Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Hamidi
"BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkenalan saya dengan nama Abdulkadir Jailani bukan suatu hal yang baru, melainkan suatu pertemuan yang sudah lama berlangsung. Sejak kecil saya telah mengenal nama tokoh ini dengan akrab. Setiap habis panen kakek saya selalu menyelenggarakan pembacaan riwayat hidup Abdulkadir Jailani yang kami sebut nadar. Peristiwa seperti ini dapat berulang lagi sebelum panen musim mendatang, jika ada peristiwa luar biasa seperti, sembuh dari sakit keras atau ada anggota keluarga yang terlepas dari musibah yang besar. Demikian juga tatkala salah seorang saudara saya ada yang menikah, sunatan anak laki-laki, atau memperingati tujuh bulan kandungan anak pertama, maka pembacaan riwayat hidup Abdulkadir Jailani kembali digelar.
Penyelenggaraan nadar ini sangat disukai anak-anak karena pada peristiwa ini biasanya banyak makanan yang enak-enak. Untuk nadar biasanya nenek saya menghidangkan makanan yang lebih banyak dan lebih khusus dari makanan yang dihidangkan dalam acara tahlilan biasa. Kesukaan lain pada acara ini adalah berkumpul bersanta teman dan tetangga dalam suasana yang menyenangkan. Sebelum acara dimulai, anak-anak dapat bergurau dengan leluasa asal saja suara kami tidak melebihi suara orang tua-tua yang juga sedang berbincang-bincang. Gurauan kami ini akan terhenti seketika, kalau acara akan dimulai.
Bertahun-tahun kemudian, tepatnya setelah penataran Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian UI pada tahun 1987, timbul pertanyaan-pertanyaan yang selama ini tidak terpikirkan. Mengapa nadar kali itu begitu mengakar pada masyarakat kami dengan latar belakang penyelenggaraan yang berlainan, tetapi dengan satu tata cara yang sama? Pertanyaan ini muncul karena tradisi pembacaan riwayat hidup ini bukan hanya dilaksanakan oleh tetangga-tetangga satu kampung, melainkan juga dilakukan oleh tetangga-tetangga di luar kampung kami. Pertanyaan lain yang muncul mengikuti pertanyaan pertama adalah tentang tokoh utamanya. Mengapa riwayat hidup yang dibaca itu riwayat hidup Abdulkadir Jailani dan bukan riwayat hidup Nabi Muhammad? Bukankah Nabi Muhammad merupakan tokoh ideal yang semua perilaku hidupnya harus dicentoh oleh setiap muslim?
Sebelum kedua pertanyaan ini menemukan jawaban yang tepat, tiba-tiba muncul jawaban yang lain dari Imran AM lewat bukunya Kitab Manakib Syekh Abdul Qadir Jaelani Merusak Aqidah Islam (1984). Seperti yang sudah tergambar dari judulnya, buku ini berisi sorotan pengarang atas kitab yang selama ini selalu dibaca di kampung saya. Secara garis besar buku ini terbagi ke dalam dua bagian. Bagian pertama, membahas istilah manakiban, wali, karamah, nazar, tawasul, tabaruk, hakikat, dan syariat. Istilah-istilah ini dibahas satu persatu mulai dari pengertiannya sampai dengan penentuan hukumnya sesuai dengan ajaran Islam. Sebagai contoh, dia mengartikan manakib sebagai riwayat hidup yang memiliki hubungan dengan sejarah kehidupan orang-orang besar atau tokoh-tokoh penting (Imran, 1984:3). Hukum membaca manakib menurut Imran dilarang oleh agama, jika pembacaan tersebut mempunyai niat yang berlebih-lebihan, seperti mengharap dagangan cepat laku atau untuk mengusir makhluk halus (1984:6). Bagian kedua berisi koreksi Imran terhadap isi cerita manakib Abdulkadir. Tidak kurang dari 19 bagian cerita yang dibahas serta tiap bagian dikoreksi sesuai dengan ajaran Islam. Sebagai contoh, dia mengoreksi kebiasaan Abdulkadir tidak tidur, tidak makan, dan minum dalam waktu yang lama. Imran mempertanyakan kebenaran kebiasaan Abdulkadir ini. Menurutnya, ajaran seperti ini tidak ada dalam syariat Islam (1984:91). Tentu saja pembahasan seperti ini tidak diharamkan. Artinya orang bisa saja berpendapat tentang sesuatu sesuai dengan kemampuannya. Akan tetapi, pendapat tersebut bukan satu-satunya pendapat. Pandangan ini hanya?
