Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Sulistyorini Amidjono
Abstrak :
Masa remaja adalah masa transisi, dimana pada masa ? masa seperti ini sering terjadi ketidakstabilan baik itu emosi maupun kejiwaan. Pada masa transisi ini juga remaja sedang mencari jati diri sebagai seorang remaja. Proses pencarian inilah yang terkadang dimanfaatkan oleh para kapitalisme dengan menjerumuskan remaja kedalam hal negatif. Salah satu hal negatif yang menjadi permasalahan remaja di hampir semua negara di dunia adalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Generasi masa depan yang lebih dikenal dengan istilah remaja, dipundak merekalah diletakkan kata kunci baik dan buruk serta hancur dan tidaknya peradaban masa depan masyarakat, umat dan bangsa. Banyak faktor yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba pada remaja, namun sampai mengapa remaja kita menyalahgunakan narkoba. Pokok permasalahan dalam tesis ini adalah faktor-faktor apa yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba pada remaja. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba pada remaja, sehingga dapat ditentukan metode yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut sehingga dapat mewujudkan ASEAN bebas narkoba tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan disain studi kasus, dimana peneliti mengadakan penelaahan dokumen dan wawancara mendalam terhadap informan (remaja penyalahguna, orangtua, tokoh masyarakat dan relawan YPI) untuk mengetahui alasan-alasan remaja menyalahgunakan narkoba. Penelitian mengambil lokasi di Kelurahan Kampung Bali, Jakarta Pusat pada bulan Oktober dan Nopember 2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor individu, faktor lingkungan, faktor ketersediaan narkoba dan faktor pengetahuan tentang narkoba merupakan penyebab dari remaja menggunakan narkoba. Dan faktor dominan yang menyebabkan remaja menyalahgunakan narkoba adalah lingkungan masyarakat. Saran yang diajukan adalah: (i) tingkat keyakinan keagamaan para remaja harus ditingkatkan, (ii) pengetahuan masyarakat tentang narkoba harus ditingkatkan, (iii) orangtua harus menciptakan hubungan yang harmonis dalam keluarga dan (iv) para orangtua harus selalu memperhatikan dan menanyakan tentang kegiatan dan teman sebaya anak remajanya.
Adolescence is a process of transition. This process most often followed by unstabilize emotion or even psychological. This is the proces of a teenage seeking their true identity. In this seeking proses usually used by the capitalizsm to put them into a distraction. Spreading and drugs abuse of a teenage is the most difficult problem in almost all over the world. And we know that teenagers are the key of good or bad, being destroy or not is our next generation going to be. There are so many factors of drugs abuse and the issue in this thesis are the factors of drugs abuse to a teenage/Adolescence. The aim of the research is to indentife and to analyze the factors that caused drugs abuse, so we could revealed switable method that could solve the problem and then we can fulfill ASEAN free of drugs 2015. The research use kualitatif method by study case, which that means the researchers do some document research and an exclusive interview (drugs user, parents, community figures, and volenteer of YPI) to find out the reason of the teenage abusing drugs. The research talen at Kelurahan Kampung Bali, Jakarta on October and November 2008. The result of the research shows that factors of individual, neighbourhood, availability of drugs, and a knowledge of drugs are the caused of drugs abuse to adolescence. The most dominant factor is a neighbourhood or we called as society. The suggests are: (i) the beliefs to God should be improve, (ii) societiy?s knowledge should be improve, (iii) we need/ have to create a harmony relation in a family, and (iv) the parents should be more aware to what their teenage.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25490
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Sinta Setiawan
Abstrak :
Berdasarkan Survey Nasional BNN Tahun 2006 tentang Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di 33 Propinsi di Indonesia diperoleh hasil bahwa dari 100 pelajar dan mahasiswa rata-rata 8 orang pernah pakai dan 5 orang dalam setahun terakhir pakai narkoba. Total penyalahguna narkoba pada kelompok Pelajar dan Mahasiswa sebesar 1.073.682 jiwa atau 1,1 juta jiwa dengan angka prevalensi 5,6%. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor penyalahgunaan narkoba pada remaja khususnya siswa SLTA di daerah rawan penyalahgunaan narkoba. Penulis menetapkan objek penelitian pada siswa SLTA penyalahguna narkoba dengan lokasi penelitian kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat. Penelitian dilakukan dari bulan November sampai Desember tahun 2008. