Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Ekoningsih
Abstrak :
Citra adalah bayangan atau gambaran angan yang ada dalam pikiran dan mental pembaca, sedangkan citraan adalah sarana pembentuk citra itu sendiri yang diungkapkan melalui bahasa. Sarana pembentuk citra itu berawal dari sistem pengindraan, gerak, dan pikiran manusia. Dengan demikian citraan-citraan itu adalah citraan penglihatan, pendengaran, penciuman, pencecapan, perabaan, gerak, dan pikiran. Citraan yang berfungsi untuk menimbulkan suasana khusus itu telah dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin oleh Abdul Hadi Widji Muthari. Penyair ini banyak menggunakan citraan-citraan itu untuk memberikan suasana dan efek khusus dalam setiap sajaknya. Ke-31 buah. sajaknya yang diambil dari kumpulan Anak Laut Anak Angin menjadi bahan analisis dalam skripsi ini. Dari hasil analisis itu telah didapat kesimpulan bahwa Abdul Hadi cenderung lebih banyak menggunakan citraan pikiran. Penggunaan citraan itu menimbulkan efek yang sangat berarti bagi pembaca. Efek penggunaan citraan pikiran membuat pembaca dituntut untuk memikirkan beberapa kali agar dapat rnenangkap apa yang ingin diungkapkan oleh penyair dengan sajak itu. Ke-31 sajak yang dijadikan media analisis ini, diharapkan telah dapat mewakili sajak-sajak Abdul Hadi yang telah terkumpul dalam sepuluh kumpulan. Kumpulan yang terpilih ini merupakan gabungan dari kumpulan-kumpulan terdahulu, seliingga pemilihan atas ke-31 sajak itu dianggap dapat mewakili sajak-sajak yang telah diciptakan oleh Abdul Hadi WM.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11210
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riny H. Hadipranoto
Abstrak :
Setelah meneliti fokus pengisahan dalam novel Rau_manen penulis dapat menyimpulkan bahwa: Dalam novel ini terdapat tiga pencerita. Yaitu, pertama pencerita diaan yang berkisah dalam bab 1-11. Untuk mengisahkan masa yang silam digunakan dua macam gaya pen_cerita diaan, yakni pencerita diaan semestaan untuk meng_gambarkan tokoh Manen dan pencerita diaan amatan untuk menggambarkan tokoh-tokoh lainnya. Pencerita diaan di da_lam bab-bab ini juga memberikan kamentar pencerita dan monolog interior tak langsung dari tokoh Manen. Kedua, pencerita akuan sertaan Manen, dalam bab-bab berjudul Maven., pencerita akuan sertaan Manen ini mengisahkan ke_kinian (sepuluh tahun setelah berakhirnya kisah dalam bab 1-11). Dalam bab-bab ini terdapat monolog interior langsung dari tokoh Manen. Ketiga, pencerita akuan sertaan Monang dalam bab-bab berjudul Monang yang juga mengisah_
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S10729
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Irsam
Abstrak :
Setelah membatja dan memperhatikan bab perlambang jang telah diuraikan, maka dalam bab terachir ini dapat diberikan kesimpulan2 sebagai berikut: 1. Semua tjara melambangkan atau menjindirkan maksud dalam prinsipnja dapat dikembalikan kepada anasir2 perbuatan magis, jaitu magi imitative, dengan menggunakan sugesti bunji, segesti sifat dan sugesti bentuk sebagai alatnja. 2. Menurut bentuknja tjara melambangkan itu, dalam pantun, teka-teki, wangsalan, parikan, paribasan, umpama, upatjara dan kebiasaan se-har-2 adalah menuruti kerangka tituan dan sasaran, jaitu dengan adanja baris2 jang tidak mengandung arti dan jang mengandung arti...