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrizal Nugroho
"Kebijakan yang proactive membuat Jepang ikut berkontribusi dalam kestabilan dunia. Konflik Palestina-Israel merupakan salah satu konflik yang saat ini belum menemukan solusinya. Jepang berkontribusi dengan memberikan bantuan ke Palestina melalui Cooperation among East Asian Countries for Palestinian Development (CEAPAD). CEAPAD merupakan kerangka kerjasama yang diinisiasi oleh Jepang dan mengajak negara-negara Asia Timur untuk membantu Palestina dan memperkuat hubungan antara negara-negara di Asia Timur. Negara yang tergabung dalam CEAPAD bekerjasama dengan memberikan bantuan teknis kepada Palestina. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan konsep kebijakan luar negeri, bantuan luar neger, serta konstruktivisme. Pengumpulan data dilakukan melalui metode studi literatur dan wawancara dengan Duta Besar Palestina di Indonesia. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa bantuan yang diberikan Jepang ke Palestina berperan sebagai pelindung kepentingan nasionalnya. Selain itu bantuan yang diberikan hanya sebatas bantuan finansial, teknis maupun pengembangan negara karena bantuan yang diberikan tersebut tidak akan berselisih dengan politik Amerika di kawasan konflik tersebut. Bantuan Jepang melalui kerangka CEAPAD juga menjadi sarana Jepang dalam mencapai kepentingan-kepentingan negaranya yaitu pengaruhnya di kawasan Asia Tenggara serta memperlihatkan keaktifan Jepang dalam konflik internasional.

This thesis deal with the Japanese perspective to providing assistance to Palestine. Particular emphasis placed on Japans government initiative in providing assistance to Palestine under the Cooperation among East Asian countries for Palestinian Development (CEAPAD) scheme. This study uses qualitative methods and four of the most prominent concepts in this thesis are foreign policy, foreign aid, soft power, and constructivism. Sources in this thesis were basesd on data collection from university libraries in Jakarta. Literature and materials such as books, journals, magazines and newspaper which are published in Indonesian and in english were used in order that the historical method of organizing the data may be achieved. The findings of this study indicate that Japan basically aims to provide assistance to Palestine in order to protect her national interests. i.e. to protect a stronger informal foundation for its already large economic presence built up since 1970s. Moreover the Japanese assistance to Palestine is only limited to financial, technical cooperation and grant aid. Japanese assistance through CEAPAD is also as a tool to achieve japans national interest, especially in Asia.
"
Depok: Sekolah Kajian Strategik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T54619
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiyyah Mufidah
"Risiko terkait keselamatan dan kesehatan tidak hanya mengancam siswa, melainkan dapat terjadi pada karyawan sekolah. Penilaian yang salah tentang risiko akan menyebabkan pengambilan keputusan yang tidak sesuai dan memicu tindakan tidak aman. Tujuan dari penelitian ini adalah menilai persepsi karyawan sekolah dasar di Kecamatan Beji Depok terhadap risiko keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan paradigma psikometrik. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif berdesain cross sectional dengan jumlah responden yang terlibat sebanyak 199 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan paradigma voluntarines, risiko yang tidak bisa diterima secara sukarela adalah adanya tindak kekerasan dari murid ataupun orang tua. Berdasarkan paradigma immediacy effect, risiko yang memiliki efek segera adalah risiko terpeleset. Berdasarkan paradigma knowledge in experience, risiko yang sering dialami adalah kelelahan mata.
