Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Isa Ihyaroza
Abstrak :
Taman kota adalah taman yang berada di lingkungan perkotaan dalam skala yang luas dan dapat mengantisipasi dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan kota dan dapat dinikmati oleh seluruh warga kota. Fasilitas yang berada di taman dapat mempengaruhi pola kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung. Dalam pemanfaatannya, pihak pengelola taman mempunyai rencana pemanfaatan akan fasilitas-fasilitas yang ada di taman. Taman Sepat merupakan taman kota yang dikelilingi oleh permukiman penduduk sehingga mayoritas pengunjung merupakan warga sekitar. Fasilitas yang berada di taman ini mendukung aktivitas untuk refreshing dan berolahraga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pola kegiatan pengunjung Taman Sepat berdasarkan rencana pemanfaatan yang disusun oleh pengelola taman. Penelitian ini menggunakan pendeketan kuantitatif dan menggunakan metode observasi dan wawancara untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Penelitian memakai dua jenis analisis data yaitu analisis kuantitatif deskriptif dan analisis keruangan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa aktivitas active angagement cenderung dilakukan pada tempat yang luas dan juga yang sudah difasilitasi oleh pihak pengelola. Aktivitas active engagement paling banyak dilakukan pada pagi hari dan weekend. Aktivitas passive engagement dilakukan pada tempat duduk yang tersedia di taman untuk melakukan aktivitas ini. Aktivitas passive angagement dilakukan terutama pada sore hari. Ketika seluruh tempat duduk terpakai oleh pengunjung yang akan duduk pada ruang terbuka. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua ruang kegiatan dimanfaatkan sesuai dengan rencana pemanfaatannya.  Pengecualian dapat terjadi apa bila semua tempat telah digunakan.  Hal ini mendorong pengunjung untuk memanfaatkan ruang-ruang kosong walaupun tidak sesuai dengan rencana pemanfaatan yang telah ditetapkan Hal ini terjadi terutama untuk aktivitas active. ......The city park is a park located in the urban environment on a large scale and can anticipate the impacts caused by urban development, enjoyed by all city residents. Facilities in the park can influence the activity patterns of visitors. In its utilization, the park management has a utilization plan for the existing facilities. Taman Sepat is an urban park surrounded by residential areas, so the majority of visitors are local residents. The facilities in this park support activities for refreshment and exercise. This study aims to analyze the activity patterns of Taman Sepat visitors based on the utilization plan prepared by the park management. The research uses a quantitative approach and employs observation and interviews to collect the necessary data. The study uses two types of data analysis, namely descriptive quantitative analysis and spatial analysis. The results of this study show that active engagement activities tend to be carried out in spacious areas and those already facilitated by the park management. Most active engagement activities are conducted in the morning and on weekends. Passive engagement activities are carried out in the available seating areas in the park. Passive engagement activities are mainly carried out in the afternoon when all the seats are occupied by visitors who want to sit in open spaces. The conclusion of this study indicates that all activity spaces are utilized according to their utilization plan. Exceptions may occur when all spaces are already in use, encouraging visitors to use empty spaces even if it does not align with the established utilization plan, especially for active activities.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghiffary Rafif Akmal Tursilo
Abstrak :

Perubahan tutupan lahan merupakan suatu permasalahan yang terjadi secara global dan tak terkecuali pada wilayah Asia Tenggara. Perubahan tutupan lahan yang terjadi pada wilayah Asia Tenggara ini terjadi sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir tanpa terkecuali pada wilayah Sub DAS Batang Tembesi. Perubahan yang terjadi pada sub DAS Batang Tembesi ini terjadi pada tutupan lahan hutan yang dialih fungsikan menjadi tutupan lahan jenis lain. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik hydrologic response unit dan pengaruh perubahan penutup lahan terhadap karakteristik hidrologi di sub-das Batang Tembesi. Penelitian ini menggunakan model hidrologi SWAT+ (Soil and Water Assessment Tool+) berdasarkan perubahan penutup lahan untuk mendapatkan pola spasial dan temporal dari HRU dan karakteristik hidrologi sub-das Batang Tembesi. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah pada kurun waktu 2013 – 2020 terjadi pola perubahan HRU dan karakteristik hidrologi akibat dari berubahnya tutupan lahan di sub-DAS Batang Tembesi. Berubahnya penutup lahan pada sub-das Batang Tembesi berpengaruh terhadap pola spasial dan temporal HRU dan juga berpengaruh terhadap berubahnya karakteristik hidrologi di sub-das Batang Tembesi. ......Land cover change is a problem that occurs globally and is no exception in the Southeast Asia region. Land cover changes that have occurred in the Southeast Asia region have occurred very rapidly in the last few decades, including in the Batang Tembesi sub-watershed area. The changes that occurred in the Batang Tembesi sub-watershed occurred in forest land cover which was converted into other types of land cover. This research aims to analyze the characteristics of the hydrologic response unit and the influence of changes in land cover on the hydrological characteristics of the Batang Tembesi sub-basin. This research uses the SWAT+ (Soil and Water Assessment Tool+) hydrological model based on land cover changes to obtain spatial and temporal patterns of HRU and hydrological characteristics of the Batang Tembesi sub-watershed. The results obtained in this research are that in the period 2013 - 2020 there was a pattern of changes in HRU and hydrological characteristics as a result of changes in land cover in the Batang Tembesi sub-watershed. Changes in land cover in the Batang Tembesi sub-basin affect the spatial and temporal patterns of HRU and also influence changes in hydrological characteristics in the Batang Tembesi sub-watershed.

 

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachry Dzaky Al Qadri Sabil
Abstrak :
Saat ini kebutuhan energi di dunia pada umumnya, dan di Indonesia khususnya terus meningkat. Hal itu dipicu oleh pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan pola konsumsi energi yang senantiasa meningkat. Pada tahun 2005, cadangan minyak bumi diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 18 tahun. Untuk itu diperlukan upaya diversifikasi pembangkit listrik dengan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan salah satunya adalah energi angin. Diketahui pemanfaatan energi angin untuk kebutuhan listrik di Indonesia hanya 0,0006 GW dari total potensi sebesar 9,29 GW. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana potensi angin yang berada di Kabupaten Gunung Kidul. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) berupa analisis spasial yaitu weighted overlay berdasarkan 6 variabel yaitu kecepatan rata-rata angin, jaringan jalan, wilayah pemukiman, kemiringan, ketinggian, serta penggunaan tanah dari Kabupaten Gunung Kidul. Berdasarkan analisis spasial diketahui lokasi potensial untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga angina berada di Desa Tepus, Kabupaten Gunung Kidul. Desa Tepus memiliki rata-rata kecepatan angin pada tahun 2015 sebesar 6,2 m/s dengan arah angin dominan berhembus dari arah tenggara. Kebutuhan listrik dari Desa Tepus adalah 308.759 kWh/bulan dengan konsumsi terbanyak berasal dari sektor perumahan dengan daya 450 VA.
Nowadays, the energy needs in Indonesia in particular, and generally in the world are increasing due to population growth, economic growth, and the pattern of energy consumption. According to data released by The Ministry of Energy and Mineral Resources in 2005, petroleum reserves are expected to run out within 18 years, therefore, we need a solution to diversify electricity power plant with environmental friendly alternative energy sources, one of them is wind energy. Based on blueprint released by The Ministry of Energy and Mineral Resources, it is known that the use of wind energy for electricity needs in Indonesia is only 0,0006 GW of the total potential of 9,29 GW. Potential location for the development of wind power plants in Kabupaten Gunung Kidul that aims to determine the potential of wind energy itself in Kabupaten Gunung Kidul. The analysis was conducted using spatial analysis with weighted overlay analysis based on 6 variables of average wind speed, road network, residential area, slope, altitude, and land use in Kabupaten Gunung Kidul. Based on spatial analysis, it is known that the potential location for the development of wind power plants located in Tepus Village, Gunung Kidul Regency. Based on data processing and field survey is known that the village of Tepus has an average of wind speed in 2015 of 6,2 m/s with the dominant wind direction blowing from the southeast. From the result of the field survey, it is known that the electricity needs of the village of Tepus are 308.759 kWh/month where housing sector with 450 VA is the sector with the most consumption.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Viandika Suryana
Abstrak :
Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Salah satu wisata yang terkenal di Indonesia adalah Kepulauan Seribu. Kabupaten Kepulauan Seribu memiliki letak yang strategis karena berada di Provinsi DKI Jakarta. Kepulauan Seribu juga sudah masuk sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan mendapat dukungan dari Pemprov DKI dan Kementrian PUPR dalam pengembangannya. Banyaknya variasi objek dan atraksi wisata di daerah ini memicu pergerakan wisatawan yang beragam. Penelitian ini meneliti mengenai pola pergerakan wisatawan dan hubungan faktor profil perjalanan, faktor motivasi pribadi, faktor konfigurasi fisik tujuan, faktor aksesibilitas, faktor pengalaman berkunjung dan faktor lama kunjungan dengan tipe pergerakan wisatawan. Metode yang digunakan adalah analisis spasial dan analisis statistik korelasi chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat pola pergerakan wisatawan di Kabupaten Kepulauan Seribu. Pola pergerakan Destination Region Loop banyak di temukan di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara yang memiliki jumlah atraksi lebih banyak dibanding selatan, sedangkan pola pergerakan Base Site, Stop Over, Single Point dan Chaining Loop banyak ditemukan di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Pola yang paling banyak ditemukan adalah Destination Region Loop dan yang paling sedikit adalah Chaining Loop. Hampir seluruh faktor memiliki hubungan yang signifikan dengan tipe pergerakan, hanya terdapat satu faktor yang tidak memiliki hubungan yaitu faktor pengalaman berkunjung karena wisatawan yang sudah pernah maupun belum pernah mengunjungi Kabupaten Kepulauan Seribu tidak memiliki pengaruh dengan tipe pergerakan yang terbentuk. Wawasan mengenai pergerakan wisatawan dianggap bermanfaat dalam pariwisata seperti merancang sebuah paket perjalanan wisata yang maksimal dan menjadi awal perencaan dalam pengembangan pariwisata agar dapat memaksimalkan kegiatan wisata serta memenuhi permintaan pengunjung.
Tourism is widely considered as an activity with multiple dimensions of a process of development. One of the most popular tourist destination in Indonesia is Kepulauan Seribu. Kepulauan Seribu is strategically located at the north of DKI Jakarta Province. Its also listed as National Tourism Strategic Area (Kawasan Strategis Pariwista Nasional KPSN) and has gained support both from the DKI Jakarta local government and the Ministry of Public Works and Housing (PUPR) in its development. Various objects and tourist attractions in it provoke various tourists activities. This research covers the patterns of tourists movements along with the relation between the factors of travel profile, personal motivation, physical purpose configuration, accessibility, visiting experience, and the period of visit based on the types of the movements of the tourists. The methods that are used are spacial analysis and chi-square correlated statistic analysis. The results of this research reveal that there are four patterns of tourists movements in the district of Kepulauan Seribu. The pattern Destination Region Loop is often found in the northern sub-districts of Kepulauan Seribu which have more tourist attractions than the ones in the southern sub-districts, in which the patterns Base Site, Stop Over, Single Point, and Chaining Loop are often found. The pattern that is most commonly found is Destination Region Loop and the least is Chaining Loop. Almost all of the factors have a significant relation with the types of the movements, only one of them does not, which is visiting experience because the tourists who have or have not visited the district of Kepulauan Seribu do not have any influence with any types of the movements that are built. Knowledge of tourism movement is considered essential in tourism such as for designing a trip package for maximum enjoyment and to be the pioneer of tourism development to maximize tour agendas and fulfill tourists expectations.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulia Rizky Dheanisa
Abstrak :
Udang merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi dengan nilai pasar global dan meningkat di luar negeri. Dengan demikian, produksi udang terus meningkat. Produksi udang di Kabupaten Indramayu pada tahun 2017 adalah 191.919,41 ton. Hal ini menjadikan Kabupaten Indramayu sebagai produsen udang terbesar di Jawa Barat (BPS, 2017). Sementara itu, Mangrove adalah daerah yang memiliki kontribusi tinggi. Ekosistem mangrove memiliki keterkaitan dengan produktivitas tambak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai produktivitas udang di Kabupaten Indramayu dan pengaruhnya terhadap ekosistem mangrove di Kabupaten Indramayu di wilayah tersebut. Metode yang digunakan untuk mengubah identifikasi hutan bakau adalah citra Landat 8 kemudian dilanjutkan dengan pita komposit 564 dan NDVI (Normalized Difference Vegetationation Index) dengan jarak 1 Km, 2 Km, dan 3 Km dari mangrove. Selanjutnya, hasil wawancara digunakan untuk mengetahui nilai produktivitas udang. Analisis data dihitung melalui metode regresi untuk melihat hubungan kedekatan antara produktivitas udang dan bakau. Hasil regresi antara jarak mangrove dan produktivitas menghasilkan dengan nilai R Square sama dengan 71,7%. Hasil ini menunjukkan hubungan positif antara produktivitas udang dan ekosistem bakau.
