Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahadi Pradana
Abstrak :
ABSTRAK
Lirik-lirik lagu K-Pop merupakan salah satu medium untuk menyebarkan dan melanggengkan budaya patriarki. Studi-studi sebelumnya telah membahas mengenai patriarki dalam budaya musik populer seperti musik rock, rock and roll, pop, musik Indonesia, dan juga K-Pop. Penelitian ini melihat pada bagaimana penggemar lagu K-Pop di Indonesia memaknai lirik-lirik lagu K-Pop yang berisi nilai-nilai patriarki lewat terjemahan lirik lagu terkait. Berangkat dari konsep Stuart Hall 1991 mengenai situated audiences, artikel ini berargumen bahwa penggemar K-Pop di Indonesia merupakan pembaca yang tersituasi secara hegemonic-dominant pada lirik lagu mengenai perempuan pasif, negotiated pada lirik lagu mengenai perempuan yang melakukan balas dendam pada pacarnya, dan oppositional pada lirik lagu yang merendahkan perempuan secara vulgar, dan bergantung pada struktur makna individu. Temuan artikel ini adalah pembaca memaknai lirik lagu passive women secara hegemonic-dominant, lirik lagu distrust of women secara negotiational, dan lirik lagu derogatory naming and shaming of women dan sexual objectification of women secara oppositional. Artikel ini menerapkan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan berfokus pada studi gender karena banyak terdapat pembahasan mengenai reproduksi budaya patriarki dalam industri musik. Peneliti berfokus pada penggemar musik K-Pop di Indonesia.
ABSTRACT
K-Pop lyrics are one of many mediums to perpetuating and spreading patriarchal culture. Previous studies have discussed patriarchy on popular culture music such as rock, rock roll, pop, Indonesian pop, and also K-Pop. This article discussing on how Indonesian K-Pop fans interpreting K-Pop patriarchal lyrics based on the translation. Using Stuart Hall rsquo;s 1991 situated audiences concept, this article argue that K-Pop fans interpreting with hegemonic-dominant toward the lyrics implying passive women, negotiated toward the lyrics about a woman who took revenge againts her boyfriend, dan oppositional toward the lyrics that are sexually degrading to women depends on their meaning structures. This article rsquo;s findings are readers interpret lyrics about passive women with hegemonic-dominant, lyrics about distrust of women with negotiational, and lyrics about derogatory naming and shaming of women with oppositional. This study is written based on qualitative approach with in-depth interview to collects data, and focused mainly on gender studies due to many discussion about reproduction of patriarchal culture on music industry and also on Indonesian K-Pop fans.
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Faradina Dillafiesta Sekarningtyas
Abstrak :
ABSTRAK
Artikel ini membahas mengenai pergeseran makna kecantikan di kalangan perempuan muda di era berkembangnya media baru di Indonesia. Penulis berangkat dari studi sebelumnya yaitu dimana nilai-nilai kecantikan yang dibentuk lebih difokuskan pada postur tubuh perempuan secara keseluruhan. Berbeda dengan studi sebelumnya, artikel ini melihat bahwa makna kecantikan yang dibentuk dalam konteks media baru telah memfokuskan perhatiannya pada bentuk dan tampilan wajah seperti yang digambarkan oleh beauty vlogger. Penulis beragumen bahwa pada masyarakat digital, realita kecantikan yang direpresentasikan oleh beauty vlogger telah menguatkan pemaknaan remaja akan tren kecantikan pada tampilan wajah dan berimplikasi pada munculnya representasi diri secara online. Hasil analisis menunjukan bahwa makna kecantikan yang dibangun oleh beauty vlogger terhadap tubuh telah menghadirkan: kecantikan sebagai ldquo;simbol rdquo; dan kecantikan sebagai ldquo;agen rdquo;. Proses dari pemaknaan kecantikan tersebut, kemudian direpresentasikan melalui selfies, caption dan pemberian filter pada foto yang dibagikan di media sosial. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik observasi dan wawancara mendalam kepada delapan remaja perempuan yang berusia 17-24 tahun dan menjadi viewers beauty vlogger.