Berdasarkan paradigma knowledge in science, risiko yang belum diketahui secara ilmu pengetahuan adalah terkena bahan berbahaya. Berdasarkan paradigma controllability, risiko yang tidak bisa dikendalikan adalah bencana alam. Berdasarkan paradigma newness, risiko yang baru diketahui adalah terkena bahan berbahaya. Berdasarkan paradigma chronic/catastrophic, risiko yang memiliki efek katastropik adalah bencana alam. Berdasarkan paradigma common/dread, risiko yang jarang terjadi dan membuat takut adalah bencana alam. Terakhir berdasarkan paradigma severity of consequence, risiko yang memiliki efek fatal adalah kebakaran dan bencana alam. Maka dari itu, perlu diadakan pelatihan khususnya terkait bencana alam untuk menambah pengetahuan karyawan sekolah.

Safety and health risks are not only threatening to students, but can occur in school employees. A false assessment of risk leads to inappropriate decision making and unsafe act or human error. The purpose of this study was to assess risk perception of occupational safety and health on primary school employees in Beji Depok sub district based on psychometric paradigm. The design of this study used a descriptive quantitative method with a cross sectional approach and the number of respondents involved as many as 199 people. The results of this study show that based on the voluntarines paradigm, the risk that can not be accepted voluntarily is the presence of violence from students or parents. Based on the immediacy effect paradigm, the risk that has an immediate effect is the risk of slipping.
Based on the paradigm of knowledge in experience, the risk is often experienced eye fatigue. Based on the knowledge in science paradigm, the risks not yet known in science are exposed to hazardous materials. Based on the controllability paradigm, the uncontrollable risk is a natural disaster. Based on the newness paradigm, the newly discovered risk is exposed to hazardous materials. Based on the chronic catastrophic paradigm, the risk of having a catastrophic effect is a natural disaster. Based on the common dread paradigm, the risks that are rare and frightening are natural disasters. Last based on the severity of consequence paradigm, the risks that have a fatal effect are fires and natural disasters. Therefore, it is necessary to conduct training especially related to natural disasters to increase knowledge of school employees.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Nathania Handayani
"Penelitian ini membahas mengenai fenomena kemiskinan lansia yang semakin terlihat di masyarakat Jepang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan campur tangan Pemerintah dalam menjamin kesejahteraan warga lanjut usia dan menjelaskan dampak pengalihan sistem dukungan lansia dari keluarga oleh negara mempengaruhi kemiskinan lansia di Jepang. Tesis ini menggunakan metode kualitatif dengan metode analisis studi pustaka dan menggunakan data dari artikel, buku, video dokumenter, catatan hasil wawancara dan data yang dirilis oleh Pemerintah. Hasil studi menunjukkan bahwa skema kesejahteraan yang disiapkan oleh Pemerintah Jepang sudah tidak mampu lagi menyediakan sistem dukungan yang memadai sehingga lansia menjadi kelompok yang rawan miskin. Di sisi lain, keluarga juga sudah tidak bisa lagi menyediakan sistem dukungan karena terdapat perubahan struktur yang menyebabkan keluarga tinggal terpisah, dan semakin banyaknya individu yang tidak berkeluarga dan tinggal sendirian. Teori tautan sosial dan pelepasan sosial melihat adanya kelonggaran ikatan keluarga dan relasi sosial di dalam kehidupan lansia semakin meningkatkan resiko lansia menjadi miskin karena lansia kehilangan tempat untuk bersandar.

