Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurina Anggraeni Pratiwi
"Latar Belakang: Siler yang baik adalah yang memiliki tingkat kebocoran mikro yang rendah Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis siler golongan resin SRE dan polidimetilsiloksan generasi baru SPGB
Metode: Tiga puluh dua gigi premolar bawah dibagi dua kelompok sama besar yaitu kelompok SRE dan SPGB Setelah pengisian saluran akar dengan teknik kondensasi lateral sampel diinkubasi 370C 24 jam mahkota dipotong menyisakan bagian akar 15 mm dilapis cat kuku kecuali 1 mm dari apeks lalu direndam dalam tinta India selama 7 X 24 jam Lalu sampel didekalsifikasi dengan asam nitrat 5 didehidrasi berturut turut dengan alkohol 80 90 dan 100 dan dibuat transparan dengan metil salisilat 100 Kedalaman penetrasi tinta dievaluasi dengan mikroskop stereo Skor 1 untuk penetrasi tinta 0 0 5 mm skor 2 untuk penetrasi tinta 0 51 1 mm dan skor 3 untuk penetrasi tinta 1 mm
Hasil: Distribusi proporsi kebocoran terbesar kelompok SRE terdapat pada skor 2 yaitu sebesar 56 3 Sedangkan distribusi proporsi kebocoran terbesar kelompok SPGB terdapat pada skor 1 yaitu sebesar 68 8 Dengan tes Kolmogorov Smirnov terdapat perbedaan bermakna antara kelompok SRE dan SPGB
Kesimpulan: Kebocoran mikro pengisiansaluran akar pada sepertiga apeks dengan siler polidimetilsiloksan generasi baru lebih rendah dibandingkan dengan siler resin epoksi

Background: An ideal root canal sealer should have good sealing ability The purpose of this study was to analyze the microleakage of obturation using epoxy resin based SRE and new generation polydimethylsiloxane based SPGB as root canal sealer
Methods: Thirty two mandibular first premolars were equally divided into two groups and obturated with lateral condensation technique The sealer used for Group I and Group II were SRE and SPGB respectively After obturation the specimens were incubated 370C 24 h decoronated sealed with nail polish except 1mm from apex immersed in Indian ink for 7 days decalcified with 5 nitric acid solution dehydrated with 80 90 and 100 alcohol consecutively and made transparent by immersing them in 100 methyl salicylate Dye penetration were evaluated under stereomicroscope and givenscore 1 3 Specimen with 0 0 5 mm dye penetration was given score 1 while 0 51 1 mm penetration was given score 2 and 1 mm was given score 3 The results were statistically analyzed with Kolmogorov Smirnov test
Results: The largest proportion distribution in SR group was score 2 56 3 whilst the largest proportion distribution in SPGB group was score 1 68 8 There was a significant difference between the microleakage of epoxy resin based and new generation polydimethylsiloxane based sealer observed from the one third apical leakage
Conclusion: The microleakage of new generation polydimethylsiloxanebasedsealer is lower than epoxy resin based sealer
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T32929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Damayanti Kartikasari
"Latar Belakang: Tolok ukur baik tidaknya adaptasi tepi restorasi adalah tidak adanya kebocoran pada perbatasan restorasi dan gigi Restorasi resin komposit dapat menimbulkan kebocoran mikro akibat kontraksi saat polimerisasi sehingga terdapat celah antara dinding kavitas dengan resin komposit Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat kebocoran mikro dinding restorasi kelas I antara antara RK bulk fill dengan aktivasi sonik bulk fill tanpa aktivasi sonik dan inkremental
Metode: Kavitas kelas I dipreparasi pada dua puluh tujuh gigi premolar rahang atas kemudian dibagi menjadi tiga kelompok Kelompok pertama ditumpat dengan RK bulk fill dengan aktivasi sonik kelompok kedua dengan RK bulk fill tanpa aktivasi sonik dan kelompok ketiga dengan RK yang diletakkan secara inkremental Selanjutnya spesimen direndam dalam air distilasi selama 24 jam dan kemudian dilakukan uji thermocycling yang diikuti perendaman dalam biru metilen 1 selama 24 jam Gigi selanjutnya dibelah longitudinal dan dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop stereo pembesaran 12x dan dinilai dalam skala ordinal 0 4 Analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik di antara tiga kelompok Kesimpulan Tidak ada satupun dari kelompok RK bulk fill dengan aktivasi sonik bulk fill tanpa aktivasi sonik dan yang diletakkan secara inkremental yang dapat menghilangkan kebocoran mikro pada preparasi kavitas kelas I

