Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Purnamasari
Abstrak :
ABSTRAK
Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana pasien dirawat dalam jarak yang berdekatan. Tingkat pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial sangat penting untuk melindungi diri tenaga kesehatan dan pasien dari penyebaran infeksi. Tujuan dari penelirian ini yaitu untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan implemenyasi universal precaution pada mahasiswa profesi FIK UI 2012/2013 selama praktik. Peneliti melibatkan 59 mahasiswa profesi FIK UI sebagai responden dengan menggunakan teknik penelitian quota sampling. Metode analisis penelitian ini yaitu deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan implementasi universal precaution pada mahasiswa profesi FIK UI 2012/2013. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisi pernyataan tentang pengetahuan universal precaution dan implementasi universal precaution. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan implementasi universal precaution (p= 0,388; α=0,05).
ABSTRACT
Hospital is the place where the patients are hospitalized in the same place and limited space one and each other. The knowledge of nurse about nosocomial infection is very important to protect the patient from transmitted infection. This research is using quota sampling to meet 59 samples. Descriptive correlative designs are used to find the correlation between knowledge and the implementation of universal precaution among “Profesi” student in Faculty of nursing university of Indonesia 2012/2013. The result show that there is no significant correlation between knowledge with the implementation in universal precaution (p= 0,388; α=0, 05).
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S54931
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Nur Anggraeni
Abstrak :
ABSTRAK
Perawat merupakan tenaga kesehatan di rumah sakit yang berhubungan langsung dengan pasien. Kinerja perawat merupakan komponen utama dalam kepuasan pasien. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk menilai persepsi pasien mengenai kinerja perawat. Persepsi pasien mengenai kinerja perawat yaitu penilaian pasien terhadap kualitas keperawatan, sikap dan perilaku perawat. Metode penelitian menggunakan stratified sampling pada 107 responden yang terdiri dari 20 responden kelas I, 23 responden kelas II, 64 responden kelas III. Hasil penelitian diperoleh bahwa kualitas asuhan keperawatan dipersepsi baik (63,6%), sikap perawat dipersepsikan baik (50,5%) dan perilaku perawat dipersepsikan baik (61,7%). Dapat disimpulkan, persepsi pasien mengenai kinerja perawat perlu ditingkatkan. Peningkatan kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD Bekasi dengan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan sesuai dengan standar operasional prosedur dan berfokus pada pelayanan patient centered care, memberikan sikap yang ramah, proaktif, responsif, terhadap pasien dan juga memberikan komunikasi yang efektif terhadap pasien dan keluarga.
ABSTRACT
Nurses are the health professional in hospital that have direct contact to the patient. Nurse performance is a main component in patient satisfaction. The purpose of this study is to assess patient perception related to nurse performance. Patient perception of nurse performance is the patient assessment toward nursing care quality, nurse attitude and nurse behavior. This study used stratified sampling on 107 respondents which consisted of 20 respondents from class I, 23 respondents from class II, 64 respondents from class III. This study showed nursing care quality was perceived good (63,6%), nurse attitude was perceived good (50,5%) and nurse behavior was perceived good (61,7%). It can be concluded that patient perception dealing with nurse performance need to be improved, thus the improvement of nurse performance is needed in inpatient ward of RSUD Bekasi, and it can be increased by improving nursing care quality based on standard operating procedure and focusing on patient centered care service, provide attitudes which are friendly, proactive and responsive toward patient and delivering an effective communication toward patient and their family. ;;
2016
S65297
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyanti Roberto Muliantino
Abstrak :
Fatigue dan durasi tidur pendek termasuk dalam salah satu keluhan utama pasien penyakit jantung koroner pada masa recovery setelah serangan dan menjalani rehabilitasi fase 2. Relaksasi Benson merupakan teknik relaksasi sebagai terapi modalitas untuk menurunkan fatigue, namum belum banyak penelitian terkait intervensi ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh relaksasi Benson terhadap fatigue dan durasi tidur pasien penyakit jantung koroner yang menjalani rehabilitasi fase 2. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen dengan pendekatan control group pretest posttest design pada 29 responden di RSUP. Dr.M.Djamil Padang yang dibagi dalam dua kelompok kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan fatigue yang signifikan antara sebelum dan setelah dilakukan intervensi relaksasi Benson pada kelompok intervensi p value < 0,001. Ada perbedaan durasi tidur yang signifikan antara sebelum dan setelah dilakukan dilakukan intervensi relaksasi Benson pada kelompok intervensi p value < 0,001. Hasil penelitian juga menunjukan ada perbedaan selisih fatigue sebelum dan setelah yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol p value < 0,001. Sedangkan tidak ada perbedaan selisih durasi tidur sebelum dan setelah yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol p value = 0,116. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu terapi modalitas bagi perawat untuk mengatasi masalah fatigue dan durasi tidur pendek pada pasien penyakit jantung koroner. ...... Fatigue and short sleep duration were among four major symptoms in coronary artery disease patient, in recovery period after cardiac events and during phase II cardiac rehabilitation. Benson's relaxation was one of relaxation technique as modalities therapy of fatigue that recognized in Nursing Intervention Classifications. This study was perfermed to measured the effectiveness of Benson's relaxation in fatigue and sleep duration of coronary artery disease patient during phase II cardiac rehabilitation. A control group pretest posttest desaign was used. A total 29 coronary artery disease patient in Dr.M.Djamil Hospital were assigned to either the intervention and control group. The result indicated significant differences fatigue between pre and post test in intervention groups p value 0,000. There were significant differences sleep duration between pre and post test in intervention groups p value 0,000. The results of this study could be one of modalities therapy in providing intervention of fatigue and short sleep duration in coronary artery disease patient.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48576
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abraham Bernadus Rumayara
Abstrak :
Latar Belakang : Fatigue merupakan masalah yang menurunkan kualitas hidup dan terjadi pada sekitar 54-98% pasien gagal jantung. Fatigue mengganggu kemampuan individu untuk berfungsi dan melakukan aktivitas harian secara normal. Aktivasi saraf simpatis dan penarikan saraf parasimpatis merupakan ciri utama sindrom gagal jantung yang menjadi faktor pemicu perubahan-perubahan progresif pada bagian-bagian perifer tubuh. Terapi akupresur pada acopoints Shenmen, Zusanly dan Neiguan dapat menghambat aktivasi saraf simpatis dan mengaktifkan saraf para simpatis. Tujuan : mengetaui pengaruh akupresur pada acopoints Shenmen, Zusanly dan Neiguan terhadap penurunan level fatigue pada pasien gagal jantung yang menjalani rawat jalan. Desain Penelitian : penelitian kuantitatif dengan quasi experiment pre and post test with control group design dengan jumlah sampel total 40 responden. Analisis data menggunakan Mann-Withney U test , Wilcoxon test, Pooled t test. Hasil : Analisis data menunjukkan rata-rata level fatigue tidak berdaan secara signifikant pada pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol setelah dilakukan akupresur. Rata-rata level fatigue setelah dilakukan terapi akupresure pada kelompok intervensi menurun secara signifikant pada kelompok intervensi (p = 0,000). Kesimpulan : Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terapi akupresur pada kelompok intervensi secara klinis dapat menurunkan level fatigue pada penderita gagal jantung (p = 0,000) namun jika dibandingkan dengan kelompok kontrol hasil uji statistik membuktikan tidak terdapat perbedaan yang signifikant (p = 0,104). ......Background : Fatigue is a problem that reduces the quality of life and occurs in about 54-98% of patients with heart failure. Fatigue interferes with an individual's ability to function and perform normal daily activities. Sympathetic nerve activation and parasympathetic retraction are the main features of the heart failure syndrome that trigger progressive changes in the peripheral parts of the body. Acupressure therapy on Shenmen, Zusanly and Neiguan acopoints can inhibit sympathetic nerve activation and activate parasympathetic nerves. Objective : to investigated the effect of acupressure on Shenmen, Zusanly and Neiguan acupoints on reducing fatigue levels in outpatients with heart failure. Design Study : quantitative research with a quasi-experimental pre and post test with control group design with a total sample of 40 respondents. Data analysis using Mann-Withney U test, Wilcoxon test, Pooled t test. Result : Data analysis showed that the average level of fatigue was not significantly different in the intervention group compared to the control group after acupressure was performed. The average level of fatigue after acupressure therapy in the intervention group decreased significantly in the intervention group (p = 0,000). Conclusion : The results of this study indicate that acupressure therapy in the clinical intervention group can reduce fatigue levels in patients with heart failure (p = 0.000) but when compared with the control group, the results of statistical tests prove that there is no significant difference (p = 0,104).
