Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ibrahim Reza Shahab
Abstrak :
Friction Stir Welding (FSW) merupakan proses pengelasan yang memanfaatkan alat bundar perkakas (tool) yang berputar diatas dua plat material yang akan disambung dengan memanfaatkan gesekan dari tool. Proses pengelasan ini memang metode pengelasan baru dan belum banyak diaplikasikan di Indonesia. FSW sendiri memang terutama digunakan untuk Aluminium. Pada penelitian ini material yang digunakan adalah Aluminium Paduan AA1100 dan AA4015-H14. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kecepatan putar tool terhadap sifat mekanis dan struktur mikro hasil pengelasan FSW. Dua plat material benda kerja digabungkan dengan rapat, lalu dilakukan variasi kecepatan putar tool sebesar 1250, 1560 dan 1780 rpm menggunakan pin taper cylindrical dengan kecepatan feedrate 20 mm/menit. Pengujian untuk mengetahui sifat mekanis dari hasil sampel lasan dilakukan dengan uji tarik serta uji kekerasan microvickers dan pengamatan struktur mikro dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik dan SEM/EDS. Pada kecepatan putar tool 1250 RPM diperoleh kekuatan tarik 51 MPa dan 30 HVN pada daerah weld nugget. Nilai tersebut merupakan nilai terbesar dibandingkan dengan dua variabel lainnya pada kecepatan putar 1560 dan 1780 rpm. Hal ini menandakan bahwa sifat mekanis dari sampel dengan kecepatan putar tool 1250 rpm memiliki nilai mekanis yang paling tinggi. Sedangkan pada pengamatan struktur mikro terlihat bahwa semakin tinggi kecepatan putaran tool, maka masukan panas semakin besar sehingga area TMAZ dan HAZ yang dihasilkan juga akan semakin besar. ......Friction Stir Welding (FSW) is a welding process that uses a round tool that rotates over two plates of material to be joined by the tool's friction. This welding process is a new welding method and has not been widely applied in Indonesia. FSW itself is mainly used for aluminum. In this study, the materials used were AA1100 and AA4015-H14. This study aimed to determine the effect of rotational tool speed on the welding results' mechanical properties and microstructure. Two plates of the workpiece material are tightly combined, then the tool rotating speed is varied by 1250, 1560, and 1780 rpm using a cylindrical taper pin with a feed rate speed of 20 mm/minute. Tensile tests, micro Vickers hardness tests, and microstructure observations using optical microscopy and SEM/EDS to determine the weld samples' mechanical properties were conducted. At the rotational speed of the tool 1250 RPM, the tensile strength of 51 MPa and 30 HVN was obtained for the weld nugget area's hard strength value. This value is the largest compared to the other two variables at rotating speeds of 1560 and 1780 rpm. The results indicate that the sample's mechanical properties with a rotating tool speed of 1250 rpm have the highest mechanical value. Meanwhile, the microstructure observation shows that the higher the tool's rotation speed, the greater the heat input so that the resulting TMAZ and HAZ areas will also be bigger.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiqurrachman
Abstrak :
