Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isa Akbarulhuda
"Prasasti Horṛn merupakan prasasti tembaga yang ditemukan di Kediri. Prasasti Horṛn sering dikaitkan dengan Perang Bubat yang terjadi di masa Majapahit. Prasasti ini hanya berisikan sambandha tanpa menyebutkan tahun ataupun nama raja, sehingga membuat beberapa peneliti memiliki pendapat masing-masing tentang Prasasti Horṛn. Oleh karena itu, penting dilakukan penelitian ulang terhadap prasasti Horṛn. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kronologi relatif dari Prasasti Horṛn dan menyusun rangkaian sejarah menggunakan data-data teraktual. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian epigrafi yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Prasasti Horṛn bukan berasal dari masa Majapahit, melainkan dari masa pemerintahan Mapañji Garasakan sekitar tahun 1050 Masehi yang ditulad pada masa Majapahit. Peristiwa yang dituliskan dalam prasasti Horṛn menunjukkan terjadinya serangan musuh Sunda ke Desa Horṛn dengan musuh Sunda yang dimaksud adalah Samarawijaya, Raja Pañjalu sekaligus anak Dharmawangsa Tguh, yang menjadi raja vasal di Jawa Barat. Penelitian ini juga mendukung pernyataan Boechari bahwa Prasasti Horṛn dibuat pada zaman yang sama dengan Mapañji Garasakan.

Horṛn inscription is a copper plate inscription found in Kediri. Horṛn inscription often associated with Perang Bubat in Majapahit era. Horṛn Inscription doesn’t mention chronology or the king’s name, it makes some researchers have some difference ideas about Horṛn inscription, therefore this study is important to re-examine this inscription. The purpose of this study is to know the relative chronology of Inscription of Horṛn and composing historical story with newer data and research. The method used in this study is epigraphy method which are heuristic, critics or analyzed, interpretation, and historiography. The Result of this study shows that the inscription of Horṛn was not from Majapahit era, but from Garasakan era around 1050 D.C and copied in Majapahit era. The event written in Horṛn inscription showed about invasion of the enemy from Sunda to Horṛn village. The enemy from Sunda refer to Samarawijaya, King of Pañjalu, son of Dharmawangsa Tguh. Another result of this study is support the statement from Boechari that Horṛn inscription was promulgated at the same time with Mapañji Garasakan’s era"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jawahir
"Penelitian ini membahas perbandingan seniman pada masa kerajaan Mataram Akhir (Airlangga) dan masa kerajaan Panjalu/Kadiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan seniman yang berkembang pada masa Airlangga dan masa Panjalu/Kadiri. Metode penelitian arkeologi yang digunakan dari Deetz yaitu pengumpulan data, pengolahan data, dan penafsiran data untuk mengungkapkan jenis seni pada masa Airlangga dan masa Panjalu/Kadiri dan seniman apa saja yang terdapat di dalamnya, serta perkembangan dan penyebab perkembangan seniman pada masa Airlangga dan masa Panjalu/Kadiri. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa seniman yang ditemukan pada masa Airlangga berjumlah 24 seniman, kemudian seniman yang ditemukan pada masa Panjalu/Kadiri berjumlah 22 seniman. Perkembangan seniman dari masa Airlangga dan masa Panjalu/Kadiri berbeda-beda setiap jenisnya, begitu pun dengan penyebab perkembangannya.

This study discusses the comparison of artists during the late Mataram kingdom (Airlangga) and the Panjalu/Kadiri kingdom. This study aims to compare the artists who developed during the Airlangga and Panjalu/Kadiri periods. The archaeological research method used from Deetz is data collection, data processing, and data interpretation to reveal the types of art during the Airlangga and Panjalu/Kadiri periods and what artists were in them, as well as the development and causes of the development of artists during the Airlangga and Panjalu periods. / Kadiri. Based on the results of the analysis carried out, it is known that the artists found during the Airlangga period amounted to 24 artists, then the artists found during the Panjalu/Kadiri period amounted to 22 artists. The development of artists from the Airlangga period and the Panjalu/Kadiri period was different for each type, as well as the causes of their development."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library