Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riky Febriansyah Saleh
Abstrak :
Latar Belakang: Congenital Talipes Equinovarus (CTEV) tercatat sebagai kelainan congenital terbanyak di Indonesia. Adanya perkembangan dalam penelitian menggeser paradigma penanganan CTEV menjadi konservatif dibandingkan operatif. Metode Ponseti dinilai aman dan dan efisien, serta memiliki nilai efektivitas yang tinggi dalam tatalaksana CTEV. Namun, kepatuhan dalam penggunaan orthosis abduksi standar pada CTEV anak usia berjalan masih menjadi tantangan dan mempengaruhi angka relaps yang cukup tinggi. Knee Ankle Foot Orthosis (KAFO) menjadi salah satu orthosis abduksi yang berpotensi untuk meningkatkan kenyamanan dan kepatuhan pada CTEV usia berjalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kejadian ulangan deformitas serta luaran penggunaan KAFO pada CTEV usia berjalan. Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional dengan desain potong lintang. Penelitian dilakukan di poliklinik Orthopaedi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada bulan Februari 2021-Februari 2022. Pengambilan subjek penelitian dilakukan berdasarkan metode total sampling. Data klinis, radiologis dan laboratorium diambil dari rekam medis, sementara skor PIRANI serta skor NWDPS diukur melalui pemeriksaan fisik dan wawancara terhadap subjek baik secara langsung atau pun melalui telepon. Data pasien dimasukkan ke dalam database pasien CTEV RSCM. Seluruh data dianalisis dan ditabulasikan ke dalam tabel dengan menggunakan SPSS ver. 23. Hasil dan pembahasan: Pada penelitian ini, didapatkan 40 subjek penelitian dengan prevalensi kejadian ulangan deformitas pasca penanganan ponseti adalah 30% pada CTEV usia berjalan. Nilai tengah dari usia subjek penelitian adalah 12 (12-72) bulan dengan mayoritas subjek adalah anak laki-laki (57.5%). Terdapat hubungan bermakna antara usia memulai penggunaan KAFO dengan luaran fungsional (p = 0,047) dan skor PIRANI (p<0,001) pascapenggunaan KAFO. Selain itu, didapatkan adanya hubungan bermakna antara durasipemakaian KAFO dengan luaran fungsional (p = 0,049) dan skor PIRANI (p < 0,001) pascapenggunaan KAFO. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara usia memulai penggunaan KAFO dan durasi pemakaian KAFO dengan luaran fungsional dan skor PIRANI pasca penggunaanKAFO. Hal ini menandakan adanya angka relaps yang lebih tinggi pada anak- anak usia lebihtua atau terlambat dalam penanganan CTEV. Selain itu, penggunaan KAFO sebagai orthosisdalam fase pemeliharaan berpotensi untuk meningkatan kepatuhan dalam penanganan CTEVmetode konservatif pada anak usia berjalan. ......Background: Congenital Talipes Equinovarus (CTEV) is reported as the most common congenital abnormalities in Indonesia. Developments in research have shifted the paradigm of treating CTEV to lean towards conservative managements rather than operative ones. The Ponseti method is considered safe and efficient, and has a high effectiveness value in the management of CTEV. However, compliance in children with the use of standard abduction orthosis CTEV of walking age is still a challenge and presumably linked to the high relapse rate of the deformity of the foot. Knee Ankle Foot Orthosis (KAFO) is an abduction orthosis that has the potential to improve comfort and compliance in walking age CTEV. This study aims to determine the prevalence of recurrence of deformity and the outcome of using KAFO in walking age CTEV. Methods: This study is an observational study with a cross-sectional design. The study was conducted at the Orthopedic Polyclinic of Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta in February 2021-February 2022. The research subjects were taken based on the total sampling method. Clinical, radiological and laboratory data were taken from medical records, while PRANI scores and NWDPS scores were measured through physical examinations and interviews with subjects either in person or by telephone. Patient data was entered into the CTEV RSCM patient database. All data were analyzed and tabulated into tables using SPSS ver. 23. Results and discussion: In this study, there were 40 study subjects with the prevalence of recurrence of deformity after Ponseti treatment was 30% in walking age CTEV. The mean age of the study subjects was 12 (12-72) months with the majority of subjects being boys (57.5%). There was a significant relationship between the age of starting the use of KAFO with functional outcomes (p = 0.047) and the PIRANI score (p <0.001) post-KAFO usage. In addition, there was a significant relationship between the duration of KAFO usage with functional outcomes (p = 0.049) and PIRANI score (p < 0.001) post-KAFO usage. Finally, there was no significant relationship between gender and functional outcome (p = 0.315). and PIRANI score (p = 0.191) post- KAFO usage. Conclusion: There is a significant relationship between the age of starting KAFO use and duration of KAFO use with functional outcomes and PIRANI scores after using KAFO. This indicates a higher relapse rate in older children or late in the treatment of CTEV, in addition to that, the potential for increased adherence to the use of KAFO as an orthosis in the maintenance phase of CTEV treatment in children of walking age is well-marked in this study.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur Utama Putera
