Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yanti Yunita
"Latar Belakang: Pilot TNI AU terdiri dari korp tempur, helikopter dan transport merupakan salah satu profesi dengan tingkat stres yang tinggi. Pilot tempur mengalami g-force yang tinggi. Hal ini disebabkan perubahan lingkungan penerbangan meliputi perubahan tekanan udara, suplai oksigen, suhu dan percepatan yang dapat menyebabkan gangguan sendi temporomandibula atau Temporomandibular Disorder (TMD) pada pilot. Penelitian mengenai hubungan stres dengan TMD, serta bruxism sebagai respon terhadap stres dan keausan gigi sebagai akibat bruxism terhadap TMD di pilot TNI AU belum pernah dilakukan di Indonesia.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara stres, bruxism dan keausan gigi terhadap TMD pada pilot transport dan tempur TNI AU.
Metode: Penelitian menggunakan desain cross-sectional pada 50 pilot tempur dan 50 pilot transport TNI AU. Setiap subjek dilakukan pemeriksaan klinis menggunakan formulir Axis I DC/TMD untuk menentukan diagnosa TMD dan menggunakan kriteria identik untuk mengukur keausan gigi. Setelah itu setiap subjek mengisi kuesioner bruxism dari American Academy of Sleep Medicine dan kuesioner stres emosional dari indeks etiologi TMD.
Hasil Penelitian: Uji mann-whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara stres dengan TMD pada pilot transport (p = 0.018) dan pilot tempur (p = 0.010). Uji mann-whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara bruxism dengan TMD pada pilot transport (p = 0.000) dan pilot tempur (p = 0.000). Uji mann-whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara keausan gigi dengan TMD pada pilot transport (p = 0.000) dan pilot tempur (p = 0.000).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara stres dengan TMD pada pilot TNI AU baik pilot transpor maupun pilot tempur.

Background: Indonesian Air Force pilots consists of fighter and transport corp are one of the professions with high levels of stress. Fighter pilots experience high g-force. This is due to changes in the aviation environment including changes in barometric pressure, oxygen supply, temperature and acceleration which can cause Temporomandibular Disorder (TMD) on pilot. The study analyzing the association between stress and TMD, as well as bruxism in response to stress and tooth wear as a result of bruxism against TMD in Indonesian Air Force pilots has never been conducted in Indonesia.
Objective: Analyzing the relationship between stress, bruxism and tooth wear with TMD in transport pilots and fighter pilots of Indonesian Air Force.
Method: This cross sectional study assessed the data of 50 transport pilots and 50 fighter pilots of Indonesian Air Force. Subject performed a clinical examination using the Axis I DC/TMD form to determine the diagnosis of TMD and used identical criteria to measure tooth wear. After that each subject fills the bruxism questionnaire from American Academy of Sleep Medicine and emotional stress questionnaire from the TMD etiology index.
Result: Mann-whitney test showed significant differences between stress and TMD in transport pilot (p = 0.018) and fighter pilot (p = 0.010). Mann-whitney test showed significant differences between bruxism with TMD in transport pilot (p = 0.000) and fighter pilot (p = 0.000). Mann-whitney test showed significant differences between tooth wear and TMD in transport pilot (p = 0.000) and fighter pilot (p = 0.000).
Conclusion: Stress was associated with TMD in Indonesian Air Force Pilot both transport pilot and fighter pilot."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Helvira Oktami
"Latar Belakang: Mobilitas gigi atau kegoyangan gigi dapat disebabkan oleh kekuatan oklusal yang melebihi batas fisiologis periodonsium. Ketika gigi beroklusi akan menghasilkan kekuatan oklusal. Terdapat tiga tipe oklusi saat gerakan lateral mandibula, yaitu oklusi seimbang, group function, dan cuspid protected.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara oklusi seimbang, group function, dan cuspid protected dengan mobilitas gigi; dan mengetahui tipe oklusi yang banyak menyebabkan mobilitas gigi.
Metode: Penelitian analitik observasional dengan rancangan cross-sectional. Subjek penelitian adalah mahasiswa program akademik FKG UI angkatan 2005-2008 yang berusia 17-23 tahun sebanyak 78 orang yang diambil secara purposive sampling. Analisis statistik secara univariat berupa distribusi masing-masing variabel, dan secara bivariat berupa uji Fisher.