ABSTRACT
This article discusses the shifting meaning of beauty among young women in the era of the development of new media in Indonesia. The author sets out from previous studies where the values ??of beauty that is formed more focused on the shape of the female body as a whole. In contrast to previous studies, this article sees that the meaning of beauty shaped in the context of new media has focused its attention on the shape and appearance of faces as portrayed by beauty vloggers. The authors argue that in the digital community, the beauty reality represented by beauty vlogger has reinforced the adolescent meaning of beauty trends in facial appearance and has implications for the emergence of self-representation online. The results of the analysis show that the beauty meaning built by beauty vlogger against the body has presented: beauty as symbol and beauty as agent . The process of the meaning of beauty, then represented through selfies, captions and filtering on photos that are shared on social media. This article uses a qualitative approach with observation techniques and in-depth interviews to eight girls aged 17-24 years old and become beauty vlogger rsquo;s viewers.
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nike Maharani
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat praktik dramaturgi yang dilakukan melalui presentasi diri oleh pengguna aplikasi kencan daring Bumble. Studi-studi terdahulu mengatakan bahwa praktik dramaturgi dan presentasi diri pada aplikasi kencan daring merupakan bentuk dari penciptaan kesan yang dilakukan dengan hanya menampilkan sisi terbaik individu sebagai wujud pribadi yang ideal, sehingga pengguna seperti memiliki dua kehidupan yang berbeda. Namun, peneliti melihat bahwa studi-studi terdahulu masih kurang dalam membahas proses dramaturgi melalui presentasi diri yang dilakukan secara dinamis, serta berusaha menyesuaikan diri mereka sebagai pasangan ideal di kalangan pengguna aplikasi kencan daring. Argumen yang dibawakan oleh penelitian ini adalah bahwa praktik dramaturgi sebagai strategi presentasi diri dilakukan secara terus menerus oleh pengguna aplikasi kencan daring untuk mengkonstruksikan dirinya sebagai pasangan ideal dalam masyarakat kontemporer di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian virtual ethnography untuk mengamati secara deskriptif penggunaan dan interaksi yang terjadi dalam aplikasi Bumble. Metode penelitian ini dilakukan dengan teknik pengumpulan data observasi partisipatif dan wawancara mendalam. Informan dalam penelitian ini adalah pengguna aplikasi kencan daring Bumble yang tergolong ke dalam usia 18-29 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praktik dramaturgi pada aplikasi Bumble dilakukan melalui foto, deskripsi bio, serta ruang percakapan. Beberapa bentuk kesan yang diciptakan oleh individu adalah sosok yang ramah dan berpendidikan, memiliki gaya hidup sehat, penggunaan foto profil yang cantik, hingga memanipulasi status perkawinan. Terdapat strategi Ingratiation dan Self-Promotion pada praktik dramaturgi yang diterapkan individu untuk mendapatkan pasangan. Kesan tersebut memiliki kesinambungan dengan pandangan pengguna terhadap pandangan pasangan ideal, diantaranya meliputi aspek sikap, fisik, keselarasan hidup, hingga pekerjaan. ......This study aims to look at dramaturgical practices carried out through self-presentation by users of the online dating application Bumble. Previous studies say that the practice of dramaturgy and self-presentation on online dating applications is a form of creating an impression that is done by presenting only the best side of the individual as an ideal personal form, so that users seem to have two different lives. However, the researchers saw that previous studies were lacking in discussing dramaturgical processes through dynamic self-presentation, as well as trying to adapt themselves as ideal partners among online dating application users. The argument presented by this study is that the practice of dramaturgy as a self-presentation strategy is carried out continuously by online dating application users to construct themselves as ideal partners in contemporary society in Indonesia. This study uses a qualitative approach to 1 the type of research virtual ethnography to observe descriptively the use and interactions that occur in the Bumble application. This research method was conducted using participatory observation data collection techniques and indepth interviews. The informants in this study were users of the online dating application Bumble who were aged 18- 29 years. The results of this study indicate that dramaturgy practices in the Bumble application are carried out through photos, bio descriptions, and conversation spaces. Some forms of impression created by individuals are those who are friendly and educated, have a healthy lifestyle, use beautiful profile photos, and manipulate marital status. There is a strategy Ingratiation and Self-Promotion on dramaturgical practices applied by individuals to get a partner. This impression has continuity with the user's view of the ideal partner, including aspects of attitude, physique, life harmony, and work.