Shrimp is one of the agricultural commodities that have high economic value with a global market value and increase abroad. Thus, shrimp production continues to increase. Shrimp production in Indramayu Regency in 2017 was 191,919.41 tons. This makes Indramayu Regency the largest shrimp producer in West Java (BPS, 2017). Meanwhile, Mangroves are areas that have a high contribution. Mangrove ecosystems have a relationship with pond productivity. This study aims to analyze the value of shrimp productivity in Indramayu Regency and its effect on mangrove ecosystems in Indramayu Regency in the region. The method used to change the identification of mangrove forests is Landat 8 image then followed by composite tape 564 and NDVI (Normalized Difference Vegetationation Index) with a distance of 1 Km, 2 Km, and 3 Km from the mangrove. Furthermore, the results of the interview are used to determine the value of shrimp productivity. Data analysis was calculated using the regression method to see the close relationship between shrimp and mangrove productivity. The results of the regression between the distance of mangroves and productivity produce with the value of R Square equal to 71.7%. These results show a positive relationship between shrimp productivity and mangrove ecosystems.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amila Husna
Abstrak :
Indonesia merupakan negara yang terletak pada rangkaian gunung berapi atau yang biasa dikenal dengan ring of fire. Situasi ini kemudian membuat Indonesia rentan terhadap bencana. Tsunami merupakan salah satu bencana yang paling rentan terjadi di Indonesia, mengingat bentuk negara ini merupakan negara kepulauan dengan banyak gunung berapi yang melewatinya, salah satunya adalah Desa Cisolok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daerah rawan tsunami dan menganalisis kerentanan lingkungan terhadap bahaya tsunami di Desa Cisolok. Untuk kerawanan tsunami digunakan peta kerawanan tsunami yang telah dikeluarkan oleh InaRisk BNPB, untuk kerawanan lingkungan dilihat tiga faktor yaitu tutupan lahan, geomorfologi dan geologi. Metode yang digunakan adalah analisis spasial dan analisis deskriptif. Hasilnya, peta rawan tsunami menunjukkan Inaris menggunakan ketinggian genangan hingga 10 meter dengan tiga klasifikasi, yakni rendah, sedang, dan tinggi. Peta kerawanan dibagi menjadi tiga kelas dimana 25,67% memiliki tingkat kerawanan lingkungan rendah, 30,69% kerawanan sedang dan 43,14% kerawanan tinggi. ......Indonesia is a country located in a series of volcanoes or commonly known as the ring of fire. This situation then makes Indonesia vulnerable to disasters. The tsunami is one of the most vulnerable disasters in Indonesia, considering the shape of this country is an archipelagic country with many volcanoes that pass through it, one of which is Cisolok Village. This study aims to analyze tsunami-prone areas and analyze environmental vulnerability to tsunami hazards in Cisolok Village. For tsunami hazard, the tsunami hazard map that has been issued by InaRisk BNPB is used, for environmental vulnerability three factors are considered, namely land cover, geomorphology and geology. The method used is spatial analysis and descriptive analysis. As a result, the tsunami hazard map shows Inaris using inundation heights of up to 10 meters with three classifications, namely low, medium, and high. The vulnerability map is divided into three classes where 25.67% has low environmental vulnerability, 30.69% moderate vulnerability and 43.14% high vulnerability.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafiq Naufal Kastara
Abstrak :
Faktor curah hujan memainkan peran penting dalam menentukan volume banjir di Sungai Pesanggrahan. Curah hujan yang menyebabkan banjir dengan intensitas tertentu dapat terjadi berulang kali atau bahkan melebihi intensitas yang sama dalam periode waktu tertentu yang disebut periode ulang. Periode ulang ini digunakan untuk mengevaluasi risiko banjir dengan memperhitungkan kerusakan yang terjadi pada periode ulang yang berbeda. Penelitian ini dilakukan dengan mengestimasi debit banjir dalam periode ulang 5, 10, 25, 50, 100, dan 1000 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat bahaya banjir, sebaran banjir, dan wilayah terdampak banjir di Sungai Pesanggrahan berdasarkan periode ulang. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan analisis deskriptif dan analisis spasial. Hasil pemodelan genangan banjir tingkat bahaya banjir didominasi oleh kategori sangat tinggi dengan ketinggian >2 m dengan total luas genangan pada setiap periode ulang berkisar 18.15 – 48.77 Ha. Kemudian juga diketahui genangan banjir yang paling luas terbentuk pada periode ulang 1000 tahun dengan luas 72.91 Ha. Kemudian juga dari hasil pemodelan genangan banjir dapat dilihat bahwa genangan banjir cenderung terbentuk lebih luas pada tipe sungai meander dibandingkan dengan sungai lurus. Sebaran banjir tersebut dipengaruhi oleh keadaan topografi yang berbeda-beda dan juga debit banjir. Wilayah terdampak genangan banjir hasil pemodelan didominasi oleh wilayah dengan kemiringan lereng datar atau <8%. Kemudian juga wilayah terdampak genangan banjir hasil pemodelan didominasi oleh wilayah dengan ketinggian wilayah berkisar 76 – 85 mdpl. Berdasarkan periode ulang, diketahui bahwa RW 008 memiliki jumlah bangunan terdampak paling banyak pada setiap periode ulang, dengan rata-rata 276 bangunan terdampak. ......The rainfall factor plays an important role in determining the volume of flooding in the Pesanggrahan River. Rainfall that causes flooding with a certain intensity can occur repeatedly or even exceed the same intensity in a certain period of time which is called the return period. This return period is used to evaluate the risk of flooding by taking into account the damage that occurs at different return periods. This research was conducted by estimating the flood discharge in return periods of 5, 10, 25, 50, 100, and 1000 years. The purpose of this study was to analyze the level of flood hazard, flood distribution, and flood-affected areas in the Pesanggrahan River based on the return period. Data analysis in this study was carried out using descriptive analysis and spatial analysis. The results of flood inundation modeling with a flood hazard level are dominated by the very high category with a height of >2 m with a total inundation area in each return period ranging from 18.15 – 48.77 Ha. Then it is also known that the most extensive flood inundation was formed during the return period of 1000 years with an area of 72.91 Ha. Then also from the results of flood inundation modeling it can be seen that flood inundation tends to form wider in meander river types compared to straight rivers. The distribution of floods is influenced by different topographical conditions and also flood discharge. Areas affected by flood inundation as a result of the modeling are dominated by areas with flat slopes or <8%. Then also the areas affected by flood inundation as a result of the modeling are dominated by areas with altitudes ranging from 76 – 85 meters above sea level. Based on the return period, it is known that RW 008 has the most affected buildings in each return period, with an average of 276 affected buildings.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Tri Yuliana
Abstrak :
Tebet Eco Park merupakan taman kota yang terletak di Jakarta Selatan dan diresmikan pada tahun 2022. Dibangunnya Tebet Eco Park dikarenakan tidak terurusnya Taman Honda yang kemudian di revitalisasi menjadi taman kota. Hal tersebut menyebabkan banyaknya masyarakat yang antusias dengan Tebet Eco Park dan berkunjung ke taman tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik lokasi berdasarkan site dan situation serta hubungannya dengan aktivitas pengunjung. Metode yang digunakan yaitu analisis komparasi keruangan (spatial comparasion analysis) dan deskriptif dengan pendekatan keruangan (spatial approach) dan analisis korelasi tipologi menggunakan crosstab (crossing table). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan karakteristik lokasi terhadap aktivitas pengunjung berdasarkan fungsi ruang zona-zona yang ada. Karakteristik lokasi zona Tebet Eco Park dengan tipe site Strategis cenderung lebih banyak pengunjung, hal tersebut terlihat pada jumlah aktivitas yang dilakukan pada suatu zona. Aktivitas yang dilakukan paling dominan di Tebet Eco Park yaitu Bersantai, Rekreasi, dan Olahraga. Motivasi yang paling dominan dimiliki para pengunjung untuk berkunjung ke Tebet Eco Park yaitu Motivasi Sosial. ......Tebet Eco Park is a city park located in South Jakarta and was inaugurated in 2022. Tebet Eco Park was built due to the