Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andito Yahya Utomo
"Pandemi COVID-19 membawa percepatan dalam perkembangan teknologi kesehatan dan bersamaan dengan momentum tersebut, Indonesia berencana melakukan transformasi digital pada bidang teknologi kesehatan dengan mengembangkan Citizen Health App (CHA) yang berfungsi menyimpan data kesehatan pribadi (PHR). Namun, kegagalan implementasi PHR adalah karena aplikasi yang dikembangkan umumnya berfokus kepada provider bukan pasien atau penggunanya. Penelitian bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman pasien atau pengguna dalam memakai PHR serta mengidentifikasi faktor-faktor yang berkaitan dengan penerimaan PHR. Penelitian menggunakan metode scoping review dengan basis data yang berasal dari PubMed, Scopus, Sage Journal, dan EBSCOhost. Hasil yang didapatkan adalah aplikasi PHR digunakan untuk mengakses riwayat rekam medis, melihat hasil tes/lab, berkomunikasi dengan tenaga atau fasilitas kesehatan, memenuhi keperluannya terkait obat-obatan, melakukan pengaturan janji temu, mengisi informasi kesehatan pribadinya, mengakses layanan emergensi, mengunduh data, navigasi kepada fasilitas kesehatan, mengevaluasi fasilitas atau pelayanan kesehatan, dan mengisi kesaksian terhadap donasi organ. Sedangkan, faktor-faktor yang berkaitan dengan penerimaan aplikasi PHR, adalah faktor kepercayaan, keamanan, dan privasi, pengaruh sosial, efektivitas aplikasi, kesehatan, teknis, dan pengguna. Perancangan arsitektur PHR perlu memaksimalkan fungsionalitasnya dan upaya peningkatan penerimaan dapat dilakukan dengan mempromosikan fitur, fungsi, dan manfaat penggunaan PHR.

COVID-19 Pandemic accelerate the development of health technologies and with that momentum, Indonesia plans to digitally transform their healthcare technology sector by developing a Citizen Health App (CHA) which acts as personal health record (PHR). However, failure to implement PHR is caused by the app developed, generally focused on the providers, not the patient nor user. This study aims to explore patient or user’s experience in using PHR as well as to identify factors related to acceptance of the app itself. The study was conducted using scoping review by utilizing online databases such as PubMed, Scopus, Sage Journal, and EBSCOhost. Results obtained are PHR is used to access medical record history, see test/lab result, communicate with health practitioners or providers, fulfill needs related to medication, book appointments, fill the user’s health information, access emergency care, download data, navigate to healthcare facilities, evaluate health facilities and services, and organ donation testament. Meanwhile, factors related to the acceptance of PHR are trust, safety, and privacy, social influence, application effectiveness, health, technical, and user’s factor. Designing PHR needs to maximize its functionality and efforts to increase the acceptance can be done by promoting the features, functions, and the benefits of using PHR."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novembriawan Pangestu
"Kondisi crowding di Instalasi Gawat Darurat (IGD) telah menjadi isu global di seluruh sistem pelayanan kesehatan di seluruh dunia lebih dari dua dekade. Hal ini disebabkan karena tingginya angka boarding time  yang menyebabkan penumpukan jumlah pasien yang ada di IGD. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor yang berhubungan dengan keterlambatan boarding time di instalasi gawat darurat. Metode yang digunakan adalah literature review dengan menggunakan database Pubmed, Scopus, Proquest, Google Scholar dan Library UI menghasilkan 15 artikel terinklusi yakni artikel yang terbit sepuluh tahun terakhir, membahas faktor yang berhubungan dengan keterlambatan boarding time di instalasi gawat darurat, dan artikel dengan metode kuantitatif, kualitatif, dan mix-method. Hasil studi terinklusi dari 15 artikel menghasilkan beberapa penyebab keterlambatan boarding time di IGD diantaranya yaitu ketersediaan tempat tidur yang disebabkan oleh kepulangan pasien yang tidak terencana dan membutuhkan waktu 118 menit (2 jam) lebih lama dibandingan kepulangan yang direncanakan. Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan tidak hanya menyebabkan naiknya angka boarding time, namun juga menurunkan pelayanan kesehatan dan pasien safety. Waktu diagnosis pasien pada saat di IGD membutuhkan waktu lebih lama karena dokter perlu mengantongi data lebih banyak untuk memutuskan diagnosis pasien. Pasien yang masuk ke IGD merupakan pasien dengan kegawatdaruratan tinggi, semakin darurat membutuhkan diagnosis yang lebih lama pula dan menambah waktu boarding time di IGD. Ketersediaan bangsal khsusus memakan waktu banyak pada saat boarding time karena selain memerlukan treatment khusus, jumlah bangsal khusus ini juga terbatas. Tingkat kapasitas rumah sakit yang tinggi meningkatkan pula angka boarding time karena pasien harus menunggu pelayanan kesehatan akibat antri, sehingga meningkatkan angka boarding time. Konsultasi antara pasien dengan dokter terjadi di IGD pada pasien dengan kegawatdaruratan yang tinggi, sebab sebelum memberikan tindakan, dokter perlu mengetahui lebih dalam sakit yang dialami oleh pasien. Dapat disimpulkan bahwa faktor yang berhubungan dengan keterlambatan boarding time dirumah sakit ialah ketersediaan tempat tidur, keterbatasan jumlah tenaga kesehatan, waktu diagnosis pasien, tingkat kegawatdaruratan, ketersediaan bangsal khusus, tingkat kapasitas rumah sakit yang tinggi, dan jumlah konsul dengan dokter spesialis. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai standar waktu boarding time di instalasi gawat darurat yang ada pada rumah sakit.

Crowding conditions in the Emergency Unit has become a global issue in all health care systems for more than two decades. This is due to a high number of boarding times which causes an accumulation number of patients in the ER. The purpose of this study sought was to determine the factors associated with boarding time delays in the emergency department. The researcher used a literature review as a method and used Pubmed, Scopus, Proquest, Google Scholar, and UI Library databases which produces 15 included articles, and articles published in the last ten years, discussing factors related to boarding time delays in the emergency department, and articles with quantitative methods. , qualitative, and mix-method. The results of the included study from 15 articles resulted in several causes of delays in boarding time in the ER, including the availability of beds caused by the patient's unplanned return and taking 118 minutes (2 hours) longer than the planned return. The limited number of health workers not only causes an increase in boarding time but also reduces health services and patient safety. The patient's diagnosis time in the ER takes longer because doctors need to collect more data to make a patient's diagnosis. Patients who enter the ER are patients with high emergencies, the more emergency requires a longer diagnosis and increases the boarding time in the ER. The availability of special wards takes a lot of time at boarding time because apart from requiring special treatment, the number of special wards is also limited. The high level of hospital capacity also increases the number of boarding times because patients have to wait for health services due to queuing, thereby increasing the number of boarding times. Consultations between patients and doctors occur in the ER for patients with high emergencies, because before taking action, doctors need to know more about the pain experienced by the patient. It can be concluded that the factors related to the delay in boarding time at hospital are availability of beds, limited number of health workers, time of patient diagnosis, level of emergency, availability of special wards, high level hospital capacity, and number of consuls with specialist doctors. Therefore, it is necessary to conduct a study on the standard boarding time in the emergency department at the hospital."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliya Diandra
"Rumah sakit sebagai salah satu perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang kesehatan memiliki kewajiban untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang terbaik dan berkualitas bagi masyarakat. Persaingan yang semakin ketat dalam industri rumah sakit pun mendorong rumah sakit untuk meningkatkan daya saingnya agar lebih unggul dari para pesaing, salah satunya adalah melalui peningkatan kualitas layanan yang ditawarkan. Kualitas layanan yang baik diharapkan mampu memenuhi ekspektasi dan mencapai kepuasan dari pelanggan rumah sakit yang mana dapat menjadi faktor penentu loyalitas pelanggan. Loyalitas pelanggan menggambarkan kecenderungan pelanggan untuk memilih kembali layanan kesehatan pada rumah sakit tersebut apabila memerlukan pengobatan di masa mendatang. Loyalitas pelanggan dapat dinilai dari tingkat kemungkinan pelanggan untuk merekomendasikan layanan kepada keluarga atau teman dengan metode Net Promoter Score. Dalam penelitian ini, dari 67 orang responden, diperoleh hasil sebesar 49,3% pelanggan adalah promoters atau memiliki tingkat loyalitas yang tinggi. Rumah Sakit Universitas Indonesia pada tahun 2021 berhasil mencapai Net Promoter Score sebesar 45 dengan skala -100 sampai dengan 100 yang mana menunjukkan bahwa tingkat loyalitas pelanggan sudah pada kategori favorable.