Abstrak :
Latar Belakang: Giant Cell Tumor (GCT) adalah tumor yang sering mengenai individu berusia 20-45 tahun. Penatalaksanaan GCT radius distal adalah untuk menghilangkan massa tumor sepenuhnya dan mempertahankan pergelangan tangan. Beberapa metode rekonstruksi dapat dilakukan seperti arthrodesis total, Free Vascularized Fibular Graft (FVFG) atau Non-Vascularized Fibular Graft (NVFG), dengan prosedur rekonstruksi terutama melibatkan artroplasti atau arthrodesis pergelangan tangan parsial. Penelitian ini disusun untuk mengetahui perbandingan luaran fungsional pasien rekonstruksi GCT radius distal menggunakan teknik FVFG, NVFG, dan arthrodesis. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain studi potong lintang yang menilai keluaran. post operasi dan tidak pada subjek tidak terdapat perlakuan khusus pada pasien. Pengambilan data akan dilakukan di RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakara, dan dilaksanakan pada bulan Juli 2020 – Juli 2021. Populasi target pada penelitian ini yaitu pasien yang telah didiagnosis dengan GCT tulang distal radius dan telah dilakukan operasi penyelamatan ekstrimitas beserta prosedur rekonstruksi berupa NVFG atau FVFG atau arthrodesis. Hasil : Terdapat 21 pasien GCT radius distal di RSCM pada penelitian ini yang termasuk kriteria inklusi dan di ikutkan dalam proses analisis data. Jumlah subjek laki-laki adalah 12 orang dan perempuan 9 orang (rasio 4:3). Golongan usia yang paling banyak adalah 21-30 tahun (33,3%). Tidak didapatkan hubungan yang bermakna di antara ketiga prosedur tersebut dengan luaran fungsional pasien (p = 0,49). Namun apabila dilihat dari rerata skor MSTS yang terbaik adalah metode FVFG dengan skor 24,4. Rerata FVFG lebih baik bila dibandingkan dengan arthrodesis 23,2 dan NVFG 23,18. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan luaran fungsional dari tatalaksana operasi penyelamatan ekstremitas pada pasien dengan GCT tulang distal radius yang dilakukan prosedur NVFG, FVFG, dan arthrodesis. ......Background: Giant Cell Tumor (GCT) is a tumor that often affects individuals aged 20- 45 years. Management of the distal radius GCT is to completely remove the tumor mass and preserve the wrist. Several reconstruction methods can be performed such as total arthrodesis, Free Vascularized Fibular Graft (FVFG) or Non-Vascularized Fibular Graft (NVFG), with the reconstructive procedure primarily involving arthroplasty or partial wrist arthrodesis. This study was structured to compare the functional outcomes of patients with distal radius GCT reconstruction using FVFG, NVFG, and arthrodesis techniques. Method: This study is an analytic study with a cross-sectional design that assesses outcomes. postoperatively and not on the subject there is no special treatment for the patient. Data collection will be carried out at Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta, and will be held in July 2020 – July 2021. The target population in this study are patients who have been diagnosed with GCT of the distal radius and have undergone extremity rescue surgery along with reconstruction procedures in the form of NVFG or FVFG or arthrodesis. Result: There were 21 distal radius GCT patients at the RSCM in this study which included the inclusion criteria and were included in the data analysis process. The number of male subjects was 12 people and 9 female subjects (4:3). The most common age group is 21-30 years (33.3%). There was no significant relationship between the three procedures and the patient's functional outcome (p = 0.49). However, when viewed from the average MSTS score, the best is the FVFG method with a score of 24.4. The mean FVFG was better when compared to arthrodesis 23.2 and NVFG 23.18. Conclusion: There was no difference in the functional outcome of limb salvage surgical management in patients with GCT of the distal radius who underwent NVFG, FVFG, and arthrodesis procedures.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ido Prabowo
Abstrak :
