Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wenny Wirdatul Hasanah
Abstrak :
Tesis ini bertujuan untuk membuktikan kesahihan dan keandalan Physical Activity Scale For The Elderly (PASE) versi bahasa Indonesia (PASE-INA) untuk mendapatkan metode kuantifikasi penilaian aktivitas fisik yang sahih dan andal untuk dapat diterapkan pada populasi lansia di Indonesia. Uji kesahihan konstruksi dilakukan dengan uji korelasi Pearson, sedangkan uji keandalan dilakuan dengan menilai intraclass correlation (ICC) untuk keandalan test-retest dan Cronbach’s ? untuk konsistensi internal. Sebanyak 64 orang lansia diwawancara dengan menggunakan kuesioner PASE yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Wawancara dilakukan sebanyak dua kali, dengan rentang waktu 1-3 minggu. Rerata skor total PASE-INA adalah 123.09(SD 35.48). Seluruh butir PASE-INA terbukti sahih dengan rentang nilai koefisien korelasi 0.310-0.533. Konsistensi internal dari skor total PASE-INA menunjukkan keandalan yang baik, dengan nilai Cronbach’s ? 0.844. Dari uji keandalan ­test-retest didapatkan hasil yang moderat dengan nilai ICC 0.728 (CI 95% 0.590-0.825). Kesimpulan dari penelitian ini adalah PASE-INA merupakan kuesioner yang sahih dan andal dalam menilai aktivitas fisik lansia di Indonesia. ......This thesis aims to prove the validity and reliability of the Indonesian version of the Physical Activity Scale for The Elderly (PASE-INA) to obtain a valid and reliable method of quantification of physical activity assessment to be applicable to the elderly population in Indonesia. Construction validity was tested using the Pearson correlation test, while the reliability test was performed by assessing the intraclass correlation (ICC) for test-retest reliability and Cronbach’s ? for internal consistency. A total of 64 elderly people were interviewed using the PASE questionnaire which had been translated into Indonesian. Interviews were conducted twice within a 1 to 3-weeks interval. The mean PASE-INA total score was 123.09(SD 35.48). All PASE-INA items were proven valid with a correlation coefficient value range of 0.310-0.533. The internal consistency of the PASE-INA total score shows good reliability, with a Cronbach’s ? value of 0.844. From the test-retest reliability test, moderate results were obtained with an ICC value of 0.728 (95% CI 0.590-0.825). The conclusion of this study is that PASE-INA is a valid and reliable questionnaire in assessing the physical activity of the elderly in Indonesia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoanita Huriyati
Abstrak :
Latar Belalrang: Omega-3 sebagai salah satu jenis asam lemak tak jenuh majemuk dapat membentuk ikatan dengan fosfogliserida membangun sekaligus menentukan fluiditasnya. Peningkatan fluiditas membran diduga dapat meningkatkan laju difusi oksigen melewati membran sehingga kecepatan 8kl.lllI\l|8$i laktat akan menurun dan respon kelelahan dapat ditunda Hal ini ditandai dengan meningkatnya daya tahan kontraksi otot rangka selama melakukan kerja fisik. Tujuan: Mengetahui penganrh omega-3 suplementasi omega-3 l400mg/hari selama 8 minggu terhadap daya tahan kontraksi olot rangka selama kerja iisik imensitas sedang durasi panjang pack orang dewasa norhatlet. Metode: Penelitian ini msnggzmakan desain pre-pos! iruervenzion dengn komml diri sendiri pada I0 orang pria dewasa sehat berusia 20~24 tahun. Subyek penelitian diberikan suplemen omega-3 dengn dosis |400 mg/hari selama 8 minggu. Parameter yang diukur adalah kadar laktat darah dan durasi kerja selama melakukan kerja fisik intensitas sedang durasi panjang pada treadmill sebelum dan setelah perlakuan. Hasil: Kadar laktat darah menurun secara bermakna dari minggu 0 ke minggu 8. Penurunan ini terjadi pada saat pre-exercise (p=0.003), pada 10 menit exercise (p=0.00l), dan saat lelah (p=0.003). Didapati pula adanya peningkatan nilai setara durasi kerja fisik secara bermakna (p=0.005) dari 24.44¢l1.74 mmit di minggu 0 menjadi 27.99tl2_4I mmit di minggu 8. Selain im, terdqpar respon penunman deuyut jantung yang bermakna pda saat pre-exercise (p=0.003), pada 10 menit exercise (p=0.0l4), dan saat lelah (p=0.025) disenai perubahan tekanan darah yang tidak: bermakna. Ksimpulan: Penumnan kadar laktat darah 500311 bermakna setelah suplementasi omega-3 dengan dosis 1400 mg/hari selama 8 minggu mencerminkan adanya perbaikan suplai oksigen di sel otot rangka. Peningkatan durasi kerja fisik yang bermakna pada penelitian ini mencerminkan adanya peningkatan daya tahan konrraksi otot rangka yang disebabkan oleh meningkatnya kemampuan se! otot rangka untuk menyediakan energi melalui metabolisme aerobik. Respon penurunan denyut jantung yang bennakna disertai perubahan tekanan darah yang tidak bermakna pada pmditian ini mencerminkan adanya peningkatan daya pompa jantung yang menyebabkan suplai oksigen ke otot rangka menjadi Iebih hails.