Hasil: Uji Fisher menunjukkan tidak terdapat hubungan antara oklusi seimbang, group function, dan cuspid protected dengan mobilitas gigi (p > 0,05). Statistik deskriptif belum dapat membuktikan tipe oklusi yang banyak menyebabkan mobilitas gigi.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara oklusi seimbang, group function, dan cuspid protected dengan mobilitas gigi pada mahasiswa program akademik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Angkatan 2005-2008. Dan tidak dapat membuktikan bahwa oklusi seimbang banyak menyebabkan mobilitas gigi.

Background: Tooth mobility or tooth looseness can result from occlusal forces which overload the limit of periodontal physiologic. When teeth occlude, it will result in occlusal forces. There are three types of occlusion during lateral movement of the mandible; balanced occlusion, group function, and cuspid protected.
Objective: To identify the relationship between balanced occlusion, group function, and cuspid protected with the tooth mobility; and to identify the type of occlusion which is the most causing the tooth mobility.
Method: This research is observational analysis using cross-sectional study. The subjects are 78 preclinical dental students from University of Indonesia Class 2005-2008, aged 17-23 years old which were taken by purposive sampling. Univariate statistical analysis is distribution of each variables, and bivariate statistical analysis is using Fisher test.
Result: Fisher test showed that there was no relationship between balanced occlusion, group function, and cuspid protected with the tooth mobility (p > 0,05). Descriptive statistic was not able to prove the type of occlusion which is the most causing the tooth mobility.
Conclusion: There was no relationship between balanced occlusion, group function, and cuspid protected with the tooth mobility on preclinical dental student from University of Indonesia Class 2005-2008. And, there is no evidence that balanced occlusion is the most causing the tooth mobility."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Nofika
"Latar Belakang: Keausan gigi adalah kehilangan struktur gigi yang terjadi bukan karena proses karies. Salah satu tipe keausan gigi yaitu atrisi. Atrisi terjadi akibat adanya kontak gigi ke gigi (oklusi) seperti saat mastikasi. Terdapat tiga tipe oklusi saat gerakan lateral mandibula yaitu oklusi seimbang, group function, dan cuspid protected.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara oklusi seimbang, group function, dan cuspid protected dengan keausan gigi dan mengetahui tipe oklusi yang banyak menyebabkan keausan gigi.
Metode: Penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Subjek penelitian adalah 78 mahasiswa program akademik FKG UI angkatan 2005-2008 yang berusia 17-23 tahun yang diambil secara purposive sampling. Analisis statistik secara univariat berupa distribusi masing-masing variabel dan secara bivariat berupa uji Fisher.
Hasil: Uji Fisher menunjukkan tidak terdapat hubungan antara oklusi seimbang, group function, dan cuspid protected dengan keausan gigi (p > 0,05). Statistik deskriptif belum dapat membuktikan tipe oklusi yang banyak menyebabkan keausan gigi.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara oklusi seimbang, group function, dan cuspid protected dengan keausan gigi pada mahasiswa program akademik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia angkatan 2005-2008. Dan tidak dapat membuktikan bahwa oklusi seimbang banyak menyebabkan keausan gigi.

Background: Tooth wear is the non-carious loss of tooth structure. One of the type of the tooth wear is attrition. The attrition results from tooth to tooth contact (occlusion) such as during mastication. There are three types of occlusion during lateral movement of the mandible are balanced occlusion, group function, and cuspid rotected.
Objective: To identify the relationship between balanced occlusion, group function, and cuspid protected with the tooth wear and to identify the type of occlusion which is the most causing the tooth wear.
Method: This research is observational analysis using cross-sectional study. The subjects are 78 preclinical dental students from University of Indonesia Class 2005-2008, aged 17-23 years old which were taken by purposive sampling. Univariate statistical analysis is distribution of each variables and bivariate statistical analysis is using Fisher test.
Result: Fisher test showed that there was no relationship between balanced occlusion, group function, and cuspid protected with the tooth wear (p > 0,05). Descriptive statistic was not been able to prove the type of occlusion which is the most causing the tooth wear.
Conclusion: There was no relationship between balanced occlusion, group function, and cuspid protected with tooth wear on preclinical dental student from University of Indonesia Class 2005-2008. And, there is no evidence that balanced occlusion is the most causing the tooth wear."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Damanik, Mita Fauziah
"Latar belakang masalah : Oklusi merupakan salah satu faktor penting yang dipertimbangkan dalam konstruksi gigi tiruan. Oleh karena itu perlu diperhatikan hubungan gigi geligi yang terjadi selama posisi sentrik dan eksentrik. Ada tiga hubungan gigi geligi saat gerakan excursive dan fungsional mandibula, yaitu oklusi seimbang, group function dan cuspid protected.