Background: A good marginal adaptation of a restoration can be measured by the absence of microleakage at the interface area Resin composite undergo contraction during polymerization which may result in gap formation between the wall cavity and composite and resulting microleakage The purpose of this study is to analyze the microleakage of class I cavity preparations that were filled with sonic activated bulk fill resin composite bulk fill resin composite without sonic activation and composite that were filled incrementally
Methods: Standardized class I cavities were prepared on 27 extracted human upper premolars and randomly assigned to three groups The first group were filled with sonic activated bulk fill resin composite the second group were filled with bulk fill resin composite without sonic activation and the third group were filled incrementally The specimens were stored in distilled water for 24 hours and then subjected to thermocycling followed by immersion in 1 methylene blue dye for 24 hours The teeth were sectioned longitudinally and evaluated for microleakage under 12x magnification stereomicroscope and scored in ordinal scale 0 4 Statistical analysis was performed with the Kolmogorov Smirnov test
Results: There was no statistically significant difference among the three groups Conclusion None of the the techniques was capable of eliminating the microleakage in class I cavity preparations
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T32988
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afriani Nov Angellina
"Latar Belakang: Ekstrak biji anggur (GSE) mengandung 74-78% proantosianidin yang berfungsi sebagai pengikat silang kolagen.
Tujuan: menganalisis kemampuan GSE sebagai larutan irigasi saluran akar dalam membersihkan smear layer pada daerah sepertiga apeks.
Metode: lima puluh gigi dibagi menjadi lima kelompok. Kelompok 1 meggunakan aquades, kelompok 2 menggunakan GSE 3.25%, kelompok 3 menggunakan GSE 6.5%, kelompok 4 menggunakan GSE 13% dan kelompok 5 menggunakan EDTA 17%. Kemudian dilakukan pemeriksaan tingkat kebersihan sepertiga apeks menggunakan SEM dan diberi skor. Analisis data menggunakan uji kolmogorov-smirnov.
Hasil: Skor 0 terbanyak pada GSE 13% (40%), skor 1 terbanyak pada GSE 6.5% (70%) dan skor 2 terbanyak pada aquades (80%).
Kesimpulan: Larutan ekstrak biji anggur mempunyai potensi dapat membersihkan smear layer pada daerah sepertiga apeks dinding saluran akar.

Background: Grape seed extract (GSE) consisting of 74-78% proanthocyanidin, is a cross linking agent.
Purpose: investigate the ability of GSE in removing smear layer on apical third of root canal wall.
Materials and Method: fifty five extracted incisors were divided into 5 groups. Grup 1 used aquadest, group 2 used 3.25% GSE, group 3 used 6.5% GSE, group 4 used 13% GSE and group 5 used 17% EDTA. The cleanliness of smear layer were evaluated by SEM and scored. The data were analyzed using kolmogorov-smirnov test.
Results: Score 0 maximum in group GSE 13% (40%), score 1 maximum in group GSE 6.5% (70%) and score 2 maximum in group aquadest (80%).
Conclusion: Grape seed extract solution has a potential to remove smear layer on apical third of root canal wall.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agatha Gustin Anggarini
"Tesis ini membahas mengenai bagaimana tingkatan sensualitas pada suatu iklan yang dicerminkan dalam high, medium, dan low sensuality serta penggunaan model sensual tunggal (single) dan berpasangan (couple) berpengaruh pada variabel-variabel yang mengacu pada cognitive response model yang terdiri dari variabel source thought, message thought, ad execution thought, attitude toward brand (Ab), attitude toward ad (Ad), dan purchase intention. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan dengan pemisahan kelompok melalui factorial design 3x2 (tiga tingkat sensualitas dan dua jenis penggunaan model). Dengan jumlah total responden 210 responden yang keseluruhannya adalah wanita dengan 35 reponden pada masing-masing sel, diketahui adanya perbedaan rata-rata yang signifikan terhadap Ab, Ad, dan minat beli dengan keterangan bahwa semakin rendah tingkat sensualitas maka semakin tinggi rata-rata yang diperoleh untuk ketiga variabel tersebut. Sementara itu untuk hasil perbandingan rata-rata antara model single dan couple banyak variabel yang dinyatakan tidak berbeda secara signifikan. Hal ini dikarenakan penggunaan model mengarah pada bagian dari source yang merupakan variabel kognitif. Sementara itu diketahui bahwa pengaruh variabel-variabel kognitif terhadap variabel sikap tidak mempunyai pengaruh yang cukup besar apabila dibandingkan pengaruh sikap terhadap minat beli untuk kasus iklan dengan sensual appeals menurut sudut pandang wanita.

