Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lulu Thariqa Al Afifah
Abstrak :
Sebagai koridor pergerakan, jalan mengakomodasi kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan perkotaan. Salah satunya adalah dengan berjalan kaki. Pengalaman berjalan yang dimiliki orang di jalan akan menentukan keberhasilan jalan sebagai sebuah ruang. Jalan kaki merupakan moda transportasi penting dalam perkotaan yang memberikan banyak manfaat bagi semua sektor kehidupan sehari-hari termasuk perdagangan dan bisnis, lingkungan, serta kesehatan dan keselamatan penduduk. Derajat kemampuan lingkungan untuk mendukung berjalan dapat dilihat melalui konsep urban walkability (Southworth, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja urban walkability di dua wilayah studi; Jalan H. Agus Salim dan Jalan Mahakam, berdasarkan parameter elemen fisik dan sosial lingkungan perkotaan. Meskipun kedua wilayah studi memiliki kesamaan nilai wisata kuliner, namun perbedaan antara unsur fisik dan sosial diduga berpengaruh terhadap kinerja urban walkability. ......As a movement corridor, the street accommodates basic human needs in urban life. One of which is walking. The walking experience that people have on the street will determine the success of the street as a space. Walking is an important mode in urban transportation that provides many benefits to all sectors of daily life including commerce and business, environment, and the health and safety of residents. The degree of the environment’s ability to support walking can be seen through the concept of urban walkability (Southworth, 2005). This study is aimed to analyze the performance of urban walkability in two study areas; Jalan H. Agus Salim and Jalan Mahakam, based on the parameter of physical and social elements of the urban environment. Although the two study areas serve similarities in the value of culinary tourism, the differences between physical and social elements are thought to have an influence on the urban walkability performance.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizky Rivaldi
Abstrak :
Pertumbuhan populasi perkotaan yang tinggi menciptakan kebutuhan tempat tinggal dengan lahan yang terbatas. Proses mencapai sebuah kondisi yang memenuhi kebutuhan tempat tinggal masyarakat perkotaan melalui bangunan residensial vertikal menggunakan sedikit lahan untuk kapasitas tempat tinggal yang tinggi. Pembahasan berfokus kepada aspek fisik arsitektural yang menjadi faktor keamanan di bangunan hunian densitas tinggi. Skripsi ini saya lakukan untuk melihat sebuah keterhubungan pengaturan arsitektur pada ruang potensi tindak kejahatan yang terdapat pada Kawasan Pruitt Igoe dan Kalibata City sebagai studi kasus. Oleh karena itu, skripsi ini diharapkan dapat menjadi salah satu landasan pengaturan fisik arsitektur pada bangunan residensial vertikal dan menjadi aspek yang mengurangi potensi tindak kejahatan yang terjadi di masa depan. ......High population growth creates the need for housing with limited land. The process of achieving a condition that meets the housing needs of the community using vertical residential buildings with little land for high residential capacity. The discussion focuses on the physical aspects of architecture that are a safety factor in high-density residential buildings. I did this thesis to see an architectural connection to the potential crime space in the Pruitt Igoe and Kalibata City areas as a case study. Therefore, this thesis is expected to be one of the foundations for the physical arrangement of architecture in vertical residential buildings and an aspect that reduces the potential for crimes that occur in the future.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Alda Hairiah
Abstrak :
Perkembangan kota-kota besar serta laju urbanisasi membuat populasi meningkat dan mengakibatkan kemunculan permukiman di kawasan kota yang disebut kampung kota. Salah satu diantara karakteristik khas kampung adalah memiliki semangat solidaritas dan gotong royong yang tinggi. Hal tersebut membuat ruang publik memiliki peran yang vital untuk mewadahi segala macam interaksi dan kegiatan sehari-hari warganya. Karena kondisi kawasan dan padatnya penduduk, Kampung Pulo Geulis adalah salah satu kampung di Kota Bogor yang menghadapi permasalahan keterbatasan fasilitas ruang publik. Merespon masalah tersebut, masyarakat setempat melakukan berbagai cara yang khas dalam menciptakan, menggunakan, dan memaknai ruang publik. Proses tersebut berkaitan erat dengan konsep produksi dan konstruksi sosial. Setelah melakukan beberapa kajian literatur, observasi, dan wawancara, serangkaian analisis yang menggali aspek spasial, waktu, penggunaan, dan pemaknaan dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi produksi sosial dan konstruksi sosial di ruang publik Kampung Pulo Geulis. ......The development of big cities and the pace of urbanization make the population increase and result in the emergence of settlements in urban areas called urban villages. One of the typical characteristics of the village is to have a high spirit of solidarity and mutual cooperation. This makes public spaces have a vital role to accommodate all kinds of interactions and daily activities of its citizens. Due to the condition of the area and the dense population, Kampung Pulo Geulis is one of the villages in Bogor City that is facing the problem of limited public space facilities. Responding to these problems, the local community uses various unique ways of creating, using, and interpreting public spaces. The process is closely related to the concept of social production and social construction. After conducting several literature reviews, observations, and informal interviews, a set of analyses that explore aspects of spatial, time, use, and interpretation were carried out with the aim of identifying social production and social construction in the public space of Kampung Pulo Geulis.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Azzahra Masnur
