Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Ellah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran family functioning dan kualitas hidup pada anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengukuran family functioning menggunakan Family Assessment Device (FAD) dan pengukuran kualitas hidup menggunakan alat ukur WHOQOL-BREF.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum family functioning anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia tidak mengalami masalah pada semua dimensi yang diukur dan kualitas hidup anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia berada pada tingkatan sedang.

This study was conducted to examine family functioning and quality of life of family member who take care for people with schizophrenia. This study used quantitative method. Family functioning was measured by Family Assessment Device (FAD) and quality of life was measured by WHOQOL-BREF.
The result of this study showed that generally family member who take care for people with schizophrenia don't have any problem on each dimension of family functioning and the result showed that they had moderate quality of life.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46525
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwica Novita
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dan psychological well-being pada orangtua yang berperan sebagai caregiver bagi anaknya. Seorang anak yang terdiagnosa mengidap kanker membutuhkan berbagai bantuan dari caregiver terdekatnya, yaitu orangtua. Kondisi tersebut membuat ayah dan ibu seringkali terpisahkan dari lingkungan sosial dan kondisi yang mendukung berbagai hal dalam kehidupannya. Penelitian dilakukan pada 35 orang wanita dan 35 orang pria yang berperan sebagai caregiver. Dukungan sosial diukur dengan menggunakan Interpersonal social support evaluation list (Cohen & Hoberman, 1983) dan psychological well-being diukur dengan menggunaka Ryff’s psychological well-being scale (Ryff, 1989). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dan psychological wellbeing (r = 0,604; p = 0,000, signifikan pada L.o.S 0,01). Penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan kontrol pada usia caregiver sehingga rentang usia partisipan tidak terlalu melebar.

This study aim to find correlation between social support and psychological well-being on parents as caregiver for their child. A child who is diagnosed with cancer need help from the closest caregiver, which is parents. This condition makes father and mother separated with social environment and condition that’s support many things of their life. The participant of this study were 35 women and 35 men of childhood cancer caregiver. Social support was measured using the Interpersonal social support evaluation list (Cohen & Hoberman, 1983) and psychological well-being was measured using Ryff's psychological well-being scale (Ryff, 1989). The result of this study showed that there is a significant positive relationship between social support and psychological well-being (r = 0,604; p = 0,000, significant at L.o.S 0,01). Futher research should be conducted to controled caregivers age so the age range of participant not too widen.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resty Abidah El Kholiqy
"Pembentukan orientasi seksual pada diri individu dipengaruhi oleh faktor yang terjadi secara nature maupun nurture. Salah satu faktor nature adalah fratrenal birth order. Penelitian ini ingin melihat gambaran dari orientasi seksual pada lakilaki tahapan usia dewasa muda berdasarkan fraternal birth order. Secara operasionalnya peneliti ingin melihat adakah perbedaan orientasi seksual berdasarkan dengan jumlah kepemilikan kakak laki-laki pada individu serta gambaran hubungan yang terjadi antara orientasi seksual dan fraternal birth order. Partisipan penelitian ini adalah 100 orang laki-laki yang berada pada tahapan usia dewasa muda. Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data adalah Klein Sexual Orientation Grid (KSOG) untuk mengukur kontinum orientasi seksual yang dikembangkan oleh Klein (1985) dan kuesioner fratrenal birth order yang digunakan oleh Blanchard & Bogaert (1996). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan orientasi seksual berdasarkan fraternal birth order serta terdapat hubungan yang signifikan dari orientasi seksual dan fraternal birth order.

The formation of sexual orientation of an individual is influenced by nature and nurture factors. One of the nature factors is fraternal birth order. This research willing to see sexual orientation in men young adulthood by virtue of fraternal birth order. In the operationally, researcher is willing to see the differences of sexual orientation by virtue of the number of older brother in the family of an individual and the decription of correlation between sexual orientation and fratrenal birth order. This research involves 100 man participants at young adulthood. The measurement tools used to collect data in this research is Klein Sexual Orientation Grid (KSOG) in order to measure sexual orientation continuum developed by Klein (1985) and fraternal birth order questionnaire used by Blanchard & Bogaert (1996). The results show that there are differences of sexual orientation by virtue of fraternal birth order and significant correlation from sexual orientation and fraternal birth order.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58060
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara ritual keluarga dan kepuasan pernikahan pada keluarga dengan anak bayi. Menurut Bricker (2005), keluarga dengan anak bayi mengalami penurunan kepuasan pernikahan secara drastis. Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan ritual keluarga dan kepuasan pernikahan karena ritual dapat membantu keluarga mengatasi masa transisi (Fiese, Hooker, Kotary, & Schwagler, 1993). Penelitian ini dilakukan pada 52 orang subjek (26 pasangan) yang berada pada tahap keluarga dengan anak bayi di Jabodetabek. Mayoritas subjek merasa kegiatan ritual keluarga yang paling dominan adalah merawat anak. Subjek juga kebanyakan menunjukkan kepuasan pernikahan pada taraf sedang. Hasil perhitungan korelasi menunjukkan bahwa ritual keluarga memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kepuasan pernikahan. Kegiatan ritual keluarga yang berhubungan secara signifikan dengan kepuasan pernikahan adalah merawat anak dan waktu bersama.