Hospital as service company engaged in the health sector has an obligation to provide the best quality of health services for the community. The increasing competition on the health services sector encourages hospital to be more superior among its competitors, one of which is through improving the quality of services offered. Good service quality is expected to be able to meet expectations and achieve satisfaction from hospital customers which can be a determining factor for customer loyalty. Customer loyalty describes the tendency of customers to choose health services at the same hospital again if they need treatment in the future. Customer loyalty can be assessed using Net Promoter Score method, from the level of possibility of customers to recommend services to family or friends. In this study, from 67 respondents, it was found that 49,3% of customers were promoters or had a high level of loyalty. In 2021, the University of Indonesia Hospital managed to achieve a Net Promoter Score of 45 with a scale of -100 to 100 which indicates that the level of customer loyalty is already in the favorable category."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Raira Azzahra Pinasty
"Rumah sakit menghadapi kompleksitas dalam operasional sehari-hari, di mana semua elemen, mulai dari pengunjung hingga pegawai, saling berinteraksi pada proses pemberian pelayanan. Untuk menjaga keselamatan seluruh elemen rumah sakit, perlu dibangun kesadaran budaya keselamatan yang terintegrasi. Rumah Sakit XYZ telah mengembangkan pengukuran budaya keselamatan terintegrasi yang dinamakan Integrated Safety Culture in Hospital Assessment. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang budaya keselamatan terintegrasi serta perkembangannya di RS XYZ dari tahun 2021 hingga 2023. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross-sectional, dengan menggunakan data sekunder hasil survei berulang selama tiga tahun dengan jumlah sampel berturut-turut 419 (tahun 2021), 305 (tahun 2022), dan 418 (tahun 2023) responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Rumah Sakit XYZ telah mencapai tingkat budaya keselamatan terintegrasi yang baik, di mana sebagian besar dimensi budaya keselamatan berada pada "Level 4- Proaktif" dan sebagian lainnya pada "Level 5- Progresif". Terdapat peningkatan capaian budaya keselamatan pasien dari waktu ke waktu untuk semua dimensi, kecuali dimensi komitmen manajemen dan komunikasi efektif dan umpan balik yang mengalami penurunan atau stagnansi. Ditemukan perbedaan yang bermakna secara statistic dalam tingkat kematangan budaya keselamatan terintegrasi pada variabel jenis kelamin. Namun, perbedaan tersebut tidak bermakna variabel usia, pendidikan, masa kerja, dan unit kerja dengan tingkat kematangan budaya keselamatan terintegrasi.

Hospitals face complexity in their day-to-day operations, where all elements, from visitors to employees, interact in the process of providing care services. To ensure the safety of all hospital elements, it is necessary to cultivate an awareness of integrated safety culture. The XYZ Hospital has developed a measurement of integrated safety culture called the Integrated Safety Culture in Hospital Assessment. This study aims to provide an overview of the integrated safety culture and its development at XYZ Hospital from 2021 to 2023. The study adopts a quantitative approach with a cross-sectional study design, utilizing secondary data from repeated surveys over three years with successive sample sizes of 419 (2021), 305 (2022), and 418 (2023) respondents. The findings of this research indicate that the XYZ Hospital has achieved a good level of integrated safety culture, with most dimensions of safety culture at "Level 4-Proactive" and some at "Level 5-Progressive". There has been an improvement in patient safety culture over time for all dimensions, except for management commitment and effective communication/feedback, which have experienced decline or stagnation. Significant differences were found in the level of integrated safety culture maturity based on gender. However, there were no significant differences in age, education, length of employment, and work unit regarding integrated safety culture maturity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Osi Ramadia