Panuti Sudjiman: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1962
S10996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rochimah Ispartini
Abstrak :
Setelah meneliti alur dan penokohan dalam buku Pranacitra hasil transliterasi Balai Pustaka dan Roro Mendut versi Y.B. Mangunwijaya penulis dapat menyimpulkan bahwa:
Kedua karya ini mempunyai persamaan-persamaan dan per_bedaan-perbedaan, baik alur maupun dalam tokoh-tokohnya. Perbedaan dan persamaan-persamaan tersebut disimpulkan diba-wah ini. Perbedaan judul terlihat pada kedua karya ini. Yang be_rupa transliterasi menggunakan judul Pranacitra (Rara Men_dut), sedangkan versi Mangunwijaya menggunakan judul Roro Mendut. Perbedaan ini disebabkan pengarang dalam Pranacitra ingin lebih menonjolkan tokoh Pranacitra. Hal itu juga ter_lihat dalam pembagian bab-babnya, banyak judul bab yang menggunakan nama tokoh Pranacitra. Pranacitra ditampilkan sebagai pahlawan yang berjuang membebaskan Rara Mendut demi pengorbanan dan kesetiaan terhadap gadis yang dicintainya. Di dalam versi Y.B. Mangunwijaya, pengarang ingin me_nonjolkan tokoh Roro Mendut. Karena perjuangannya melawan kekuasaan dan pembelaannya terhadap rakyat kecil, ia diang-gap sebagai pahlawan oleh pengarang. Buku Pranacitra yang diterbitkan oleh Balai Pustaka ini tidak mencantumkan nama penulis atau pengarangnya. Pada waktu.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S11164
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohd Shafari Johar
Abstrak :
Analisis penyajian cerita dalam kaitannya dengan tema novel Senjakala, ini bertujuan untuk melihat bagaimana tema novel ini, yaitu cinta kasih sesama manusia (cinta kasih antara ayah dan anak, cinta kasih antara ibu dan anak, cinta kasih antara suami dan istri, cinta kasih kepada saudara, dan cinta kepada pacar), dan ketakwaan kepada Tuhan itu terdukung oleh penyajian cerita, yaitu dengan kisahan (kisahan objektif dan kisahan subjektif) dan cakapan (dialog antartokoh, monolog, dan monolog dalaman). Dalam penelitian di atas, penulis mempergunakan pendekatan intrinsik, yaitu pembahasan unsur-unsur yang ada di dalam karya sastra itu sendiri. Hasil analisis berdasarkan penghitungan waktu penceritaan dalam novel Senjakala menunjukkan babwa tema yang paling menon jol ialah cinta kasih antara suami dan istri, yakni menggunakan 505 kata, sedangkan penyajian cerita yang paling menonjol adalah kisahan subjektif, yakni menggunakan 1.196 kata. Penyajian cerita dalam kaitannya dengan tema novel ini telah menggunakan : 2.033 kata.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S11218
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Rinaldi S.
Abstrak :
ABSTRAK
J.E. Tatengkeng adalah salah satu penyair terpenting angkatan Pujangga Baru, selain Amir Hamzah, karena corak keagamaan yang menjadi ciri khas sajak-sajaknya. Dalam perkembangannya, sajak-sajak J.F. Tatengkeng mengalami per_geseran tematik dari sajak-sajak yang bercorak keagamaan ke arah kritik sosial.

Skripsi ini merupakan hasil penelitian mengenai per_geseran tematik yang melandasi sajak-sajak J.E. Tatengkeng serta kaitannya dengan latar belakang kehidupannya. Latar belakang kehidupan pengarang dan aktivitasnya selama hidup itulah yang sangat berpengaruh terhadap tema-tema sajaknya.

Sebagai seorang yang kreatif, J.E. Tatengkeng tidak hanya menulis sajak, ia pun mewariskan karya-karya dalam bentuk lain, seperti surat, esai, cerita pendek, drama. Sejalan dengan itulah dalam skripsi ini diberikan pula daf_tar karangan dan singkatan isi yang akan turut membantu usaha penelusuran minat dan perhatian J.E. Tatengkeng dalam sajak-sajaknya. Untuk pemahaman lebih lanjut, dilakukan pula analisis pola rima terhadap beberapa sajak yang menjadi sampel penulisan skripsi ini.
1990
S10845
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusdi
Abstrak :
Isma Sawitri adalah seorang penyair wanita Indonesia yang mampu bertahan selama lebih dari tiga puluh tahun dalam mencipta sajak. Sajak-sajaknya tersebar dalam berbagai media masa sejak tahun 1959. Sebagai seorang penyair, ia memiliki kekhasan yang menarik dalam memilih tema dan mengungkapkannya dalam sajak-sajaknya. Berdasarkan hal di atas timbul beberapa masalah, diantaranya adalah 1) sajak-sajak apa saja yang telah diciptakan oleh Isma Sawitri, dan dalam media massa apa sajak-sajak tersebut dipublikasikan, 2) bagaimana penyair wanita ini mengungkapkan gagasannya dalam sajak-sajaknya, dan 3) tema apa saja yang menarik perhatiannya. Berangkat dari permasalahan di atas, skripsi ini bertujuan untuk pertama, mendata dan mengumpulkan sajak-sajak Isma Sawitri yang dipublikasikan sejak tahun 1959 sampai dengan tahun 1991; kedua, menganalisis cara penyairwanita ini mengungkapkan gagasannya dalam sajak-sajaknya, dan ketiga, tema apa saja yang menarik perhatian penyair wanita ini. Sesuai dengan tujuan, skripsi ini menggunakan teori Stilistika sebagai dasar teori. Metode pendekatan yang dipakai adalah metode pendekatan intrinsik dan ekstrinsik, sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode deskripsi dan analisis. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa 1) Isma Sawitri cenderung memilih kata sehari-hari dalam sajak-sajaknya, 2) majas yang sering dipakainya adalah majas metafora dan personifikasi, 3) citraan penglihatan dan pendengaran paling banyak terdapat dalam sajak-sajaknya, 4) saran retorika yang sering dipergunakan oleh Isma Sawitri adalah paralelisme, 5) penyair ini sering memanfaatkan rima untuk menambahkan keindahan atau kemerudan sajak-sajaknya, dan 6) tema yang paling sering diangkat oleh Isma Saitri adalah tema sosial dan politik di antara tema tentang tanah air, tema tentang alam, dan tema religius.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11138
