Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rikawarastuti
Abstrak :
Perilaku seksual dapat merugikan anak jalanan karena akan memunculkan masalah kesehatan seperti kehamilan yang tidak diiginkan, abortus yang tidak aman, serta meningkatnya risiko untuk terkena Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS. Selain itu, dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak jalanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pada anak jalanan di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan dengan menggunakan data Save the Children yang didukung oleh USAID. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase perilaku seksual anak jalanan sebesar 6,9%. Faktor yang dominan mempengaruhi perilaku seksual adalah umur, kota, tempat tinggal, penggunaan napza, dan konsumsi rokok. Dari penelitian ini disarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan desain penelitian dengan teknik pengambilan sampel systematic snow balling. Bagi LSM Pendampingan Anak Jalanan melakukan program penyuluhan kesehatan reproduksi menjadi agenda utama bagi anak jalanan secara intensif, konsisten, dan berkelanjutan. Dan, bagi lembaga donor agar memprioritaskan dana bantuan bagi pemberdayaan anak jalanan di kota Bandung dan Jakarta yang lebih memiliki peluang untuk terjadinya perilaku seksual. ......Sexual behavior can give disadvantage among street children because it will be a health problem like unwanted pregnant, unsafe abortion, and increasing risk to Sexual Transmitted Diseases (STDs) include HIV/AIDS. And also it can be cause retardation for growing up and development. This study has aimed to know the factors that association with the sexual behavior among street children in Jakarta, Bandung, Surabaya, and Medan using data from Save the Children with supported by USAID. The result of this study showed that percentage of the sexual behavior is 6,9%. The dominant factors that influence the sexual behavior are age, city, shelter, using napza, and cigarette consume. From this study, it has suggested to conduct the continue study using systematic snow balling sampling. For the NGO (Non Government Organization) like Save the Children could be done by communication, information, education of reproduction health with intensive, consistent, and continuity. And, for funding agencies, they have to be priority to empowerment among street children in Bandung and Jakarta that they have a chance to occur the sexual behavior. References: 33 (1996 - 2003).
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 11316
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Hargono
Abstrak :
Penyebaran HIV telah menjadi permasalahan dunia. Salah satu upaya umtuk memantau perkembangan penularan HIV adalah dengan melakukan pemlantauan atau surveilans yang menjadi tanggung jawab Departemen Kesehatan. Data dan informasi kegiatan surveilans generasi kedua belum berada dalam satu basis data yang terpusat Pengembangan prototipe aplikasi komputerisasi dengan standarisasi formulir diharapkan dapat mengurangi hambatan tersebut. Media internet yang bersifat global dan lintas sektor diharapkan dapat menjembatani dan mempercepat proses pelaporan. Penelitian ini merupakan riset operasional dengan menggunakan pendekatan sistem untuk memecahkan masalah karena memandang permasalahan ini sebagai suatu permasalahan sistem. Tahapan pendekatan sistem tersebut berupa siklus hidup pengembangan sistem yang terdiri dari penelitian awal, analisis sistem, desain sistem dan pembuatan prototipe. Pengumpulan data dilakukan dengan telaah dokumen dan wawancara mendalam. Wawancara mendalam dilakukan terhadap responden pada instansi Dinas Kesehatan Jawa Timur, KPAD Jawa Timer, PM UTD Cabang Surabaya, Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya dan Laboratorium Kesehataa Daerah Jawa Timor. Permasalahan system informasi surveilans HIV/AIDS teebagi dalarn permasalahan pada masukan, proses dan keluaran. Permasalahan pada masukan antara lain adalah data yang tidak lengkap, formulir pencatatan yang belum baku, belum adanya sekretariat tetap dan ketergantungan kepemimpinan individu tertentu. Pengolahan data yang belum otomatis dan faktor kebijakan menjadi permasalahan pada proses sistem informasi. Sedangkan permasalahan pada keluaran sistem adalah lemahnya komunikasi data dan penggunaan data yang belum optimal. Upaya surveilans HIV/AIDS memerlukan dukungan dalam bentuk kebijakan atau peraturan yang mengikat.Kebijakan tersebut harus didukung oleh suatu sistem yang memungkinkan komuni`kasi data dan informasi dan semua instansi terkait sehingga dapat mamberikan gambaran yang menyeluruh tentang kejadian HIV dan AIDS di suatu tempat sehingga upaya penanggulangan menjadi lebih efektif dan efisien. Pengembangan prototipe aplikasi komputer berbasis internet dilakukan melalui tahapan pendekatan sistem. Prototipe tersebut memuat variabel yang digunakan dalam surveilans HIV/AIDS untuk menghasikan indikator surveilans biologi dan surveilans perilaku kasus HIV/AIDS. Komputerisasi sistem informasi yang dilakukan dapat mempermudah proses pencatatan dan media internet dapat mempercepat proses pelaporan serta terbentuknya satu basis data dan berbagai kegiatan surveilans. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang pesat, pengembangan dan kajian sistem informasi surveilans HIV/AIDS berbasis komputer dan internet dapat terus dikembangkan untuk menghasilkan informasi yang cepat dan tepat sehingga upaya penanggulangan menjadi lebib terarah.