"Proses pemulangan pasien rawat inap adalah pelayanan rumah sakit untuk yang melibatkan DPJP, keperawatan, farmasi, administrasi dan pasien. Proses ini berimplikasi pada kepuasan pasien, penumpukan pasien IGD hingga efisiensi pelayanan. Metode lean merupakan metode yang dapat meningkatkan kualitas dan efisiensi pelayanan proses ini. Penelitian riset operasional dengan metode lean ini bertujuan untuk menganalisa proses pemulangan pasien rawat inap di RS Restu Kasih. Hasil penelitian: lead time pasien jaminan BPJS yaitu 5 jam 30 menit, jaminan asuransi 5 jam 10 menit dan non-jaminan 4 jam 1 menit. Persentase kegiatan NVA DPJP: 11% jaminan asuransi, 25% jaminan BPJS; keperawatan: 52% non-jaminan, 64% jaminan asuransi, 53% jaminan BPJS; farmasi: 16% non-jaminan, 22% jaminan asuransi, 23% jaminan BPJS; administrasi: 11% non-jaminan, 57% jaminan asuransi, 14% jaminan BPJS; pasien: 51% non-jaminan, 75% jaminan asuransi, 85% jaminan BPJS. Waste pada pasien non-jaminan yaitu 89% motion, 11% waiting; jaminan asuransi yaitu 42% waiting, 32% motion, 16% deffects, 11% inventory; jaminan BPJS yaitu 50% motion, 43% waiting, 7% inventory. Implementasi visual management dan berkoordinasi dengan unit terkait penugasan pada pasien jaminan BPJS menghasilkan penurunan lead time 45% menjadi 3 jam 3 menit dan penurunan kegiatan NVA sebesar 48% dari 2 jam 5 menit menjadi 1 jam 5 menit.

Process of discharging inpatients is hospital service that involves doctors, nurses, pharmacy, administration and patient. This process have implications for patient satisfaction, stagnancy of ER patients and efficiency of services. Lean method could improve quality and efficiency of this process. This operational research study using a lean method approach aims to analyze the discharge process of inpatients at Restu Kasih Hospital. The results show, lead time for BPJS coverage is 5 hours 30 minutes, insurance coverage 5 hours 10 minutes and non-insurance 4 hours 1 minute. The percentage of non-value added activities of doctors: 11% insurance coverage, 25% BPJS coverage; nurses: 52% non-insurance, 64% insurance coverage, 53% BPJS coverage; pharmacy: 16% non-insurance, 22% insurance coverage, 23% BPJS coverage; administration: 11% non-insurance, 57% insurance coverage, 14% BPJS coverage; patient: 51% non-insurance, 75% insurance coverage, 85% BPJS coverage. Waste for non-insurance: 89% motion, 11% waiting; insurance coverage: 42% waiting, 32% motion, 16% defects, 11% inventory; BPJS coverage: 50% motion, 43% waiting,7% inventory. Visual management and coordinating with each unit implementation for BPJS coverage resulting on reducing lead time by 45% to 3 hours 3 minutes and reducing non-value added activity by 48% from 2 hours 5 minutes to 1 hour 5 minutes."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradisa Mulya
"Persentase turnover perawat di beberapa rumah sakit swasta di Indonesia melewati standar turnover yaitu 10%, seiring dengan tingginya persentase turnover intention sebagai prediktor dari turnover. Turnover intention menimbulkan banyak dampak negatif, terlebih apabila berkembang menjadi turnover. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap turnover intention perawat rumah sakit swasta di Indonesia serta mengetahui gambaran turnover dan turnover intention dengan menggunakan metode literature review. Basis data pencarian literatur yang digunakan adalah Google Scholar, Garuda, Neliti, dan grey literature dari Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat (Pusinfokesmas FKM UI), dan Universitas Indonesia Library. Setelah melalui proses pencarian, skrining, dan ekstraksi, didapatkan 13 penelitian relevan yang dianalisis. Hasil penelusuran menunjukkan bahwa rentang persentase turnover perawat berkisar dari 8.16% hingga 41.37%. Sementara rentang persentase turnover intention perawat berkisar dari 26.6% hingga 100%. Faktor-faktor yang mempengaruhi turnover intention terbagi menjadi tiga kategori, yaitu faktor karakteristik individu, kepuasan kerja, dan komitmen organisasi. Faktor karakteristik individu yang mempengaruhi turnover intention adalah usia muda, jenis kelamin perempuan, tingkat pendidikan rendah, belum menikah, dan lama kerja yang rendah. Terdapat tiga faktor kepuasan kerja yang dominan ditemukan berpengaruh terhadap turnover intention, yaitu kompensasi, peluang promosi, dan pekerjaan, diikuti dengan supervisi dan rekan kerja.