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yessika Yasmine Yudha
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan penyebab munculnya isu kerentanan dan kekerasan simbolik yang dialami perempuan dalam komunitas UI eSports Club. Dalam melihat isu kerentanan, penelitian ini mengkaji dari sudut pandang analisis gender dengan menggunakan konsep pendekatan The Social Relation milik Kabeer. Analisis gender dilakukan untuk mengidentifikasi kedudukan, fungsi, peran dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil penelitian ini mengidentifikasi bahwa penyebab isu kerentanan pada perempuan di komunitas UI eSports Club disebabkan karena adanya perbedaan akses dan partisipasi. Perbedaan ini terlihat dari timpangnya distribusi sumber daya, tanggung jawab, serta kemampuan yang dilakukan komunitas dari segi peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan. Di sisi lain, isu kekerasan berbasis simbol dengan menggunakan teori kekerasan simbolik milik Bourdieu, melihat bagaimana segala bentuk kekerasan telah dinormalisasi, sehingga pihak subdominan tidak lagi mempermasalahkan. Hasil penelitian ini mengidentifikasi bahwa kekerasan berbasis simbol terjadi ketika bermain (in-game) maupun diluar permainan (out-game) dengan berbagai bentuk kekerasan seperti lontaran kalimat agresif, merendahkan, dan perkataan bernada seksis. Dalam menggali fenomena tersebut, peneliti menggunakan komunitas UI Esports Club (UIESC) sebagai studi kasus dengan pendekatan penelitian kualitatif. ......This study aims to explain the causes of the emergence of issues of vulnerability and symbolic violence experienced by women in the UI eSports Club community. In looking at the issue of vulnerability, this study examines it from the point of view of gender analysis using Kabeer's The Social Relations approach. Gender analysis is carried out to identify positions, functions, roles and responsibilities between men and women and the factors that influence them. The results of this study identified that the cause of the issue of vulnerability in women in the UI eSports Club community was due to differences in access and participation. This difference can be seen from the timing of the distribution of resources, responsibilities, and capabilities carried out by the community in terms of regulations and policies issued. On the other hand, the issue of symbol-based violence uses Bourdieu's theory of symbolic violence, seeing how all forms of violence have been normalized, so that the sub-dominant parties are no longer a problem. The results of this study identify that symbol-based violence occurs when playing (in-game) or outside the game (out-game) with various forms of violence such as throwing aggressive sentences, security, and sexy buttons. In exploring this phenomenon, researchers used the UI Esports Club (UIESC) community as a case study with a qualitative research approach.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marini Purnamasari
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan aktivisme perempuan dalam pengelolaan bank sampah dengan fokus pada ideologi gender. Dalam konteks ini, penelitian ini menggunakan konsep state ibuism yang dikemukakan oleh Suryakusuma (2011) untuk menganalisis keterlibatan perempuan dalam program Bank Sampah Rawa Panjang, Bojonggede, Kabupaten Bogor. Data penelitian ini dikumpulkan melalui pendekatan kualitatif menggunakan metode observasi, FGD, Photo-elicitation interview, dan wawancara mendalam. Temuan penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan perempuan dalam program Bank Sampah Rawa Panjang didorong oleh konstruksi sosial yang terkait dengan peran ideal perempuan sebagai perpanjangan tangan untuk program negara. Program bank sampah di Rawa Panjang dapat dianggap sebagai manifestasi dari teori state ibuism dalam konteks modern. Ketimpangan partisipasi gender dalam program bank sampah ini disebabkan