Background: Omega-3 as one of polyunsaturated fatty acids (PUFAS), bind to membrane glycerophospholipid and determine its fluidity. The increase of membrane fluidity is thought to improve oxygen diffusion rate through membrane and causing reduction of lactate accumulation rate. Therefore, fatigue response can be delayed This condition characterized by the improvement of skeletal muscle endurance during physical work activity. Objective: Knowing the etrects of 1400 mg/day omega-3 suplem tation in 8 weeks on skeletal muscle endurance, during moderate physical work intensity for non-athlete adults. Method: Pre-post intervention design with self control is applied on this reaserach to 10 healthy males in 20-24 years of age. Omega-3 suplementation is giv to subjects in 1400 mg/day tbr 8 weeks. Parameters being measured are blood lactate level and physical work duration before and after treatment, during moderate physical work intensity on treadmill. Result: Blood lactate level decreases significantly from week-0 to week-8. The decrease is found at pre-exercise (p=0.003), I0 minutes of exercise (p=0.00l), and when subjects report tiredness (p=0.003). There is also a significant increase (p=0.005) on mean value of physical work duration ‘from 24.44a=ll.74 minutes in week-0 into 27.99=tl2.4I minutes in week-8. Moreover, there is a significant decrease in heart rate at pre-exercie (p=0.003), 10 minutes of exercise (p=0_0l4), and when subjects report tiredness (p=0.025)_ This condition is accompanied by urrsigniiicant changes of blood pressure. Conclusion: Significant decrease of blood lactate level atler 8 weeks of I400 mg/day omega-3 suplementation reflecting improvement of oxygen supply into skeletal muscle. Whereas significant increase of physical work duration in this research reflecting improvement of skeletal muscle endurance. This condition results from the improvement of skeletal muscle ability to supply energy through aerobic metabolism. Significant decrease of heart rate which accompanied by unsignilicant changes of blood pressure in this research, reflecting improvement of heart pump capacity and providing a better oxygen supply into skeletal muscle.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T33807
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Novianti
Abstrak :
Latar Belakang: Obesitas merupakan kondisi inflamasi kronik yang dapat mengakibatkan penurunan massa otot dan kekuatan genggam tangan. Salah satu nutrisi yang berperan untuk meningkatkan sintesis protein dan menurunkan degradasi protein, yaitu eicosapentaenoic acid (EPA). Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi antara asupan EPA dengan massa otot dan kekuatan genggam tangan pada karyawan kantoran dengan obesitas. Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan pada subjek karyawan kantoran dengan obesitas. Asupan EPA dinilai dengan food frequency questionnaire semi kuantitatif. Massa otot diukur dengan menggunakan multifrequency bioelectrical impedance analysis. Sedangkan, kekuatan genggam tangan diukur menggunakan electric dynamometer. Hasil: Penelitian ini mencakup 41 subjek penelitian yang memiliki median usia 35 (21-56) tahun dengan jumlah subjek perempuan lebih banyak dibandingkan dengan subjek laki-laki. Subjek penelitian dengan obesitas derajat 1 sebanyak 16 orang (39%) dan obesitas derajat 2 sebanyak 25 orang (61%). Subjek memiliki rerata asupan EPA sebesar 152,3±64,64 mg. Subjek penelitian memiliki median massa otot sebesar 19,8 (15,3-46,5) kg dan median kekuatan genggam tangan sebesar 24,5 (17,8-42,9) kg. Penelitian ini mendapatkan nilai koefisien korelasi cukup dan signifikan antara asupan EPA dengan massa otot (r=0,335, p=0,032). Sedangkan, tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara asupan EPA dengan kekuatan genggam tangan. Kesimpulan: Terdapat korelasi bermakna antara asupan EPA dengan massa otot pada