Development of System Application of Information of Surveilans HIV & AIDS Base on Internet [in] East Java ProvinceSpreading of HIV have come to the world problems. One of the effort to watch the growth of HIV infection is conducting monitoring or surveillance which becoming responsibility of Health Department Data and information of second generation surveillance activity not integrated in one data base. Development of computerize application prototype with standardizes form can reduce the problemInternet media having the global and inter sector character can link institution and quicken reporting processes. This research looking into the problems as system problems and represent the operational research by using system approach to solve that problem. The step of system approach is the form of the system development live cycle and consisted of the preliminary research, systems analysis, system design and prototyping. Data collected with the in-depth interview and document study. In-depth interview was conducted to responder at institution of Public Health Service East Java, KPAD East Java, PMI. Branch Surabaya, Dr Soetomo Surabaya Hospital and Health Laboratory of East Java. Problems of surveillance information system of HIV/AIDS consist of input, process and output problem. The example of input problems is incomplete data, not standardized form, there is no existence of secretariat and depending on individual leadership. Data processing which not yet automatically and policy factor become the problems at information system process. The problems of information system output is the weakness of data communications and data used which not optimal. Surveillance HIV/AIDS need the good support in the form of policy or obligatory regulation. The policy have to be supported by a conducive data and information communications system from all related institution so that can give the totally picture about occurrence of HIV and AIDS so the effort to overcome become more effective and efficient. Development of computer application prototype base on the internet conducted by through step of system approach. The prototype consist of the variable used in surveillance IRVIAIDS to make output of the biological indicator surveillance and behavioral surveillance of HIV/AIDS. Computerize the information system can make the record process more easier and media intemet can quicken the reporting processes and forming one data bases from various surveillance activity. In line with fast technology growth, development and study of information system of surveillance HIV/AIDS base on the computer and internet can be developed to make the information become faster and precisely so that effort to overcome become more directional.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12652
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Poedji Hastoety Djaiman
Abstrak :
Angka kematian bayi di Indonesia walaupun mengalami penurunan dari tahun ke tahun namun masih menunjukkan angka ke empat terbesar di antara negara Asia Tenggara lainnya, sehingga upaya penurunan angka kematian bayi masih menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan. Angka kematian bayi terbagi menjadi dua garis besar, kematian postneonatus dan kematian neonatus, yang mempunyai faktor penyebab berbeda. kematian neonatus lebih disebabkan faktor endogen seperti pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan. Departeman Kesehatan membagi kematian neonatus ke dalam dua garis besar yaitu kematian neonatus dini dan kematian neonatus lanjut. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontak ibu pada saat kehamilan dan pada saat persalinan terhadap kematian neonatus dini atau neonatus lanjut. Studi dengan analisis data sekunder ini, mendasarkan pada survei dengan jumlah sampel 3808 pada wanita berusia 15 hingga 49 tahun, pernah hamil, pernah melahirkan lima tahun sebelum wawancara dilakukan, mempunyai anak meninggal di bawah 28 hari atau mempunyai anak hidup di atas 28 hari dan di bawah I tahun dari saat wawancara dilakukan. Analisis dilakukan dengan menggunakan regresi multinomial dengan memperhitungkan desain sampel melalui, strata, Master, maupun pembobotannya. Analisis bivariat menunjukkan faktor yang berhubungan dengan kematian bayi neonatus dini adalah faktor kontak ibu dengan petugas kesehatan pada masa kehamilan, kontak ibu dengan petugas kesehatan pada saat persalinan, jarak kelahiran, pekerjaan ibu, dan akses ibu terhadap informasi. Sedangkan faktor yang berhubungan secara bermakna terhadap kematian neonatus lanjut adalah faktor kontak ibu dengan petugas kesehatan pada saat kehamilan, kontak ibu dengan petugas kesehatan pada saat persalinan, jarak kelahiran, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan akses ibu terhadap informasi. Pada analisis multivariat, faktor