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arisanti Prabandini
Abstrak :
Ventilator associated-pneumonia VAP adalah pneumonia yang terjadi pada pasien yang terpasang ventilator melalui trakeostomi atau intubasi endotrakeal selama lebih dari 2 hari perawatan. VAP merupakan infeksi yang paling sering terjadi pada ICU dan menjadi penyebab morbiditas mayor, mortalitas, serta peningkatan biaya perawatan. Penelitian retrospective dengan pendekatan cross sectional bertujuan untuk mendapatkan gambaran kejadian VAP pada pasien di ICU RSUD dr. Soedono Madiun bulan Mei 2016 ndash; April 2017. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien yang mengalami VAP adalah berusia dewasa madya 45,2 dengan jenis kelamin laki-laki 52,4 pada late onset 66,7 . Skor komorbiditas rendah 81,0 dan terbesar adalah cedera serebrovaskuler 35,7 . Sering di jumpai bakteri gram negatif 88,1 . Kejadian VAP tinggi disebabkan lama perawatan, kepatuhan klinisi pada pelaksanaan hand hygiene, SOP VAP bundle masih dalam pengembangan, serta mutasi perawat. Penting dilaksanakan penyusunan SOP intervensi VAP bundle yang efektif dan pendokumentasian kejadian VAP sesuai dengan standar CPIS sehingga kejadian VAP dilaporkan tepat. ......Ventilator associated pneumonia VAP is defined as pneumonia that occured in patient with mechanical ventilation used tracheostomy or endotracheal intubation more than 2 days treatment. VAP is the most common infection in intensive care units ICUs and cause of mortality, major morbidity, and increased finansial burden. This retrospective study with cross sectional approach aimed to explain the VAP incidence of patient in ICU RSUD dr. Soedono Madiun in periode May 2016 until April 2017. The result of this study indicated that the most of patients that developed VAP was median age adult 45,2 male 52,4 late onset VAP 66,7 . The comorbidity score was low 81,0 and the most common was cerebrovascular injury 35,7 . The negative gram bacteria. was the most common microorganism 88,1 . The VAP incidence was high, because of the patient rsquo s length of stay, clinician rsquo s submission of hand hygiene, standard operational procedure of VAP bundle care still unfixed, and staff mutation. So important to arranged effective standard operational procedure of VAP bundle care and appropriate documentation of VAP incidence used CPIS until VAP incidence report was right.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68892
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salwa Muniroh
Abstrak :
ABSTRAK
Nyeri pada kasus fraktur merupakan gejala primer yang harus segera ditangani, sehingga diperlukan manajemen nyeri yang efektif. Nyeri fraktur yang tidak segera diatasi dapat mengganggu pelaksanaan pengkajian pasien, proses penyembuhan tulang, dan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Namun, pada pelaksanaannya nyeri fraktur seringkali dibiarkan tidak teratasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap sikap perawat dalam pelaksanaan manajemen nyeri pada pasien fraktur. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross-sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perawat belum memiliki tingkat pengetahuan yang baik rata-rata skor: 53,77 dan sikap yang cenderung negatif dengan rata-rata skor 72,03 . Hasil dari uji Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan di antara keduanya r = 0,150; p = 0,218 . Meskipun begitu, tingkat pengetahuan yang baik tetap penting dimiliki oleh perawat agar dapat memberikan manajemen nyeri yang efektif. Partisipasi dari pihak rumah sakit maupun perawat itu sendiri sangat dibutuhkan untuk meningkatkan tingkat pengetahuan dan memperbaiki sikap dalam pelaksanaan manajemen nyeri fraktur.