oleh konstruksi sosial dan propaganda pemerintah yang terkait dengan domestikasi perempuan dan peran mereka dalam care work. Perempuan pengelola bank sampah di Rawa Panjang memberikan makna yang signifikan terhadap aktivitas care work di dalam bank sampah. Sebagai ibu rumah tangga yang mayoritas mengelola sampah, mereka mengisi kekosongan yang ada dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan lingkungan. Meskipun bank sampah merupakan program pemerintah, pemerintah kurang memberikan apresiasi yang memadai terhadap peran perempuan ini, yang mengakibatkan kerentanan mereka karena imbalan yang rendah. ......This study aims to illustrate women's activism in waste bank management with a focus on gender ideology. In this context, the study utilizes the concept of "state ibuism" proposed by Suryakusuma (2011) to analyze women's involvement in the Bank Sampah Rawa Panjang program in Bojonggede, Bogor Regency. The data for this research were collected through a qualitative approach using methods such as observation, focus group discussions (FGDs), photo-elicitation interviews, and in-depth interviews. The findings of the study reveal that women's participation in the Bank Sampah Rawa Panjang program is driven by social constructions associated with the ideal role of women as an extension of the state's programs. The waste bank program in Rawa Panjang can be seen as a manifestation of the theory of state ibuism in a modern context. Gender participation gaps within the waste bank program are caused by social constructions and government propaganda related to the domestication of women and their roles in care work. Women managing the waste bank in Rawa Panjang contribute significantly to the activities of care work within the waste bank. As predominantly housewives, they fill the void in household waste and environmental management. However, despite being a government program, there is a lack of adequate appreciation given to these women, which leaves them vulnerable due to low.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ula Farhanah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi proses disiplin tubuh sebagai proses pelanggengan standar kecantikan dalam institusi duta wisata Kakang Mbakyu Kota Malang pada periode tahun 2019 hingga 2022. Studi-studi terdahulu telah banyak membuktikan keberadaan pelanggengan standar kecantikan yang direpresentasikan melalui konstruksi sosial. Meski begitu, peneliti menilai bahwa studi-studi terdahulu terkait pelanggengan standar kecantikan dalam kontes kecantikan cenderung berfokus pada konstruksi citra perempuan, representasi media, dan dampaknya terhadap eksploitasi perempuan Peneliti berargumen bahwa pelanggengan standar kecantikan dapat terjadi akibat adanya peraturan yang ditetapkan oleh industri kontes kecantikan sehingga orang-orang yang terlibat di dalamnya harus tunduk oleh kuasa. Hal ini sejalan dengan gagasan Foucault tentang disiplin tubuh yang melihat adanya mekanisme kontrol oleh kuasa terhadap tubuh sehingga tubuh dapat berguna. Untuk itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melihat institusi duta wisata Kakang Mbakyu Kota Malang sebagai unit analisisnya. Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah wawancara mendalam dan obervasi digital. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat pelanggengan standar kecantikan melalui metode dan sarana disiplin tubuh serta praktik kecantikan dalam institusi duta wisata Kakang Mbakyu Kota Malang. Dengan adanya pola-pola yang berulang akan proses ini, maka standar kecantikan pada institusi duta wisata Kakang Mbakyu Kota Malang ini menjadi sesuatu yang dilanggengkan. ......This research aims to explore bodily discipline as a mechanism for perpetuating beauty standards within the Kakang Mbakyu Tourism Ambassador of Malang City from 2019 to 2022. Previous studies have provided ample evidence of the perpetuation of beauty standards, which are represented through social constructions. Nevertheless, the researcher contends that previous studies tend to concentrate on the construction of female images, media representations, and their impact on the exploitation of women. The researcher argues that the perpetuation of beauty standards can occur due regulations established by the beauty pageant industry. This aligns with Foucault's concept of body discipline, which recognizes the presence of power-controlled mechanisms over the body. To address this, this research employs a qualitative approach, with Kakang Mbakyu Tourism Ambassador institution as the unit of analysis. The data collection techniques employed include in-depth interviews and digital observation. The research findings demonstrate the presence of the perpetuation of beauty standards through the use of methods and medium of bodily discipline as well as the beauty practices within the Kakang Mbakyu Tourism Ambassador of Malang City. The repetitive nature of these patterns solidifies the perpetuation of beauty standards in the Kakang Mbakyu Tourism Ambassador of Malang City.