This study discusses the elder poverty phenomenon that is increasingly visible in Japanese society. The purpose of this study is to describe the Government's intervention in ensuring the welfare of the elderly and to explain the impact of the shifting the elderly support system from the family by the state on elderly poverty in Japan. This thesis used qualitative method with literature study analysis method and uses data from articles, books, video documentaries, interviews notes, and White Paper. The study results show that the welfare scheme prepared by the Japanese Government is no longer able to provide an adequate support system. This causes elderly group is more prone to poverty than other age group. On the other hand, families are also no longer able to provide a support system due to structural changes that have caused families to live separately, and the increasing number of individuals who are not married and live alone. The theory of social links and disengagement sees the loosening of family ties and social relations in the life of the elderly which increases the risk of the elderly becoming poor because the elderly lose their place to lean on."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zainul Abidin
"Kebijakan pengembangan daerah reklamasi adalah bagian penting dari tata ruang kota Jakarta. Kebijakan reklamasi pantai utara Jakarta dalam rezim perkotaan hampir tidak ada yang diteliti oleh para scholar, termasuk dinamika rezim perkotaan dalam tata ruang kota pada kebijakan pembangunan reklamasi pantura Jakarta. Dalam teori urban rezim, ada tiga tipologi rezim kota. Pertama, rezim instrumental. Tujuannya adalah mewujudkan program dan motifnya ialah hasil. Kedua, rezim simbolik. Tipologi rezim yang memiliki motivasi untuk mengekspresikan politik rezim. Ketiga, rezim organik. Tujuannya yaitu mengabadikan status quo. Dalam rezim perkotaan, efektivitas kebijakan rezim dipengaruhi oleh tindakan kekuasaan aktor pada rezim perkotaan. Agar efektif, pemerintah harus memadukan kapasitas mereka dengan berbagai aktor non-pemerintah. Akan tetapi dalam kebijakan reklamasi pantura Jakarta, aktor non-pemerintah lebih khusus pengembang sangat dominan dalam mengambil kebijakan politik penyelenggaraan pembangunan kawasan reklamasi. Dominasi dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan reklamasi oleh pengembang menciptakan konflik politik dan ekonomi yang luas, antara masyarakat, aktor, dan negara. Dampak dari dinamika tersebut menyebabkan kebijakan tata ruang kota di Jakarta tidak efektif. Kesimpulan dalam penelitian ini menguatkan teori urban regime Clerence Stone. Bahwa dominasi politik merupakan bagian masalah yang utama setelah menyatukan kapasitas kekuasaan antar aktor pada rezim perkotaan.

The policy of developing reclamation areas is an important part of the spatial layout of Jakarta. The policy of reclamation of Jakarta in urban regimes is almost nothing that is researched by scholars, including the dynamics of urban regimes in urban spatial city on the development of reclamation in Jakarta. In the urban regime theory, there are three typologies of the city regime. First, the instrumental regime. The aim is to realize the program and the motive is the result. Second, symbolic regime. The typology of the regime which has the motivation to express the regime's politics. Third, the organic regime. The goal is to perpetuate the status quo. In urban regimes, the effectiveness of regime policies is influenced by acts of actor power in urban regimes. To be effective, the government must integrate their capacity with various non-government actors. However, in the Jakarta reclamation policy, non-government actors, especially developers, are very dominant in taking political policies in the implementation of the construction of reclamation areas. Domination in the planning and implementation of the construction of reclamation by the developer creates a broad political and economic conflict between the community, actors and the state. The impact of these dynamics has led to ineffective urban spatial planning policies in Jakarta. The conclusions in this study reinforce the urban theory of the Clerence Stone. That political domination is a major part of the problem after uniting power capacity between actors in urban regimes."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Solihat