ABSTRAK
In fracture cases, pain is a primary symptom that needs to be treated immediately. Therefore, effective pain management is needed. Pain in fracture that is left undertreated may interrupt assessment process, bone healing process, and immune system towards infection. In fact, pain in fracture is often left undertreated. The aim of this research was to know the relationship between nurses rsquo knowledge to attitude of nurses towards pain management of fracture. This research used cross sectional design method. The result showed that nurses had inadequate knowledge mean score 53,77 and rather negative attitude with a mean score of 72,03 . Spearman correlation test showed that there was no relationship between nurses rsquo knowledge and attitude r 0,150 p 0,218 . Nonetheless, knowledge is an important aspect for a nurse in order to provide an effective pain management. The participation of hospital and nurses themselves are important to improve nurses rsquo knowledge and attitude towards pain management of fracture.
2017
S69136
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Tesyani
Abstrak :
Disabilitas pasien stroke memengaruhi ketergantungan pada keluarga. Ketergantungan pasien menyebabkan beban keluarga yang terdiri dari beban fisik, psikologis, dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan beban keluarga selama merawat pasien stroke di rumah sakit. Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan pengambilan data teknik purposive sampling di RSUD Budhi Asih, DKI Jakarta. Karakteristik pasien stroke memiliki dominan berjenis kelamin laki-laki 80.8, ketergantungan total 65.4, dan rata-rata nilai GCS tingkat kesadaran pasien mean=14.15. Karakteristik keluarga lebih banyak pasangan suami-istri yang merawat 61.5, berpenghasilan rendah 84.6, dan lama merawat > 12 jam 57.7. Beban keluarga pasien stroke di rumah sakit menunjukkan tidak atau sedikit terbebani 42.3, beban ringan 34.6, dan beban sedang 23.1. Beban keluarga pasien stroke digambarkan tidak merasakan beban hingga merasakan beban sedang selama merawat di rumah sakit. Peneliti menyarankan aplikasi pelayanan keperawatan untuk mengurangi beban keluarga ringan ke sedang, seperti memberikan edukasi dan melibatkan keluarga dalam perawatan pasien. ......Stroke disability affects dependent care for their family. Patient dependence causes caregiver burdens with consist of physical burden, psychological, and economic. The study aimed to describe burden of family caregiver when caring their relatives in the hospital. The study used cross sectional study with purposive sampling method at RSUD Budhi Asih, DKI Jakarta. The results showed patient characteristics with dominantly male 80.8, dependent 65.4, and consciousness level of GCS mean 14.15. Caregiver characteristics are dominantly female caregiver 84.6, spouse 61.5, and 12 hours day duration for caring 57.7. Respondent describes caregiver burden in hospital which little no burden 42.3, mild burden 34.6, and moderate burden 23.1. Caregiver burden of stroke patient described no burden to moderate burden during inpatient at hospital. Therefore, researcher suggests the application of nursing interventions, such as providing education and involving families in the care of patients.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wita Septiana
Abstrak :
ABSTRAK
Pruritus Uremik adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh tidak tercapainya adekuasi terapi hemodialisis yang sering ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal GGT sehingga berdampak insomnia pada pasien GGT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara pruritus uremik dan insomnia. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan jumlah sampel 44 pasien hemodialisis di Unit HD RSUP Fatmawati dipilih dengan teknik consecutive sampling. Penelitian menggunakan instrumen Uremic Pruritus in Dialysis Patients UP-Dial Scale dan Athens Insomnia Scale AIS. Uji analisis menunjukkan bahwa sebanyak 21,9 mengalami pruritus ringan dengan insomnia, 46,3 mengalami pruritus sedang dengan insomnia, dan 31,7 mengalami pruritus berat dengan insomnia. Hasil uji Fisher rsquo;s exact menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pruritus dengan insomnia p= 0,115, ? =0,05, namun terdapat hubungan yang bermakna antara jadwal hemodialisis dengan insomnia p= 0,035, ?= 0,05. Edukasi mengenai perawatan pruritus patuh dialysis perlu diberikan untuk mengurangi akibat yang ditimbulkan dari pruritus.