kontak ibu dengan petugas kesehatan pada saat kehamilan memberikan hubungan yang bermakna baik terhadap kematian neonatus dini maupun neonatus lanjut. Kontak ibu dengan petugas kesehatan pada saat persalinan, mempunyai hubungan bermakna dengan kematian neonatus lanjut, namun tidak bermakna dengan kematian neonatus dini. Jarak kehamilan berhubungan secara bermakna terhadap kematian neonatus dini dan neonatus lanjut. Faktor ibu bekerja dan akses ibu terhadap informasi berhubungan secara bermakna pada kematian neonatus dini, namun tidak bermakna terhadap kematian neonatus lanjut. Besarnya risiko kematian neonatus dini bila ibu tidak memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali, persalinan tidak ditolong oleh tenaga kesehatan, jarak kehamilan di bawah 2 tahun, ibu bekerja dan tidak ada akses informasi adalah sebesar 1.4 kali dibandingkan dengan yang memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, jarak kehamilan di atas 2 tahun, ibu tidak bekerja dan ada akses informasi. Besarnya protektif pada ibu yang memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali, persalinan ditolong tenaga kesehatan, jarak kehamilan di atas 2 tahun, ibu tidak bekerja dan ada akses informasi adalah sebesar 0.23 kali di bandingkan dengan ibu yang tidak memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali, persalinan tidak ditolong tenaga kesehatan, jarak kehamilan di bawah 2 tahun, ibu bekerja dan tidak ada akses informasi Besarnya risiko kematian bayi neonatus dini dan kematian neonatus lanjut pada analisis mempertimbangkan desain sampel dan tidak memperhatikan desain sampel berbeda untuk faktor yang berhubungan secara bermakna dan besamya hubungan.
The Infant Mortality Rate is divided into two parts that are Postneonatus Death and Neonatus Death which have different factors. Neonatus Death is caused by the endogen factors such as the pregnant examination and the birth help. The Health Department divides the Neonatus Death into two main parts that are the Early Neonatus Death and the Late Neonatus Death. This analysis is done to examine the Connection between mothers on their pragnancy and birth and the Early neonatus Death or the Late Neonatus Death. The study of this secondary data analysis, based on the survey that amounts to 3808 women as the samples from 15 to 49 years old, that have ever pregnant, have ever given birth in five years before the interview is done, have a dead child below 28 days of age or have a living child over 28 days of age and below one year when the interview is done. This analysis is done by using the Multinomial Regretion that counts up the samples design through the Strata, the Cluster, or the weighted. The Bivariate Analysis shows the connection factors on the Early Neonatus Death are the factors between mothers and the health staff on the pregnancy, the factors between mothers and the health staff on the birth, the length of the birth, mothers activities, and mothers access to information. Whereas the connection factors on the Late Neonatus Death are the factors between mothers and the health staff on the pregnancy, the factors between mothers and the health staff on the birth, the length of the birth, mothers education, mothers activities, and mothers access to information. On the Multivariate Analysis, the factors between mothers and the health staff on the pregnancy give an important connection to the Early Neonatus Death or the Late Neonatus Death. The factors between mothers and the health staff on the birth has an important connection to the Late Neonatus Death, instead of to the Early Neonatus Death. The length of birth relates to the Early Neonatus Death and to the Late Neonatus Death very well. Mothers activities and mothers access to information factors relate to the Early Neonatus Death very well instead of to the Late Neonatus Death. The amount of the Early Neonatus Death risk if the mothers do not check their pregnancies at least four times, the birth without health staff help, the length of the birth below two years, working mothers and no information access is 1.4 times bigger than those that who check their pregnancies at least four times, the birth with health staff help, the length of the birth below two years, mothers that do not work but have information access. The amount of protection to mothers who check their pregnancies at least four times, the birth with health staff help, the length of the birth over two years, mothers that do not work but have information access is 0.23 times bigger than that who do not check their pregnancies at least four times, the birth without health staff help, the length of the birth below two years, working mothers and no information access. The total of the Early Neonatus Death and the Late Neonatus Death in this analysis considers the sample design but do not notice the different sample design to the main connection factors and the amount of the connection.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T12632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Royan