Tujuan : Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data distribusi frekuensi ketiga tipe
oklusi tersebut pada mahasiswa program akademik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia tahun 2005-2008 yang dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2008 di FKG UI.
Metode : Desain penelitian ini bersifat deskriptif dengan jumlah subjek sebanyak 78 orang yang diambil secara purposive sampling, berusia 17-23 tahun, yang terdiri dari 68 wanita dan 10 pria. Penilaian tipe oklusi subjek dilakukan secara visual.
Hasil : Dari 78 subjek, diperoleh 4 subjek (5%) memiliki tipe oklusi seimbang, 66 subjek (85%) memiliki tipe group function, 3 subjek (4%) memiliki tipe cuspid protected, dan 5 subjek (6%) tidak termasuk ke dalam ketiga tipe oklusi tersebut.
Kesimpulan : Mahasiswa program akademik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia tahun 2005- 2008 dengan tipe oklusi group function memiliki jumlah paling banyak yaitu lebih dari setengahnya, diikuti dengan tipe oklusi seimbang dan cuspid protected.

Background : Occlusion is one of the important factor to be considered in denture construction. Thus, it requires to understand the relationship of the teeth in centric and eccentric positions. There are three types of the relationship of the teeth on functional and excursive movement : balanced occlusion, group function and cuspid protected.
Objective : This study was done to collect the data of distribution three types of occlusions on preclinical dental students of University of Indonesia, on October until November 2008 in Faculty of Dentistry.
Method : The study design was descriptively on 78 subjects aged 17-23 years old, consists of 68 female and 10 male, which was taken by purposive sampling. The type of occlusion was assessed visually.
Result : From 78 subjects, 4 subjects (5%) had balanced occlusion, 66 subjects (85%) had group function occlusion, 3 subjects (4%) had cuspid protected occlusion, and the rest which not included to those types of occlusion was 5 subjects (6%).
Conclusion : The majority type of occlusions on preclinical dental students of University of Indonesia class 2005- 2008 was group function, followed by balanced occlusion and cuspid protected."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Satrio Prabowo
"ABSTRAK
Latar Belakang: Proses penuaan dapat menyebabkan perubahan fisiologis pada jaringan gigi dan mulut, termasuk fungsi pada sendi temporomandibula. Mastikasi merupakan salah satu fungsi sistem stomagtonati yang dapat dipengaruhi oleh gangguan sendi temporomandibula (Temporomandibula Disorders). Tujuan: Menganalisis hubungan antara gangguan sendi temporomandibula terhadap kemampuan mastikasi, serta menganalisis pengaruh faktor sosiodemografi terhadap gangguan sendi temporomandibula dan kemampuan mastikasi. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional pada 100 pasien Puskesmas Kecamatan Kramat Jati berusia 60 tahun ke atas. Dilakukan pencatatan diri responden, pemeriksaan klinis intraoral, dan wawancara menggunakan kuesioner kemampuan mastikasi dan ID-TMD. Hasil penelitian: Gangguan sendi temporomandibula memiliki hubungan (p < 0,05) terhadap kemampuan mastikasi. Terdapat hubungan antara usia dengan gangguan sendi temporomandibula, tetapi tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan gangguan sendi temporomandibula. Terdapat hubungan antara usia, tingkat pendidikan, dan status ekonomi dengan kemampuan mastikasi, tetapi tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kemampuan mastikasi. Kesimpulan: Terdapat pengaruh gangguan sendi temporomandibula terhadap kemampuan mastikasi pada lansia.