"Di Museum Nasional Jakarta, terdapat dua buah naskah, Srifa' al-Qulub (SQ), yang masing-masiag, berkode ML. 115B dan ML. 339B. Kedua naskah ini telah saya perbandingkan dengan mengikutsertakan sebuah naskah SQ berbentuk facsimile' dalan BKI 104. Hasil yang diperoleh dari perbandingan tersebut menunjukkan bahwa ML. 115B dianggap sebagai naskah yang lebih baik bila dibandingkan dengan dua naskah lainnya. Oleh karena itu, ML. 115B inilah yang saya pilih sebagai naskah suntingan dalam skripsi ini. Kitab SQ ini merupakan salah satu karangan Nuruddin Ar-Raniri yang ringkas dan pendek. Isinya tentang pengetahuam tasawuf. Di dalamnya dijelaskan pengertian kalimat syahadat, kalimat tayyibat_, masalah mukasyafat atau makrifat, dan masalah. berzikir. Dilihat dari segi bahasa yang dipergunakan, pengaruh bahasa Arab tampak jelas dalam bahasa Melayu yang diperguna_kan dalam teks SQ. Pengaruh tersebut dapat dilihat dalam pemakaian kosa kata, ungkapaa, morfologi, dan sintaksis. Menurut pengarangnya, kitab SQ ini ditulis sebagai reaksi bantahan terhadag faham wujudiyyat. Yang, dimaksud faham wujudiyyat di sini ialah faham sufi yang dianut oleh kelompok Hamzah Fansuri dan Syamsuddin Sumatrani. Faham ini dianggap menyesatkan oleh Nuruddin karena telah menyalahtafsirkan pengertian kalimat la ilaha illa l-lahu. Perbedaan mendasar antara faham wujudiyyat dengan Nuruddin ialah dalam.soal hubungan Tuhan dengan makhluk-Nya. Kaum wujudiyyat berpendapat, bahwa Tuhan dan makhluk.-Nya merupakan satu wujud (wahdat al-wujud), dalam arti Tuhan terkandung dalam diri makhluk. Oleh karenanya, menurut faham ini seorang sufi dalam,penghayatan transendentalaya dapat menyatu dengan Tuhan (ittihad).Nuruddin menolak faham wujudiyyat tersebut. Menurutnya, wujud Tuhan itu berbeda dengan mujud makhluk. Wujud Tuhan itu wujud Hakiki atau wujud yang sebenar-benarnya, sedang_kan wujud makhluk adalah.wujud ma'jazi atau wujud _bayangan_. Oleh karena itu, menurut Nuruddin, seorang sufi dalam penghayatan transeadentalnya hanya sampai pada batas mukasyafat yakni batas 'penyaksian' bahwa tidak ada yang.dilihatnya ke-cuali Allah. Pengertian mukasyafat ini jelas berbeda dengan ittihad, yakni perasaan menyatunya diri dengan Tuhan. Syifa al-Quluh artinya 'Obat Penentram Hati'. Secara tersirat Nuruddin bermaksud ingin meneatramkan suasana kego_yahan iman dan kesesatan umat. Ia mengajaknya untuk kembali ke ajaran tasawuf yang 'benar' menurut pandangannya."
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah
"Kajian mengenai perbandingan bentuk dan isi teks Hikayat Nabi Mengajar Ali dengan kisah Dewaruci bertujuan untuk mengetahui isi teks Hikayat Nabi Mengajar Ali, melihat keparalelan teks tersebut dengan kisah Dewaruci, serta mendeskripsikan simbol-simbol yang ada di dalam teks Hikayat Nabi Mengajar Ali. Tujuan ini didasarkan pada banyaknya simbol yang ada di dalam teks yang digunakan untuk menuangkan ajaran, sehingga jika kita menangkap makna kata secara denotatif maka tidak akan sampai pada maksud teks yang sebenarnyrya sastra Jawa klasik yaitu Dewaruci. Oleh karena itu penggarapan skripsi ini didasarkan pada metode analisis komparatif dan deskriptif. Dengan metode tersebut maka diketahui bahwa teks Hikayat Nabi Mengajar Ali berisi ajaran tasawuf yaitu ajaran untuk menjadi manusia sempurna dengan cara mampu melalui tahapan syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat sehingga bisa dekat sekali dengan sang Pencipta. Selain itu simbol-simbol yang ada selalu disejajarkan dengan keempat tahapan tersebut. Dengan mendeskripsikan simbol-simbol tersebut kemudian memperbandingkan dengan Dewaruci diketahui bahwa keduanya memang tampak sejajar, pertama dari segi bentuknya sama-sama menggunakan tokoh murid dan guru yang di dalam bersuluk sangatlah penting, kedua kesamaan ajaran yang hendak disampaikan yaitu menyajikan konsep manusia sempurna. Manusia yang dianggap sempurna adalah manusia yang mampu mendekati Tuhannya dengan melewati keempat tahapan tersebut.a. Selain itu, isi teks tampaknya mirip dengan ka"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christine, R.A.T.