Latar Belakang. Tatalaksana defek kritis tulang panjang pada pasien trauma merupakan sebuah tantangan besar. Teknik Masquelet merupakan teknik yang sering digunakan untuk tatalaksana pada pasien yang mengalami defek kritis tulang akibat trauma. Teknik Masquelet banyak dipilih karena teknik ini memberikan tingkat kesuksesan yang tinggi dan relatif lebih mudah dilakukan. Teknik Masquelet modifikasi dengan kombinasi umbillical cord-derived mesenchymal stem cells (UC-MSCs) memiliki potensi osteogenik, sehingga dapat menstimulasi regenerasi tulang. Meskipun demikian, efikasinya MSCs untuk regenerasi tulang membutuhkan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan luaran fungsional dan radiologis antara teknik Masquelet konvensional dan Masquelet modifikasi UC-MSC pada kasus defek kritis tulang panjang akibat trauma. Metode. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional yang menggunakan desain kohort retropektif. Penelitian ini dilakukan di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada Desember 2020-Juni 2021. Populasi penelitian ini adalah semua pasien defek kritis tulang panjang akibat trauma yang menjalani prosedur teknik Masquelet pada periode Februari 2015-Februari 2019 di RS Cipto Mangunkusumo. Penelitian ini mengobservasi perbedaan luaran fungsional (VAS, LEFS, SF-36) pada bulan ke-3, 6, 9, dan 12 serta luaran radiologis (skor Tiedeman, volume defek) pada bulan ke-6 dan 12 bulan antara teknik Masquelet konvensional dan Masquelet modifikasi UC-MSCs.  Hasil. Pada penelitian ini didapatkan perbedaan luaran fungsional yang signifikan antara teknik Masquelet konvensional dan Masquelet modifikasi UC-MSCs yaitu pada VAS 9 bulan pasca operasi (p=0.011) dan SF-36 pada 6 bulan dan 9 bulan pasca operasi (p=0.00 dan p=0.00). Sedangkan pada skor LEFS tidak didapatkan perbedaan yang bermakna diantara kedua kelompok. Pada luaran radiologis didapatkan perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok yaitu pada volume defek 6 bulan dan 12 bulan pasca operasi (p=0.00 dan p=0.03). Sedangkan pada skor Tiedeman 6 bulan dan 12 bulan pasca operasi tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok yang dilakukan prosedur Masquelet monvensional dengan yang dilakukan teknik Masquelet modifikasi UC-MSCs (p=0.417 dan p=  0.866). Tidak didapatkan adanya perbedaan yang bermakna antara kejadian adverse event pada kedua kelompok disamping tidak didapatkannya adverse event pada teknik Masquelet modifikasi UC-MSCs (p=0,220). Kesimpulan. Teknik Masquelet modifikasi UC-MSCs memiliki luaran fungsional dan luaran radiologis yang lebih baik secara signifikan dibandingkan teknik Masquelet konvensional.  Teknik Masquelet modifikasi UC-MSCs tidak memperlihatkan adanya adverse event maupun komplikasi pasca operasi pada penelitian ini. ......Introduction. The management of critical defect of the long bone with various etiology is a significant challenge in orthopedic. Masquelet technique is on of the preferred treatment for critical-sized long bone defect with high rate of success and relative ease. Modified Masquelet technique with umbilical cord derived mesenchymal stem cell (UC-MSCs) has shown an osteogenic potential, thus stimulate bone regeneration. However, the efficacy of MSCs for bone regeneration needs further evidence. This study aimed to compare the functional and radiological outcomes of modified Masquelet technique with UC-MSCs in patients with traumatic critical defect of the long bone.  Methods. We conducted an analytic observational study with cohort retrospective design. This study was conducted in Cipto Mangunkusumo general hospital in December 2020-June 2021. The population of this study is patients with traumatic critical defect of the long bone that was treated with Masquelet technique in Cipto Mangunkusumo General Hospital during December 2020-June 2021. We compare both functional (VAS, LEFS, SF-36) and (Tiedeman score, volume defect) outcomes between conventional Masquelet technique and modified Masquelet technique with UC-MSCs.  Results. In this study, it was found that there were a significant difference in functional outcome between the conventional Masquelet procedure and the modified UC-MSCs Masquelet, the difference was found on VAS at 9 months postoperative (p=0.011) and SF-36 at 6 months and 9 months postoperative (p=0.00 and p= 0.00). Meanwhile, there was no significant difference between the two groups on the LEFS score. Radiological outcome showed a significant difference between the groups of the volume of the defect at 6 months and 12 months after surgery (p=0.00 and p=0.03). On the other hand, in the 6 and 12 months postoperative of Tiedemen score found that there was no significant difference between the groups that underwent the conventional Masquelet procedure compares to the modified UC-MSCs Masquelet procedure (p=0.417 and p=0.866). There are no difference between adverse event in both groups despite no advere event in modified UC-MSCs Masquelet procedure. Conclusion. The modified Masquelet technique of UC-MSCs has significantly better functional and radiological outcomes compared to the conventional Masquelet technique. There was neither adverse event nor postoperative complication found in modified UC-MSCs Masquelet procedure.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riko Satriyo Wibowo