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor dominan yang menyebabkan seorang remaja (siswa SLTA) melakukan penyalahgunaan narkoba serta mengidentifikasi mekanisme penyalahgunaan narkoba pada siswa SLTA di kecamatan Tanah Abang. Mekanisme penyalahgunaan narkoba adalah proses akumulasi resiko yang ada pada diri seseorang. Permulaan resiko diawali dari faktor predisposisi yaitu kepribadian, ganguan kejiwaan, keagamaan. Kondisi tersebut bertambah atau berkurang seiring interaksinya dengan lingkungan yang berfungsi sebagai faktor kontributor (keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat). Apabila akumulasi resikonya bertambah besar, maka hanya dengan sedikit pencetus seseorang akan menyalahgunakan narkoba. Keberlangsungan terhadap penyalahgunaan narkoba jenis tertentu tergantung pada kepribadian. Penelitian ini menggunakan konsep mekanisme penyalahgunaan narkoba versi Dadang Hawari yang terdiri dari 3 faktor utama yaitu: Faktor Predisposisi, Faktor Kontribusi dan Faktor Pencetus. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa: 1) tidak ada faktor predisposisi yang dominan, 2) faktor-faktor kontribusi dominan adalah kedekatan hubungan, kegiatan, perhatian, pergaulan, solidaritas dan 3) faktor pencetus dominan adalah ketersediaan, dorongan pribadi, integritas, gaya hidup dan kebiasaan buruk. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan perbedaan mekanisme penyalahgunaan narkoba pada Siswa SLTA di Tanah Abang dengan versi Dadang Hawari. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya faktor predisposisi yang dominan. Selain itu, adanya faktor pencetus yang merupakan bagian dari faktor predisposisi yaitu rasa ingin tahu karena bentukan perilaku (kepribadian) tanpa pertimbangan.
Based on the result of BNN National Survey about students drug abuse and illicit drugs trafficking in 33 provinces of Indonesia. In 2006, 8 students among 100 students ever consumed narcotics and 5 students among 8 students since last of the year have been consuming narcotics. Total amount of drugs abuse students are 1,073,682 persons or 1,1 million persons with 5,6% rate of prevalence. Therefore it must be researched about factors affecting drug abuse student especially in high school at high risk region. Researcher took the location around Tanah Abang, Central Jakarta, and the research has been done since November to December 2008. The objectives of this research are to find dominant factors causing drugs abuse in high school students, and analyze and identify drug abuse mechanism in high school student located in Tanah Abang. The mechanism of drugs abuse is to process the risk accumulation that exists on some one. The early risks of predisposition factor are personality, mental disease and religion. Such condition can be increasing and decreasing along with the interaction of environment that functions as contributor factors (family, school and society neighborhood). If the risk accumulation increases, so with only few triggers some one can be drugs abuser. Habitual of certain drugs abuse depend on personality. This research used Dadang Hawary drug abuse mechanism concept that consists of Predisposition, Contribution, and Trigger factors. The results of this research are 1) there is no dominant predisposition factor; 2) dominant contributors factor are solidarity, activity, milieu, teacher attention: 3) dominant triggers factor consist of substation availability, self motivation, integrity, life style and bad attitude. Based on the result, drugs abuse mechanism of high school students in Tanah Abang is different from Dadang Hawari?s drug abuse mechanism. It?s caused by in availability of dominant predisposition factor. Besides, there is trigger factor of element predisposition factor; self motivation that formed by emotional trait, action without good consideration.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25580
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Juni Supriyanto
Abstrak :
Pemuda adalah harapan bangsa. Melalui pembangunan pemuda diharapkan pemuda dapat dipersiapkan agar kelak mampu menjadi penerus. Tesis ini membahas mengenai pembangunan pemuda, aspek-aspek apa saja yang menjadi perhatian dan prioritas dalam pembangunan pemuda Indonesia. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan sifat eksploratif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2009. Hasilnya menyebutkan ada dua kelompok besar permasalahan pemuda. Pertama kelompok permasalahan yang sistemik dimana pemuda tidak dapat menghindarinya, penyebabnya adalah faktor eksternal. Kedua, kelompok permasalahan karakter pemuda, penyebabnya adalah faktor internal diri pemuda. Selain itu, penelitian ini menghasilkan juga domain / area dan indikator untuk pengukuran pembangunan pemuda Indonesia.