This research discusses how the sensuality level in an advertisement which is reflected in high, medium, and low sensuality along with the utilization of single and couple sensual model affects the variables, which refer to cognitive response model consisting of source thought, message thought, ad execution thought, attitude toward brand (Ab), attitude toward ad (Ad), and purchase intention. This is an experimental research which is applying group separation through factorial design 3x2 (three levels of sensuality and two types of model utilization). After receiving answers from 35 respondents in each cell, the research found that there is an average significant difference toward Ab, Ad, and purchase intention, with additional information that the lower the sensuality levels, the higher the average value to the three variables mentioned above. Furthermore, the comparison between the single and couple model shows that there are many variables which are not significantly different. This is caused by the model utilization which is directed to the source part which is a cognitive variable. In addition, the research also shows that there is no significant effect of the cognitive variables toward attitude variable, comparing to the effect toward purchase intention for the case of sensual appeals advertisement in woman's point of view."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priscilla Arlyta S.
"Latar Belakang : Enterococcus faecalis merupakan bakteri yang mampu membentuk biofilm dan banyak ditemukan pada kasus kegagalan perawatan saluran akar.
Tujuan : Melihat daya antibakteri kitosan dan klorheksidin terhadap E. faecalis dalam biofilm.
Metode : Deteksi dan kuantifikasi E. faecalis dalam biofilm yang hidup pasca pemaparan bahan uji, dengan real time PCR.
Hasil : Terdapat perbedaan jumlah bakteri yang signifikan antara kedua kelompok bahan uji terhadap kontrol (p ≤ 0,05), tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kitosan dan klorheksidin.
Kesimpulan : Daya antibakteri kitosan 2% terhadap biofilm E. faecalis sebanding dengan klorheksidin 2%.

Background : Enterococcus faecalis has an ability to form biofilms and become a predominant bacteria that plays a major role in the etiology of persistent lesions after root canal treatment.
Aim : To analyze the efficacy of chitosan and chlorhexidine against E. faecalis in biofilms.
Methods : Detection and quantification of E. faecalis DNA that survive and live after immersing the biofilm in antibacterial solution, with real time PCR.
Result : Statistically there is significant difference of living E. faecalis between chitosan and control and between 2% chlorhexidine and control (p ≤0,05). But there is no significant different between chitosan and chlorhexidine (p>0,05).
Conclusion : Antibacterial effectivity of chitosan is equal to chlorhexidine against E. faecalis in biofilm.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylva Dinie Alinda
"Latar Belakang: Ekstrak Biji Anggur EBA mengandung proanthosianidin PA yang berperan sebagai pengikat silang kolagen yang menentukan sifat mekanis dentin.
Tujuan: menganalisis pengaruh EBA dengan kadar PA 2 9 terhadap kekerasan mikro dentin saluran akar.
Metode: 50 gigi dibagi menjadi 3 kelompok yang direndam larutan EBA larutan NaOCl 3 dan aquabides Dilakukan pengukuran nilai kekerasan mikro metode Vickers Analisis data menggunakan uji Kruskal Wallis.
Hasil: Nilai kekerasan mikro tertinggi pada kelompok EBA dan terendah kelompok NaOCl 3 Tidak terdapat perbedaan bermakna nilai kekerasan mikro kelompok EBA 2 9 dan aquabides p 0 05.
Kesimpulan: Larutan EBA dapat mempertahankan kekerasan mikro dentin saluran akar.