Abstrak :
DKI Jakarta secara geografis terletak di dataran rendah dan merupakan pertemuan dari 13 sungai. Kurangnya saluran ke hulu sungai serta kurangnya resapan air menyebabkan DKI Jakarta rawan terhadap banjir_ Dinas Kesehatan DKI Jakarta memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan penduduk khususnya dalam penanggulangan bencana. Meski dalam penanganan bencana banjir telah memiliki berbagai fasilitas, prosedur namun korban masih terjadi dilapangan. Lingkup penulisan adalah mengenai Sistem Informasi Gawat Darurat Bencana dalam mengurangi dampak kerugian korban yang lebih besar atau mitigasi bencana. Dengan menganalisa sistem yang dilaksanakan melalui wawancara maupun observasi dan pengumpulan, kemudian dikernbangkan rancangan sistem sebagai sarana membangun sistem informasi. Hasil dari temuan lapangan menunjukkan sistem yang telah ada, perlu di kembangkan menjadi lebih simpel dengan melakukan penyediaan informasi guna melengkapi sistem mitigasi dalam tingkat risiko daerah bencana, tingkat kedaruratan bencana di suatu daerah.
Disaster Emergency Information System (SIGAB) Application For Flood Case In Jakarta Health Service East Jakarta RegionGeographically, Jakarta lies in lowland and is the place for 13 rivers meet each other, less of channel to headwater, makes it becomes easy to have flood. Jakarta health Service has responsibilities to people's health especially to cope with disaster. Even though in handling flood already has so many facilities, procedures, but there's still so many victims. The range of this writing is about disaster emergency information system in reducing effect from causing more financial cost/victims or disaster mitigation. By analyzing the system that done by interviewing or observation and collecting, then make system of planning as a way to build information system, Result from field finding shows, that the existing system, need to be changed to become more simple by doing information supplying to complete mitigation system in a risk level at disaster area, emergency level for disaster in one area.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12836
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Winarta
Abstrak :
Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKID KLB) bertujuan untuk mengantisipasi keadaan yang mempengaruhi kejadian kesakitan/kematian atau pencemaran makanan/lingkungan, sehingga dapat dilakukan tindakan yang cepat dan tepat guna mencegah KLB itu terjadi. Agar SKD KLB ini berjalan dengan baik maka diperlukan informasi yang mendukung. Dalam SKID KLB Campak, data Imunisasi, data kasus, data gizi kurang dan data yang lainnya yang berhubungan dengan SKD KLB ini harus dikelola dengan baik, selalu diperbarui dan dianalisis sehingga daerah risiko tinggi dan potensial campak diketahui. Di Kabupaten Tapin meskipun program imunisasi dan SKD KLB dijalankan tetapi KLB campak masih saja terjadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan sistem informasi daerah potensial KLB dengan basis data dan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) berupa peta untuk SKID KLB campak di Kabupaten Tapin. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan siklus hidup pengembangan sistem, yaitu perencanaan sistem, analisis sistem clan perancangan sistem. Dari hasil analisis sistem yang ada diketahui, beberapa masalah dari sistem yang ada seperti, sumber daya manusia terbatas sehingga punya beban kerja ganda, Proses analisis data tidak dilakukan secara rutin, output yang dihasilkan hanya berupa tabel cakupan dan laporan ketepatan dan kelengkapan laporan yang tentunya belum bisa digunakan untuk informasi SKD KLB. Teknologi ada tetapi belum digunakan secara maksimal, pengolahan dan penyimpanan data masih manual, sehingga susah dalam pencarian, banyak inkonsistensi data antara puskesmas dan kabupaten, banyak data hilang, dan tentunya mempengaruhi hasil analisis karena tidak lengkap. Untuk mencapai tujuan tersebut, dirancang suatu program aplikasi basis data untuk SKD KLB campak, yang diharapkan dapat menjadi back up data Puskesmas di Kabupaten. Kemungkinan data hilang dan inkonsistensi data bisa diatasi. Berdasarkan hasil analisis kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang tentang sistem yang dibuat, diketahui beberapa kekuatan dan kelemahan sistem. Kekuatan sistem ada pada data yang terstruktur, pengolahan data menjadi lebih cepat, laporan yang disajikan dalam bentuk tabel dan peta lebih bagus secara tampilan dan lebih informatif, bisa menyajikan daerah risiko tinggi dan potensial campak, tempat penyimpanan data menjadi lebih kecil dibanding dengan sistem manual. Disarankan untuk mengatasi kelemahan manajemen data antara puskesmas dan kabupaten, pola pencarian yang lama, dan untuk meningkatkan akurasi data, basis data yang sudah dirancang ini bisa diimplementasikan di Dinas Kesehatan Kabupaten Tapin untuk mendukung SKD KLB Campak. Tidak menutup kemungkinan basis data ini juga bisa dikembangkan lebih lanjut. Pustaka: 31 (1982-2001)