Youth can be expected to be prepared soon to be able successor. This thesis discusses the youth development; these aspects are a concern and priority in the development of the youth of Indonesia. Research method used is a qualitative method with a explorative types. This research was conducted in April-May 2009. The results indicate there are two groups of youth problems. The first group where the systemic problems that young people cannot avoid it (external factors). The second group character of youth problems (internal factors). These researches also generate domain and indicators for measuring development of young people of Indonesia.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Nurmaningtyas Fajarwati
Abstrak :
Tesis ini membahas peran kepemimpinan kyai Sahal Mahfudh dalam proses perubahan yang terjadi di dalam organisasi Pondok Pesantren Maslakul Huda. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil sebagai berikut: Pertama, Kyai Sahal dalam kepemimpinannya di Pesantren Maslakul Huda menggunakan pola kepemimpinan transformasional dalam menerapkan konsep nilai-nilai keagamaan yang terintegrasi dengan kehidupan sosial kemasyarakatan melalui pendidikan dan pemberdayaan. Kedua, sumber-sumber kekuatan perubahan kekuatan yang terjadi di Pesantren Maslakul Huda bersumber pada kekuatan eksternal yaitu, kondisi demografis dan kemajuan tekhnologi serta kekuatan internal berupa perilaku manajerial yaitu kepemimpinan kyai Sahal Mahfudh. Kepemimpinan kyai Sahal dalam proses perubahan Pesantren Maslakul Huda berperan sebagai pemrakarsa atau penganjur sekaligus agen perubahan setiap perubahan yang terjadi di pesantren.
The focus of this study is the leadership of kyai Sahal Mahfudh at Maslakul Huda Islamic Boarding School. The purpose of this study is to understand how kyai?s leadership takes place in creating organizational changing at Maslakul Huda Boarding School. This study uses qualitative method with descriptive design. The researcher finds that: First, kyai Sahal leads Maslakul Huda Islamic Boarding School by using transformasional leadership model in applying religious values integrated with social life through education and people empowerment. Second, the power of organization changing at Maslakul Huda comes from eksternal source (demographic and technology development) and internal source (managerial behaviour from kyai Sahal?s leadership). Kyai Sahal takes a part as initiator and changing agent.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Rasad
Abstrak :
Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia yang seharusnya mengemban peran kepemimpinan nasional. Upaya mengembangkan kepemimpinan negarawan pada pemimpin pemuda ini menjadi tanggung jawab berbagai pihak. Penelitian ditujukan untuk menjawab dua permasalahan. Pertama, apakah karakter negarawan disampaikan oleh berbagai stakeholders kepada para pemimpin pemuda? Dan kedua, bagaimana komparasi pengembangan kepemimpinan negarawan pada pemimpin pemuda yang dilakukan oleh berbagai stakeholders? Penelitian ini menggunakan dua teori sebagai pisau analisis. Pertama, teori negarawan untuk menganalisis kepemimpinan negarawan pada pemimpin pemuda. Dan kedua, teori life-long learning leader (4-L) untuk menganalisis pengembangan kepemimpinan negarawan pada pemimpin pemuda oleh berbagai stakeholders. Peneliti menyimpulkan dua hal pada penelitian ini. Pertama, stakeholders telah menyampaikan karakter negarawan kepada para pemimpin pemuda yang dibinanya. Kedua, terdapat perbedaan pengembangan kepemimpinan negarawan pada pemimpin pemuda yang diselenggarakan oleh stakeholders.