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silmi Kamilah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengungkapan kasus kekerasan seksual melalui Twitter sebagai bentuk resistensi penyintas kekerasan seksual di Indonesia. Studi-studi terdahulu mengenai pengungkapan kasus kekerasan seksual membahas dua jenis pengungkapan, yaitu secara langsung dan secara daring melalui perantara media sosial. Akan tetapi, belum banyak studi yang melihat fenomena ini sebagai bentuk resistensi penyintas, khususnya melalui pewacanaan diskursus tandingan dengan menggunakan metode analisis wacana kritis. Penelitian ini berargumen bahwa pengungkapan kasus kekerasan seksual di Twitter merupakan bentuk resistensi penyintas dan terwujud melalui diskursus tandingan yang memicu dialog publik mengenai kekerasan seksual. Diskursus tandingan penyintas beroperasi dalam online counterpublics, yaitu arena diskursif berbasis teknologi internet di mana kelompok marjinal mampu mengontestasikan eksklusi mereka dari ruang publik. Temuan penelitian menunjukkan diskursus tandingan penyintas terlihat dalam teks yang merebut kembali narasi kekerasan seksual dari perspektif penyintas, menggambarkan bentuk kekerasan yang beragam, serta memberikan sanksi sosial kepada pelaku. Proses produksi teks utas juga merepresentasikan resistensi penyintas sebagai aktor yang aktif dalam proses pengambilan keputusan. Meskipun begitu, terdapat kontestasi antara diskursus tandingan penyintas dengan diskursus dominan yang mereproduksi nilai-nilai rape culture di arena diskursif yang sama. Resistensi penyintas juga diinterpretasi secara berbeda-beda oleh publik sehingga arena diskursif yang ada tidak menjadi ruang aman bagi penyintas untuk bersuara. Oleh karena itu, pengungkapan kasus kekerasan seksual melalui Twitter tidak menjadi jalur alternatif yang ideal bagi penyintas untuk mendapatkan keadilan di tengah konteks sosiokultural Indonesia yang masih melanggengkan kekerasan seksual. ......This study aims to explain how sexual assault disclosure on Twitter is a form of sexual violence survivors’ resistance in Indonesia. Previous studies on sexual assault disclosure mainly discussed two kinds of disclosure, which are direct or offline disclosure and disclosure through social media or online disclosure. However, there is little to no studies which analyzed the phenomenon as sexual violence survivors’ resistance through the construction of counter discourse, specifically using critical discourse analysis (CDA). This study argues that sexual assault disclosure on Twitter is a form survivors’ resistance which further manifested through counter discourse that encourages public discussion on sexual violence. Survivors’ counter discourse operates through online counterpublics, which is a discursive arena facilitated by the internet in which marginalized group contested their exclusion from the public sphere. The findings of this study show that survivors’ counter discourse can be seen through texts which reclaim sexual assault narrative, depict various sexual violence forms, and give social punishment to the perpetrators. The text production process also represents survivors’ resistance as an active actor in the decision-making process. However, there is a contestation between survivors’ counter discourse and the dominant discourse which reproduces rape culture values in the same discursive arena. Survivors’ resistance is also interpreted in different ways by the public, emphasizing how the discursive arena is not a safe space for survivors to speak up. Therefore, the sexual assault disclosure through Twitter is not an ideal alternative route for survivors to seek justice in the midst of Indonesia's sociocultural context which still perpetuates sexual violence
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfiyah Haniifah Oktaviani