karyawan kantoran dengan obesitas. Namun, tidak didapatkan korelasi antara asupan EPA dengan kekuatan genggam tangan. ......Background: Obesity is a chronic inflammatory condition that can lead to decrease muscle mass and handgrip strength. One of the nutrients that plays role in increasing protein synthesis and reducing protein degradation is eicosapentaenoic acid (EPA). This study aims to investigate the correlation between EPA intake with muscle mass and handgrip strength in office workers with obesity. method: This cross-sectional study was conducted on the subject of office workers with obesity. EPA intake was assessed with semi-quantitative food frequency questionnaire. Muscle mass was measured using a multifrequency bioelectrical impedance analysis. Meanwhile, handgrip strength was measured using a electric dynamometer Results: This study included fourty one subjects with a median age of 35 (21-56) years old, mostly were female subjects. There were 16 people with obesity grade 1 (39%) and 25 people with obesity grade 2 (61%). Average EPA intake was 152,3±64,64 mg. The subjects had a median muscle mass of 19,8 (15,3-46,5) kg and median handgrip strength of 24,5 (17,8-42,9) kg. There was adequate correlation between EPA intake and muscle mass (r=0,335, p=0,032). There was no significant correlation between EPA intake and handgrip strength Conclusion: There was a significant correlation between EPA intake muscle mass in office workers with obesity. However, there was no correlation between EPA intake and handgrip strength.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Attika Dini Ardiana
Abstrak :
Obesitas dan berat badan berlebih memiliki dampak negatif pada fungsi kognitif. Hal ini disebabkan oleh adanya inflamasi sentral yang terjadi di otak. Latihan fisik yang sesuai dan efektif adalah salah satu solusi untuk mencegah dampak negatif dari obesitas. High Intensity Interval Training (HIIT) merupakan jenis olahraga efektif yang menggunakan intensitas tinggi dengan durasi yang singkat. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh respon akut dan kronik dari HIIT terhadap fungsi kognitif yang ditinjau dari kadar BDNF, Irisin, dan uji fungsi kognitif (MoCA, Trail Making Test, N-Back). Penelitian ini menggunakan uji eksperimental pada 15 laki laki dewasa yang memiliki berat badan berlebih. Latihan HIIT akan dilakukan selama 12 minggu dengan frekuensi 3 kali setiap minggu, kemudian akan dilakukan pengambilan sampel darah dan uji fungsi kognitif pada minggu ke-1 dan minggu ke-12 latihan HIIT. Terdapat respon akut HIIT pada minggu ke-12 terhadap fungsi kognitif pada uji TMT-A, TMT-B, N-Back, serta terhadap peningkatan kadar irisin dan BDNF. Tidak terdapat respon kronik HIIT terhadap peningkatan pada uji fungsi kognitif, kadar irisin dan BDNF. ......Obesity and overweight have a negative impact on cognitive function. This is caused by a central inflammation that occurs in the brain. Appropriate and effective physical exercise is one of the solutions to prevent the negative effects of obesity. High Intensity Interval Training (HIIT) is an effective type of exercise that uses high intensity for a short duration. The purpose of this study is to assess the acute and chronic effects of HIIT on cognitive function as measured by BDNF, Irisin, and cognitive function tests (MoCA, Trail Making Test, N-Back). This study applied an experimental test on 15 overweight adult males. HIIT exercises will be carried out for 12 weeks with a frequency of 3 times per week, then blood samples and cognitive function tests will be carried out in the 1st and 12th weeks of HIIT training. There was an acute HIIT response at week 12 to cognitive function on the TMT-A, TMT-B, N-Back tests, as well as to increased levels of irisin and BDNF. There was no chronic HIIT response to improvements in cognitive function tests, irisin levels and BDNF.