Abstrak :
Indonesia merupakan salah satu negara dengan muslim terbanyak di dunia. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat untuk beribadah di masjid sekitar. Masjid dengan ruang luar (outdoor) memiliki perbedaan kualitas spasial yang kontras. Sehingga perlu adanya transisi ruang yang berkesinambungan dan sesuai. Salah satu faktor dalam mencapai pengalaman transisi yang baik adalah dengan threshold space. Threshold space berfungsi sebagai penghubung dan pemisah antar ruang yang dapat memberikan pengalaman ruang yang bermakna. Threshold space dapat dianalisis lebih dalam dengan dikategorikan sebagai high dan low threshold. High dan low threshold dapat membantu dalam melihat keseluruhan pengalaman transisi dan beribadah di masjid. Dengan beberapa parameter menurut Boettger dan Zumthor, dapat mengidentifikasi dan menganalisis threshold space di Masjid Raya Pondok Indah dan Masjid Ukhuwah Islamiyah. Arsitektur, material, sekuen manusia, konteks, dan cahaya bisa menentukan high dan low dalam threshold space. Studi ini menggunakan metode studi literatur, studi kasus, dan observasi. Skripsi ini memberikan informasi bahwa high dan low threshold space dapat berpengaruh terhadap atmosfer dan pengalaman ruang interior maupun outdoor. Sehingga threshold space bersifat low atau high di masjid tidak hanya sebagai ruang transisi, tetapi juga berdampak dalam bagaimana manusia mengalami ruang shalat. ......Indonesia is one of the countries with the most muslims population in the world. It has become a routine for the community to pray and worship in mosque. Mosque has contrasting spatial qualities with the outdoor space. Therefore, there needs to be a continuous and appropriate transition space. One of the factor in achieving good transition experience is the threshold space. Threshold space connects and separates spaces that can give meaningful spatial experience. Threshold space can be analyzed more deeply by categorized as high and low threshold. High and low threshold can help to seeing overall transition experience and worshiping in mosque. With several parameters, according to Boettger and Zumthor, uses for identify and analyze threshold space in Pondok Indah Grand Mosque and Ukhuwah Islamiyah Mosque. Architecture, materiality, sequence, context, and light and shadow can determine the highs and lows in threshold space. This research uses literature study, case study, and observation methods. This research provides information that high and low threshold space can affect the atmospheres and spatial experience of interior or outdoor space. Therefore, threshold space as high or low in mosque not only act as transitional space, but also has an impact on how human experience worshiping in mosque.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Nur Mauladi
Abstrak :
Pada studi ini membahas tentang pembentukan ruang publik melalui beragam aktivitas masyarakat di kampung kota. Karakteristik dari aktivitas kehidupan publik masyarakat kampung kota ini bisa ditelaah lebih dalam melalui konsep hubungan socio-spatial yang akan melihat interaksi nilai-nilai spasial dengan nilai-nilai sosial juga akan melihat persepsi orang-orangnya dalam memaknai hubungan tersebut. Sehingga akan bisa diidentifikasi identitas dan kebutuhan dari masyarakat kampung kota tersebut. Interaksi dari beberapa poin seperti keberagaman fungsi, konektivitas dan integrasi, kondisi fisik ruang, pola aktivitas yang terjadi, serta persepsi masyarakat akan sebuah ruang dalam hubungan socio-spatial ini juga bisa dilihat sebagai faktor-faktor pembentukan ruang publik di kampung kota. ...... This study discusses the formation of public spaces through various community activities in urban kampung. The characteristics of the public life activities of this urban kampung community can be explored more deeply through the concept of socio-spatial relations which will see the interaction of spatial values with social values and will also see the perceptions of the people in interpreting these relationships. So that the identity and needs of the urban village community will be identified. The interaction of several points such as the diversity of functions, connectivity and integration, the physical condition of the space, the pattern of activities that occur, and the public's perception of a space in this socio-spatial relationship can also be seen as factors in the formation of public spaces in urban kampung.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brigitta Priscillia