ABSTRACT
Background: Aging process involve physiological changes in the teeth and mouth tissues, including temporomandibular joint function. Mastication is one of the main functions of the stomatognathic system that may be affected by temporomandibular disorders. Objectives: To analyze the relationship between temporomandibular disorder towards masticatory ability, to analyze sociodemographic factors (age, gender, educational level, and economic status) towards temporomandibular disorder and masticatory ability. Methods: Cross-sectional study was conducted on 100 patients of Puskesmas Kramat Jati aged 60 years and over. Subject's data and oral examination were obtained, and interview for masticatory ability and ID-TMD were conducted. Results: There was correlation (p < 0.05) between temporomandibular disorder towards masticatory ability. There was correlation between age towards temporomandibular disorder, but there was no correlation between gender, educational level and economic status towards temporomandibular disorder. There was correlation between age, educational level, and economic status towards masticatory ability, but there was no correlation between gender towards masticatory ability. Conclusion: This study shows that temporomandibular disorders negatively influence masticatory ability in elderly."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Anandytha Putri
"ABSTRAK
Latar Belakang: Permenristek Dikti RI No. 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) mengatur perhitungan satuan kredit semester (sks) sebagai acuan untuk perubahan kurikulum pada angkatan 2017. Revisi kurikulum yang digunakan angkatan 2017 menyebabkan jam tatap muka dan jumlah mata kuliah yang lebih padat dibandingkan angkatan 2016 walaupun memiliki beban sks yang sama. Banyaknya materi yang harus dipelajari, dapat menyebabkan tekanan pada mahasiswa sehingga berdampak kurangnya performa saat belajar dan berujung menjadi stres yang nantinya akan berpengaruh terhadap program studi yang sedang dijalaninya. Tujuan: Mengetahui distribusi stres dan menganalisis perbedaan tingkat stres pada mahasiswa angkatan 2016 dan 2017. Metode: Desain pada penelitian ini adalah potong lintang. Penelitian ini menggunakan data primer yang didapat dari kuesioner Dental Environment Stress (DES) modifikasi yang berisi 4 domain dengan total 30 pertanyaan. Tingkatan stres didapat dari jumlah skor maksimum tiap domain dibagi menjadi 4 tingkatan stres. Total skor pada domain tempat tinggal sebanyak 16, domain faktor pribadi sebanyak 52, domain lingkungan pendidikan sebanyak 20, domain kegiatan akademik sebanyak 32, dan total skor keseluruhan 120. Pada domain faktor pribadi digunakan uji statistik Pearson Chi-Square dan pada domain tempat tinggal, domain lingkungan pendidikan, domain kegiatan akademik, dan total keseluruhan menggunakan uji statistik Pearson Chi-Square yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil: Distribusi frekuensi data tingkat stres pada angkatan 2016 dan 2017 didapatkan hasil tertinggi pada kategori sedikit stress dari domain tempat tinggal, faktor pribadi dan lingkungan pendidikan, sedangkan pada domain kegiatan akademik hasil tertinggi pada kategori cukup stres (p-value > 0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan tingkat stres pada mahasiswa FKG UI program studi kedokteran gigi angkatan 2016 dengan kurikulum 2012 dan angkatan 2017 dengan kurikulum 2017."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Farida Nurlitasari
"Latar belakang: Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering ditemukan pada lansia adalah kehilangan gigi. Pembuatan gigi tiruan diharapkan dapat memperbaiki keadaan kehilangan gigi, baik dari segi fungsi, estetik, psikologis dan sosial. Kebutuhan gigi tiruan tidak sama dengan permintaan gigi tiruan. Alat ukur kuesioner kebutuhan subjektif dan permintaan gigi tiruan diharapkan dapat mengukur kebutuhan subjektif dan permintaan gigi tiruan pada lansia.Faktor lokal dan sosiodemografi dapat mempengaruhi proses perubahan kebutuhan menjadi permintaan.
Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor yang berperan terhadap permintaan gigi tiruan pada lanjut usia.
Metode: Subjek penelitian terdiri dari 100 orang lansia yang berusia 60 tahun keatas. Subjek diminta menjawab kuesioner kebutuhan dan permintaan gigi tiruan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kemudian dilakukan pemeriksaan rongga mulut untuk memeriksa kehilangan gigi dan penggunaan gigi tiruan. Pada tahap pertama dilakukan uji validitas dan reabilitas kuesioner kebutuhan dan permintaan gigi tiruan, tahap kedua dilakukan uji potong lintang.
Hasil: Uji validitas dan reabilitas alat ukur ini menunjukkan hasil yang baik, sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur kebutuhan subjektif gigi tiruan dan permintaan gigi tiruan. Analisis data menggunakan uji Chi Square dan regresi logistik menunjukkan bahwa kebutuhan subjektif dan biaya perawatan mempunyai hubungan yang bermakna dengan permintaan gigi tiruan (p<0,05). Biaya perawatan merupakan faktor yang paling berperan terhadap permintaan gigi tiruan (OR = 3,55).
