Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asyifa Yuditya
Abstrak :
Perilisan Lagu “Plastic Is Fantastic” (2021) karya Oli London, yang berbicara tentang fantasinya tentang operasi plastik, telah mendapat banyak kritik. Salah satu alasannya adalah karena video musiknya dirilis selama Pride Month, bulan ketika komunitas LGBTQ mengadvokasi hak-hak mereka untuk kesetaraan gender, diikuti oleh video dan tweet Oli London yang menyatakan transisi pasca operasinya ke "non-biner" dan "Korean". ”. Untuk menggali lebih dalam pernyataan ini, penelitian ini menggabungkan teori tiga dimensi Fairclough (2003) sebagai kerangka dan analisis semiotik Machin (2010) untuk menganalisis lirik lagu, visual, dan latar belakang sosial budayanya, sehingga berkontribusi pada studi Analisis Wacana Multimodal. Penelitian ini bermaksud untuk menyelidiki konstruksi gender dan identitas dalam lagu “Plastic Is Fantastic”, sistem kekuasaan yang mendasari, dan bagaimana sistem kekuasaan menumbangkan gender dan identitas Korea. Penelitian menunjukkan bahwa lirik dan visual berhubungan dengan identitas Korea karena penggunaan bahasa Korea dalam lirik dan penampilan serta perilaku androgini pemain di sepanjang video. Praktik-praktik ini menimbulkan masalah, terutama ketika aktivitas media sosial terkait operasi plastiknya dihebohkan oleh media massa karena ia secara konsisten menyamakan dan mengeksploitasi status transnya dengan kelompok minoritas lain, seperti orang Korea, LGBTQ, dan kelompok transrasial. Dengan demikian, subversi gender dan identitas hadir sejak produksi identitasnya dikomodifikasi. ......The release of Oli London's Plastic Is Fantastic (2021), which talks about his fantasy of plastic surgery, has been met with considerable criticism. One of the reasons is that his music video was released during Pride Month, a month when the LGBTQ community advocates for their rights for gender equality, followed by other videos and tweets declaring his post-surgery transition to "non-binary" and “Korean”. To dig deeper into this assertion, this study combines Fairclough's (2003) three-dimensional theory as the framework and Machin's (2010) semiotic analysis to examine the song lyrics, visuals, and its socio-cultural background, thereby contributing to the Multimodal Discourse Analysis studies. This study intends to investigate the construction of gender and identity in Plastic Is Fantastic, the underlying power systems present, and how the power systems subvert gender and Korean identity. Research shows that the lyrics and visuals are connected with Korean identity due to the usage of Korean in the lyrics and the performer's androgynous appearance and behavior throughout the video. These practices produced problems, especially when his plastic surgery-related social media activity was stirred up by mass media as he consistently equates and exploits his trans status with other minority groups, such as Koreans, LGBTQ, and transracial people. Thus, the subversion of gender and identity is present since the identity production is being commodified.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yudistira Kurnia Ramadanu
Abstrak :
ABSTRAK
Memoirs of a Geisha 2005 adalah sebuah film drama romansa yang bercerita tentang kehidupan seorang gadis kecil yang tumbuh menjadi seorang geisha yang terkenal bernama Sayuri. Film ini menggambarkan perjuangan Sayuri dalam menjadi seorang geisha sejak pertama kali ia dijual ke okiya, sebutan untuk rumah geisha, sampai ia menjadi geisha yang paling terkenal. Film ini dapat dijadikan sumber analisis untuk mempelajari dikotomi dari geisha yang baik dan buruk dilihat melalui elemen visual dan naratif karakter-karakter dalam film. Khususnya, penelitian ini menganalisis beberapa bukti tekstual yang merepresentasikan dikotomi dari geisha yang baik dan buruk dengan menggunakan teori virgin/whore dichotomy oleh Bay-Cheng 2015 . Dalam menganalisis data, bukti-bukti tekstual tersebut kemnudian dibedakan menjadi dua kategori; penampilan fisik dan interaksi antarkarakter dalam film. Kategori-kategori tersebut kemudian digabungkan untuk menekankan dikotomi dari geisha yang baik dan buruk sepanjang film ini. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa dikotomi dari geisha yang baik dan buruk dari film Memoirs of a Geisha 2005 ditunjukkan dengan penampilan fisik dan karakteristik dari para karakter dari film ini.