Sebuah studi dilakukan untuk mengetahui hubungan struktur mikro dan ketangguhan impak dengan berbagai kandungan unsur nikel di dalam elektroda pada pengelasan baja SM570-TMC dengan multi-pass flux-cored arc welding. Logam induk yang digunakan adalah plat baja SM570-TMC dengan ketebalan 16 mm. Pengelasan dilakukan dengan metode flux-cored arc welding (FCAW) dengan posisi datar (1G). Tiga buah plat SM570-TMC dilas dengan elektroda-eletroda yang memiliki kandungan nikel yang bervariasi: 0,4%, 0,8%, dan 1,4% nikel. Efek dari kandungan nikel terhadap plat hasil pengelasan dipelajari pada studi ini. Inverstigasi terdiri dari observasi struktur mikro dan pengujian mekanik. Hasilnya menunjukkan pada temperatur 25 dan 0 oC tidak ada perbedaan kekuatan impak logam las yang signifikan antara 0,4% Ni dan 0,8% Ni. Akan tetapi pada -20 oC, logam las dengan elektroda 0,8% Ni menunjukkan kekuatan impak yang jauh lebih baik. Hal ini karena pembentukan ferit asikular (AF) pada logam las 0,8% Ni mampu meningkatkan ketangguhan impaknya pada temperatur rendah. Di satu sisi, logam las dengan 1,4% Ni menunjukkan ketangguhan impak yang rendah pada semua temperatur pengujian. Adanya segregasi mikro akibat tingginya konsentrasi Ni mampu menurunkan ketangguhan impaknya. A study was carried out to evaluate the relationship of microstructure and impact toughness for different nickel level of electrodes in multi-pass flux-cored arc welded SM570-TMC steel joint. The base metal used in this study was SM570-TMC plate with 16 mm thickness. The multi-pass welds were run by using flux-cored arc welding (FCAW) with the flat position (1G). Three SM570-TMC welded plates were fabricated with varying amount of nickel content of electrodes, 0.4%, 0.8% and 1.4% nickel. The effects of nickel were studied on the weld metals. The investigations consist of observation on the microstructure and mechanical tests. The results showed that there are no significant differences of impact energy at 25 and 0 oC between weld metal using 0.4% Ni and 0.8% Ni electrode. However, at -20 oC, the impact energy of 0.8% Ni weld metal is far more superior than the other. The formation of acicular ferrite (AF) on 0.8% Ni weld metal seems effetively improve its low temperature impact toughness. On the other hand, 1.4% Ni weld metal has the lowest impact toughness at all temperature. The higher Ni content caused microsegregation and significantly lower its impact toughness.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Kiki Admui
Abstrak :
Erosi kavitasi menjadi satah satu moda kegagalan utama pada kepala silinder dump truck. Kegagalan tersebut terjadi akibat terdapat fluida dan fluktuasi tekanan pada ruang bakar yang memicu terbentuk dan meledaknya gelembung yang berasal dari cairan pendingin. Resistansi erosi kavitasi material meningkat ketika nilai kekerasan permukaan meningkt. Maka dari itu, untuk menanggulangi terjadinya erosi kavitasi, dilakukan rekayasa permukaan untuk meningkatkan nilai dengan melakukan pelapisan menggunakan proses wire arc spray yang dikenal sebagai proses pelapisan yang efisien secara energi dan tidak banyak mengubah sifat substrat. Proses pelapisan dilakukan dengan melakukan variasi pada voltase (26 V, 30 V, dan 32 V) dan variasi logam pengisi (baja paduan kromium dan baja karbon rendah) untuk mendapatkan parameter voltase dan logam pengisi yang optimal dalam meningkatkan resistansi erosi kavitasi. Penelitian ini menggunakan metode modified ultimate resilience dan composite modified resilience untuk menghitung nilai resistansi erosi kavitasi hasil pelapisan. Pengujian kekerasan dan komposisi juga dilakukan untuk menganalisis nilai resistansi kavitasi. Hasil menunjukkan bahwa baja paduan kromium memiliki nilai resistansi erosi kavitasi lebih baik dibandingkan baja karbon rendah karena memiliki kandungan kromium yang meningkatkan nilai kekerasan. Selain itu, didapatkan juga relasi bahwa semakin tinggi voltase (pada rentang 26 V- 32 V), maka semakin baik ketahanan erosi kavitasi.