Depok: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoanita Hijriyati
Abstrak :
Latar Belakang: Omega-3 sebagai salah satu jenis asam lemak takjenuh dapat membentuk: ikatan fosfogliserida membran sekaligus menentukan fluiditasnya. Peningkatan fluiditas membran diduga dapat meningkatkan laju difusi oksigen melewati membran sehingga kecepatan akumulasi lak1at akan menurun dan respon kelelahan dapat ditunda. Hal ini ditandai dengan meningkatnya daya tahan konstraksi otot rangka selama melakukan kerja fisik. Tujuan: Mengetahui pengaruh omega-3 suplementasi omega-3 1400mg/hari selama 8 minggu terhadap daya tahan konstraksi otot rangka selama kerja fisik intensitas sedang durasi panjang. Metode: Penelitian ini menggunakan desain pre-post intervention kontrol diri sendiri pada 10 omng pria dewasa sehat berusia 20-24 tahun. Subyek penelitian diberikan suplemen omega-3 dosis 1400 mg/hari selama 8 minggu. Parameter yang diukur adalah kadar laklat datrah dan durasi kerja selama melakukan kerja fisik intensitas sedang durasi panjang pada treadmil sebelum dan setelah perlakuan. Hasil: Kadar laklat darah menurun secara bermakna dari minggu 0 keminggu 8. Penurunan ini terjadi pada saat pre-exercise (p=003), pada 10 menit exercise (p=OOI),. dan saat lelah (p=003). Didapati pula adanya peningkatan nilai rerata durasi kerja fisik secara bermakna (p=0.005) dari 24.44=11.74 menit di minggu 0 menjadi 27.99±12.41 menit di minggu 8. Selain itu, terdapat respon penurunan danyut jantung yang bermakna pada saat exercise (p=003), pada 10 menit exercise (p=0.014). dan saat lelah (p=025) disertai perubaban tekanan darah yang tidalk bermakna. Kesimpulan: Penurunan kadar laktat darah secara bermakna setelah suplementasi omega-3 dengan dosis 1400 mg/hari selama 8 minggu mencerminkan perbaikan suplai oksigen di sel otot rangka. Peningkatan durasi kerja fisik yang bermakna pada penelitian ini mencerminkan peningkatan daya tahan konstraksi otot rangka yang disebabkan oleh meningkatnya kemampuan sel otot rangka untuk menyediakan energi melalui metabolisme aerobik. ......Background: Omega-3 as one of polyunsaturated fatty acids (PUFAs), bind to membrane glycerophospholipid and determine its fluidity. The increase of membrane fluidity is thought to improve oxygen diffusion rate through membrane and causing reduction of lactate accumulation This condition characterized by the improvement of skeletal muscle endurance during moderate activity. Objective: Knowing the effects of 1400 mg/day omega-3 suplementation in 8 weeks on skeletal muscle endurance, during moderate physical work intensity fur non-athlete adults. Method: Pre-post intervention design with self control is applied on this reaserach to 10 healthy males in 20-24 years of age. Omega-3 suplementation is given to subjects in 1400 mg/day fur 8 weeks. Parameters being measured are blood lactate level and physical work duration before,and after treatment. during moderate physical work intensity on treadmill. Result: Blood lactate level significantly from week to week-3. The decrease is found a1 pre-exercise (p=Q.003), Hl minutes of exercise (p=Q.OOl), and when subjects report tiredness (p=Q.003). Then is also a significant increase (p=0.005) on mean value of physical work duration from 24. l1.74 week into 27.99±12.41 minutes in week-8. Moreover, then is a significant decrease in heart rate at pre-exercise (p9).003), 10 minutes of exercise (p=0.O14), and when subjects report tiredness (p=OJl25). This condition is accompanied by unsignificant changes of blood pressure. Conclusion: Significant decrease of blood lactate level after 8 weeks of 1400 mg/day omega-3 suplementation reflecting improvement of oxygen supplu into skeletal muscle. Whereas significant increase of physical work duration in this research reflecting improvement of skeletal muscle endurance. This condition results from the improvement of skeletal muscle ability to supply energy through aerobic metabolism. Significant decrease of heart rate which accompanied by unsignificant changes of blood pressure in this research, reflecting improvement of heart pump capacity and providing a better oxygen supply into skeletal muscle.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T31971
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lany Melian
Abstrak :