The percentage of nurse turnover in several private hospitals in Indonesia exceeds the turnover standard of 10%, along with the high percentage of turnover intention as a predictor of turnover. Turnover intention has many negative impacts, particularly if it develops into turnover. This study aims to determine the factors that influence the turnover intention of nurses in private hospitals in Indonesia and to know the description of turnover and turnover intention by using the literature review method. Literature search databases used were Google Scholar, Garuda, Neliti, and grey literature from the Public Health Information Center (Pusinfokesmas FKM UI), and the University of Indonesia Library. After going through the search, screening, and extraction processes, 13 relevant studies were analyzed. The search results show that the nurse turnover percentage ranges from 8.16% to 41.37%. While the nurse turnover intention percentage ranges from 26.6% to 100%. Factors that influence turnover intention are divided into three categories, namely individual characteristics, job satisfaction, and organizational commitment. Individual characteristic factors that affect turnover intention are young age, female sex, low education level, single, and low working time. There are three dominant job satisfaction factors found to influence turnover intention, namely compensation, promotion opportunities, and work, followed by supervision and co-workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahlaa Talitha Ainayyah
"Penelitian ini menggunakan metode literature review yang membahas mengenai tantangan dalam pemanfaatan telemedicine selama pandemi. Seperti yang kita ketahui bersama, Covid-19 masih terus terjadi hingga saat ini. Berbagai negara menetapkan kebijakan lockdown guna mencegah penyebaran virus tersebut. Pemerintah Indonesia sendiri telah melakukan upaya PPKM untuk mengendalikan penyebaran Covid-19. Pelayanan publik menghadapi dilema, salah satunya pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, penggunaan layanan telemedicine sangat dianjurkan pada masa pandemi. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui apa saja tantangan dalam pemanfaatan telemedicine selama pandemic. Metode penelitian yang digunakan adalah literature review dengan mencari artikel penelitian yang telah dipublikasi dengan menggunakan online database yaitu PubMed, Oxford Academic, dan SpringerLink. Berdasarkan hasil pencarian, didapatkan sejumlah 961 artikel dan dari jumlah tersebut dilakukan seleksi. Hasil seleksi didapatkan sebanyak 6 artikel yang dianalisis. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat beberapa tantangan dalam pemanfaatan telemedicine selama pandemi. Tantangan tersebut antara lain teknologi, privasi / kerahasiaan, proses komunikasi, dan finansial. Tantangan terkait teknologi yang dimaksud ialah koneksi internet yang tidak stabil, kemampuan sumber daya manusia dalam menggunakan teknologi, serta kemampuan penyimpanan teknologi yang dimiliki.

This study uses a literature review that discusses the challenges in using telemedicine during a pandemic. As we all know, Covid-19 is still happening today. Various countries have imposed lockdown to prevent the spread of the virus. The Indonesian government itself has made PPKM efforts to control the spread of Covid-19. Public services face a dilemma, one of which is health services. Therefore, the use of telemedicine is highly recommended during the pandemic. The purpose of this paper is to find out what are the challenges in using telemedicine during a pandemic. The research method used is literature review by searching for research articles that have been published using online databases,namely PubMed, Oxford Academic, and SpringerLink. Based on the search results, a number of 961 articles were obtained and from that number a selection was made.The selection results obtained as many as 6 articles were analyzed. The results showed that there were several challenges in using telemedicine during a pandemic. These challenges include technology, privacy/confidentiality, communication processes, and finance. The challenges related to the technology in question are unstable internet connections, the ability of human resources to use technology, and the ability to store technology owned.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gustiane Adriani Dwisari
"Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) memegang peran penting dalam menentukan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit. Indikator kinerja IGD, seperti Length of Stay (LOS), yang mengukur lama pasien d IGD dari kedatangan hingga pemulangan atau pemindahan, dapat memengaruhi tingkat kepadatan di IGD. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi alur pelayanan, hambatan, dan akar penyebab masalah terkait LOS di IGD. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April-Mei 2024 dengan pendekatan kualitatif studi kasus, berupa observasi pada 30 pasien, wawancara, dan telaah dokumen. Analisis data menggunakan flowchart untuk mengidentifikasi alur pelayanan, Value Stream Mapping untuk mengenali kegiatan bernilai dan menemukan waste, serta The Five Whys untuk menganalisis akar penyebab hambatan. Metode Lean Thinking digunakan untuk menghasilkan alur dan Model BAS (Baseline, Assess, Suggest Solution) dari Model BASICS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alur pelayanan pasien IGD melibatkan lima tahapan; dengan 65,5% waktu pelayanan adalah kegiatan non-value added, 23,4% kegiatan necessary but non-value added, dan 11,1% kegiatan value added, dengan total Lead Time 7 jam 55 menit 29 detik. Dari sisi pasien, waste yang terjadi meliputi waste of waiting (94,9%) dan transportation (5,1%). Bottleneck terjadi pada aktivitas menunggu terdaftar di rawat inap (25,2%), menunggu advis DPJP (22,9%), menunggu hasil pemeriksaan penunjang (22,3%), dan menunggu kesiapan rawat inap (18,2%), dengan total 88,6%. Perbaikan LOS di IGD dapat menggunakan lean tools seperti standardized work, visual management, heijunka, kaizen, dan just in time agar waste dapat dikurangi.