Kesimpulan: Alat ukur kebutuhan subjektif dan permintaan gigi tiruan valid dan reliabel. Faktor yang paling menghambat permintaan gigi tiruan adalah biaya perawatan.

Background: Oral health of the elderly is a part of optimal quality of life. Tooth loss is a common oral health problem in elderly. The objective of tooth replacement is the rehabilitation of function, esthetics, psychological and social. Need does not always lead to demand of the treatment. Perceived need and demand for denture questionnaire tools was expected to estimate perceived need and demand of denture in elderly. The process between need and demand closely related to local factors and socio demographic factors.
Objective: To analysis factor influenced the demand of the dentures in elderly.
Method: A survey was performed to 100 elderly. The subject was questioned with the perceived need and demand questionnaire tools and factors which influenced demand of the denture. Oral and dental examination was performed to examined tooth loss and denture worn. The survey was analysis in two steps, the first step was to investigated the validity and reliability of the questionnaire tools and the second step was a crosssectional design.
Result: The reliability and validity had good result. Analysis used Chi Square and logistic regression showed perceived need and cost were significantly associated with demand of the denture (p<0,5). Cost had the strongest association with the demand of the denture (OR=3,55).
Conclusion: The questionnaire tools is valid and reliable to measure the perceived need and demand of the denture in elderly. Cost had the highest impact as a barrier on the demand of the denture.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31597
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Niko Falatehan
"ABSTRAK
Latar Belakang : Gangguan fonetik seringkali dialami oleh pasien yang baru
memakai gigi tiruan lepas, namun dalam praktek sehari-hari fungsi fonetik
seringkali terabaikan oleh dokter gigi. Salah satu penyebab terjadinya gangguan
fonetik adalah karena palatum tertutup oleh basis gigi tiruan, sehingga fungsi
palatum sebagai salah satu alat bicara terganggu terutama pada pengucapan
konsonan linguo-palatal.
Untuk mengevaluasi gangguan fonetik biasanya digunakan palatogram,
yaitu gambaran yang terbentuk pada daerah palatum yang berkontak dengan
lidah saat berlangsungnya suatu aktifitas spesifik, biasanya saat aktifitas
berbicara.
Tujuan : untuk mendapatkan metode baru dalam memprediksi adaptasi
pemakai gigi tiruan penuh rahang atas berdasarkan palatogram konsonan
linguo-palatal Bahasa Indonesia. Diharapkan pasien mampu mengucapkan
konsonan linguo-palatal, khususnya huruf ‘s’ dan 'z’.
Bahan dan Cara : Subjek penelitian adalah 40 orang pemakai gigi tiruan
penuh (GTP) yang terdiri dari 20 laki-laki dan 20 perempuan, dengan
rentang usia antara 30-80 tahun. Dibuat palatogram pada gigi tiruan penuh
rahang atas (GTP RA), dengan cara subjek diinstruksikan untuk
mengucapkan bunyi desis ‘s’ dan ‘z setelah bagian palatal GTP RA
dioleskan pressure indicator paste. Jenis penelitian ini adalah penelitian
analitik observasional dengan desain potong lintang. Penelitian ini dianalisis
dengan analisis univariat, bivariat (uji T tidak berpasangan) dan multivariat
(uji repeated ANOVA).
Hasil : Pemakai GTP RA membutuhkan waktu 10-14 hari untuk mampu
beradaptasi terhadap pengucapan konsonan linguo-palatal S – Z. Nilai mean
subjek saat pengucapan huruf ‘s’ dan ‘z’ yang dapat dilakukan dengan baik dan
jelas adalah 920,63 dan 987,31, dengan deviasi standar 92,28 dan 107,61.
Kesimpulan : Didapatkan metode baru untuk menilai adaptasi pemakai GTP
rahang atas, berdasarkan palatogram konsonan linguo-palatal Bahasa
Indonesia.

ABSTRACT
Introduction : Phonetic interference often occurs on a new removable denture
wearer, but phonetic is usually ignored by dentist in daily practice. The
removable denture base that covers palate is one of the phonetic interference
causes. Denture base interfere the palate to function, as one of the speech
instrument, especially in pronouncing linguo-palatal consonant.
Phonetic interference can be evaluated by a palatogram. Palatogram is a
graphic representation of the palate area that contacts by the tongue during a
specified activity, usually speech.