Statesmanship is a very important character for Indonesian national leadership. Statesmanship leadership is expected to be developed on Indonesian youth leaders who are supposed to play role in the national leadership. Some parties are responsible in making efforts to develop such leadership on the youth leaders. This research is aimed at answering two following problems. firstly, has the statesmanship character been presented in youth leaders by the stakeholders? And secondly, how was the comparison statesmanship leadership development in youth leader carried out by the stakeholders? The research used two theories as means of analysis. The first, statesmanship theory to analyze statesman leadership on youth leaders. And the second, life-long learning leader (4-L) theory to analyze statesmanship leadership development on youth leaders. The researcher made two conclusions from the research. The first is that the stakeholders have presented the statesmanship character in youth leaders. And the second, there are some differences the statemanship leadership development in youth leader which caried out by the stakeholders.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Misrakandi
Abstrak :
Fokus penelitian ini adalah Strategi Revitalisasi Gerakan Pramuka dalam Pengembangan Kepemirnpinan Pemuda terkait erat dengan program-program yang dilaksanakan oleh Gerakan Pramuka. Penelitian ini menggunakan teori revitalisasi dari Gouilartn dan Kelly (1995) yang diarahkan untuk lebih mendekatkan program dengan linglcungan stakeholders dalam hal ini pemuda dan anggota pramuka melalui Pencapaian Fokus Pasar, Penciptaan Bisnis Baru, dan Pemanfaatan Teknologi Informasi. Revitalisasi Gerakan Pramuka dalam Pengembangan Kepemimpinan Pemuda menjadi sebuah prioritas sehingga proses pembinaan dan pengembangan kepernimpinan pemuda menjadi lebih terarah dan tepat sasaran berlandaskan kcbutuhan dan harapan pemuda sebagai pemimpin saat ini dan masa depan. ......The focus of this research is the Scout Movement Revitalization Strategy in the Youth Leadership Development is closely related to the programs implemented by the Scout Movement. This study uses the theory of revitalization Gouilartn and Kelly (1995) is directed to approach the program with more environmental stakeholders in this case the youth members and scouts through Achievement Focus Market, New Business Creation and Utilization of Information Technology. Revitalization Movement in the Scout Youth Leadership Development as a priority so that the process of guidance and leadership development of youth to become more effective and targeted on the needs and expectations of youth as leaders at this time and the future.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T29429
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Diana Dewi
Abstrak :
Program revitalisasi gerokan Pramuka yang telah digulirkan sejak 2006, belum mampu memberikan perubahan yang signifikan dalam gerakan Pramuka itu sendiri pada kenyataannya di lapangan. Hal ini dapat dilihat dari masih kurangnya minat para pemuda dan pellljar di Indonesia untuk aktif dalam kegiatan kepramukaan, walaupun secara tertulis jumlab anggota Pramuka adalah 16.374.299 orang. Fokus penelitian ini adalah posisi gerakan Pramuka di dalam benak stakeholders, dan strategi untuk mereposisi gerakan Pramuka sebagai wadah pengembangan kepemimpioan pemuda. Berdasarka penelitian melalui pendekatan kualitatif dengan menggunakan teori Kriteria Positioning dan Alasan Reposisi oleh Hermawan Kertajaya (2004), diperoleh kesimpulan bahwa stakeholders memposisikan Gerakan Pramuka hanya sebagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ataupun di perguruan tinggi dan mereka meni!ai tidak ada kepentiogan bagi mereka untuk berpartisipasi aktif didalamnya. Gerakan Pramuka perlu melakukan reposisi dengau strategi PNU3P (!. Pasar. Perluas target pasar sarnpai pra siaga, fokus pasar Penegak dan Pandega pada basis pembioaan di masyarakat, 2. Nilai. Tarnbabkau nilai-nilai modernisme, 3. Unggul. Tunjukkan keunggulan dengan membuat tagline, 4. Unik. Tunjukkan keunikan, 5. Ubah. Lakukan perubahan pada atribut dan buat positioning statement yang menarik6. Promosi. Lakukan promosi melalui keJja sama dengan berbagai pihak). ......The scout revitalization program which has been done since 2006in realityhas not yet given a significant change for the scout movement itself. This fact can be seen from the declining of interest of the youth and students in Indonesia to actively take a part in the scout activities; yet, it is claimed that there are 16. 