The Potential Territory Sistem Information and High Risk of the Measles Outbreak in Tapin District, South BorneoThe Early Warning System (EWS) of the outbreak intends to anticipate the situation that influences the illness or death incidence or food contamination so that the quick and exact step or the exact measure can be done to prevent the coming of the outbreak. The supporting information is needed to the appearance of the EWS of the outbreak. In the EWS of the measles outbreak, the immunization data, case data, less nutrient data, and other data that's related to EWS of the outbreak that must be managed well, and it is always renewed and analyzed so that high risk territory and the measles potential are known. Though the immunization program and EWS of the outbreak are done in Tapin district but the outbreak of measles come too. The objective of this study is to develop potential territory system of the outbreak and it has data base. It uses the geographic information system that is a map for the EWS of the measles outbreak in Tapin district This study used the approaching method of the system developing live cycle, which consisted of system planning, the system analysis, and system design. From the product of the system analysis that is some problem of that system in Tapia district, that is the limited human resource so that has the double work load. The data analysis is not done continually, the output that produced are only the scope table, the exact report and the completeness of report that can not be used for the information of the EWS of the outbreak. Technology is there but not optimally used. The management and data storage are still manual, so this adds difficulty in searching, data inconsistancy between community health center and the district, a lot of data missing, that truely influence the analysis product for it does not complete. To solve the problem an application program of the data base for the EWS of the measles outbreak, was developed and was expected to serve as back up data of community health center in the district. So that the losing data and the inconsistency can be handled. Based analysis strengths, weaknesses, threats and opportunities about the made system, known that there are some strengths and weaknesses of the system. The strengths of this system are the structured data, faster data analysis, the served report in the table and map forms are better to be seen and more informative, and it can serve the high risk territory and measles potential, efficient and smaller storage compared to that of manual system. It is suggested to solve the weaknesses data management, the data inconsistency between the local community health center and the district, old searching pattern, increase the data accuracy, this planned data base can be implemented in the health office of Tapin District to support the EWS of the measles outbreak. There is also possibility to develop the data base further. References: 31 (1982-2001)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Sholah Imari
Abstrak :
ABSTRAK
Penanganan diare di rumah, merupakan :ara yang tapat untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada penderita diare. Tetapi penelitian untuk membuktikannya belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian cairan dan makanan selama diare terhadap terjadinya dehidrasi. Desain penelitian adalah kasus kontrol, pada anak berumur kurang dari 36 bulan, dengan kasus adalah dehidrasi berat sedang kontrol adalah bukan dehidrasi berat. Keduanya adalah penderita diare yang dirawat imap di rumah sakit Bagian Anak Di Bngor. Analisis regresi Iugistik multivariat digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh setiap faktor yang diteliti dengan mengendalikan semua faktor laan yang ikut mempengaruhi asosiasi tersebut. Dari 73 kasus dan 113 kontrol yang dianalisis dapat diketahui bahwa oralit yang diberikan pada anak yang menderita diare dapat mencegah terjadinya dehidrasi sebesar 73,5 % dibandingkgn dangan cairan biasa. Sedang pemberian makan yang cukup selama anak menderita diare dapat mencegah terjadinya dehidrasi sabesar 63,0 % dibandingkan apabila tidak diberikan makanan apapun selama diare. Anak yang menderita diare disarankan untuk segera mendapat oralit, haik sebagai cairan tunggal ataupun kumbinasi dengan cairan lain. Disamping itu, selama anak diare makanan tetap diberikan.