Aim : to obtain a new method in predicting the adaptation of upper complete
denture wearer based on the palatogram of Indonesian linguo-palatal
consonant, in order to be able to pronounce linguo-palatal consonant, especially
‘s’ and ‘z’.
Material and method : There are 40 participants on this study, consists of 20
males and 20 females, by an age range between 30-80 years old. The subject
was asked to and palatogram record was taken on upper complete denture by
instructing the subject to pronounce ‘s’ and ‘z’, after some PIP is put on palatal
plate. This study is an analytic observational with cross sectional design. This
study was anaylzed with univariat, bivariat (Unpaired T-test), and multivariat
analysis (Repeated ANOVA test).
Result : Upper denture wearer need 10-14 days to adapt with ‘s’ and ‘z’
consonant. The subject’s means in phonetic ‘s’ and ‘z’ are 920,63 and 987,31,
with standard deviation are 92,28 and 107,61.
Conclusion : a new method in evaluating the adaptation of upper complete
denture wearer was obtained based on the palatogram of Indonesian linguopalatal
consonant."
2013
T33185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liliana Budiman
"ABSTRAK
Latar belakang: Jumlah penduduk lansia yang semakin banyak di Indonesia harus mendapat perhatian khusus, agar tetap sehat, aktif dan produktif sehingga tidak menjadi
beban baik keluarga, masyarakat dan negara. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memperbaiki nutrisi yang merupakan bagian penting dalam kesehatan lansia. Kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap nutrisi lansia disamping faktor lain seperti usia, jenis kelamin, pendidikan,
sosioekonomi dan lainnya. Beberapa penelitian tentang hubungan antara kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan terhadap nutrisi lansia memberikan hasil yang berbedabeda. Tujuan: Menganalisis pengaruh jumlah kehilangan gigi dan lamanya pemakaian gigi tiruan lepasan terhadap asupan dan status nutrisi lansia. Metode: Desain
observational cohort dilakukan untuk mengevaluasi asupan dan status nutrisi pada 26 partisipan dengan kehilangan gigi yang diklasifikasikan berdasarkan indeks Eichner dan
akan mendapatkan perawatan pembuatan gigi tiruan. Asupan nutrisi dievaluasi menggunakan Food Frequency Questionnaire, status nutrisi dievaluasi menggunakan
Mini Nutrional Assesment-Short Form dan kekuatan Handgrip (HGS). Evaluasi dilakukan sebelum dan pada 1, 2, 3, 6, 9, dan 12 bulan setelah memakai gigi tiruan. Uji Independent T Test dan Mann Whitney digunakan untuk menganalisis asupan nutrisi. Uji Chi Square digunakan untuk menganalisis status nutrisi. Uji Independent T Test
digunakan untuk menganalisis nilai HGS. Uji statistik Repeated Anova digunakan untuk membandingkan asupan nutrisi dan nilai HGS pada tiap waktu pengukuran. Uji statistik Friedman digunakan untuk membandingkan status nutrisi pada tiap waktu pengukuran. Hasil: Total sampel 26 partisipan di kelompok Eichner B sebanyak 10 orang (38,5%) dan Eichner C sebanyak 16 orang (61,5%). Terdapat perbedaan bermakna (p<0.05) asupan nutrisi antara kelompok Eichner B dan C pada 3, 6, 9, 12 bulan setelah
penggunaan gigi tiruan. Terdapat perbedaan bermakna (p<0.05) asupan nutrisi antara sebelum dengan 1, 2, 3, 6, 9, dan 12 bulan setelah pemakaian gigi tiruan, serta antara 1 bulan dibandingkan dengan 2, 3, 6, dan 9 bulan setelah pemakaian gigi tiruan. Tidak terdapat perbedaan bermakna status nutrisi antar kelompok kehilangan gigi, tetapi terdapat perbedaan bermakna (p<0.05) status nutrisi antara sebelum dengan 1, 2, 3, 6, 9, dan 12 bulan setelah pemakaian gigi tiruan. Terdapat perbedaan bermakna nilai HGS antara kelompok Eichner B dan C pada 6, 9, 12 bulan setelah pemakaian gigi tiruan. Tidak terdapat perbedaan bermakna nilai HGS berdasarkan lama pemakaian gigi tiruan. Kesimpulan: Pemakaian gigi tiruan lepasan dapat meningkatkan asupan dan status nutrisi

Background: An increasing number of elderly people in Indonesia must get special attention, in order to remain healthy, active and productive so that it does not become a burden to their families, communities and countries. One of the efforts is to improve the nutrition which is an important part for their health. In addition to other factors such as age, sex, education, socioeconomics and others, tooth loss and denture wearing are other factors that can influences their nutrition. Several existing studies on the relationship between tooth loss and wearing denture on elderly nutrition have conflicting results. Objective: To analyze the effect of the amount of tooth loss and the duration of the use of removable denture on the nutritional intake and status of the elderly. Method: 26 participants with tooth loss based on Eichner Index received denture treatment and evaluated in terms of their nutritional intake using observational cohort design. The nutritional intake was evaluated using Food Frequency Questionnaire, the nutritional