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudaryanto
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan menelaah watak tokoh-tokoh utama, melihat cara mengungkapkan ciri fisik dan watak tokoh utama, dan melihat pengaruh unsur ekstrisik dalam proses penciptaan watak tokoh utama. Peneiitian ini dilakukan dengan beberapa tahap. Pertama, penulis membaca secara keseluruhan isi kumpulan cerpen Tentang Delapan Prang. Kedua, penulis melihat penampilan fisik dan watak tokoh-tokoh utama tiap cerpen. Ketiga, setelah melihat penampilan fisik dan watak tokoh-tokoh utama tiap cerpen, penulis mengidentifikasikan, menganalisis cara pengungkapan fisik dan watak tokoh-tokoh utama tiap cerpen, serta mencari data yang menunjukkan adanya pengaruh unsur ekstrisik dalam proses penciptaan watak tokoh utama. Hasilnya menunjukkan bahwa watak tokoh utama tiap cerpen mempunyai watak yang unik, khas, dan penuh kejutan; kecuali tokoh Imam Slamet wataknya tidak penuh kejutan. Semua tokoh-tokoh utama pada kumpulan cerpen ini adalah tokoh bulat yang bersifat kompleks, kecuali Imam Slamet. Cara pengungkapan ciri fisik tokoh utama dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pengarang langsung menyimpulkan secara umum ciri fisik tokoh utama yang dilakukan terhadap tokoh Umiko Matsui; dan pengarang tidak langsung menyimpulkannya, melainkan menampilkan satu. persatu ciri fisik tokoh utama yang dilakukan terhadap tokoh Maria, Adriano, Irwan, Imam Slamet, dan Kusnadi. Dalam mengungkapkan watak tokoh utama, pengarang menggunakan beberapa cara. Pertama, dengan cara langsung melalui cakapan tokoh lain. Kedua, dengan cara langsung melalui cakapan batin tokoh lain. Ketiga, dengan cara langsung melalui cakapan batin tokoh utama. Keempat, dengan cara tidak langsung melalui cakapan tokoh lain. Kelima, dengan cara tidak langsung melalui cakapan tokoh utama. Keenam, dengan cara tidak langsung melalui cakapan batin tokoh utama. Ketujuh, dengan cara tidak langsung melalui lakuan tokoh lain. Kedelapan, dengan cara tidak langsung melalui lakuan tokoh utama. Kesembilan, dengan cara tidak langsung melalui pencerita. Pengalaman hidup dan kepribadian pengarang mempengaruhi beberapa cerpen yang ada dalam kumpulan cerpen ini, yaitu Salju Kapas Putih, Seorang Buruan Politik, Pengarang, dan Pada Titik Kulminasi.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11197
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Sulistiyaningsih
Abstrak :
Analisis pergolakan batin antartokoh dalam novel Wanita Itu Adalah Ibu karya Sari Siregar ini bertujuan untuk mengungkapkan persoal an-persoalan yang menimbulkan pergolakan batin tokoh dan mengungkapkan tokoh yang paling banyak mengalami pergolakan batin. Dalam pengamatan permasalahan di atas, penulis mempergunakan pendekatan intrinsik. Pendekatan intrinsik digunakan penulis dalam membahas tokoh yang meliputi keadaan fisik, profesi, hubungan antartokoh, dan sifat atau watak tokoh. Ilmu bantu yang penulis pergunakan dalam pembahasan i ni adalah ilmu psikologi. Teori yang dipergunakan adalah teori Freud tentang Id, Ego, Superego dan seksualitas. Hasil pengamatan penulis menunjukkan bahwa adanya hubungan teori psikis manusianya Freud dengan tingkah laku tokoh dalam novel tersebut. Masalah yang banyak menimbulkan pergolakan batin tokoh adalah masalah pemenuhan kebutuhan biologis (masalah seksualitas). Dan tokoh yang paling banyak menglami pergolakan batin adalah tokoh Hezan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S11120
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valentina Sumiati
Abstrak :
Cerita rekaan adalah ungkapan pengalaman. Sebuah cerita rekaan selalu berusaha mengajak pembacanya untuk ikut menghayati pengalaman tersebut (William Kenney, 1966: 99). Apa yang diungkapkan melalui pengalaman ter_sebut? Kenyataan merupakan hal yang biasanya dicoba dipaparkan dalam cerita rekaan. Para penulis novel ber_usaha mengganbarkan kenyataan dengan cara tertentu yang memberikan gambaran sosial, misalnya, kebiasaan sosial. Penggambaran tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga pembaca seakan-akan berhadapan dengan kenyataan (Albert Cook, 1960: 1). Upacara juga merupakan ungkapan pengalaman. Entah pengalaman siapa yang dituangkan dalam buku ini. Mung_kin pengalaman pribadi pengarang, mungkin Pula pengalam_an orang lain yang dikenal atau diketahui oleh si pengarang. Yang jelas, pengalaman-pengalaman itu telah nenimbulkan kesan yang mendalam diri pengarang, sehingga ia memikirkannya dan kemudian menuliskannya dalam bentuk...
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S10725
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>