ABSTRACT
Memoirs of a Geisha 2005 is a romance drama film about the life of a little girl who became a well-known geisha, Sayuri. This movie portrays Sayuri rsquo;s struggle in becoming a geisha since the first time she was sold to an okiya, a geisha house, until she became the most popular geisha. This movie can be used as a source of analysis to study the dichotomy of good and bad geisha by looking at the visual and narrative elements of the characters throughout the movie. In particular, the research analyzes several textual evidences representing the dichotomy of good and bad geisha by using Bay-Cheng rsquo;s theory of virgin/whore dichotomy. In analyzing the data, the textual evidences are divided into two categories; the physical appearances and the interaction of each characters in the movie. These categories are then combined to highlight the dichotomy of good and bad geisha throughout the movie. From the result of the analysis, it can be concluded that the dichotomy of good and bad geisha in the movie Memoirs of a geisha 2005 is pointed out by the physical appearance and the characteristic of the characters throughout the movie.
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Fuad Baagil
Abstrak :
ABSTRAK
Makalah ini merupakan studi mengenai percakapan antara guru dan murid dalam film Dead Poets Society 1989 . Analisis dalam makalah ini menggunakan teori Speech Act dari Austin yang terdiri dari locutionary, illocutionary, dan perlocutionary untuk melihat bagaimana strategi guru dalam membuat suatu kalimat imparatif. Penelitian sebelumnya banyak membahas mengenai metode proses pembelajaran dalam film tersebut. Makalah ini berusaha untuk mencari tahu strategi percakapan yang berhasil dilakukan antara guru dan siswa melalui tindak tutur yang dilakukan oleh guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan illocutionary dalam tindak tutur merupakan yang paling banyak digunakan dalam percakapan antara guru dan murid. Oleh karena itu, percakapan yang dilakukan memberikan suatu situasi pembelajaran yang efektif dalam proses pembelajaran antara guru dan siswa di kelas.Kata kunci : Analisis Percakapan; Dead Poets Society; Proses Pembelajaran; Teori Tindak Tutur Austin
AbstractThis paper conducts a research about the conversational analysis between the teacher and students in the film Dead Poets Society 1989 . The analysis uses Austin rsquo;s theory of Speech Act which are locutionary, illocutionary, and perlocutionary acts in order to see how the teacher makes the imperative sentences. The previous researches mainly discuss about the method of the learning process. This paper seeks to answer the strategy of successful conversation between the teacher and students in the film through speech act. The finding shows that illocutionary act in the speech act is mainly used in the conversation. As a result, it creates an effective learning situation through the communication that is built in the learning process between the teacher and the students in the classroom.Keywords: Austin rsquo;s speech act; Conversational analysis; Dead Poets Society; Learning Process
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqa Pramesti Wardhani
Abstrak :
Konsep Edward Said (1978) tentang Orientalisme telah memainkan peran penting dalam membentuk bagaimana Barat memandang Timur lebih rendah daripada mereka. Hal ini juga memengaruhi beberapa negara Asia untuk menggambarkan diri mereka dengan cara Barat memandang mereka: rekan yang lebih rendah dari Barat. Fenomena ini disebut self-Orientalism, dan terdapat di berbagai media, termasuk iklan pariwisata. Dengan menggunakan kerangka teori Communicative Event Analysis milik Fairclough, penelitian ini mencoba untuk menemukan bukti self-Orientalism di iklan Wonderful Indonesia The More You Feel the More You Know (2018) dan apa yang mendorong Indonesia untuk menerapkan konsep tersebut. Penelitian ini dibagi menjadi empat bagian: kerangka waktu yang bergeser, orang-orang lokal yang ramah tetapi tidak berdaya, posisi Putri Marino yang ambigu, dan menampilkan modernitas. Hasilnya menunjukkan bahwa Orientalisme sendiri, sebagaimana dibuktikan dalam iklan ini secara dominan diinternalisasi oleh pengaruh Barat daripada keinginan Indonesia untuk mencapai modernitas. Hal ini karena `cultural inferiority complex`, yang meyakini bahwa budaya Barat lebih baik daripada budaya Indonesia, telah berakar dalam masyarakat Indonesia sejak masa kolonial.