"Yang menjadi topik dalam skripsi ini adalah permasalahan sosiologi dan psikologi. Suatu permasalahan sosiologi dan psikologi yang dibatasi pada penilaian sejauh mana aspek sosial-psikologis dalam roman De Grauwe Vogels karya Arthur van Schendel. Dalam penulisan skripsi ini saya memberikan penafsiran terhadap roman De Grauwe Vogels karya Arthur van Schendel. Penafsiran ini pertama-tama didasarkan pada data-data yang terdapat di dalam teks sendiri. Pendekatan semacam ini dinamakan pendekatan ergosentris. Sesudah mengetahui apa yang terdapat di dalam teks, kemudian saya memberikan penilaian. Kriteria dalam penilaian ini adalah kesatuan karya, sejauh mana kerangka fiksional dipertahankan secara konsekuen, serta konsistensi dalam komposisi, gaya dan jiwa. Akhirnya, oleh karena saya berrnaksud untuk menyorot aspek sosial-psikologis dalam roman De Grauwe Vogels maka untuk mendukung penafsiran ini saya memasukkan juga data-data otentik dari ilmu sosiologi dan psikologi. Dari hasil penafsiran tersebut pertama-tama dapat disimpulkan bahwa dalam roman De Grauwe Vogels (1937) yang merupakan produk sasudah tahun 1930 dari Arthur van Schendel, seorang neoromantikus, terkandung unsur naturalistis. Naturalisme mengandung unsur bahwa segala sesuatu gedetermineerd 'ditentukan' oleh tiga Faktor, yaitu erfelijkheid 'sifat yang diwariskan', milieu 'lingkungan sosial' dan omstandigheden 'keadaan-keadaan'. Dengan unsur naturalistis dalam karyanya ini Van Schendel ingin menggambarkan bahwa tokoh-tokoh dalam cerita ini gedetermineerd 'ditentukan' oleh erfelijkheid 'sifat yang diwariskan', milieu 'lingkungan sosial' dan omstandigheden 'keadaan-keadaan'. Hidup mereka serba ditentukan sehingga sama sekali tidak memiliki kehendak bebas. Selanjutnya dalam roman De Grauwe Vogels terkandung pula unsur-unsur Kristen yang berkaitan dengan kalvinisme tulen. Kalvinisme adalah ajaran yang mengutamakan predestinasi, yaitu pendapat bahwa setiap nasib orang sudah ditentukan oleh Tuhan pada saat kelahirannya, lepas dari jasa-jasa pribadi dan keinginan bebas seseorang. Dengan unsur-unsur yang berkaitan dengan kalvinisme tulen ini Van Schendel ingin membuktikan bahwa manusia gedetermineerd 'ditentukan' oleh Tuhan dan oleh karena itu tidak ada kehendak bebas baginya. Akhirnya dapat kita simpulkan bahwa seperti dalam karya-karya pemulanya, dalam roman De Grauwe Vogels terkandung unsur kerinduan. Hanya bentuk kerinduannya berbeda. Dahulu, dalam karya-karya pemulanya, unsur zwerversvorlangen 'kerinduan seorang pengembara' nyata sekali, sedangkan di sini unsur verlangen naar vrijheid 'kerinduan akan kebebasan' yang muncul."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tangkudung, Auderey Gamaliel Dotulong
"ABSTRAK
