lu, kite, dan ente. Dari keempat faktor tersebut faktor usia dan hubungan keakraban antarpartisipanlah yang paling besar pengaruhnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11143
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emy Wiryawati
"Penelitian kategori ajektiva ini bertujuan mengetahui klasifikasi ajektiva berdasarkan pendeskripsian maknanya, mengidentifikasikan kriteria kategori ajektiva berdasarkan ciri-ciri morfologisnya, dan mengidentifikasikan kriteria kategori ajektiva berdasarkan distribusi sintaksisnya. Data dikumpulkan dari beberapa korpus, yaitu Dian Yang tai. Kunjung Padam, Sukreni Gadis Bali, Belenggu, dan Di Bawah Lindungan Ka'bah dengan mencatat kalimat-kalimat yang mengandung ajektiva. Data-data tersebut kemudian dikelom_pokkan menurut makna semantisnya dan selanjutnya dianalisis. Hasilnya diperoleh seperangkat perilaku kategori ajekti va dalam hubungan antara makna dan realisasi morfosintaksis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S10849
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>