Abstrak :
Public space is one of the most important elements of a city that is established to accommodate human activities. The strong bond between humans and places is a result of space utilization that gives opportunity for users or visitors to come together and benefit the spatial settings as social and physical meaning of the space. Pantjoran PIK has become one of the most viral culinary centers located in the Pantai Indah Kapuk area whose architectural appearance is inspired by Zhangzhou City. The new nuances of Chinatown were officially opened as a public space that serves murals and knick knacks as educational purposes of the original atmosphere in China’s markets. PIK’s Pantjoran serves not only commercial but also historical meaning through its characters and spatial settings that are able to communicate with visitors that forms their spatial experience. Through public space, it shows how humans possess a habit to seek potential in making use of spatial elements. Supported by James J. Gibson theory as a basis, the potential of the social and physical meaning of the space in which could be utilized and benefit by humans are called as Affordances. Through Affordances, every space, object or event might have a potential and purpose it can bring to humans. By means, Affordances contributed in the formation of patterns of use in a space, for example Pantjoran PIK. ...... Ruang publik merupakan salah satu elemen terpenting sebuah kota yang didirikan untuk mewadahi aktivitas manusia. Ikatan yang kuat antara manusia dan tempat merupakan hasil pemanfaatan ruang yang memberikan kesempatan bagi pengguna atau pengunjung untuk berkumpul dan beraktivitas melalui setting spasial dalam makna sosial dan fisik ruang. Manusia mempunyai karakter untuk selalu melihat potensi dalam pemanfaatan ruang dan sekitarnya. Maka dari itu, bagaimana elemen spasial pada ruang public mempunyai kualitas untuk menunjukan potensi penggunaannya dapat disebut sebagai Affordances. Hal tersebut didukung oleh pemaparan studi kasus pada Pantjoran PIK, yang merupakan salah satu pusat kuliner yang sedang naik daun. Terletak di kawasan Pantai Indah Kapuk, tampilan arsitektur ruang publik ini terinspirasi dari Kota Zhangzhou di Cina. Pecinan bernuansa baru ini resmi dibuka sebagai ruang publik yang menyajikan makna komersial dan makna historis melalui karakter dan setting spasialnya yang mampu berkomunikasi dengan pengunjung yang membentuk pengalaman spasial mereka. Melalui Affordances, setiap ruang, objek, atau peristiwa mungkin memiliki potensi dan tujuan yang dapat dibawanya kepada manusia. Dengan kata lain, Affordances berkontribusi dalam pembentukan pola penggunaan dalam suatu ruang, misalnya Pantjoran PIK.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Rahmanida
Abstrak :
Pada tahun 2021 dari 25 Puskesmas di Kota Bogor hanya sekitar 12 puskesmas yang mencapai target keberhasilan SPM 100%. Penderita diabetes melitus yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar sebanyak 17.431 sekitar (88,5%) saja. Pendekatan kolaborasi interprofesional dalam pelayanan DM di puskesmas menjadi sangat penting untuk keterpaduan lintas program, sehingga meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil kesehatan pasien DM. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis praktik kolaborasi interprofesional pada petugas kesehatan pemberi pelayanan diabetes melitus di Puskesmas Kota Bogor. Metode penelitian ini deskriptif analitik menggunakan desain mixed method sequential explanatory, populasi seluruh petugas kesehatan pelayanan DM, sampel dengan total sampling. Data kuantitatif didapatkan menggunakan kuesioner Collaborative Practice Assessment Tool (CPAT) dan data kualitatif didapatkan dengan wawancara mendalam. Didapatkan 144 petugas kesehatan pemberi pelayanan DM yang berprofesi dokter PTM, perawat PTM, petugas obat atau apoteker, petugas laboratorium medis, dan ahli kesehatan masyarakat (ahli gizi, kesehatan lingkungan, promosi kesehatan). Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat dengan uji statistik chi-square, dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda. Hasil persepsi kolaborasi interprofesional pada petugas kesehatan pemberi pelayanan diabetes melitus di Puskesmas Kota Bogor cukup baik dengan nilai rerata 75,65. Terdapat 3 variabel yang berhubungan dengan praktik kolaborasi interprofesional, yaitu niat berbagi ilmu, iklim tim dan konflik tim. Iklim tim merupakan variabel yang dominan berhubugan dengan praktik kolaborasi interprofesional. Petugas dengan persepsi iklim tim yang positif berpeluang 3,48 kali untuk melakukan praktik kolaborasi interprofesional yang baik dibandingkan responden dengan iklim tim yang negatif (aOR=3,28 95% CI 1,345-9,018). Kesimpulan salah satu strategi meningkatkan capaian target SPM pelayanan DM dengan mengembangkan praktik kolaborasi interprofesional pada petugas kesehatan pelayanan DM di Puskesmas Kota Bogor melalui penguatan program IPE (Interprofessional Education), mengadakan capacity building, dan meningkatkan apresiasi atau penghargaan pada setiap pencapaian anggota tim sehingga termotivasi untuk memberikan pelayanan kesehatan DM yang sesuai standar. ......Only 12 of the 25 at Bogor City public health center can