Cavitation erosion is one of the main failure modes in the kepala silinder of a dump truck. The failure occurred due to fluid and fluctuations in pressure in the combustion chamber that triggered the formation and implosion of bubbles originating from the coolant. The cavitation erosion resistance of the material increases when the surface hardness value increases. Therefore, to enhance the materials' resistance of cavitation erosion, surface treatment is done to increase the value by coating using a wire arc spray process, the process that is known as an energy-efficient coating process. The coating process is done by varying the voltage ( 26 V, 30 V, and 32 V) and material types (chromium alloy steel and low carbon steel) to obtain optimal voltage and material parameters in order to increase cavitation erosion resistance. This study uses the modified ultimate resilience and composite modified resilience methods to calculate the cavitation erosion resistance value of the coating. Microvickers hardness and OES composition testing are also used to analyze the cavitation erosion resistance value. The results show that the chromium alloy steel material has a better cavitation erosion resistance value than low carbon steel because it has a chromium content that increases the hardness value. In addition, it was also found that the higher the voltage (in the range of 26 V-32 V), the better the cavitation erosion resistance.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Afrizal Ihza Mahendra
Abstrak :
Pembangunan infrastruktur yang masif yang dilakukan pada akhir ini membuat banyak membutuhkan berbagai jenis baja sebagai penopang dari struktur infrastruktur tersebut. Salah satu jenis baja yang digunakan adalah high strength steel. Baja SM570 yang merupakan jenis high strength steel cocok digunakan sebagai material pada struktur jalan layang karena sifatnya yang kuat dan tangguh. Namun sifat mekanik baja ini jika dilakukan pengelasan akan menurun. Sehingga perlu dilakukan penelitian agar sifat mekanik dari baja SM570 tetap terjaga. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh heat input terhadap mikrostruktur, distribusi panas dan tegangan sisa dengan pengalasan menggunakan metode Flux-Cored Arc Welding (FCAW) pada baja SM570-TMC. Pengelasan dilakukan menggunakan metode FCAW dengan gas pelindung CO2 dan menggunakan empat variabel yang terdiri dari variabel kawat las dan arus. Kawat las yang digunakan adalah Primeweld E71 LT H4 (Ni=0,4%) dan Primeweld E81-K2 (Ni=1,5%). Arus yang digunakan adalah low heat input (0,9 kJ/mm) dan high heat input (1,4 kJ/mm). Terdapat pula pengujian yang dilakukan sebagai penunjang data dalam analisa yaitu pengujian kekerasan untuk mengetahui kekerasan di daerah hasil las, HAZ dan logam induk dengan metode vickers (ASTM E92-82), pengujian EPMA untuk mengukur unsur nikel pada daerah weld metal, pengamatan makro, pengamatan metalografi (ASTM E3-11) untuk melihat struktur mikro pada daerah logam induk, HAZ dan weld metal, pengamatan accicular ferrite dan inklusi pada hasil las menggunakan pengujian SEM/EDS. Selain pengujian diatas dilakukan pula simulasi distribusi panas dan tegangan sisa menggunakan ANSYS serta membandingkannya dengan pengujian menggunakan difraksi neutron.
The massive development of infrastructure that being worked recently needed appropriate steel types as structure cantiveler. One of them is a high strength steel. SM570-TMC steel is a type of high strength steel that suitable for used as overpass road structure because of it's strength and toughness. However, the steel mechanical properties became lower after weld process. Research for this problem is important due to increasing the mechanical properties of SM570-TMC after welding process. This research is aim to investigate the effect of heat input of FCA welded steel SM570-TMC on microstructure, hardness and residual stress. FCAW was used for weld method with CO2 as shield gas and used four variables consist of filler and current. Type of filler metal in this research is Primeweld E71 LT H4 (Ni = 0.4%) and Primeweld E81-K2 (Ni = 1.5%). Moreover, the weld parameter was used low heat input (0.9 kJ/mm) and the high heat input (1.4 J/mm). There are also testing to support data in the analysis, such as hardness testing, macro and micro structure observation. In addition, a simulation of heat distribution and residual stress is also carried out using ANSYS compared with residual stress using neutron diffraction.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrizan Imam Hindami
Abstrak :