ABSTRACT
This study is aimed to see the relationship between family ritual and marital satisfaction in family with infant. According to Bricker (2005), in family with infant, marital satisfaction have significant decline. Some researches have shown that family ritual has a correlation with marital satisfaction, because family ritual can help family through the transition like having a first baby (Fiese, Hooker, Kotary, & Schwagler, 1993). This research was conducted on 52 married people (26 couple) in family with infant stage and lives in Jabodetabek. Most of the participants endure child care ritual as their dominant setting of family ritual. Majority of participants also show moderate level of marital satisfaction. The result of correlation computing shows that family ritual has significant and positive correlation to marital satisfaction. Setting of family ritual that have a significant and positive correlation to marital satisfaction are child care and couple time ritual."
2009
S3536
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rini Hapsari Santosa
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3637
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Esthi Andarini
"ABSTRAK
Istri sebagai penyedia perawatan bagi suaminya yang terkena stroke bertanggung jawab atas tugas perawatan yang kompleks dan tuntutan lain yang terkait, seperti pengaturan keuangan dan rumah. Tuntutan akan tugas tersebut dapat berpengaruh terhadap kesehatan mereka, baik fisik maupun mental. Sejalan dengan peningkatan akan tugas dan tuntutan, mereka merasa kewalahan, dan pada akhirnya mereka mungkin mengalami caregiver strain. Caregiver yang dapat bertahan dalam situasi buruk tersebut, bangkit kembali, dan melanjutkan hidup tanpa gangguan yang berarti mengindikasikan adanya resiliensi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara caregiver strain dan resiliensi pada istri penderita stroke. Partisipan penelitian ini merupakan 30 istri dari penderita stroke yang telah berperan sebagai spouse caregiver selama minimal 3 bulan. Strain diukur dengan menggunakan The Modified Caregiver Index (Robinson, 1983; Thornton & Travis, 2003) dan resiliensi diukur dengan menggunakan The Resilience Scale (Wagnild & Young, 1993). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa korelasi antara caregiver strain dan resiliensi tidak signifikan.

ABSTRACT
Wives providing care for their husband who suffered from stroke are responsible for complex caregiving task and other demands such as financial and housing management. The demand of these tasks may affect their own health, both physically and mentally as well. As the tasks and demands increase, they feel overwhelmed, and in the end they may suffers caregiver strain. In this condition, caregiver surviving in the adversity, bounce back, and continue life without experiencing any disruption from this event indicate the presence of resilience. The purpose of the research is to identify the correlation between caregiver strain and resilience in the context of caregiving of the stroke patients. The participants are 30 wives of the stroke patients who have taken role as spouse caregivers for at least 3 months. Level of strain is identified by The Modified Caregiver Strain Index (Robinson, 1983; Thornton & Travis, 2003) and The Resilience Scale (Wagnild & Young, 1993) is used to identify the level of resilience. The result indicates that the correlation of caregiver strain and resilience is not significant."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bramesada Prasastyoga
"Kanker merupakan penyakit kronis yang dapat mengganggu fungsi hidup individu sehari-hari. Oleh karena itu, dibutuhkan caregiver untuk membantu penderita kanker dalam menjalani kehidupannya. Banyak anak dewasa yang memutuskan untuk menjadi caregiver orang tua penderita kanker karena adanya rasa tanggung jawab untuk membalas budi jasa kedua orang tua. Di dalam perawatan yang mereka lakukan, mereka dapat mengalami caregiver strain, yaitu tekanan dan konsekuensi negatif dari perawatan yang dipersepsi dan dirasakan oleh caregiver. Untuk bisa mengatasi hal tersebut, caregiver diduga perlu untuk mempersepsikan adanya keseimbangan dalam hubungan timbal balik antara ia dengan pasien dan anggota keluarga lain agar dapat melihat perannya secara lebih positif. Hal tersebut yang dimaksud dengan caregiver reciprocity.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara caregiver strain dan caregiver reciprocity pada anak dewasa yang menjadi caregiver orang tua penderita kanker. Partisipan merupakan anak dewasa dari penderita kanker yang telah menyediakan perawatan selama minimal 3 bulan. Caregiver Strain diukur dengan menggunakan The Modified Caregiver Index (Robinson, 1983; Thornton & Travis, 2003) dan caregiver reciprocity diukur dengan menggunakan Caregiver Reciprocity Scale (Carruth, 1994). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa korelasi antara caregiver strain dan caregiver reciprocity bersifat negatif dan signifikan. Dengan demikian, terdapat hubungan negatif yang signifikan antara caregiver strain dan caregiver reciprocity pada anak dewasa yang merawat orang tua penderita kanker.