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Hinelo
Abstrak :
Penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan utama kerena sebagian besar wilayah Indonesia masih merupakan daerah endemis. Upaya penanggulangan malaria telah dilakukan, namun di beberapa daerah prevalensi malaria masih sangat tinggi. Papua merupakan salah satu wilayah dengan angka kasus tertinggi. Selama ini penanggulangan malaria dilakukan secara terpusat tanpa basis data yang mendukung, sehingga perencanaan program belum memberikan gambaran masalah lokal daerah untuk tindakan intervensi yang efektif. Penanganan terhadap malaria hendaknya bersifat spasial, oleh karena itu diperlukan evaluari terhadap komponen yang memerlukan perubahan dan perbaikan. Evaluasi program yang dilakukan selama ini dengan menilai pencapaian target terhadap indikator yang telah ditentukan tanpa melihat faktor lain yang mungkin berpengaruh terhadap penularan malaria. Oleh karena itu dalam penelitian dengan menggunakan analisis spasial, akan dilihat faktor lingkungan khususnya ketinggian tempat dan jumlah hari hujan, terhadap kasus malaria baik klinis maupun positif. Penelitian ini merupakan jenis studi riset operasional, dengan melalukan pengumpulan data sekunder di Subdit P2 malaria Depkes. hasil keluaran penelitian ini adalah model evaluasi program penanggulangan malaria. Tahapan penelitian dilakukan melalui pemilihan model, mekanisme proses sampai pada tahap analsis, yang akan menghasilkan model evaluasi program penanggulangan malaria di Papua. Hasil penelitian berupa hasil analisis spasial beberapa variabel, berupa peta tematik angka malaria klinis per kabupaten, ketinggian tempat, jumlah hari hujan dan perta klasifikasi kabupaten berdasarkan AMI, ketinggian tempat dan jumlah hari hujan serta informasi wilayah kabupaten yang prioritas untuk dilakukan intervensi dan tidak. Terjadi kecenderungan bahwa ketinggian tempat mempengaruhi peningkatan angka malaria klinis. Semakin tinggi tempat, angka malaria klinis cenderung semakin kecil. Berdasarkan jumlah hari hujan, tidak ditemukan pola yang menetap, namun ada kecenderungan jumlah hari hujan sedang dan rendah memungkinkan angka kasus klinis cenderung tinggi. Model evaluasi yang dikembangkan masih sangan sederhana karena keterbatasan data. Model ini sangat tergantung pada kelengkapan data, sehingga apabila ingin mengembangkan model ini lebih lanjut diperlukan basis data yang lengkap.
Malaria disease is still a significant health problem because most of Indonesia regions are still endemic areas. Malaria eradication efforts have been conducted, but malaria prevalence is still very high at some areas. Papua is one of the regions with the highest case number. Malaria eradication has been conducted centrally without data base supporting, so that program planning does not give yet the illustration of local problem for the effective intervention action. Handling of malaria should have a spatial character, therefore it is important to evaluate component which needs an amendment and modification. Program evaluations that have been conducted before by evaluating a purpose attainment of determined indicator without looking the other factors that is possible to affect a malaria infection. Therefore, this research used a spatial analysis. It found an environmental factor, especially height of place and day number of rain toward malaria case both of clinic and positive. This research is an operational study, collected a secondary data at Sub-Directorate of malaria eradication and prevention in Health Ministry. Output result of this research is model evaluation program of malaria eradication. Research steps were conducted by model election, process mechanism and analysis phase that result an evaluation model of malaria eradication program in Papua. Research result is a spatial analysis result of some variables, such as thematic map of clinic malaria number each sub-province, height of place, day number of rain and classification map of sub-province based on Annual Malaria Incident, height of place and day number of rain, and also regional information of sub-province which has a priority to be intervened or not. It happen a tendency that height of place related to increase clinic number of malaria. The highest place will make a clinic number of malaria is smaller. According to day number of rain, there was not found a remain design, but the tendency of day number of rain was sufficient and lower, so it was possible a clinic case number highly, Developed evaluation model was still very simple because of data limitation. This model was very depend on data equipment, so if wishing to develop this model, it was important a completed data base.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19353