Pengaruh kedalaman air, struktur mikro, komposisi kimia, cacat pengelasan, dan sifat mekanik adalah faktor yang mempengaruhi las bawah air. Serta penentuan elektroda untuk pengelasan bawah air membutuhkan sifat khusus diantaranya adalah mampu menimbulkan semburan nyala busur, terak yang tumbuh dipermukaan deposit logam mampu melindungi dari pengaruh oksida dan kelarutan hidrogen rendah. Elektroda harus memenuhi standar spesifikasi underwater welding AWS D3.6M. Pada studi ini material plat baja yang digunakan adalah AH-36 dan diimplementasikan untuk pengelasan basah bawah air dengan elektroda Broco E70XX khusus untuk pengelasan basah bawah air yang dilas didalam laut, dalam penelitian ini juga disertakan pembanding sebagai analisis lanjutan dengan elektroda tambahan Mg pada elektroda rutil E6013 dengan modifikasi yang dilas pada air tawar dikarenakan memiliki parameter yang sama yaitu masukan panas dan plat yang digunakan. Jenis metode pengelasan dengan heat input 1.5 kJ/mm dengan 130 A dan 2.5 kJ/mm dengan 140 A dan dilakukan pada kedalaman 5m. Hasil uji radiografi menunjukkan spesimen yang dilas pada kedalaman 5m menunjukkan terjadinya cacat penetrasi yang tidak lengkap. Mungkin karena pengaruh tekanan yang cukup besar dan laju pendinginan yang lebih tinggi sehingga lasan cair tidak dapat menembus sepenuhnya ke material induk. Hasil uji tarik juga menunjukkan terjadinya patahan pada weld metal karena pengaruh tekanan yang cukup besar dan laju pendinginan yang lebih tinggi sehingga lasan cair tidak dapat menembus sepenuhnya ke material induk dan hanya. Meskipun demikian, untuk elektroda Broco E70XX dimana terdapat sedikit jumlah asikular ferit. ......The influence of water depth, microstructure, chemical composition, welding defects, and mechanical properties affect underwater welding. As well as, the determination of electrodes for underwater welding requires special properties such as being able to cause arc flame bursts and slag growing on the surface of metal deposits capable of protecting from the effects of oxides and low hydrogen solubility. The electrodes must meet the AWS D3.6M underwater welding specification standard. In this study, the steel plate material used is AH-36 and is implemented for underwater wet welding with a special Broco E70XX electrode for underwater wet welding, which is welded in the sea, in this study also included a comparison for further analysis with additional Mg electrodes on rutile electrodes. E6013 with modification were welded in freshwater because they have the same parameters, namely heat input and the plate used. This welding method with a heat input of 1.5 kJ/mm with 130 A and 2.5 kJ/mm with 140 A is carried out at 5m. The radiographic test results showed that the specimens welded at a depth of 5m showed incomplete penetration defects. Perhaps due to the influence of a large enough pressure and a higher cooling rate, the molten weld cannot penetrate completely into the parent material. The tensile test results also show that the weld metal fractures due to a large enough pressure and a higher cooling rate so that the molten weld cannot penetrate completely into the parent material and only, however, for the Broco E70XX electrode, where there is a small amount of acicular ferrite
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rajagukguk, Christian Benedikt
Abstrak :
Geopolimer menjadi topik penelitian yang banyak dipelajari saat ini untuk sebagai bahan baku dalam kontruksi dan infrastruktur kerena lebih ramah lingkungan dibanding semen portland. Abu terbang kelas F yang didapat dari PLTU Paiton dimanfaatkan sebagai prekursor. Sintesis mortar dilakukan dengan teknik aktivasi alkali menggunakan larutan NaOH dan sodium silikat sebagai aktivator. Bahan pengisi serbuk TiO2 ditambahkan dengan variasi 2,5%, 5,0%, hingga 10,0% yang dihitung berdasarkan berat prekursor. Pembuatan mortar dilakukan dengan mencampurkan prekursor dan pengisi TiO2 dengan larutan aktivator. Pasta yang diperoleh kemudian di cetak menggunakan cetakan berbentuk kubus dengan ukuran sisi 5 cm. Pasta akan dibiarkan mengeras selama 24 jam, lalu akan dirawat pada oven selama 24 jam pada temperature 60 oC. Setelah itu, mortar akan di rawat selama 7 hari pada temperatur ruang. Mortar akan diuji kekuatan tekannya dan dikarakterisasi menggunaan SEM-EDS. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa penambahan TiO2 pada geopolimer berpengaruh pada waktu ikat dan kekuatan tekan mortar. Waktu ikat pasta mengalami peningkatan seiring dengan penambahan TiO2. Penambahan TiO2 juga berpengaruh pada kuat tekan geopolimer, dimana penambahan pengisi TiO2 dapat menurunkan kuat tekan. Penambahan serbuk TiO2 sebanyak 2,5%. 