ABSTRACT
Uremic Pruritus is a condition that caused by the insufficiency of hemodialisis therapy that occasionally perceived by patients of end stage renal failure ESRD, which is thought to be one of causes of insomnia in patients of end stage renal failure. This study aimed to identify the correlation between uremic pruritus and insomnia. This study used a cross sectional approach with sampling of 44 patients who undergoing of hemodialisis therapy in Hemodialysis Unit of Fatmawati Hospital that selected by consecutive sampling technique. The research instrument used the Uraemic Pruritus in Dialysis Patients UP Dial Scale and Athens Insomnia Scale AIS. The tests showed that 21,9 experienced mild pruritus with insomnia, 46,3 experienced moderate pruritus with insomnia, and 31,7 experienced severe pruritus with insomnia. The result of Fisher rsquo s exact test showed that there was no significant correlation between uremic pruritus with insomnia p 0,115, 0,05, but there was a significant correlation between dialysis shift and insomnia p 0,035, 0,05. Education about the care of pruritus and dialysis needs are important to be given in order to reduce the impact.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Dwi Purnamasari
Abstrak :
Early Warning System EWS merupakan alat skoring yang digunakan untuk memantau kondisi pasien di ruang perawatan maupun di Instalasi Gawat Darurat IGD. Pada IGD yang cenderung overcrowded dan memiliki arus perpindahan pasien yang lambat penggunaan EWS digunakan untuk memantau kondisi pasien melalui tanda-tanda vital sehingga perburukan kondisi pasien dapat segera dikenali. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang initial assessment dengan penatalaksanaan EWS. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif korelatif dengan desain cross-sectional yang dilakukan kepada 70 perawat IGD. Hasil menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan perawat terhadap initial assessment dengan penatalaksanaan EWS di IGD p= 0.001 yang menunjukan semakin tinggi tingkat pengetahuan perawat tentang EWS yang terdapat dalam initial assessment maka penatalaksanaan EWS yang dilakukan semakin baik, sehingga peningkatan pengetahuan melalui pelatihan perlu ditingkatkan agar penatalaksanaan EWS yang baik dapat dilaksanaakan secara menyeluruh. ......Early warning system EWS is a physiological scoring to observe the patients condition not only in hospital wards but also in Emergency Department ED. At an overcrowded ER that have slow of patient flow, EWS is use as an early detection of patients deterioration by observing the vital signs. The purpose of this study is to identify the relationship between nurses knowledge of initial assessment and the application of EWS at emergency department. This is a quantitative study that used descriptive correlative with cross sectional design toward 70 emergency nurses. The result showed there is a relationship between Nurses Knowledge of Initial Assessment and The Use of Early Warning System at Emergency Room p 0 .001 that show that the higher the level of nurses knowledge, their behavior is better. It is recommended to maintain the use of EWS in ED that already good through training regularly re sertification.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fatimah
Abstrak :
ABSTRAK Pertolongan pertama merupakan tindakan yang harus segera dilakukan pada saat kejadian gawat darurat. Efikasi diri salah satu faktor penting dalam memberikan pertolongan pertama. Namun, efikasi diri dalam memberikan pertolongan pertama pada mahasiswa organisasi gawat darurat belum diketahui. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran efikasi diri dalam memberikan pertolongan pertama pada mahasiswa yang tergabung dalam organisasi gawat darurat. Desain penelitian menggunakan pendekatan cross sectional kepada 151 mahasiswa dari empat organisasi gawat darurat. Pengambilan sampel menggunakan proportional stratified random sampling. Data dianalisis menggunakan proporsi dan tendensi sentral. Hasil penelitian menunjukan mayoritas responden memiliki tingkat efikasi diri tinggi sebanyak 55 % (n= 83) dengan karakteristik responden mayoritas perempuan 78,8% (n=119), 91,4% (n= 138) pernah mengikuti pelatihan pertolongan pertama, 62,9% (n=95) pernah memberikan pertolongan pertama secara langsung namun hanya 31,1% (n= 47) yang selalu membawa perlengkapan pertolongan pertama. Penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi untuk penelitian berikutnya terkait efikasi diri dan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri dalam memberikan pertolongan pertama.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>