Abstrak :
Pendahuluan: Pembedahan pada anak berbeda dengan orang dewasa, khususnya pada pembedahan tumor malignant muskuloskeletal anak. Kompleksitas kondisi preoperatif, termasuk status nutrisi, kemoterapi neoadjuvant, kondisi klinis umum yang buruk serta jenis pembedahan dapat mempengaruhi kondisi pascaoperatif, dan luaran baik klinis dan onkologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi preoperatif, intraoperatif yang mempengaruhi pascaoperatif, luaran fungsional dan onkologi. Metode: Penelitian ini secara retrospektif meninjau delapan puluh tiga subjek pasien tumor muskuloskeletal ganas pediatrik yang menjalani operasi baik sebagai salavage atau prosedur amputasi dari 2017-2021. Data perioperatif, hasil fungsional dan onkologis pada tindak lanjut 1 tahun dikumpulkan.      Hasil: Dari 83 subjek penelitian, osteosarkoma adalah tumor yang paling banyak ditemukan (90,4%), Ewing sarkoma (3,6%), rhabdomyosarcoma (3,6%), Ewing sarkoma ekstraskeletal (1,2%), dan limfoma ganas (1,2%). Tingkat kelangsungan hidup 1 tahun adalah 72,3%, dan 37,3%. Usia, jenis tumor, tormbosit praoperatif, albumin, dan ASA dihubungkan dengan durasi operasi (p<0,01). Faktor-faktor yang terkait dengan jumlah kehilangan darah adalah usia, jenis operasi, dan kadar albumin (p<0,01). Usia dan kehilangan darah memiliki hubungan dengan hasil fungsional (p<0,01). Kesimpulan: Faktor praoperatif yang mempengaruhi hasil adalah usia. Pada kelompok subjek yang memiliki komplikasi pasca operasi relatif memiliki tingkat metastasis yang lebih tinggi. Kehilangan darah intraoperatif adalah salah satu faktor prognostik untuk komplikasi pasca operasi yang dikaitkan dengan jenis tumor, usia, dan tingkat albumin.  ......Introduction: Surgical procedure in children is different from adults, especially in pediatric malignant musculoskeletal surgery. The complexity of preoperative condition, including nutritonal status, neoadjuvant chemoteraphy, anemic, poor general condition and type of surgery that may affect the postoperative and outcome. This study aims to evaluate preoperative, intraoperative parameters that affect the postoperative, functional and oncologic outcome. Methods: The study retrospectively reviewed eighty-three subjects of pediatric malignant musculoskeletal tumor patients who underwent surgery either as salavage or ablation procedures from 2017-2021. Perinoperative data, functional and oncological outcomes on a 1-year follow-up were collected.            Results: Of  the 83 study subjects, osteosarcoma was the most common tumor (90.4%), Ewing sarcoma (3.6%), rhabdomyosarcoma (3.6%), extraskeletal Ewing sarcoma (1.2%), and malignant lymphoma (1.2%). The 1-year survival rate was 72.3%, and 37.3%. Usia, tumor type, preoperative tormbocytes, albumin, and ASA were associated with surgical duration (p<0.01). Factors associated with the amount of blood loss are age, type of surgery, and albumin levels (p<0.01). Age and  blood loss have a relationship with functional outcomes (p<0.01). Conclusion: The preoperative factor influencing outcomes is age. In the group of subjects who had postoperative complications relatively had a higher rate of metastases. Intraoperative blood loss is one of the prognostic factors for postoperative complications associated with tumor type, age, and albumin levels. 
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dedy Alkarni
Abstrak :
Pendahuluan: Osteosarkoma adalah tumor tulang ganas primer pada anak-anak dan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil dan kelangsungan hidup pada pasien osteosarkoma pasca operasi di RSCM Jakarta dari tahun 2010 hingga 2022 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Subjek adalah pasien osteosarkoma femoralis distal yang menjalani disartikulasi pinggul atau amputasi transfemoral pada 2010-2020. Data yang dikumpulkan dan dianalisis meliputi karakteristik pasien, kelangsungan hidup, metastasis dan skor MSTS. Hasil: Jumlah subjek penelitian adalah 42. Subjek amputasi transfemoral lebih tua dibandingkan disartikulasi pinggul (p=0,048). Insiden metastasis lebih banyak pada amputasi dibandingkan dengan disartikulasi pinggul (p=0,001). Subjek disartikulasi pinggul memiliki diameter tumor yang jauh lebih besar daripada subjek amputasi transfemoral (p=0,031). Pembahasan: Hubungan yang signifikan antara diameter tumor dan kelangsungan hidup terjadi karena diameter tumor terkait dengan kejadian metastasis  dan kejadian metastasis terkait dengan kelangsungan hidup. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor MSTS dan jenis amputasi karena kedua kelompok subjek menggunakan kruk, faktor sosial ekonomi untuk membuat prostesis, dan kesulitan dalam mencapai ukuran tunggul yang ideal dalam kasus tumor. Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara diameter tumor dan metastasis dengan kelangsungan hidup dan diameter tumor dengan metastasis. ......Pendahuluan: Osteosarkoma adalah tumor tulang ganas primer pada anak-anak dan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil dan kelangsungan hidup pada pasien osteosarkoma pasca operasi di RSCM Jakarta dari tahun 2010 hingga 2022 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Subjek adalah pasien osteosarkoma femoralis distal yang menjalani disartikulasi pinggul atau amputasi transfemoral pada 2010-2020. Data yang dikumpulkan dan dianalisis meliputi karakteristik pasien, kelangsungan hidup, metastasis dan skor MSTS. Hasil: Jumlah subjek penelitian adalah 42. Subjek amputasi transfemoral lebih tua dibandingkan disartikulasi pinggul (p=0,048). Insiden metastasis lebih banyak pada amputasi dibandingkan dengan disartikulasi pinggul (p=0,001). Subjek disartikulasi pinggul memiliki diameter tumor yang jauh lebih besar daripada subjek amputasi transfemoral (p=0,031). Pembahasan: Hubungan yang signifikan antara diameter tumor dan kelangsungan hidup terjadi karena diameter tumor terkait dengan kejadian metastasis dan kejadian metastasis terkait dengan kelangsungan hidup. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor MSTS dan jenis amputasi karena kedua kelompok subjek menggunakan kruk, faktor sosial ekonomi untuk membuat prostesis, dan kesulitan dalam mencapai ukuran tunggul yang ideal dalam kasus tumor. Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara diameter tumor dan metastasis dengan kelangsungan hidup dan diameter tumor dengan metastasis.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aryo Winartomo
Abstrak :
Latar Belakang: Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan kepadatan tulang yang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang dengan konsekuensi peningkatan kerapuhan tulang. Kondisi tersebut menyebabkan penderita rentan untuk mengalami fraktur khususnya fraktur kompresi. Salah satu penelitian yang sudah dilakukan berupa penggunakan sel Sekretom sebagai penghambat perburukan osteoporosis, sekretome adalah sekresi non-sel yang diproduksi oleh sel punca mesnkimal. Metode: Penelitian ini merupakan kohort retrospektif dengan data sekunder diambil dari rekam medic,sampel diambil secara Total sampling yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi osteoporosis vertebra. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2022 sampai dengan Desember 2023, dengan data sekunder yang diambil dari periode Januari 2017— Desember 2022. Hasil: Penelitian ini melibatkan 11 subjek penelitian yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi terdiri dari 4 (36,4%) laki-laki dan 7 (63,6%) perempuan. Golongan usia yang paling banyak adalah 60-74 tahun (54,5%). terdapat perbedaan efektiftas yang bermakna pada sebelum dan sesudah pemberian secretome pada paseien osteoporosis berdasarkan parameter laboratorium osteocalcin, CTX, Trombosit, dan LED terdapat perbedaan efektiftas yang bermakna bermakna berdasarkan parameter Radiologi diantaranya T-Score Lumbal 1, lumbal 2, lumbal 3, lumbal 4 dan lumbal 1-4 sebelum dan sesudah pemberian sekretom pada pasien osteoporosis vertebra. Kesimpulan: Sekretom dapat memperbaiki perburukan osteoporosis vertebra berdasarkan penurunan biomarker laboratorium dan kenaikan biomarker radiologi BMD. ......Introduction: Osteoporosis is a systemic bone disease characterized by low bone density and microarchitectural deterioration of bone tissue with consequent increased bone fragility. This condition causes the patient to be susceptible to fractures, especially compression fractures. One of the studies that have been carried out is the use of secretome cells as an inhibitor of the worsening of osteoporosis, secretomes are non-cell secretions produced by meschymal stem cells. Method: This study is a retrospective cohort with secondary data taken from medical records, the sample was taken by total sampling in accordance with the inclusion and exclusion criteria for vertebral osteoporosis. The study was conducted from July 2022 to December 2023, with secondary data taken from the period January 2017—December 2022. Result: This study involved 11 research subjects who had met the inclusion and exclusion criteria consisting of 4 (36.4%) men and 7 (63.6%) women. The most common age group is 60-74 years (54.5%). there was a significant difference in effectiveness before and after administration of secretome in osteoporosis patients based on laboratory parameters osteocalcin, CTX, Platelets, and ESR. lumbar 1-4 before and after administration of secretome in patients with vertebral osteoporosis. Conclusion: Secretome can ameliorate the worsening of vertebral osteoporosis based on a decrease in laboratory biomarkers and an increase in the radiological biomarker BMD.