Masalah-masalah yang ada dalam Eerste indrukken ini adalah penampilan perspektif, penokohan, motif-motif, serta tema yang baru dan berbeda dari roman-roman yang dihasilkan pengarang lain. Mengapa Schippers memilih seorang anak kecil menjadi pencerita sekaligus tokoh utamanya? Apakah hubungannya dengan penokohan serta tema yang hendak disampaikannya? Selain itu, adakah hubungannya dengan Nieuw-realisme? Hal ini saya pertanyakan sebab sebelum Schippers menulis roman-romannya ia adalah seorang penyair. Sajak-sajak yang dihasilkannya menunjukkan dengan jelas pengaruh aliran seni modern itu. Robert Anker, salah seorang kritikus sastra Belanda memperkuat dugaan saya itu. la mengatakan bahwa karya-karya Schippers itu tidak terlepas dari aliran seni modern tersebut. Permasalahan-permasalahan tersebut di atas merupakan permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini. Perspektif yang baru menurut saya sengaja diciptakan oleh Schippers. Tujuannya yang utama adalah untuk menunjang tema yang ingin disampaikannya, yaitu relasi antara bahasa dan kenyataan. Artinya, melalui perspektif seorang anak kecil Schippers ingin mendekati kenyataan dengan Cara yang baru. Dalam Eerste indrukken ini diperlihatkan bagaimana anak kecil itu mengamati benda-benda, warna-warna, gerakan, dan sebagainya yang sesungguhnya merupakan realitas sehari-hari yang berbeda di sekitarnya. Melalui perspektif seorang anak kecil Schippers seolah-olah mengadakan percobaan bagaimana kalau seorang anak (tokoh 'aku') menolak untuk berbicara (berbahasa). Apakah mungkin? Apakah realitas-realitas yang ia alami itu bisa diekspresikan? Pada akhirnya Schippers menceritakan bagaimana anak kecil itu (tokoh 'aku') masuk ke dalam bahasa. Tema Eerste indrukken adalah relasi antara bahasa dan realitas (kenyataan) juga terlihat dalam penokohan. Seperti yang sudah saya kemukakan di atas, tokoh 'aku' berusaha untuk tidak mau berbicara. la tidak mau mengatakan kata pertamanya (het eerste woord), padahal orang-orang dewasa yang sering berkunjung ke rumahnya sangat mengharapkan ia bisa berbicara. Tokoh 'aku' akhirnya dengan kemauannya sendiri masuk ke dalam bahasa. Kalau dilihat dengan lebih teliti lagi persoalan dalam Eerste indrukken adalah persoalan ide, bahasa, dan realitas. Realitas bisa diekspresikan melalui bahasa setelah diproses dalam pikiran. Sedangkan posisi Eerste indrukken (kesan-kesan pertama) yang juga merupakan judul buku ini berada pada relasi antara ide dan realitas. Hal inilah yang ingin dicari oleh tokoh 'aku' dan juga tokoh pelukis. Eerste indrukken dioposisikan dengan bahasa. Menurut tokoh aku Eerste indrukken-lah yang asli dan yang penting dalam kehidupan sedangkan bahasa hanyalah imitasi. Bahasa Sudah tidak asli lagi. Orisinalitas-orisinalitas yang ditampilkan Schippers, baik dalam perspektif, penokohan, motif-motif, dan tema sesungguhnya sedikit banyak merupakan pengaruh dari nieuw realisme. Aliran ini diproklamasikan oleh Yves Klein, Daniel Spoerri, Arman, Pierre Restany, dan lain-lain di Perancis, 27 Oktober 1960. Inti dari aliran ini ialah ingin mendekati kenyataan dari atau dengan perspektif yang baru. Para seniman Neorealis ingin mengungkapkan atau mengekspresikan realitas sehari-hari dalam karya mereka. Secara singkat dalam penulisan ini saya ingin membahas unsur-unsur roman Eerste indrukken seperti perspektif, penokohan, motif-motif, tema, dan juga orisinalitas orisinalitas yang ada dalam unsur-unsur tersebut."