neglect of the Honda Park which was later revitalized into a city park. This has caused many people to be enthusiastic about the Tebet Eco Park and visit the park. This study aims to determine the characteristics of the location based on the site and situation and associated with visitor activity. The method used is spatial comparative analysis (spatial comparative analysis) and descriptive with a spatial approach (spatial approach) and typological correlation analysis using cross tabs (cross table). The results of the study show that there is a relationship towards the characteristics of the location and visitor activity based on the spatial function of the existing zones. The characteristics of the Tebet Eco Park zone location with the Strategy site type tend to have more visitors, this can be seen in the number of activities carried out in a zone. The most dominant activities carried out at Tebet Eco Park are Relaxing, Recreation, and Sports. The most dominant motivation for visitors to visit Tebet Eco Park is social motivation.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Edgar Rhomado Asaputra
Abstrak :
Kawasan pesisir di Banten merupakan salah satu kawasan potensial sebagai penghasil udang di Indonesia. Lokasi tambak udang vaname di Kecamatan Panimbang hanya berada pada dua desa yaitu di Desa Mekarsari dan Desa Panimbang Jaya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Persebaran lahan tambak udang vaname di Desa Mekarsari dan Desa Panimbang jaya di Kecamatan Panimbang, menganalisis tingkat kesesuaian lahan pada tambak udang vaname yang berada di Desa Mekarsari dan Desa Panimbang jaya di Kecamatan Panimbang, dan mengkategorikan tingkat kesesuaian lahan terhadap produktivitas budidaya tambak udang vaname di Desa Mekarsari dan Desa Panimbang jaya di Kecamatan Panimbang. Metode AHP digunakan untuk mencari bobot kriteria kesesuaian dari parameter fisik yaitu jenis tanah dan lereng, parameter Jarak yaitu jarak dari sungai dan jarak dari pantai, parameter kualitas air yaitu salinitas air, pH air, suhu air, dan oksigen terlarut, dan parameter non fisik yaitu kepadatan penduduk dan upah tenaga kerja. Setelah mendapatkan hasil bobot dari parameter yang digunakan diolah dengan menggunakan metode Weighted Overlay pada ArcGis. Penelitian ini membuktikan bahwa luas wilayah kesesuaian untuk tambak udang vaname di Kecamatan Panimbang memiliki dua tingkat kesesuaian yaitu kesesuaian sesuai seluas 740.15 ha, dan tidak sesuai seluas 2630.71 ha, dan pada kesesuaian lahan sangat sesuai terdapat dua titik lokasi tambak yang mengalami penurunan produktivitas udang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil produktivitas pada titik tersebut tidak memiliki keterkaitan dengan tingkat kesesuaian lahan dan dapat disimpulkan bahwa penurunan produktivitas yang terjadi di titik lokasi tambak dikarenakan faktor di luar kesesuaian lahan. ......The coastal area in Banten is one of the potential areas as shrimp producers in Indonesia. The location of vanammei shrimp ponds in Panimbang District is only in two villages, namely Mekarsari Village and Panimbang Jaya Village. This study aims to analyze the land distribution of vanammei shrimp ponds in Mekarsari Village and Panimbang Jaya Village in Panimbang District, analyze the level of land allocation in vanammei shrimp ponds located in Mekarsari Village and Panimbang Jaya Village in Panimbang District, and categorize the vannamei shrimp ponds in Mekarsari Village. and Panimbang Jaya Village in Panimbang District. The AHP method is used to find the weight of the criteria from physical parameters, namely soil type and slopes, distance parameters namely distance from the river and distance from the beach, air quality parameters, namely air salinity, air pH, air temperature, and dissolved oxygen, and non-physical parameters, namely density. population and workforce. After getting the weight results from the parameters used, it is processed using the Weighted Overlay method on ArcGis. This study proves that the area according to vanammei shrimp ponds in Panimbang District has two levels, namely according to an area of ​​740.15 ha, and not according to an area of ​​2630.71 ha, and according to land that is very suitable there are two points of ponds that have decreased. productivity. These results indicate that the productivity results at these points have no relationship with the levels of land availability and it can be said that the decline in productivity that occurs in the pond locations is due to factors outside the land.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Raditia Pradana