5,0%, dan 10,0% dapat menurunkan kuat tekan sebesar 28,3%, 44,8%, dan 0,6%. ......Geopolymer is a research topic that is currently being studied a lot as a raw material in construction and infrastructure because it is more environmentally friendly than Portland cement. Class F fly ash obtained from PLTU Paiton is used as a precursor. Mortar synthesis was carried out using an alkali activation technique using NaOH and sodium silicate solutions as activators. TiO2 powder filler is added with variations of 2,5%, 5,0%, and 10.0% which is calculated based on the weight of the precursor. Mortar is made by mixing TiO2 precursor and filler with activator solution. The paste obtained is then molded using a cube-shaped mold with sides measuring 5 cm. The paste will be pre-cured for 24 hours, then it will be cured in the oven for 24 hours at a temperature of 60 oC. After that, the mortar will be cured for 7 days at room temperature. The mortar will be tested for compressive strength and characterized using SEM-EDS. The data obtained shows that the addition of TiO2 to geopolymer has an effect on the setting time and compressive strength of the mortar, where paste setting time increased with the addition of TiO2. The addition of TiO2 also affects the compressive strength of the geopolymer, where the addition of TiO2 filler can reduce the compressive strength. Addition of 2,5%, 5.0%, and 10.0% TiO2 powder on geopolymer can reduce compressive strength by 28,3%, 44,8% and 0,6%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Ramadhan
Abstrak :
Friksi yang tidak dikendalikan pada mesin dapat mengakibatkan keausan yang tinggi, menyebabkan maintenance yang sering, dan membuat umur pendek serta memiliki efisiensi energi yang rendah. Lubrikasi merupakan solusi untuk masalah ini dengan membentuk lapisan pelumas yang mencegah kontak langsung antara permukaan material, mengurangi gesekan dan keausan pada mesin. Material nanopartikel timah oksida dan graphene digunakan sebagai aditif pada lubrikan PAO karena masing-masing material sudah menunjukkan performa yang baik dalam menurunkan coefficient of friction (COF) dan wear scar dimension (WSD) pada minyak PAO. Selain itu usaha pemanfaatan SnO2 dilakukan guna memaksimalkan hilirasi tambang dan industri timah dengan usaha pengolahan limbah solder dross. Sintesis SnO₂ dilakukan dari limbah solder dross menggunakan metode leaching dengan asam nitrat berkonsentrasi 68%. Hasil sintesis menunjukkan kemurnian SnO₂ sebesar 98.4%. Karakterisasi XRD mengindikasikan fase kristal rutile dengan ukuran kristal sekitar 21.7 nm. SEM-EDS mengungkapkan partikel SnO₂ berukuran rata-rata 198.5 nm² yang cenderung beraglomerasi. Graphene yang digunakan menunjukkan kemurnian tinggi dengan kandungan karbon 99.4% berdasarkan berat. Pengujian HFRR dilakukan untuk menilai kinerja tribologi dari berbagai sampel pelumas. Penambahan 0.05 wt% graphene dan variasi konsentrasi SnO₂ (1 wt%, 3 wt%, dan 5 wt%) secara signifikan menurunkan COF dan WSD dibandingkan dengan PAO murni. Penambahan 1 wt% SnO₂ dan 0.05 wt% graphene memberikan hasil paling optimal dengan penurunan COF sebesar 44.59% dan WSD sebesar 71.53% dibandingkan PAO murni. ......Uncontrolled friction in machinery can lead to high wear, frequent maintenance, short lifespan, and low energy efficiency. Lubrication addresses these issues by forming a lubricating layer that prevents direct contact between material surfaces, reducing friction and wear. Tin oxide nanoparticles and graphene are used as additives in PAO lubricants due to their proven performance in reducing the coefficient of friction (COF) and wear scar dimension (WSD) in PAO oil. Additionally, the utilization of SnO₂ aims to optimize downstream mining and the tin industry by processing solder dross waste. SnO₂ was synthesized from solder dross waste using a leaching method with 68% nitric acid. The synthesis resulted in SnO₂ with a purity of 98.4%. XRD characterization indicated a rutile crystal phase with a crystal size of approximately 21.7 nm. SEM-EDS revealed SnO₂ particles with an average size of 198.5 nm², which tended to agglomerate. The graphene used exhibited high purity with a carbon content of 99.4% by weight. HFRR testing was conducted to evaluate the tribological performance of various lubricant samples. The addition of 0.05 wt% graphene and varying concentrations of SnO₂ (1 wt%, 3 wt%, and 5 wt%) significantly reduced COF and WSD compared to pure PAO. The optimal results were achieved with the addition of 1 wt% SnO₂ and 0.05 wt% graphene, resulting in a 44.59% reduction in COF and a 71.53% reduction in WSD compared to pure PAO.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Athaila Ramadhanu