Background: Grape Seed Extract GSE contains proanthosianidin PA as collagen cross linking agent that determine dentin mechanical properties.
Aim: To analyze GSE with 2 9 PA effect on root canal dentin microhardness.
Method: 50 teeth divided into 3 groups which immerse in GSE NaOCl 3 and aquabides Microhardness value measured with Vickers method Data analyze with Kruskal Wallis.
Result: The highest microhardness value on GSE group and the lowest on NaOCl group No significant difference in microhardness value of GSE group compared to aquabides group p 0 05.
Conclusion: GSE solution maintain microhardness value of root canal dentin.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Marta Irawan
"Latar belakang: Penglepasan ion kalsium oleh material bioaktif dapat berperan penting dalam peningkatan pH yang diperlukan dalam aktivitas antibakteri dan remineralisasi jaringan keras gigi.
Tujuan: untuk menganalisis pelepasan ion kalsium dan peningkatan pH dari MTA modifikasi dan Bioceramic pada periode waktu 1,48,168 jam.
Metode: Sampel n=30 dipersiapkan dengan ukuran diameter 3 mm tinggi 3 mm, terdiri dari 15 sampel MTA modifikasi, 15 sampel Bioceramic direndam dalam air deionisasi 1,48,168 jam diukur kadar pelepasan ion kalsium menggunakan AAS dan nilai pH menggunakan pHmeter, Uji Kruskal Wallis dan Mann Whitney.
Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna diantara semua kelompok dengan nilai signifikansi p le;0,05.
Kesimpulan: Bioceramic terbukti melepaskan ion kalsium dan peningkatan pH lebih besar dibandingkan dengan MTA modifikasi pada waktu pengukuran 1,48,168

Background: Calcium ion release can promote alkalinizing activity and regeneration.
Objective: To analyze calcium ion release and pH changes from modified MTA and Bioceramics as bioactive material.
Methods: 30 samples are prepared with the size of 3 mm in diameter and 3 mm in height. The samples are consist of 15 of modified MTA and 15 of bioceramics. And then immersed in deionized water for an hour which will then be measured in 1, 48, and 168 hours period. And measured atom absorption sphectropometer and pHmeter.
Result: Mann Whitney post hoc rsquo s statistic test result showed a significant discrepancy among all groups, with the significant value of p le 0,05.
Conclusion: Bioceramics was proven to release more calcium ions and more pH elevation compared to modified MTA during the 1 hour, 48 hour, and 168 hours measurements.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Fitha Prabantari A.
"Latar Belakang: Porositas dan kurangnya daya alir MTA yang berpengaruh pada kerapatan tepi dapat diatasi dengan teknik peletakan agitasi ultrasonik indirek.
Tujuan: Menganalisis perbedaan kebocoran tepi MTA modifikasi sebagai root-end filling dengan teknik peletakan manual dan agitasi ultrasonik indirek.
Metode: Empat puluh gigi premolar dipreparasi saluran akar, diisi, dan dipreparasi retrograde. MTA modifikasi diletakkan dengan teknik manual dan ultrasonik indirek. Sampel direndam dalam tinta india 3x24 jam, kebocoran mikro diamati dengan mikroskop stereo perbesaran 63x, lalu diskor. Uji statistik menggunakan Chi-Square"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astinah
"Latar belakang: C.albicans adalah jamur yang paling banyak ditemukan pada kegagalan perawatan saluran akar. Kemampuan C.albicans untuk bertoleransi terhadap kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, salah satunya dengan membentuk biofilm menjadi salah satu masalah dalam perawatan endodontik. Penggunaan irigan alami dengan kemampuan anti jamur yang baik, sebagai alternatif dari bahan sintetik, selama pembersihan dan preparasi saluran akar adalah sangat penting.
Tujuan: Untuk menganalisa potensi aloe vera terhadap biofilm C.albicans.
Metode: Biofilm C.albicans dibagi dalam 5 kelompok yaitu: kelompok I biofilm C.albicans tanpa perlakuan, kelompok II,III dan IV biofilm C.albicans yang diaplikasikan aloe vera 100 , 75 , 50 dan kelompok V diaplikasikan EDTA 17.
Hasil: Nilai rerata koloni biofilm C.albicans kelompok aloe vera 100 , 75 dan 50 lebih tinggi dibandingkan dengan EDTA 17 , namun lebih rendah dibandingkan dengan kelompok biofilm tanpa perlakuan
Kesimpulan: aloe vera terbukti mempunyai daya anti jamur terhadap biofilm c.albicans dan paling tinggi pada konsentrasi 75