Jakarta: 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eugene Dionysios
Abstrak :
Pendahuluan: Magnesium (Mg) memiliki karakter biomekanik menyerupai tulang dengan mechanical strength melebihi keramik namun mempunyai tingkat korosi yang tinggi. Salah satu cara untuk mengurangi tingkat korosi Mg adalah dengan mencampurnya dengan material lain atau melapisinya. Karbonat apatit (CA) dipilih untuk menjadi campuran komposit Mg karena osteokonduktivitasnya yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi biodegradabilitas implan komposit MgxCA yang dibuat dengan teknik ekstrusi pada tikus Sprague Dawley. Metode: Penelitian ini merupakan uji post-test only in vivo experimental pada tikus Sprague Dawley (SD) pada bulan Juli hingga Desember 2021. Sebanyak 33 tikus SD dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan yaitu kelompok dengan plat Mg0CA, Mg5CA, Mg10CA, Mg15CA, titanium, serta prosedur sham. Pemeriksaan meliputi diameter paha, pembentukan gas pasca operasi (krepitasi), kondisi luka, kadar laboratorium, dan analisis histopatologis pada hari ke 15 dan 30. Hasil: Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada diameter paha, krepitasi, dan kondisi luka antar kelompok perlakuan selama 5 hari pasca-operasi (p>0.05). Didapatkan perbedaan yang signifikan pada pembentukan gas pada hari ke 15 dimana implantitanium menunjukan pembentukan gas yang lebih rendah (p=0.002) namun kembali menjadi tidak signifikan pada hari ke 30 (p>0.05). Pemeriksaan laboratorium dan histopatologis tidak menunjukan perbedaan yang bermakna baik secara lokal ataupun sistemik (p>0.05). Kesimpulan: Kombinasi magnesium dengan karbonat apatit dari teknis fabrikasi ekstrusi merupakan implan yang biodegradable dengan biokompatibilitas yang tidak toksik baik secara lokal ataupun sistemik. ...... Introduction : Magnesium (Mg) has a biomechanical character resembling bone with mechanical strength exceeding ceramics but has a high corrosion rate. One way to reduce the corrosion level of Mg is to mix it with other materials or coatingit. Carbonate apatite (CA) was chosen to be a Mg composite mixture because of its good osteoconductivity. This study aimed to evaluate the biodegradability of MgxCA composite implants made by extrusion technique in Sprague Dawley. Method: This study is a post-test only in vivo experimental on Sprague Dawley (SD) mice from July to December 2021. A total of 33 SD rats were divided into 6 treatment groups, namely groups with plates Mg0CA, Mg5CA, Mg10CA, Mg15CA, titanium, and sham procedures. The examination includes thigh diameter, postoperative gas formation (crepitation), wound condition, l levelof the aboratorium, and histopathological analysis on days 15 and 30. Result:No significant differences were found in thigh diameter, crepitation, and wound condition between treatment groups during 5 days post-operative (p>0.05). There was a significant difference in gas formation on day 15 where titanium implants showed lower gas formation (p = 0.002) but again became insignificant on day 30 (p > 0.05). Laboratory and histopathological tests showed no significant differences either locally or systemically (p>0.05). Conclusion: The combination of magnesium with apatite carbonate from extruded fabrication techniques is a biodegradable implant with biocompatibility with non-toxic properties either locally or systemically.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Auliya Akbar
Abstrak :
Pendahuluan: Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif yang ditandai oleh kerusakan tulang rawan. Kemampuan regenerasi tulang rawan artikular yang terbatas menimbulkan tantangan dalam pengobatan. Eksosom sel punca mesenkimal (SPM) telah menunjukkan potensi regenerasi struktur tulang rawan pada studi-studi in vivo pada hewan kecil sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas injeksi intra-artikular eksosom SPM dari jaringan adiposa dan hyaluronic acid (HA) terhadap regenerasi tulang rawan model osteoartritis domba Metode: Studi in vivo melibatkan 18 domba jantan yang diinduksi OA melalui menisektomi. Domba kemudian dirandomisasi dan dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan: Kelompok 1 (eksosom SPM adiposa + HA); Kelompok 2 (eksosom SPM adiposa); Kelompok 3 (HA). Pemeriksaan struktur dan mikrostruktur dilakukan 6 minggu pasca perlakuan. Penilaian mikroskopik menggunakan gambaran histologi dengan skor pineda, regenerasi tulang rawan dinilai dari pemeriksaan histokimia and immunohistokimia, dan pemeriksaan mikrotopografi dinilai dengan scanning electron microscope (SEM) Hasil dan Diskusi: Regenerasi tulang rawan pada kelompok kombinasi eksosom SPM adiposa + HA memiliki area kartilago hialin yang lebih luas dibandingkan dengan eksosom SPM adiposa atau HA saja (40,38 ± 9,35 % vs 34,93 ± 2,32 vs 31,08 ± 3,47; p = 0,034) dan area