Abstrak :
Dalam kejadian bencana kebakaran, khususnya di wilayah perkotaan yang memiliki kepadatan bangunan yang tinggi tentunya akan mudahnya api dapat menyebar mengingat terdapat tiga hal yang membuat api muncul, yaitu oksigen, bahan bakar, dan panas. Sifatnya yang mudah menyebar, terlebih pada bangunan yang padat membuat aksi pemadaman oleh pemadam kebakaran dituntut memiliki respons cepat dan ketersediaan air menjadi penting dalam proses pemadaman. Oleh karena itu, tujuan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber air setempat yang bisa digunakan dalam pemadaman dan jangkauan wilayah pelayanan oleh pemadam kebakaran. Kedua hal tersebut akan digabungkan, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan tingkat proteksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah network analysis dengan jenis closest facility untuk menentukan sumber air terhadap kejadian kebakaran dan service area untuk menentukan jangkauan wilayah pelayanan pos damkar selama waktu tertentu. Tentunya, dalam proses perjalanan tersebut dibutuhkan data jaringan jalan yang dalam hal ini menjadi dasar proses tersebut. Kedua luaran dari metode tersebut akan menghasilkan penilaian per WMK yang digabungkan untuk dilakukan penilaian tingkat proteksi berdasarkan dua hal tersebut dan membandingkan penilaian tersebut dengan lama penanganan kejadian kebakaran nyata. Dalam penelitian tersebut dihasilkan bahwa tidak semua kejadian kebakaran yang sudah terjadi ditangani oleh sumber air setempat. WMK yang kurang akan sumber air untuk pemadaman di Kota Jakarta Timur masih mendominasi. Untuk service area pos damkar selama perjalanan waktu 5 menit, hanya sekitar 2/3 wilayah Kota Jakarta Timur yang terjangkau oleh damkar selama 5 menit. WMK dengan tingkat Baik dan Sangat Baik mendominasi. Hasil gabungan antara keduanya menghasilkan WMK dengan level Baik mendominasi. Selain itu, dari hasil 4 kelas klasifikasi tingkat proteksi menunjukkan bahwa semakin kelas tersebut menuju sangat baik maka rata-rata lama penanganan kejadian kebakaran akan semakin cepat, tetapi perbedaan antar kelas tidak memiliki perbedaan yang signifikan. ......In the event of a fire disaster, especially in urban areas with a high building density, it will be easy for the fire to spread given that there are three things that cause the fire, namely oxygen, fuel, and heat. Its easily spread nature, in addition to a dense building makes the extinguishing action by the fire fighter (damkar) required to have a quick response and the availability of water becomes important in the extinguishing process. Therefore, the aim of this study is to identify local water sources that can be used in the extinction and reach of the service area by firefighters. These two things will be combined, resulting in what is called a level of protection. The method used in this study is network analysis with the type of closest facility to determine the water source against a fire incident and service area to establish the reach of the area of damkar post service during a certain time. Of course, the process of travel requires the data of the road network which in this case forms the basis of the process. Both outputs of the method will result in an assessment per WMK combined to assess the level of protection based on the two factors and compare the assessment with the length of handling a real fire incident. The study revealed that not all of the fires that have already occurred are handled by local water sources. For the service of the damkar post area during the 5-minute journey, only about 2/3 of the East Jakarta area was reached by damkar for 5 minutes. WMK with Good and Very Good levels dominated. The combination of the two results resulted in WMK with Good levels dominated. Furthermore, from the results of the four class classification level of protection showed that the more the class goes very well then the average length of fire incident handling will be faster, but the differences between the classes have no significant differences.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>