Background: C. albicansas biofilm has a major role in endodontic treatment failure as the most important fungus isolated from the root canal system. Using alternative irigan with good anti fungal activity as other option from sintetic irigan, during cleaning and shaping root canal, is very important.
Objective: To analyze anti fungal activity aloe vera against C. albicans biofilm.
Methods: Biofilm C. albicans were divided into five groups Group I as biofilm C. albicans without application. Group II, III and IV with application aloe vera 100, 75 and 50 . Group V with EDTA 17
Result: Average colony biofilm C. albicans for aloe vera 100 , 75 and 50 higher than EDTA 17 but lower than control.
Conclusion: It was concluded that aloe vera possessed anti fungal activity against C. albicans biofilm and highest on consentration 75
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rosdiana Nurul Annisa
"Latar Belakang: Affected dentin merupakan lapisan yang masih dapat terjadi remineralisasi karena masih terdapat ikatan silang kolagen dan prosesus odontoblastik yang masih vital yang merupakan syarat terjadinya remineralisasi. Terdapat dua metode remineralisasi, yaitu metode konvensional dan guided tissue remineralization GTR. Pada metode konvensional hanya dapat terjadi remineralisasi secara ekstrafibrillar. Sedangkan pada metode GTR memiliki keunggulan yaitu dapat terjadi remineralisasi secara ekstrafibrillar dan intrafibrillar. Beberapa penelitian melaporkan bahwa mineralisasi intrafibrillar dapat meningkatkan properti mekanis dari dentin. Pada metode GTR dibutuhkan peran protein non kolagen, yaitu DMP 1. Namun karena proses karies, maka sebagian DMP 1 mengalami kerusakan sehingga dibutuhkan material analog protein non-kolagen, salah satunya adalah Carboxymethyl Chitosan/Amorphous Calcium Phosphate CMC/ACP.
Tujuan: Mengevaluasi terjadinya remineralisasi intrafibrillar pada permukaan demineralized dentin setelah aplikasi material analog protein non-kolagen CMC/ACP.
Metode: Empat kelompok dilakukan demineralisasi buatan, dalam satu gigi terdapat dua kavitas, salah satu kavitas diaplikasikan material CMC/ACP, sedangkan kavitas lainnya tidak diaplikasikan CMC/ACP. Sampel diperiksa pada hari ke-7 dan ke-14 dengan Transmission Electron Microscope TEM.
Hasil: Terlihat peningkatan kadar kalsium dan fosfat setelah aplikasi CMC/ACP pada hari ke-7 dan ke-14.
Kesimpulan: CMC/ACP memiliki potensi untuk meremineralisasi demineralized dentin.

Affected dentin is a layer which can be remineralized due to the presence of cross linked collagen and a living odontoblastic process a key to remineralization. There are two methods of remineralization convensional and guided tissue remineralization GTR. In conventional methods, only extrafibrillar remineralization occurs. GTR resulting intrafibrillar and extrafibrillar remineralization. Intrafibrillar remineralization improves physical properties of dentin. GTR is a method of collagen dentin remineralization using non collagen protein, Dentin Matrix Protein 1 DMP 1. DMP 1 is damaged due to caries process. Carboxymethyl Chitosan Amorphous Calcium Phosphate CMC ACP has similar function with DMP 1.
Aim: To evaluate intrafibrillar remineralization on demineralized dentin after application non collagen protein analog CMC ACP.
Method: Four groups performed artificial demineralization two of which applied CMC ACP material. Whereas, the other group was not applied CMC ACP. Evaluation of intrafibrillar remineralization with Transmission electron Microscope TEM.
Result: After 7 days and 14 days CMC ACP application, intrafibrillar remineralization was observed in the gap zone.
Conclusion CMC ACP has a potential for intrafibrillar remineralization on demineralized dentin.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>