fibrokartilago yang lebih sempit dibandingkan dengan eksosom SPM adiposa atau HA saja (13,06 ± 2,21 vs 18,67 ± 3,13 vs 28,14 ± 3,67; p = 0,037). Gambaran mikrotopografi didapatkan permukaan jaringan jauh lebih homogen dan memiliki permukaan yang lebih halus pada kelompok kombinasi eksosom SPM adiposa + HA dibandingkan kelompok eksosom SPM adiposa HA saja Kesimpulan: Pada OA sendi lutut model domba yang mendapatkan injeksi kombinasi eksosom SPM jaringan adiposa + HA memiliki regenerasi tulang rawan yang lebih baik dibandingkan dengan injeksi eksosom SPM jaringan adiposa atau HA saja ......Introduction: Osteoarthritis (OA) is a degenerative joint disease characterized by cartilage damage. The limited regenerative capability of articular cartilage poses a therapeutic challenge. Mesenchymal stem cell (MSC) exosomes have shown potential in regenerating cartilage structure in previous in vivo studies on small animals. This study aims to compare the effectiveness of intra-articular injections of adipose-derived MSC exosomes and hyaluronic acid (HA) on cartilage regeneration in a sheep osteoarthritis model. Methods: This in vivo study involved 18 male sheep induced with OA through meniscectomy. The sheep were randomized and divided into three intervention groups: Group 1 (adipose MSC exosomes + HA), Group 2 (adipose MSC exosomes), and Group 3 (HA). Structural and microstructural assessments were conducted 6 weeks post-intervention. Microscopic evaluation using histological scoring with the Pineda score, cartilage regeneration assessment through histochemical and immunohistochemical examinations, and microtopographic examination using a scanning electron microscope (SEM) were performed. Results and Discussion: Cartilage regeneration in the combination group of adipose MSC exosomes + HA exhibited a larger area of hyaline cartilage compared to adipose MSC exosomes or HA alone (40.38 ± 9.35% vs. 34.93 ± 2.32% vs. 31.08 ± 3.47%; p = 0.034) and a smaller area of fibrocartilage compared to adipose MSC exosomes or HA alone (13.06 ± 2.21% vs. 18.67 ± 3.13% vs. 28.14 ± 3.67%; p = 0.037). Microtopographic examination showed a much more homogeneous and smoother cartilage surface in the combination group of adipose MSC exosomes + HA compared to the adipose MSC exosomes or HA groups alone. Conclusion: In a sheep knee OA model, intra-articular injection of a combination of adipose-derived MSC exosomes + HA can enhance cartilage regeneration compared to injections of adipose-derived MSC exosomes or HA alone.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Walid Kuncoro
Abstrak :
Jabatan yang diemban notaris merupakan jabatan kepercayaan, untuk itulah seorang notaris harus bertanggung jawab bukan hanya kepada diri notaris tapi juga kepada masyarakat. Bertanggung jawab kepada diri sendiri dapat ditunjukkan dengan notaris bekerja untuk melaksanakan kepercayaan yang diberikan kepadanya dengan tidak berpihak sebagaimana diatur dalam Pasal 16 ayat (1) huruf A UUJN. Salah satu contoh dari akta notaris adalah akta pengakuan utang yang merupakan akta partij, jenis akta ini merupakan penyesuaian kehendak antara kedua belah pihak, tentu sepanjang memenuhi syarat sah perjanjian dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Kasus dalam Putusan MPWN Provinsi DKI Jakarta Nomor:12/Pts/Mj.PWN.Prov.DKIJakarta/IX/2021 menunjukkan adanya keberpihakan notaris dalam pembuatan akta pengakuan utang. Adapun rumusan masalah dalam tesis adalah akibat hukum dari akta pengakuan utang yang dibuat di luar kehendak.dan tanggung jawab notaris yang berpihak. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis-normatif dengan tipe penelitian kualitatif. Hasil dari penelitian adalah dikarenakan akta pengakuan utang dibuat di luar kehendak salah satu pihak maka melanggar syarat subjektif yaitu kesepakatan dan menyebabkan akta dapat dibatalkan. Selanjutnya akta pengakuan utang berisikan perjanjian utang-piutang berserta jaminan sehingga melanggar syarat objektif maka batal demi hukum. Berdasarkan Pasal 16 ayat (1) huruf A UUJN, notaris berkewajiban untuk tidak berpihak, apabila hal tersebut dilanggar maka berdasarkan Pasal 9 ayat (1) UUJN, notaris dapat diberhentikan sementara dari jabatannya. Pengaduan kepada Majelis Pengawas Notaris dan pemberian sanksi kepada notaris tetap tidak membatalkan akta, sehingga apabila ada pihak yang merasa dirugikan dengan terbitnya suatu akta autentik maka dapat melakukan gugatan perdata kepada pengadilan negeri setempat. ......Position of a notary is a position of trust, a notary must be responsible not only to themselves but also to the community. Being responsible can be shown carrying out the trust given to the with impartially as regulated in Article 16 paragraph (1) letter A of UUJN. Example of a notarial deed is a debt acknowledgment deed which is a partij deed, this type of deed