The concept of Edward Said`s (1978) Orientalism has played an important role in shaping how the West (Occident) perceives the East (Orient) to be inferior to them. It has also influenced some Asian countries to depict themselves in a way the West views them: an inferior counterpart to the West. This phenomenon is called self-Orientalism, and it is evident in various media, including tourism advertisements. By using Fairclough`s three-dimensional Communicative Event Analysis, this paper tries to find evidence of self-Orientalism in Wonderful Indonesia`s The More You Feel the More You Know (2018) and what prompts Indonesia to apply such concept. This paper is divided into four sections: the shifting time frame, the friendly but helpless local people, the ambiguous position of Putri Marino, and displaying modernity. The results show that self-Orientalism, as evidenced in this advertisement are dominantly internalized by Western influences rather than Indonesia`s striving for modernity. This is because the `cultural inferiority complex`, which believes that Western culture is better than Indonesian culture, has rooted within Indonesian society since the colonial period.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rainer Abraham
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini adalah kajian sosiolinguistik untuk meneliti pemilihan bahasa antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dan hubungannya dengan presentasi diri dalam media sosial Instagram. Subjek dari penelitian ini adalah 6 orang mahasiswa program studi Inggris Universitas Indonesia. Melalui analisis tekstual dan pendekatan techno-linguistic biography, penelitian ini berusaha untuk mencari tahu bagaimana pemilihan bahasa digunakan untuk membangun presentasi diri di Instagram, dan mengapa subjek penelitian lebih sering memilih untuk menggunakan bahasa Inggris dibanding Indonesia. Presentasi diri dan konstruksi identitas dipilih karena bahasa merupakan penanda identitas dan dapat dipakai sebagai salah satu strategi presentasi diri. Penelitian ini menemukan bahwa bahasa Inggris dipilih saat para subjek mempresentasikan diri sebagai kaum muda metropolitan berkelas yang tergabung dalam masyarakat global. Sedangkan bahasa Indonesia dipilih saat para subjek mempresentasikan diri sebagai kaum muda Indonesia yang santai. Penelitian ini diharapkan dapat membantu memahami bagaimana kaum muda melakukan pemilihan bahasa di media sosial, khususnya Instagram.
ABSTRACT
This thesis conducts a sociolinguistics research about language choice between English and Indonesian and its relationship to self presentation in social media site Instagram. The subjects are 6 students from the English study program of Universitas Indonesia. Using textual analysis and techno linguistic biography approach, this research wants to find out how language choice is used to build self presentation in Instagram, and why the subjects prefer to choose English rather than Indonesian. Self presentation and identity construction are chosen to be researched because language is a sign of identity and can be used as a strategy in doing self presentation. This research found that English is chosen to present an image of classy young metropolitan and global people. Meanwhile, Indonesian is chosen to present an image of playful young people. Hopefully this research can help to understand the language choice of young people in social media, particularly Instagram.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S66400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mona Audryn Margaretha
Abstrak :
ABSTRAK
Lagu dapat diwujudkan sebagai instrumen penting di dalam dunia sosio-politik yang luas. Kadang kala lapisan elemen-elemen linguistik digunakan untuk menyamarkan tujuan dan arti tersebut dalam lagu dan komunikasi visualnya. Setelah rilisnya lagu This is America oleh Childish Gambino (2018) lirik dan musik videonya banyak diasumsikan menyamarkan banyak fitur semiotik yang mengkritik ketidakadilan politik ras di Amerika terhadap komunitas kulit hitam. Untuk melihat penggunaan semiotik yang lebih dalam, analisis ini menggunakan Lyrics Analysis oleh Machin (2010) dan Visual Grammar oleh Kress dan van Leeuwen(2006) untuk menganalisis elemen semiotik tersebut. Kedua teori tersebut merupakan dua pendekatan analisis wacana multimodal yang menggabungkan komponen teks dan visual untuk menciptakan makna. Artikel ini menemukan bahwa Gambino benar mempertanyakan praktik diskriminasi terhadap orang kulit hitam mellalui kekerasan senjata dan polisi di Amerika saat ini, dengan menggunakan jarak dalam pemilihan katanya dan gerakan tubuh yang berlebihan dalam visualnya sebagai pengalihan. Elemen tersebut sengaja digunakan untuk menimbulkan observasi yang dalam dari penonton, sehingga diskusi mengenai isu diskriminasi dapat terwujud dalam skala yang lebih besar. Selain itu, dalam musik video This is America ditemukan juga aspek-aspek komikal sebagai alat yang melapisi maksud lagu ini sesungguhnya. Melalui elemen humor semiotik, ditemukan bahwa Gambino ingin menggarisbawahi isu komodifikasi dari seni masyarakat kulit hitam dalam musik videonya. ......A song can manifest itself as a critical instrument in the vast socio-political atmosphere. Often times a song conceals its real meaning within layers of linguistic elements and through visual communication. Upon the release of Childish Gambinos This is America (2018), the music