achieve 100% success by 2021. Approximately 17,431 people with diabetes mellitus (88.5%) receive standard health services. The interprofessional collaborative approach in diabetes services at community health centers is critical for cross-program integration, which improves service quality and health outcomes for diabetes patients. The objective of this study was to examine the practice of interprofessional collaboration among health workers at the Bogor City Public Health Center that provide diabetes mellitus services. The research method was descriptive analytic with a mixed method sequential explanatory design, the population was all DM health service officers, and the sample was obtained from a random sample. The Collaborative Practice Assessment Tool (CPAT) questionnaire was used to collect quantitative data, and in-depth interviews were used to collect qualitative data. There were 144 doctors, nurses, drug officers or pharmacists, medical laboratory staff, and public health experts (nutritionists, environmental health, and health promotion) providing DM services. Univariate analysis was used to analyze the data, bivariate analysis was used with the chi-square statistical test, and multivariate analysis was used with multiple logistic regression tests. The results with an average score of 75.65, the perception of interprofessional collaboration among health workers who provide diabetes mellitus services at the Bogor City Public Health Center was quite good. The intention to share knowledge, team climate, and team conflict were three variables related to the practice of interprofessional collaboration. The dominant variable in interprofessional collaboration practices was team climate. Officers who perceived a positive team climate were 3.48 times more likely to engage in good interprofessional collaboration than those who perceive a negative team climate (aOR=3.28 95% CI 1.345-9.018). Conclusion one strategy for increasing DM service target achievement was to strengthen the IPE (Interprofessional Education) program, held capacity building, and increased appreciation for each achievement of team members so that they were motivated to provide DM health services in accordance with standards.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Mas Daffa Dinan Islam Handayaningrat
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai hubungan arsitektur dalam film, khususnya dalam bagaimana ruang tergambarkan. Ruang yang di sini digambarkan sebagai simbol. Arsitektur yang digunakan sebagai latar film tersebut menjadi simbol dari makna yang ingin disampaikan. Begitu juga dengan teknik pengambilan gambarnya yang dapat menyimbolkan suatu narasi tertentu pula Penelitian tentang hubungan arsitektur dalam film lebih tergambarkan oleh studi kasus serial TV Avatar: The Last Airbender. ......This thesis discusses the relations of architecture in film, especially in how space is depicted. The space here is depicted as a symbol. The architecture used as the background of the film becomes a symbol of the meaning to be conveyed. Likewise with the camera technique which can symbolize a certain narrative as well. Research on architectural relationships in films is more illustrated by the case study of the TV series Avatar: The Last Airbender.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adira Dhiya Aufasya
Abstrak :
Mal menjadi ruang publik yang penting bagi masyarakat kota dengan memasukkan elemen-elemen yang mendukung interaksi sosial. Sebagai ruang privat, mal tentunya tidak dapat berlaku seperti ruang publik sejati karena adanya sifat privat yang tidak memungkinkan kualitas maksimal sebagai ruang publik. Di sisi lain, keinginan masyarakat akan third place (tempat dengan tujuan sosial) yang memadai di perkotaan terwujud dalam bentuk ruang komersial ini. Ruang yang hadir di mal dapat dimaknai dengan bentuk kegiatan yang berbeda berdasarkan kualitas ruang dan kebutuhan pengguna. Studi kasus yang digunakan untuk memahami konsep ini adalah Central Park Mall yang akan ditelusuri proses pemaknaan ruangnya melalui placemaking yang terjadi. Skripsi ini dibuat untuk mengidentifikasi mal sebagai ruang publik dan perannya dalam mewujudkan third place di lingkup kota berdasarkan pemaknaan ruang yang ada ......Shopping malls have became important public space for urban communities by incorporating elements that support social behavior. As a private space, shopping malls certainly can not act like a true public space because of its private nature which does not allow maximum quality of a public space. On the other hand, people's desire for an adequate third place (a place with social purposes) in urban area is realized in the form of this commercial space. The space present in shopping mall can be interpreted in different forms of activity based on the quality of the space and the needs of the user. The case study used to understand this concept is Central Park Mall which will trace the process of interpreting the space through the act of placemaking that occurs. This study is made to identify shopping mall as a public space and its role in realizing the third place in urban area based on how people occupy the space.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library