Emergency Department (ED) services play a crucial role in determining the quality of care and patient safety in hospitals. Performance indicators in the ED, such as Length of Stay (LOS) which measures the duration from a patient's arrival to their discharge or transfer can significantly impact the congestion levels in the ED. This study aims to identify the service flow, obstacles, and root causes of issues related to LOS in the ED. Data collection was conducted from April to May 2024 using a qualitative case study approach, including observations of 30 patients, interviews, and document reviews. Data analysis involved using flowcharts to identify the service flow, Value Stream Mapping to recognize value-added activities and identify waste, and The Five Whys to analyze the root causes of obstacles. Lean Thinking methodology was applied to develop a service flow and the BAS (Baseline, Assess, Suggest Solution) model from the BASICS model. The study results show that the patient service flow in the ED involves five stages, with 65.5% of service time consisting of non-value-added activities, 23.4% of necessary but non-value-added activities, and 11.1% of value-added activities, resulting in a total lead time of 7 hours, 55 minutes, and 29 seconds. From the patient's perspective, the waste observed includes waiting (94.9%) and transportation (5.1%). Bottlenecks were identified in activities such as waiting to be registered for inpatient care (25.2%), waiting for specialist advice (22.9%), waiting for the results of supporting examinations (22.3%), and waiting for inpatient readiness (18.2%), totaling 88.6%. Improving LOS in the ED can utilize lean tools such as standardized work, visual management, heijunka, kaizen, and just-in-time to reduce waste."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Nafis Alodia
"Pelayanan kesehatan berkualitas merupakan komponen esensial dalam mewujudkan masyarakat sehat dan sejahtera, dengan rumah sakit sebagai fasilitas utama dalam menyediakan layanan medis yang efektif dan efisien. Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2023, rumah sakit diharuskan untuk terus meningkatkan mutu pelayanan baik secara internal maupun eksternal melalui berbagai indikator. Salah satu alat evaluasi penting dalam peningkatan mutu ini adalah Indikator Nasional Mutu (INM), yang digunakan untuk menilai capaian mutu pelayanan di berbagai fasilitas kesehatan. Meskipun INM berperan besar dalam memperbaiki kualitas layanan dan efisiensi biaya, capaian INM di rumah sakit Indonesia masih mengalami kendala, terutama terkait kepatuhan dan infrastruktur yang belum merata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis capaian INM rumah sakit di Indonesia pada Juni 2024 berdasarkan status kepemilikan, kelas rumah sakit, jenis pelayanan, dan wilayah regional. Metode yang digunakan adalah penelitian potong lintang dengan analisis data sekunder dari basis data Kementerian Kesehatan Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan rumah sakit pemerintah dan swasta memiliki perbedaan signifikan dalam beberapa indikator, dengan rumah sakit pemerintah cenderung lebih unggul. Rumah sakit kelas A dan B memiliki capaian lebih baik dibandingkan kelas C dan D, namun tantangan terkait terhadap waktu tanggap operasi sesarea emergensi dan waktu tunggu rawat jalan masih ada, terutama di kelas rendah. Capaian mutu rumah sakit di wilayah Jawa dan Bali lebih baik dibandingkan Indonesia Timur, hal ini dipengaruhi oleh kesenjangan sumber daya dan infrastruktur

Quality healthcare services are essential for achieving a healthy and prosperous society, with hospitals playing a central role in delivering effective and efficient medical care. According to Law No. 17 of 2023, hospitals are required to continually improve the quality of their services both internally and externally through various indicators. One of the key tools for evaluating quality improvement is the National Health Service Quality Indicators (INM), which assess the performance of healthcare facilities. While INM plays a critical role in enhancing service quality and cost-efficiency, the achievments of INM in Indonesian hospitals faces challenges, particularly related to compliance and uneven infrastructure. This