video has been assumed widely assumed to contain semiotic elements that criticize the injustice politics of race in America. To dig deeper into this assertion, we use Machins Lyrics Analysis (2010) and Kress and van Leeuwens Visual Grammar approach (2006) to analyze the illustrated semiotic elements. Both frameworks are two Multimodal Discourse Analysis approaches that explore interdisciplinary analysis in the discourse-oriented research. This article finds that Gambino does question the practice of black discrimination through gun and police violence in present America by utilizing distant words and excessive gestures in his visual communication as a diversion. They are purposefully placed to gain a profound observation from the audience, and thus able to spark a conversation regarding the issue in a greater scale. Furthermore, it is found that This is America applies comical aspects in the visual elements as a layering device. Through humorous semiotic elements, Gambino is discovered to highlight the commodification of black art in his music video.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wilma Sita Kamala
Abstrak :
Selain menggunakan mode-mode lisan dan tulisan, iklan-iklan yang kerap kita temui di kehidupan sehari-hari menyusun maknanya melalui mode-mode lain seperti gambar dan video. Untuk menemukan pesan yang dikandung, analisis tata bahasa visual sering kali dibutuhkan. Penelitian ini menggunakan analisis tata bahasa visual pada salah satu video iklan dari 4ocean yang sudah ditayangkan di dunia maya, mengevaluasinya melalui metafungsi dari tata bahasa visual. Ini dilakukan untuk memahami bagaimana pesan dalam iklan tersebut terbangun dengan bantuan tata bahasa visual. Beberapa adegan dari iklan dikumpulkan dan dibahas menggunakan teori tata bahasa visual yang dikemukakan oleh Kress dan van Leeuwen (2006). Hasilnya mengindikasikan bahwa 4ocean membangun makna dalam iklannya untuk membersihkan laut melalui elemen-elemen visual yang terintegrasi dalam video iklan. Metafungsi dari tata bahasa visual digunakan untuk berinteraksi dengan pemirsa dan mengajak mereka untuk membeli gelang 4ocean dan membersihkan laut, sehingga iklan ini masuk dalam kategori promosi dan kampanye secara bersamaan.
Besides using verbal modes, advertisements that are found in daily life arrange their message through non-verbal modes such as images and videos. In order to dissect the message that they contain, a visual grammar analysis is often needed. This research conducts a visual grammar analysis on one 4ocean video advertisement that has been broadcasted on the Internet, evaluating it through the metafunctions of visual grammar. It is to perceive how the message in the advertisement is constructed with the help of visual grammar. Several scenes from the 4ocean are gathered, then examined by the theory of visual grammar metafunction by Kress and van Leeuwen (2006). The results indicate that 4ocean builds its message to clean the ocean through appropriate visual elements that are integrated within the advertisement. Metafunctions of visual grammar are utilized in order to engage with the audience and persuade them to purchase 4ocean`s bracelet and save the ocean, having this advertisement falls into the category of a promotion and a campaign at the same time.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Divina Oryza Rahmatika
Abstrak :
Vaksin HPV (Human papillomavirus) di klaim dapat melindungi manusia dari kanker serviks. Namun, banyak orang yang terpengaruh oleh kampanye negatif yang disebarkan oleh kelompok anti vaksin HPV di Twitter. Mereka menuding bahwa perusahaan farmasi atau industri vaksin, praktisi medis, bahkan pejabat negara yang terkait dengan vaksin tersebut memiliki motif tersembunyi untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan vaksin tersebut. Selain itu, mereka juga menuding bahwa menggunakan vaksin HPV adalah tindakan yang salah dalam segi moral karena berpotensi memicu terjadinya pergaulan bebas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi persuasif yang digunakan oleh kelompok anti vaksin HPV dalam meyakinkan masyarakat bahwa vaksin HPV hanyalah untuk keuntungan saja dan tidak sesuai dengan nilai moral atau agama. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah tweets yang berkaitan dengan anti vaksin HPV yang tersebar di Amerika Serikat dan Inggris yang dikumpulkan menggunakan perangkat lunak Keyhole mulai dari 5 Oktober 2018 hingga 5 Oktober 2019. Teori retorika dari Aristoteles, teori disonansi kognitif dari Festinger, dan teori hierarki kebutuhan dari Maslow adalah tiga teori yang digunakan pada penelitian ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa strategi persuasif, yang meliputi ethos, pathos, logos, disonansi kognitif, dan kebutuhan akan keamanan, digunakan oleh kelompok anti vaksin HPV untuk mempengaruhi dan meyakinkan beberapa orang agar percaya bahwa vaksin HPV hanya didistribusikan untuk keuntungan dan tidak sesuai dengan ajaran agama serta keyakinan mereka. ...... The human papillomavirus (HPV) vaccine can protect humans from cervical, anal, oropharyngeal, penile, vulvar, and vaginal cancer. However, many people are influenced by the negative campaign carried out by anti-HPV vaccine activists on Twitter. They accuse pharmaceutical companies or the vaccine industry, medical practitioners, and even state officials associated with the vaccine of having an ulterior motive to gain