Latar Belakang : Kafein merupakan substansi yang paling banyak di gunakan di seluruh dunia, hampir 80 % dari populasi merupakan pengguna rutin. Efek dari penggunaan kafein bergantung kepada beberapa faktor, antara lain jenis, intensitas dan durasi dari kerja flsik, dosis kafein. Pada suatu populasi, 75% orang dewasa dalam melakukan aktivitas sehari-hari menggunakan energi yang sama pada saat melakukan kerja fisik ringan. Tubuh manusia memiliki kemampuan untuk menyimpan kelebihan energi. Cadangan energi tersebut akan dipergunakan melalui proses penguraian kembali kreatin fosfat rnenjadi ATP Serta Iipolisis, glikogenolisis dan glukoneogenesis. Kafein adalah inhibitor kompetitif dari reseptor dengan ligan adenosine di adiposit. Kafein menghilangkan efek penekanan adenosin terhadap lipolisis. Kafein bersama homlon-honnon lipolitik (epinefrin, norepinefiin, glukagon dan hormon pertumbuhan) bersinergi dalam meningkatkan kadar asam lemak bebas. Kafein dapat meningkatkan ketersediaan oksigen melalui mekanisme blok reseptor adenosin, sehingga efek penekanan adenosin terhadap neuron-neuron di PreB6t.zinger kompleks dalam pembentukkan irarna pernafasan hilang, dan menyebabkan peningkatan frekuensi pemafasan. Kondisi tersebut, membuat kafein dikenal sebagai substansi yang dapat meningkatkan kemampuan Esik dan menurunkan tingkat kelelahan Tujuan : Mengetahui pengaruh kafein terhadap kadar asam lemak bebas, frekuensi pemafasan dan tingkat kelelahan. Metode : Penelitian menggunakan disain cross over, pada 8 laki-laki dewasa yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang mendapat kafein 3 mg/kg.bb dan kelornpok kontrol yang mendapatkan plasebo. Kadar asam lemak dan frekuensi pemafasan diukur pada saat sebelum perlakuan, sesudah perlakuan dan sesudah kerja fisik. Tingkat kelelahan diukur selama kerja fisik. Hasil : Setelah kerja fisik kadar asam lemak bebas kelompok kafein mengalami peningkatan yang bermakna dibandingkan kelompok plasebo, frekuensi pernafasan pada kelornpok kafein meningkat tetapi tidak berbeda bemmakna dibanding kelompok plasebo, tingkat kelelahan pada kelompok kafein lebih rendah dibanding kelompok plasebo dan berbeda bermakna secara statistik. Kesimpulan : Penggunaan kafein 3 mg/kg.bb secara bermalma dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas sesudah kerja fisik dan menurunkan tingkat kelelahan selama kerja fisik. Tetapi tidak meningkatkan frekuensi pernafasan secara bermakna.
Background : Caffeine is the most widely used substance in the world, its regular users comprise almost 80% of the population. The effects of using caffeine depend on a number of factors such as the type, intensity, and duration of physical work, and the dose of caffeine. In a particular population, 75% of adults in doing their daily routine spend as much as energy as when they do light exercise. Human body processes the ability to store extra energy. The stored energy will o utilized through decomposition of creatine phosphate into ATP and lipolysis, glycogenolysis ang gluconeogenesis. Caffeine is a competitive inhibitor of a receptor with ligand adenosine in adipocyte. Caffeine bounds to the receptor, but since it inhibits the adenosine effect, caffeine increases lipolysis. Caffeine along with lipolytic hormones (epinephrine, norepinephrine, glucagons and growth hormone) increases the levels of free fatty acids. Caffeine can increase the availability of oxygen through adenosine receptor blockade mechanism, which results in the disappearance of the pressing effect of adenosine against neurons of PreB6tzinger complex in the formation of breathing pattern, and it can increase breathing frequency. That condition makes caffeine known as a substance which can increase physical ability and reduce the level of fatigue. Objective : To discover the effects of caffeine on the levels of free fatty acids, breathing frequency, and the level of fatigue. Method : The research used the cross»over design in 8 males, conducted in two groups: the group receiving 3 mg/kg body weight and the control group receiving placebo. The levels of fatty acids and breathing frequency were measured prior to the procedure, after the procedure and after exercise. The level of fatigue was measured during exercise. Results : After exercise, levels of free fatty acids in the group with the caffeine increased significantly than that in the group receiving placebo, the breathing frequency in the caffeine group increased but it was not significantly than that in the palcebo group, and the level of fatigue in the caffeine group was lower significantly than that in the placebo group. Conclusion : The use of caffeine 3 mg/'kg body weight significantly increases the levels of free fatty acids after exercise and reduces level of fatigue during exercise. However, it does not cause a significant increase in the breathing frequency.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T33073
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library