is an adjustment will between the two parties, as long as it fulfills the Article 1320 of the Civil Code. The case in the Decision of the MPWN of DKI Jakarta Province Number: 12/Pts/Mj.PWN.Prov.DKIJakarta/IX/2021 shows the notary's partiality in making debt acknowledgment deed. The research questions are the legal consequences of the debt acknowledgment deed made against the will and responsibility of notary’s impartiality. The research method is juridical-normative with qualitative research. The result is the debt acknowledgment deed has violated the subjective conditions and causes the deed to be voidable. The debt acknowledgment deed contains a debt agreement along with collateral so that it violates the objective conditions which can be null and void. Based on Article 16 paragraph (1) letter A UUJN, notary is obliged to not take sides, if it is violated then based on Article 9 paragraph (1) UUJN, the notary can be temporarily suspended. Complaints to the Notary Supervisory Council and imposing sanctions on the notary still do not cancel the deed, so if there are parties who feel aggrieved by the deed, they can file a civil lawsuit with the local district court.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Nugroho
Abstrak :
Pendahuluan: Defek korpus tulang vertebra dapat ditatalaksana dengan bermacam-macam prosedur terapi. Sel Punca Mesenkimal (SPM) saat ini menjadi pilihan modalitas terapi pada beberapa penyakit. Namun, efek dari pemberian SPM masih belum diketahui dengan jelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi luaran radiologi dan klinis dari implantasi SPM dari umbilical cord pada fusi dari defek korpus tulang belakang yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Metode: Penelitian ini merupakan studi uji klinis yang melibatkan pasien dengan spondilitis TB torakal dan/atau lumbal yang dilakukan implantasi SPM, demineralisasi matriks tulang, dan hidroksiapatit pada tahun 2019-2021 di RSCM. Evaluasi dilakukan terhadap Skor Tiedeman, Skor Briedwell Score, Skor Oswestry Disability Index (ODI), Visual Analogue Score (VAS), and level serum Alkaline Phosphatase (ALP) preoperatif, 1 bulan, 3 bulan, and 6 bulan pasca-operative. Analisis dilakukan menggunakan analisis bivariat dilanjutkan dengan multivariat menggunakan software SPSS versi 25.0. Hasil: Terdapat 8 subjek pada penelitian ini.  Sejumlah 6 (80,0%) subjek adalah perempuan, dan rerata usia adalah 29,87 ±6.66tahun. Sejumlah 2 subjek terdapat infeksi tuberkulosis ekstraskeletal dan 6 subjek hanya terdapat infeksi spondilitis tuberkulosis. Terdapat peningkatan signifikan pada skor Tiedeman (p<0.001), penurunan signifikan pada skor Briedwell, skor ODI, dan VAS (p<0.001), penurunan level ALP (p=0.135).  Kesimpulan: Implantasi SPM memberikan hasil yang menjanjikan untuk memicu terjadinya fusi korpus vertebra pada defek tulang korpus vertebra yang disebabkan oleh adanya infeksi Mycobacterium tuberculosis berdasarkan skor Tiedeman, skor Briedwell, skor ODI, dan VAS. Investigasi lebih lanjut diperlukan untuk memastikan hasil dari penelitian ini. ......Introduction: There are various treatment of choices in vertebral bone defect caused by Mycobacterium tuberculosis infection. Mesenchymal Stem Cells (MSCs) has become a new treatment modality for several disease. However, the benefit of its use is not well understood. This study aim is to identify the radiological and functional outcome of MSCs implantation in fusion of vertebral bone defect that caused by Mycobacterium tuberculosis infection. Method: This was a clinical study involving patients with thoracic and/or lumbar tuberculous spondylitis who implanted with MSCs, demineralized bone matrix, and hydroxyapatite in 2019-2021 at RSCM. We evaluated Tiedeman Score, Briedwell Score, Oswestry Disability Index (ODI) Score, Visual Analogue Score (VAS), and serum level Alkaline Phosphatase (ALP) preoperative, 1 month, 3 months, and 6 months post-operative. The analysis was carried out using bivariate analysis followed by multivariate analysis using SPSS 25.0 version. Results: There were 8 subjects in this study. A total of 6 (75.0%) subjects were women, and the mean age was 29,87 ±6.66 years. There were two subjects with extraskeletal tuberculosis infection and six subjects with spondylitis tuberculosis only. There was significant improvement in Tiedeman Score (p<0.001), significant reduction in Briedwell score, ODI score, and VAS (p<0.001), reduction in ALP level (p=0.135).  Conclusion: MSCs implantation has promising result to enhance spinal body fusion in vertebral body bone defect caused by Mycobacterium tuberculosis infection according to Tiedeman score, Briedwell score, ODI Score, and VAS. Further investigation with bigger number of subjects in needed to prove this research result.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>