1989
S15959
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Happy Zahrotin Nisa
"ABSTRAK
Populasi Jepang yang menua (ageing society) dengan cepat tidak diimbangi
dengan tingginya jumlah usia produktif, menyebabkan Jepang mengalami
penurunan tenaga kerja secara tajam. Hal ini mendorong pemerintah Jepang untuk
menerima care worker dan perawat asing ke dalam sektor perawatan jangka
panjang dengan menandatangani perjanjian kemitraan ekonomi bilateral termasuk
dengan Indonesia yang disebut sebagai Indonesia Japan Economic Partnership
Agreement (IJEPA) pada tahun 2007. Meskipun terikat dengan kontrak kerja
formal di bawah IJEPA, sebagai migran dan pekerja pelatihan yang tidak terampil,
kandidat care worker cenderung berada di situasi rentan dan diskriminatif.
Penelitian ini mengamati penerapan satu dekade IJEPA dari segi kerjasama
pengiriman care workers dan juga membahas pemenuhan hak-hak care workers
Indonesia di Jepang dengan menggunakan indikator peningkatan ekonomi dan
sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
kasus.
Penelitian ini menemukan bahwa pelaksanaan IJEPA dalam satu dekade
dapat meningkatkan akses pasar barang dan jasa yang lebih terbuka serta dapat
meningkatkan investasi dan kerjasama kedua negara. Hal ini juga dapat dilihat
dari meningkatnya pengiriman jasa tenaga kerja perawat (kangoshi) dan penopang
lansia atau care worker (kaigofukushishi) Indonesia untuk bekerja di Jepang dari
tahun ke tahun. Terlepas dari beberapa kasus yang mengarah ke penurunan
ekonomi dan sosial, bahwa hampir semua hak-hak care worker narasumber
sebagai pekerja migran sudah terpenuhi dan sudah sesuai dengan kontrak kerja.
Kurang atau lemahnya kontrak kerja dan juga pengawasan dari lembaga terkait
yaitu BNP2TKI serta perbedaan bahasa dan budaya Indonesia dengan Jepang
turut menjadi andil yang menyebabkan hak-hak kandidat tidak terpenuhi.

ABSTRACT
The rapid increase of ageing society in Japan population is not synchronized
with the increasing number of the young generation at their productive age,
leading to the extreme decline of the workforce population in the country. This
problem was forcing the Government of Japan to employ foreign care workers
and nurses for the nursing sector in the long-term by establishing the bilateral
agreement in the economic sector, including Indonesia. This agreement later is
known as Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) and set up
in 2007. Although the contract is officially binding under IJEPA agreement, the
unskilled or under-skilled migrant worker often found themselves in vulnerable
and discriminative condition.
The objective of this research is to analyze the implementation of one
decade of IJEPA in the aspect of the movement of natural persons (care workers)
and elaborate the fulfillment of Indonesian care workers rights during their duty
in Japan using economic and social upgrading indicators. The research was
conducted using Qualitative Methodology by adopting the case study approach.
The finding of this study suggests that the implementation of IJEPA in a
decade could promote access for goods, services, investment, and cooperation for
both countries. This phenomenon also could be observed from the increasing
number of dispatch for Indonesian nurses (kangoshi) and care workers for the
elderly population (kaigofukushishi) to work in Japan in the recent years.
Nevertheless, apart from several cases that led to economic and social
downgrading, nearly all the rights of care workers as migrant workers have been
fulfilled and in accordance with the employment contract. Lacks of clarity in the
employment contracts and poor oversight from respective institutions, such as
BNP2TKI, and differences in language and culture between Indonesia and Japan
also contribute to the non-fulfillment of candidates rights.
"
2019
T54474
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>