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh pola manik las dan hardfacing multilayer terhadap nilai kekerasan, ketangguhan, dan ketahanan aus baja karbon menggunakan metode pengelasan manual (SMAW). Metode yang digunakan mencakup pengelasan dengan teknik bead pattern stringer dan weaving pada substrat rel kereta api dengan material baja karbon tinggi. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian kekerasan menggunakan metode Micro Hardness Vickers, pengujian impak menggunakan metode Charpy Impact Testing, pengujian keausan menggunakan metode Ogoshi Wear Testing, serta analisis metalografi menggunakan Optical Microscopy dan Scanning Electron Microscopy (SEM-EDS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola manik las berpengaruh signifikan terhadap nilai kekerasan, keausan dan ketangguhan material. Pola manik las stringer menghasilkan kekerasan yang lebih tinggi dengan nilai kekerasan terbesar 467 HV dibandingkan dengan pola weaving memperoleh nilai kekerasan terbesar 355 HV. Pengujian impak menunjukkan bahwa sampel dengan pola stringer memiliki ketangguhan yang lebih baik dengan nilai rata-rata uji impak 46,05 J sedangkan dengan pola weaving memperoleh hasil rata-rata nilai impak sebesar 44,30 J yang diindikasikan dengan adanya inklusi terak pada sampel uji weaving. Selain itu, hasil pengujian keausan menunjukkan bahwa penerapan pola manik las stringer memiliki ketahanan aus yang lebih baik dengan nilai rata-rata volume terabrasi sebesar 0,01667 mm3 dibandingkan dengan pola weaving memperoleh nilai hasil uji aus sebesar 0,04306 mm3. Analisis SEM-EDS menunjukkan distribusi kimia homogen pada tiap lapisan las dan terbentuk mekanisme perpatahan ulet pada sampel uji setelah pengujian impak, penelitian ini memberikan kontribusi dalam memilih pola manik las optimal untuk meningkatkan kualitas dan umur pakai baja karbon pada rel kereta api. ......This study aims to analyze the effect of weld bead pattern and multilayer hardfacing on the hardness, toughness, and wear resistance values of carbon steel using manual welding (SMAW) method. The method used includes welding with bead pattern stringer and weaving techniques on a railroad substrate based on high carbon steel material. Tests conducted included hardness testing using the Vickers Micro Hardness method, impact testing using the Charpy Impact Testing method, wear testing using the Ogoshi Wear Testing method, and metallographic analysis using Optical Microscopy and Scanning Electron Microscopy (SEM-EDS). The results show that the weld bead pattern has a significant effect on the hardness, wear and toughness values of the material. The stringer weld bead pattern produces higher hardness with the largest hardness value of 467 HV compared to the weaving pattern obtaining the largest hardness value of 355 HV. Impact testing showed that the sample with the stringer pattern had better toughness with an average impact test value of 46.05 J while the weaving pattern obtained an average impact value of 44.30 J which was indicated by the presence of slag inclusions in the weaving test sample. In addition, the wear test results show that the application of the stringer weld bead pattern has better wear resistance with an average value of the abraded volume of 0.01667 mm3 compared to the weaving pattern obtaining a wear test result value of 0.04306 mm3. SEM-EDS analysis showed homogeneous chemical distribution in each weld seam and the formation of ductile fracture mechanism in the test samples after impact testing, this study contributes to selecting the optimal weld bead pattern to improve the quality and service life of carbon steel in railway.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurelly Andharatasya Ardama
Abstrak :