Cancer is a chronic disease which can deteriorate the daily function of an individual. Hence, caregivers are needed to help patiens with cancer in their daily lives. Many adult children become caregivers for their parents with cancer because they feel that they have responsibility to give back to their parents. In their care activities, they can experience caregiver strain which is defined as pressures and negative consequences of the care perceived by caregivers. In order to overcome caregiver strain, it is assumed that they need to have high level of caregiver reciprocity which is defined as perception about balance in their reciprocal relationship with patient and other family members. It is assumed that caregiver reciprocity will enable them to see their role in a positive manner.
The objective of this research is to identify the correlation between caregiver strain and caregiver reciprocity among adult children who become caregivers for their parents with cancer. Participants are adult children of cancer patients who have provided care for at least 3 months. Strain is measured using The Modified Caregiver Index ( Robinson, 1983; Thornton & Travis, 2003) and caregiver reciprocity is measured using Caregiver Reciprocity Scale (Carruth, 1994). The result shows that correlation between caregiver strain and caregiver reciprocity is negative and significant. Therefore it is concluded that there is a significant negative correlation between caregiver strain and caregiver reciprocity of adult children who become caregivers for their parents with cancer.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S44928
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurulhuda Annisa
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara dimensi trait kepribadian dan state of anxiety pada wanita dengan endometriosis. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari 26 orang wanita yang sudah diberikan diagnosis oleh dokter ahli kebidanan dan ginekologi terkena endometriosis dengan rentang usia 20-45 tahun. Penelitian menggunakan alat ukur NEO-PI yang dikembangkan oleh McCrae dan Costa dan telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia oleh Sholiha (2010) untuk mengukur trait kepribadian. Lalu, penelitian ini juga menggunakan STAI form Y-1 untuk mengukur state of anxiety dengan melakukan adaptasi terlebih dahulu kepada penderita penyakit kronis di Indonesia oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara trait kepribadian dan state of anxiety pada wanita penderita endometriosis. Meskipun demikian, penelitian ini menunjukkan arah hubungan yang positif antara neuroticism dan state of anxiety sedangkan extraversion, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness menunjukkan arah hubungan yang negatif dengan state of anxiety. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan endometriosis memiliki state of anxiety yang tinggi.

The research was conducted to see the relationship between dimension of personality trait and state of anxiety among women with endometriosis. This research is using quantitave approach. The participants in this research were 26 women who had been diagnosed with endometriosis by a doctor of obstetric and gynecology, aged 20-45 years old. The NEO-PI instrument that has been adapted by Sholiha (2010) was used to measure the personality trait. Also, the STAI form Y-1 was used to measure the state anxiety that has been adapted first by the researcher on patient with chronic illnesses. The result showed that there are no significant correlation between personality trait and state of anxiety among women with endometriosis. Another result showed that there is a positive relationship between neuroticism and state of anxiety. Meanwhile, extraversion, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness showed a negative relationship with state of anxiety. The result also showed that women with endometriosis have a high state of anxiety."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S44509
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Ginayarahmah
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran caregiver strain pada caregiver informal yang merawat pengidap penyakit kronis dan membandingkannya dengan caregiver formal. Pengidap penyakit kronis seringkali kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari sehingga membutuhkan caregiver untuk membantunya. Ketika melakukan proses perawatan inilah seringkali caregiver mengalami konsekuensi negatif yang disebut caregiver strain. Partisipan pada penelitian berjumlah 106 individu yang terbagi menjadi 52 individu caregiver informal dan 54 individu caregiver formal dengan teknik pengambilan sample berupa accidental sampling. Hasil penelitian mendukung penelitian sebelumnya dimana terdapat perbedaan caregiver strain yang signifikan antara caregiver informal dan caregiver formal. Caregiver informal memiliki skor caregiver strain yang lebih tinggi dibandingkan dengan caregiver formal.

The purpose of this study is to understand caregiver strain of informal caregiversof chronical ill patients and compares it with formal caregivers. Chronical ill patients itself find it is dificult to carry out daily routines activities, therefore they require caregiving to assist them. During their assistance, caregivers often receive negative consequences which is called caregiver strain. Participants in this study were 106 individuals which consist of 52 informal caregivers and 54 formal caregivers have been sampling during this research using accidental sampling technique. This research showed that informal caregiver has higher score compared to the formal one and supported previous study that there is a significant difference between the two types of caregiver."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45486
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>