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Ismayanti
Abstrak :
Pelayanan Kesehatan kepada masyarakat perlu di dukung oleh sumber daya manusia kesehatan yang memadai. Pendidikan dan pelatihan merupakan bentuk kegiatan kompetensi sumber daya manusia untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Agar pelatihan dilaksanakan sesuai kebutuhan perlu dilakukan analisis kebutuhan diklat, merancang desain kurikulum sesuai tujuan, pelaksanaan akreditasi diklat guna mendapat sertifikat dan evaluasi diklat. Tujuan studi ini untuk membangun model sistem informasi diklat untuk mempermudah proses pengolahan dan analisis data diklat di Bapelkes. Studi menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengembangan Sistem Development Life Cycle (SDLC). Penelitian dilakukan di Bapelkes Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian dikatakan bahwa pengolahan dan analisis data hasil Analisis Kebutuhan Diklat (AKD), penilaian akreditasi diklat, penilaian hasil evaluasi penyelenggaraan dan evaluasi pasca diklat masih tidak tepat waktu, input data berulang-ulang sehingga mengakibatkan kegiatan pelaporan menjadi kurang efisien, pelaksanaan akreditasi masih belum optimal karena terlalu banyak variabel penilaian yang harus dinilai. Kesimpulan penelitian terbangunnya model sistem informasi manajemen diklat untuk meningkatkan proses pengolahan dan analisa data serta tersedianya tambahan informasi yang tidak dihasilkan oleh sistem sebelumnya. ......Health Services to the community needs to be supported by the human resources adequate healthcare. Education and training is a form of human resource competency activities to improve knowledge, attitudes and skills. For training to be implemented according to the needs necessary training needs analysis, designing the curriculum design goals, the implementation of training and education in order to get a certificate of accreditation and evaluation of training. The purpose of this study to build a model of the system to facilitate the training of information processing and data analysis training in Bapelkes. The study used a qualitative approach to system development methods Development Life Cycle (SDLC). The study was conducted in Bapelkes West Java Province. The results say that the processing and analysis of data from Training Needs Analysis (AKD), assessment and training accreditation, assessment and evaluation of the results of post-training evaluation was not timely, repetitive data input, resulting in a less efficient reporting activities, the implementation of accreditation is not yet optimal because too many variables to be assessed valuation. Conclusion The establishment of research training model of management information system to improve the processing and analysis of data and the availability of additional information that is not generated by the previous system.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35845
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surbakti, Klara Morina Br
Abstrak :
Salah satu indikator program pengendalian TB secara Nasional strategi DOTS adalah angka keberhasilan pengobatan TB. Fokus utama pengendalian TB strategi DOTS adalah memutus mata rantai penularan TB oleh penderita TB paru sputum BTA positif. Berdasarkan penelitian penderita TB paru sputum BTA negatif dapat menularkan 13-20% (Tostmann A, et al, 2008). BBKPM Bandung sebagai salah satu UPK strategi DOTS pencapaian angka keberhasilan pengobatan masih dibawah target Nasional. Tujuan: mempelajari faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan pasien TB paru sputum BTA negatif dan pasien TB paru sputum BTA positif. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan TB antara lain faktor individu (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kepatuhan berobat) dan obat dan penyakit (rejimen, dosis, lama pengobatan, komorbid HIV dan DM). Indikator keberhasilan pengobatan: pemeriksaan ulang sputum BTA menjadi/tetap negatif dan kenaikan berat badan. Desain penelitian: kohort retrospektif. Sampel: data pasien TB Paru yang tercatat di TB 01 tahun 2009-2011dijadikan 2 sub populasi, Pasien TB paru dengan sputum BTA negatif 292 kasus dan pasien TB paru dengan sputum BTA positif 461 kasus. Analisis: multivariabel regresi logistik. Hasil: OR keberhasilan pengobatan pasien TB paru sputum BTA negatif patuh berobat 1,4 dibandingkan tidak patuh (CI : 0,7-3,0) dan pasien TB paru sputum BTA positif patuh berobat 1,1 di bandingkan tidak patuh (CI : 0,6-2,2) setelah dikontrol umur, jenis kelamin