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan redefinisi maskulinitas melalui penggunaan genderless fashion di kalangan laki-laki melalui gender performativity. Studi-studi sebelumnya mengatakan bahwa penggunaan genderless fashion pada laki-laki merupakan salah satu bentuk dalam ekspresi gender melalui fashion telah mengalami redefinisi maskulinitas. Namun, peneliti melihat bahwa studi-studi sebelumnya tidak membahas bagaimana proses terbentuknya redefinisi maskulinitas melalui penggunaan genderless fashion yang digunakan sehari-hari di kalangan laki-laki. Dengan menggunakan konsep gender performativity dan identitas gender oleh Butler sebagai pisau analisis dari penelitian ini. Peneliti berargumen bahwa laki-laki menggunakan genderless fashion yang dilakukan secara terus menerus sebagai cara mereka untuk menunjukkan identitas gender mereka. Selain itu, penelitian ini berargumen bahwa penggunaan genderless fashion pada laki-laki menunjukkan redefinisi maskulinitas yang berbeda dengan masyarakat Indonesia yang pada akhirnya mampu menegosiasikan makna maskulinitas modern, yaitu laki-laki yang peduli dengan penampilan diri melalui genderless fashion. Data pada penelitian ini diperoleh dengan pendekatan kualitatif denganstudi fenomenologi yang menggambarkan pengalaman individu dari suatu fenomena. Sumber data dari studi ini adalah wawancara mendalam dengan laki-laki pengguna genderless fashion yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari sebagai identitas diri. ......This study aims to to describe the redefinition of masculinity through the genderless fashion among men through gender performativity. Previous studies say that the use of genderless fashion among men is a form of gender expression through fashion that has experienced a redefinition of masculinity. However, researchers see that previous studies did not discuss the process of redefinition of masculinity through genderless fashion in daily use among men. By using Butler's concepts of gender performativity and gender identity as analytical tools for this research. Researchers argue that men use genderless fashion continuously to show their gender identity. In addition, this research argues that the use of genderless fashion among men shows a redefinition of masculinity that is different from Indonesian society which is ultimately able to negotiate the meaning of modern masculinity, namely men who care about their own appearance through genderless fashion. The data in this research was obtained using a qualitative approach with a phenomenological study which describes individual experiences of a phenomenon. The data source for this study is in-depth interviews with men who wear genderless fashion in their daily activities.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatiha Hansa Aulia
Abstrak :
Situs Jejaring Sosial (SNS) telah menjadi tempat bertemunya orang-orang dengan latar belakang ataupun minat yang sama, salah satunya adalah pada orang dengan eating disorder (ED). Beberapa studi berpendapat bahwa motivasi orang dengan ED bergabung ke jejaring sosial online ED di SNS Twitter (edtwt) adalah untuk mendapatkan social support, sebagai sarana ekspresi diri, dan untuk bertemu dengan orang lain yang memiliki identitas yang sama sebagai orang dengan ED. Penelitian sebelumnya juga melihat bahwa orang dengan ED bergabung ke jejaring sosial tersebut karena tidak mendapatkan dukungan sosial di jejaring offline seperti keluarga dan teman. Penulis pada dasarnya setuju dengan studi-studi tersebut, tetapi studi-studi tersebut kurang membahas bagaimana terbentuknya collective illness identity pada edtwt serta bagaimana bentuk-bentuk social support yang didapatkan. Peneliti berargumen bahwa collective illness identity yang ada dalam edtwt berperan dalam pemberian dan penerimaan social support. Temuan dalam studi ini adalah bahwa collective illness identity yang terdapat pada edtwt dan membantu mobilisasi social support di dalamnya. Bentuk social support yang terdapat pada edtwt ada lima, yaitu: informational support, tangible aid, esteem support, emotional support, dan network support dan semuanya dirasakan oleh tujuh informan penelitian ini kecuali tangible aid yang hanya terdapat pada satu informan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang menggunakan wawancara mendalam dan etnografi virtual. ......Social Networking Sites (SNS) have become a meeting place for people with similar backgrounds or interests, one of which is people with ED. Several studies have argued that the motivation for people with ED to join ED's online social network on SNS Twitter (edtwt) is to get social support, as a means of self-expression, and to meet other people who share the same identity as ED. Previous