374.299 members of Indonesia scout The focus of this research is the position of scout in stakeholders' perspective, and the strategy to reposition the scout movement as a media of youth leadership development Based on the research conducted in qualitative approach by using Positioning Criteria and Reposition Reasons Theory by Hem1awan Kertajaya (2004). It is concluded that the stakeholders position scout movement only as an extracurricular activity at school or university, and they think that there is no importance for them to be actively involved in it The scout movement needs to do a reposition by applying PNU3P strategy (I. Pasar- Market; Enlarge the market target up to pre- 'siaga'' focus on "penegak" and "pandega" in educational base within society; 2. Nilai -Value; add the modernism ·values; 3. Unggul- Strong, show the streng by making a tagline; 4. Unik - Unique, demonstrate the uniqueness; 5. Ubah - Change, make changes on the attributes and create an interesting positioning statement; 6. Promosi - Promotion. do promotion through cooperation with other stakeholders).
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33500
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alfa Saputra
Abstrak :
Sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia menggambarkan bagaimana peran kepeloporan pemuda da1am memerdekakan bangsa. Kondisi Indonesia yang terpuruk dalam banyak sisi salah satunya disebabkan oleh masih langkanya kepeloporan daJam tubuh bangsa inL Peiopor ada1ah orang yang memulai sesuatu yang tadinya be1um ada menjadi ada dan bennanfaat untuk masyarakat. Untuk itulah, peran strategis Kemenpora dalam rnembina dan mengembangkan kepeloporan pemuda di Indonesia sangat diperlukao. Program-program kepeloporan pemuda yang ada di Kemenpora adalah Pemilihan Pemuda Pelopor, Sarjana Penggemk Pembangunan Perdesaan (SP-3) dan Pelatihan Kepeloporan Pemuda. Program. Metalui riset ini, pene1iti menganalisis program pengembangan kepeloporan pemuda di Kemenpora Rl. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif Teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni; teori Kepeloporan, dan teori Pengembangan Program (Harty, Wholey & Newcomer). Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode wawancara mendalam diperoieh kesimpulan bahwa program kepeloporan pemuda di Kemenpora RI belum bcrjalan baik dan proses pengembangan program juga berjaian belum sebagaimana mestinya. Beberapa langkah yang harus dilakukan oleh Kemenpora daiam upaya memperbaiki program kepeloporan pernuda antara Jalnredefinisi makna kepeloporan, menata kembali prioritas dalam rnenentukan target program, menjadikan program pelatihan kepeloporan pemuda sebagai mainstream dan... ......Long history of struggle of the Indonesian nation describes how pioneering role in liberating the nations youth, Condition of Indonesia, which sank in a lot of side one of them caused by the scarcity of pioneering i11 the body of this nation. The pioneer is someone who started something that was not there to be there and beneficial to society. For this reason, Kemenpora strategic role in fostering and developing the pioneering youth in Indonesia is very necessary. Pioneering programs Kemenpora youth in the Pioneer Youth Election, Bache1or of Rural Development Acceleration (SP-3) and the Pioneering Youth Training. Program. Through this study researchers analyzed the pioneering youth development program in Kemenpora RL The approach used in this study is a qualitative approach. Theory used in this study namely; pioneering theory, and theory of Development Program (Harty, Wholey & Newcomer). Based on this research using depth interviews we concluded that the pioneering program of youth in Kemenpora Rf has not gone well and also run the program development process is not as it should. Several steps should be done by Kemenpora in a pioneering effort to improve youth programs, among others, redefined the meaning of pioneering. re-arrange priorities in determining the program targets, making pioneering training program as a mainstream youth, and improvjng communication with youth groups stakeholders.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33673