status was evaluated using Mini Nutrional Assessment-Short Form and strength of handgrip (HGS). The evaluation is done before wearing denture and the evaluation
continues after 1, 2, 3, 6, 9, and 12 months. Independent T Test and Mann Whitney Test are used to analyze nutritional intake. Chi Square Test is used to analyze nutritional status. Independent T Test is used to analyze handgrip values. Repeated Anova statistical tests were used to compare nutritional intake and handgrip values in every evaluation procedure. Friedman's statistical test was used to compare nutritional status in every evaluation procedure. Result: Total sample is 26 participants with tooth loss in the Eichner B group were 10 people (38.5%) and the Eichner C group were 16 people
(61.5%). There was a significant difference (p<0.05) in nutrient intake between Eichner B and C at 3, 6, 9, 12 months after wearing dentures. There was a significant difference (p<0.05) of nutritional intake before compared to 1, 2, 3, 6, 9, and 12 months after wearing dentures, and also between 1 month compared to 2, 3, 6, and 9 months after wearing dentures. There was no significant difference in nutritional status between the
groups of tooth loss, but there was a significant difference (p< 0.05) between the nutritional status before compare to 1, 2, 3, 6, 9, and 12 months after wearing dentures. There was a significant difference (p< 0.05) in handgrip values between Eichner B and C at 6, 9, 12 months after wearing dentures. There was no significant difference in handgrip values between in every evaltion procedure. Conclusion: Wearing removable
dentures can improve nutritional intake and nutritional status."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Chandra Dwidjayanti
"Latar Belakang : Peningkatan populasi lansia berjalan seiring denganpeningkatan masalah kesehatan mulut terutama kehilangan gigi. Untuk memperbaiki kualitas hidup dan faktor resiko lain, perawatan prostodonsia dilakukan dengan tujuan merehabilitasi fungsi di dalam rongga mulut.
Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara permintaan (demand) gigi tiruan dan kualitas hidup pada lansia.
Metode : Subyek penelitian berjumlah 100 orang lansia.Dilakukan wawancara dengan kuesioner Permintaan (demand) Gigi Tiruan dan kuesioner Dampak Kesehatan Gigidan Mulut terhadap Kualitas Hidup, kemudian dilakukan pemeriksaan rongga mulut untuk melihat kehilangan gigi dan penggunaan gigi tiruan.Desain penelitian adalah potong lintang, dianalisis dengan uji Chi Squre dan uji Regresi Logistik.
Hasil : Terdapat hubungan antara permintaan (demand) gigi tiruan dan kualitas hidup lansia (p< 0,05), tetapi permintaan (demand) bukan merupakan faktor yang paling berpengaruhterhadap kualitas hidup (OR=0,355). Jumlah kehilangan gigi merupakan faktor yang paling mempengaruhi kualitas hidup (OR=4,218).
Kesimpulan :Tingkat kualitas hidup lansia tidak dipengaruhi oleh permintaan (demand) gigitiruan.

Background : Increased in elderly population was in conjunction with the increased of health problems particulary tooth loss. With the intention of improving quality of life and another risk factors, prosthodontics treatment was done to rehabilitate oral function.
Purpose : To analyze the relation between demand of the dentures and quality of life in elderly.
Method : 100 subject were questioned with 'Demand of the dentures' and 'Oral Health Impact Profile and Quality of Life' questionnaire. Intra oral examination was done to observed tooth loss and denture worn. The design of this study was crosssectional, the data was analyzed using Chi Square and Logistic Regression.
Result : Relationship was found between demand of the denture and quality of life (p<0,05), but demand was not the most influential factor (OR=0,355). The amount of tooth loss has the greatest effect in quality of life (OR=4,218).
Conclusion :The level of quality of life was not affected by demand of the denture.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T40822
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>