profit from the vaccine. Moreover, they also claim that taking the HPV vaccine is an act of moral depravity, as it may potentially encourage sexual promiscuity. This research aims to analyze the persuasive strategies used by the anti-HPV vaccine campaign in convincing people that the vaccine is only a matter of profit and does not conform with moral or religious values. The data for this research, which comprises anti-HPV vaccine tweets in United States and United Kingdom, are collected using Keyhole from October 5, 2018 to October 5, 2019. Aristotle’s rhetorical strategies, Festinger’s cognitive dissonance theory, and Maslow’s hierarchy of needs serve as the theoretical frameworks of this study. This research finds that persuasive strategies, which include ethos, pathos, logos, cognitive dissonance, and the need for safety, are used by the anti-HPV vaccine campaign to successfully sway some people into believing that the vaccine is only distributed for monetary gain and incompatible with their beliefs.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Arina Nurul Azizah
Abstrak :
Elemen bahasa seperti ekspresi, idiom, peribahasa, dan metafora selalu menjadi hal yang menarik bagi para ahli bahasa karena elemen tersebut diyakini sebagai alat yang berguna untuk menjelaskan budaya atau karakteristik. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dan membandingkan beberapa peribahasa dan idiom dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang menggunakan hewan sebagai alat metafora. Penelitian ini menggunakan pendekatan semantik kognitif. Teori conceptual metaphor, The Great Chain of Being, dan konsep discourse and world digunakan untuk menganalisis dan membandingkan ekspresi hewan di kedua bahasa, Jenis hewan yang digunakan sebagai alat metafora dalam penelitian ini adalah anjing, kucing, burung, ikan, dan kuda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar alat metafora yang digunakan di kedua bahasa mempunyai makna dan karakteristik yang mirip. Terlihat juga bahwa budaya, kondisi geografi, adat, dan agama mempengaruhi persepsi alat metafora di kedua bahasa. ......Elements of language such as fixed expressions, idioms, proverbs, and metaphors have always been an interest among linguists because of the fact that such elements are considered to be a useful tool in describing culture or characteristics. The aim of this research is to compare and analyze some of the proverbs and idioms in English and Indonesian that use animal names as the metaphorical vehicle. This research uses cognitive semantics as the approach. The conceptual metaphor theory, the Great Chain of Being, and the concept of discourse and world are used to compare and analyze the animal expressions from both languages. The animals that are used as the corpus of the study are dog, cat, bird, fish, and horse. The result of this study shows that most of the shared metaphorical vehicles also share similar meanings or represent similar characteristics. It also appears that the perception of the animals used in both languages differ according to cultural identities, geographical conditions, customs, and religion.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S61243
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sisilana Diah Mariastuti Poyk
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas representasi Indonesia dalam iklan pariwisata Wonderful Indonesia versi Feeling Is Believing (2012) melalui pendekatan analisis wacana kritis terhadap nation brand yang dibangun dalam wacana iklan. Korpus penelitian ini adalah sebuah iklan pariwisata yang dikeluarkan oleh Kementrian Pariwisata Republik Indonesia pada tahun 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah wacana representasi Indonesia yang dibangun dalam rangka nation branding melalui iklan pariwisata Wonderful Indonesia: Feeling Is Believing sudah sesuai dengan tujuan dibuatnya iklan. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana kritis. Pendekatan analisis wacana kritis yang digunakan dalam penelitian ini ialah tiga dimensi communicative events analysis yang dirumuskan oleh Fairclough (1995). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa representasi Indonesia dalam nation brand Wonderful Indonesia pada wacana iklan belum sesuai dengan tujuan dibuatnya iklan karena elemen-elemen wacana iklan dan interaksi antar elemen-elemen tersebut belum mampu membangun nation brand yang dituju oleh pemerintah Indonesia.
ABSTRACT
This thesis focuses on how Indonesia is represented in a tourism advertisement titled Wonderful Indonesia: Feeling Is Believing (2012). The research data of this thesis is a tourism advertisement produced by Indonesian Ministry of Tourism in 2012. This thesis aims to see if the representational discourse of Indonesia in the advertisement aligns with the purpose of the discourse production. The study is conducted using Fairclough’s critical discourse analysis approach, three dimensional communicative events analysis framework (1995). The study concludes that the representation of Indonesia in the nation brand Wonderful Indonesia depicted through the advertisement has not fulfilled the purpose of the discourse. It is because the discourse elements of the advertisement and the interaction established between them are incapable of constructing the nation brand that the government aimed to convey.
2015
S61459
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>