study aims to analyze the achievements of the National Hospital Quality Indicators (INM) in Indonesian hospitals as of June 2024, based on ownership status, hospital class, service type, and regional location. The study uses a cross-sectional design with secondary data analysis sourced from the Ministry of Health of Indonesia’s database. The findings reveal significant differences between government and private hospitals in several indicators, with government hospitals generally performing better. Hospitals in class A and B achieved better quality outcomes compared to those in class C and D, although challenges remain in emergency cesarean section response times and outpatient wait times, particularly in lower-class hospitals. Furthermore, hospitals in the Java and Bali regions demonstrated better quality outcomes compared to those in Eastern Indonesia, with disparities in resources and infrastructure being key influencing factors."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indinesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Nyoman Diah Redyardani Sutantri
"Kesehatan merupakan hak setiap individu untuk mau dan mampu hidup sehat, serta memanfaatkan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tentu saja menyumbang salah satu faktor keberhasilan dalam pemerataan pelayanan kesehatan di Indonesia. Pelayanan terapi pengganti ginjal (TPG) di Indonesia juga menghadapi tantangan dari segi pemerataan pelayanan. Permintaan pelayanan dialisis meningkat seiring dengan meningkatnya kejadian Penyakit Ginjal Kronis. Pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) No. 8 tahun 2022 mengatur agar pasien dengan penyakit ginjal kronis stadium akhir mendapat terapi pengganti ginjal yang merata. Upaya pemerataan pelayanan dialisis ini salah satunya adalah dengan mulai memanfaatkan pelayanan CAPD maka RSUD Kota Bogor perlu melakukan persiapan pelayanan CAPD di instalasi hemodialisa. . Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kesiapan dan upaya penyelenggaraan pelayanan CAPD di RSUD Kota Bogor. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitik yang digunakan untuk mengkaji lebih dalam mengenai persiapan dan kesiapan RSUD Kota Bogor dalam memberikan pelayanan CAPD. Sebagian besar instrumen penilaian kesiapan pelayanan CAPD di RSUD Kota Bogor berdasarkan PMK no.8 tahun 2022 telah terpenuhi, yaitu sebesasr 81%, namun masih perlu penyiapan sarana dan prasarana serta berkas SPO yang belum terpenuhi agar pelayanan CAPD dapat berjalan. Dengan terpenuhinya persyaratan tersebut maka RSUD Kota Bogor siap memberikan pelayanan CAPD.

Health is the right of every individual to want and be able to live healthily, and utilize health services. The availability of health service facilities certainly contributes to one of the success factors in equitable distribution of health services in Indonesia. Kidney replacement therapy (TPG) services in Indonesia also face challenges in terms of equitable distribution of services. The demand for dialysis services is increasing along with the increasing incidence of Chronic Kidney Disease. The government through Minister of Health Regulation (PMK) No. 8 of 2022 stipulates that patients with end-stage chronic kidney disease receive kidney replacement therapy that is evenly distributed. One of the efforts to equalize dialysis services is by starting to utilize CAPD services, so the Bogor City Hospital needs to prepare for CAPD services at the hemodialysis installation. . The purpose of this study was to analyze the readiness and efforts to provide CAPD services at RSUD Kota Bogor. This type of research is a qualitative research with an analytic descriptive approach that is used to examine more deeply the preparation and readiness of Bogor City Hospital in providing CAPD services.

Most of the CAPD service readiness assessment instruments at Bogor City Hospital based on PMK no. 8 of 2022 have been fulfilled, which is 81%, but it is still necessary to prepare facilities and infrastructure as well as SPO files that have not been fulfilled so that CAPD services can run. With the fulfillment of these requirements, Bogor City Hospital is ready to provide CAPD services."

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>