Proses dissimilar welding dapat menguntungkan biaya operasional pada berbagai industri namun memiliki kelemahan karena timbulnya tegangan sisa dan fenomena weld decay pada material. Untuk mengatasi hal tersebut dikembangkan metode proses perlakuan panas pasca pengelasan atau post-weld heat treatment menggunakan temperatur yang berbeda pada tiap logam yang disebut sebagai PWHT terkontrol. Pada penelitian ini, akan diamati pengaruh PWHT terkontrol terhadap distribusi nilai kekerasan, struktur mikro, dan korosi batas butir pada sambungan las dissimilar baja tahan karat TP 304 dengan baja tahan panas P.11 yang dilas menggunakan metode gas tungsten arc welding (GTAW). Pengujian yang dilakukan pada daerah penyambungan meliputi pengujian hardness vickers, pengujian metalografi, dan pengujian ASTM A262 practice E. Hasil dan analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa PWHT terkontrol mampu mencegah terjadinya fenomena weld decay pada baja tahan karat TP 304. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengujian dimana PWHT terkontrol mampu menstabilkan distribusi kekerasan, mencegah pembentukan presipitasi karbida pada batas butir, dan proses difusi antar logam. ......Dissimilar welding offers operational cost benefits across various industries but is hindered by residual stress and weld decay phenomena. To mitigate these issues, a method known as controlled post-weld heat treatment (PWHT) has been developed, utilizing different temperatures for each metal. This study investigates the impact of controlled PWHT on hardness distribution, microstructure, and intergranular corrosion in dissimilar weld joints of TP 304 stainless steel and P.11 heat-resistant steel, joined using the gas tungsten arc welding (GTAW) technique. The welded joints were subjected to Vickers hardness testing, metallographic analysis, and ASTM A262 practice E testing. The results indicate that controlled PWHT effectively prevents weld decay in TP 304 stainless steel. This is evidenced by the stabilization of hardness distribution, inhibition of carbide precipitation at grain boundaries, and enhanced diffusion between the metals.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siburian, Samuel Christopher
Abstrak :
Hardfacing adalah proses ekonomis untuk memelihara atau memperbaiki komponen suatu alat karena masalah keausan. Dalam penelitian ini, tiga sampel pelat baja SMnCrMoB435H dikeraskan menggunakan kawat las baja tahan karat austenitik sebagai lapisan penyangga dan kawat las baja martensit sebagai lapisan hardfacing dengan proses pengelasan flux cored arc welding (FCAW). Prosedur pengelasan identik diulang di semua sampel. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memaksimalkan ketahanan aus yang diperoleh pada lapisan hardfacing yang diperoleh dengan mengoptimalkan parameter pengelasan. Masukan panas untuk hardfacing tiga lapis divariasikan menggunakan tiga arus pengelasan yang berbeda: 200 A, 250 A, dan 250 A, sambil menjaga tegangan pengelasan dan kecepatan pengelasan konstan; dan menggunakan polaritas pengelasan berjenis DC. Lapisan penyangga diendapkan pada logam dasar dengan arus pengelasan sebesar 180 A dengan tegangan dan kecepatan pengelasan yang sama dengan kawat hardfacing. Pengujian kekerasan Rockwell digunakan untuk mengukur nilai kekerasan dari permukaan atas sampel yang dikeraskan. Struktur hardfacing layer dan butter layer juga diambil menggunakan mikroskop elektron pemindaian (SEM). Komposisi kimia fase yang terlihat pada gambar SEM juga ditentukan dengan menggunakan EDS. Rata-rata kekerasan yang dihasilkan pada penelitian ini adalah 39,3 HRC untu masukan panas 2,0 kJ/mm, 41,3 HRC untuk masukan panas 2,5 kJ/mm, dan 43,5 HRC untuk masukan panas 3,0 kJ/mm. ......Hardfacing is an economical process for maintaining or repairing parts of a tool due to wear problems. In this study, three samples of SMnCrMoB435H steel plates were hardened using austenitic stainless steel welding wire as a buffer layer and martensitic steel welding wire as a hardfacing layer by flux cored arc welding (FCAW) welding process. Identical welding procedures were repeated in all samples. The main objective of this research is to maximize the wear resistance obtained on the hardfacing layer which is obtained by optimizing the welding parameters. The heat supply for the triple layer hardfacing is varied using three different welding currents: 200 A, 250 A, and 250 A, while keeping the welding voltage and welding speed constant; and use DC type welding polarity. The buffer layer is deposited on the base metal by welding a current of 180 A with the same welding voltage and speed as the hardfacing wire. The Rockwell hardness test is used to measure the hardness value of the upper surface of a hardened sample. The structure of the hardfacing layer and butter layer was also taken using a scanning electron microscope (SEM). The chemical composition of the phases seen in the SEM images was also determined using the EDS. The average hardness produced in this study was 39.3 HRC for 2.0 kJ/mm heat input, 41.3 HRC for 2.5 kJ/mm heat input, and 43.5 HRC for 3.0 kJ heat input. /mm. 
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>