dan pekerjaan. Saran: Meningkatkan peran PMO, dan memperhatikan faktor komorbid dalam tatalaksana pengobatan pasien TB paru. ...... Succes rate of TB treatment is an important indicator of the Natinal TB control program.The main focus of TB control program DOTS strategy is to break the chain of TB transmission. Tostmann A, et al (2008) showed that through 13-20% sputum smear negative pulmonary tuberculosis patients can spread TB the bacteria. BBKPM Bandung as one of CGU DOTS strategy has lower treatment succes rate of the national targets. Purpose: To study factors that influence the treatment succes rate of compare with both smear positve and negative pulmonary tuberculosis patients. Those are age, gender, occupation, treatment compliance (factor individu) and regimen, dose, duration of treatment, comorbid HIV and DM (drug and disease). Indicator of treatment succes are the conversion of sputum result examination and the gain weight. Study design: a retrospective cohort study. Samples: the pulmonary TB patient data recorded at TB 01 yeras 2009-2011. The number of TB patients with sputum smear positive are 461 and negative are 292. Analysis: Multivariable logistic regression. Result: OR treatment succes among sputum smear-negative pulmonary TB patients 1,4 (CI: 0,7-3,0) and among sputum smear positive pulmonary Tb patients who adhere to treatment is 1,1 (CI:0,6-2,2) after controlling for age, sex, and occupation. Suggestion: Enhancing the role of the PMO to increase the treatment adherence rate, treat the TB patients with HIV and DM co-infection.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T34959
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munthe, Simeon
Abstrak :
Terpajan pestisida secara kronis dapat mempengaruhi status kesehatan . Efek tersebut bergantung pada toksisitas pestisida dan tingkat pajanannya. Bisnis petani kebanyakan memerlukan pestisida untuk meningkatkan hasil pertanian. Petani yang menggunakan pestisida harus memakai APD untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh pestisida. Desain kasus-kontrol telah digunakan untuk mengetahui risiko pajanan pestisida pada asma di kalangan petani, dengan 70 sampel yang menderita asma dan 210 sampel kontrol yang tidak asma, bertempat tinggal di desa dan bekerja sebagai petani, telah dilakukan di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.Variabel confounding dalam penelitian ini adalah penggunaan APD dan variabel tingkat pendidikan. Dalam penelitian ini tingkat eksposur dan penggunaan APD dikategorikan menjadi tiga kategori. Hasil analisis: Risiko kejadian asma pada tingkat pajanan sedang dibandingkan dengan rendah (OR = 2,33, 95% CI: 0,72 – 7,61) sedangkan risiko kejadian asma pada tingkat pajanan tinggi dibandingkan dengan rendah (OR = 3,24, 95% CI: 1,06 – 10,37). Risiko kejadian asma pada penggunaan APD sedang dibandingkan dengan kurang (OR = 0,37, 95% CI: 0,19 – 0,72), sedangkan risiko kejadian asma pada penggunaan APD baik dibandingkan dengan penggunaan APD buruk (OR = 0,2, 95% CI: 0,07 – 0,53). Efek tingkat pajanan terhadap kejadian asma dipengaruhi oleh penggunaan APD, semakin lengkap penggunaan APD semakin kecil efek tingkat pajanan terhadap kejadian asma. ...... Chronic exposed of pesticide have harmful effect on health. Those harmful effect depends on the level of exposure and toxicity of pesticide. The farmer bussiness mostly need pesticide achieve the optimal of agriculture results. The farmer who use pesticide must be use personal protected equipments to reduced harmful effect of pesticide. Design case-control have been use to study the risk of pesticide exposure on asthma among farmers, with 70 sampel who suffer from asthma and 210 control sampel who are not asthmatic, residing in the village and worked as farmer, has been done in Karo district of North Sumatera Province. The confounding in this study are use PPE variable and education level variable. In this study the level of exposure and use PPE are categorized into three categories. Result analysis: the effect of middle level exposure of pesticide compared to low level on asthma(OR = 2.33, 95% CI: 0.72 to 7.61), while the effect of high level compared with low exposure on asthm (OR = 3.24, 95% CI: 1.06 to 10.37). the effect of middle level usage of PPE compared to less on asthma (OR = 0.37, 95% CI: 0.19 to 0.72), while the effect of good usage of PPE compared to less (OR = 0.2, 95% CI : .07 to .53). Effects of exposure level of pesticide on asthma is reduced by the use of PPE, more complete usage of PPE more diminishing the effect of exposure level on asthma.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>