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tarwin
Abstrak :
Partai politik berperan besar dalam menentukan masa depan sebuah negara demokrasi. Peran partai dalam mengkader dan menyiapkan pemimpin harus diimbangi oleh sistem kaderisasi yang memadai. Sistem kaderisasi yang memadai akan melahirkan pemimpin-pemimpin yang berkualitas. Sebaliknya jika sistem kaderisasi parpol tidak sesuai dengan kebutuhan pemirnpin di sebuah negara, maka akan terjadi kepincangan demokrasi, dimana para pemimpin tidak mampu menjalankan amanah seperti yang seharusnya, Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis model kaderisasi kepemjmpiman di Partai Demokrat, mulai sistem reknltmen sampai proses kaderisasi kepemimpinannya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dcngan desain deskriptif. Hasil penelitian ini adalah sistem relcrutmen anggota Parlai Demokrat sudah sesuai dengan ADART clan memiliki kriteria yang jelas, namun untuk rekrutmen kader pemimpin belurn mempunyai mekanisme yang standar. Partai Demolcrat belum melakukan pengelolaan data anggota dengan bailc, sehingga partai tidak memiliki data yang akurat tnentang anggota, yang nantinya akan digunakan untuk pemetaan dan pengembangan kader. Dalam rekrutrnen kader pemimpin tidak ada lcriteria dan mekanisme yang jelas untuk mengamr rekrutmen kader. Partai rnasih berorientasi pada jangka pendek, sehingga kadcr-kader pernimpin yang muncul di posisi strategis seperti anggota legislatif dan kepala daerah masih banyak dari kalangan entertainer, public figur, pejabat dan mantan pejabat yang kcrnalnpuannya masih dipertanyakan. Secara umum Partai Demokrat sudah berupaya untuk melakukan kaderisasi, tctapi dalam pelaksanaannya masih berorientasi pada jangka pendek. Belum ada database anggota dan kader dan belum jelasnya sistem penjenjangan kader. Kurikulum kaderisasi masih belum berorientasi pada pembekalan dan peningkatan kapasitas kader dalam menjalankan amanahnya, baik dalam partai ataupun pemerintahan, sehingga kurikulum harus direvisi dan terus dikembangkan agar sesuai dengan kebutuban dan dapat meningkatkan skills setiap anggota dan kader.
Politic Parties play role in determine of democracy state future. The contributions in regeneration and prepare leaders have to counterbalanced a good regeneration system. It will born qualified leaders. If the regeneration system not suitable with need of leaders in a state, it will occurs lameness democracy, that leaders could not do their jobs. This study aimed to analyze the model of leadership regeneration in the Democrat party, from recruitment system to regeneration process. The researchis qualitative method with descriptive design. Result of this study is the recruitment system is in conformity with the Democrat party ADART an has clear criteria, but hasn?t done well the management of member data, so that party has no accurate data of members, which will be used for mapping and development of cadres. There is unclear criteria and mechanism to regulate cadre recruitment. The party is still orienwd in the short term, so that the cadres of leaders who emerged at the strategic position such as legislative and head of province, most of them whom come from entertainers, public figures, ofiicials and former officials whose capacity is still questionable. Commonly, Democrat Party has made effort to do regeneration. But in practice the system of cadre training Democrat Party is still short tenn oriented, which is winning general election (PEMILU). There is no database of members and cadre and unclear cadre ladders system at Democrat Party. Regeneration curriculum hasn?t yet have orientation on provision and increasing cadre capacity in running their mandatory, either at the party or at government, so that curriculum should be revised and further developed in order that party is in accordance with necessary and can improve the skills of each member and cadre.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33458
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library