study has also seen that people with ED join these social networks because they don't get social support on offline networks such as family and friends. The author basically agrees with these studies, but these studies did not discuss how the forms of social support are obtained and how the collective illness identity is formed in edtwt. Researcher argues that the collective illness identity exists in and helps providing social support. The findings in this study is that collective illness identity is found in edtwt and proven to help mobilize social support in it. There are five social support forms in edtwt, namely: informational support, tangible aid, self- esteem support, emotional support, and network support and all of them were felt by seven informants in this study except for tangible aid which was only found in one informant. This study uses qualitative methods with data collection techniques using in-depth interviews and virtual ethnography.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Qurrota Ayuni Perwiradmoko
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pemaknaan dari BTS ARMY terhadap rekonstruksi maskulinitas yang dilakukan oleh K-Pop Idol BTS. Studi-studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa K-Pop Male Idol merekonstruksi maskulinitas dan rekonstruksi maskulinitas oleh K-Pop Male Idol tersebut dikonsumsi oleh para penggemar perempuan. Namun, dalam studi-studi tersebut masih belum menjelaskan mengenai pandangan maupun pemaknaan para penggemar tersebut mengenai rekonstruksi maskulinitas yang terjadi, terutama jika dikontekskan pada konstruksi maskulinitas di Indonesia. Penelitian ini berargumen bahwa beragam produk budaya populer Korea atau Hallyu, yang dalam konteks penelitian ini adalah musik dan konten BTS yang tersebar melalui berbagai media digital, yang menampilkan konstruksi maskulinitas yang berbeda dari konstruksi maskulinitas yang hegemonik di masyarakat Indonesia, yang pada akhirnya mampu membuat BTS ARMY menegosiasikan pemaknaan maskulinitas yang berbeda dengan maskulinitas hegemonik di masyarakat mereka. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu adalah pendekatan kualitatif dengan melakukan reception analysis pada konten BTS dengan cara melakukan wawancara mendalam pada BTS ARMY terkait dengan image maskulinitas BTS yang dibawakan melalui konten-konten yang diproduksinya. Hasil temuan menemukan bahwa BTS menampilkan rekonstruksi maskulinitas dengan mematahkan norma yang selama ini ada pada maskulinitas yang menghegemoni, dengan cara mereka berpenampilan dan berperilaku melalui musik dan kontennya yang tersebar melalui berbagai media digital. Terkait dengan rekonstruksi tersebut BTS ARMY mendapatkan pemahaman baru mengenai konsep maskulinitas yang berbeda dari maskulinitas hegemonik yang ada di masyarakatnya. ......This study have an aim to see the reception analysis from BTS ARMY towards the reconstruction of masculinity that BTS do. The previous studies showed that the K-Pop Male Idol have reconstructed the meaning of masculinity, and also see how the masculinity reconstruction that the K-Pop Male Idol did has been consumed by the fangirls. However, those studies have not explained about how the fangirls point of view about the reconstruction of masculinity, especially if it is contexted in Indonesia’s masculinity construction. This study argues that the various product of Korean popular culture or Hallyu, which in the context of this research is BTS’s musics and content that is spread through a lot of digital media, that shows masculinity construction which different from the hegemonic masculinity construction in Indonesian society, which in the end is able to make BTS ARMY negotiate the meaning of the masculinity that is different from their society’s hegemonic masculinity. The research method is a qualitative approach by conducting a reception analysis to the BTS content by conducting an indepth interviews to BTS ARMY related to the BTS masculinity image that is delivered through the content that they produced. The findings found that, BTS showing a reconstruction of masculinity by breaking the norms which in all this time exist in the hegemonic masculinity, by how the way they look and behaving through their musics and contents which was spread through various digital media. So by through it, the informant ARMY precisely gain a new comprehension about masculinity concept which is different than the hegemonic masculinity that exists in their society.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>