Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hariani Santiko
"Dewa-dewa dalam agama Hindu, khususnya dewa-dewa tertinggi, digambarkan memiliki suatu kekuatan (tenaga) yang diperlukan untuk melakukan semua "tugas" yang harus mereka jalankan. Kekuatan atau tenaga ini disebut Sakti, dan seringkali diwujudkan sebagai dewi pasangan dewa-dewa tersebut. Dalam aliran Vaisnava, Sakti Visnu diwujudkan sebagai Laksmi, dan dalam aliran 3aiva, Sakti Siva disebut Devi.Menurut beberapa kitab Purina, Sakti Siva atau Devi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
D1820
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Bagus Rata
"Bali adalah propinsi terkecil dari Negara kesatuan Republik Indonesia. Luasnya hanya 5.632,86 km2 dan berpenduduk 2.632.323 jiwa, sesuai hasil sensus pada tahun 1987 yang sekitar 93,3 % memeluk agama Hindu (Kantor Statistik Propinsi Bali, 1988: 4 dan 31). Sejalan dengan ini, maka tidaklah mengherankan apabila dari ujung Barat sampai ke ujung Timur, juga dari ujung Utara sampai ke ujung Selatan pulau Bali, dipenuhi dengan pura yang merupakan tempat persembahyangan umat beragama Hindu.
Sebutan yang diberikan kepada Bali sebagai Palau Dewata atau Pulau Beribu Pura, adalah sesuai dengan kenyataan. Sebagai gambaran betapa banyaknya pura yang terdapat di Bali dapat dilihat dari catatan pada waktu gempa bumi dahsyat yaitu pada tahun 1917, akibat meletusnya Gunung Batur. Pada gempa tahun 1917 tersebut, jumlah Pura yang hancur adalah sebanyak 2431 buah, padahal daerah yang tertimpa malapetaka itu, hanyalah sepersembilan bagian dari pulau Bali (Swellengrebel, 1960: 12; Soekmono, 1974: 310). Catatan mengenai hancurnya pura waktu tahun 1917 tersebut, juga dikemukakan oleh Miguel Covarrubias, dalam bukunya Island of Bali sebagai berikut:
One day the Batur began to growl and in 1917 it burst into a violent eruption accompanied by earthquakes. The whole of the is-land was affected, and 65.000 homes, 2.500 temples, 1.372 lives were lost. The lava engulfed the village of Batur, but stopped at the very gate of the temple. The villagers took the miracle as a good omen and continued to live there. In August 1926, however a new eruption buried the sacred temple under the molten lava, this time with the lost of one life, an old woman who died of fright ". (Covarrubias, 1977: 5).
Pendataan pura yang dilakukan Pemerintah Daerah Bali hanya mencakup tiga macam pura yaitu: Sad Kahyangan, Dang Kahyangan dan Kahyangan Tiga yang ada pada masing-masing Desa Adat. Pada tahun 1987 tercatat Sad Kahyangan sebanyak 9 buah, Dang Kahyangan 534 buah dan Kahyangan Tiga 5.848 buah. Jadi jumlah ketiganya adalah sebanyak 6.391 buah (Kantor Statistik Propinsi Bali, 1988: 95).
Dalam pendataan itu tadi, tidak dicatat purapura jenis lain, seperti aura Keluarga, pura Subak yang jumlahnya lebih banyak. Banyaknya aura di Bali, memberi gambaran yang jelas betapa besar peranan agama Hindu bagi kehidupan masyarakatnya. Gambaran yang demikian diperkirakan mewarnai pula kehidupan masyarakat Jawa Kuno pada masa berkembangnya agama Hindu, dan agama Budha dengan candi-candinya.
Kalaupun kebudayaan Bali sekarang tidak dapat begitu saja dianggap sebagai lanjutan dari kebudayaan Jawa Kuno, namun tidak juga dapat diingkari bahwa kebudayaan Bali sekarang tidak dapat dipisahkan dari masa lampaunya. Corak kehinduannya merupakan benang merah yang menampakkan diri sepanjang masa.
Sehubungan dengan kenyataan di atas, maka peninggalan-peninggalan purbakala yang ada di Bali dalam jumlah yang cukup besar, mendapat tempat khusus dalam kehidupan masyarakat dan pada umumnya dikeramatkan. Peninggalan purbakala yang berupa bangunan, misalnya candi, petirtan, gua, diberi fungsi baru sebagai pura, sedangkan peninggalan yang berupa benda lepas kebanyakan disimpan dalam pura sebagai benda suci.
Dari jumlah pura yang demikian banyaknya, Pura, Besakih merupakan tempat persembahyangan yang terbesar di Bali. Pura Besakih adalah Kahyangan Jagat yang terpenting dan menjadi orientasi kesucian serta pusat kegiatan upacara keagamaan di Bali. Kahyangan Jagat berarti tempat bersemayamnya hyang?"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
D278
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Sedyawati, 1938-
"ABSTRAK
Bidang ilmu dari penelitian yang kini disajikan hasilnya ini adalah Sejarah Kesenian, khususnya sebagai pencabangan dari Arkeologi. Dalam hal ini Sejarah Kesenian dipandang sebagai satu bagian dari Sejarah Kebudayaan. Bahwa tujuan Arkeologi adalah antara lain menyusun sejarah kebudayaan dinyatakan misalnya oleh Binford (1972:80-89); sedang tujuan-tujuan lain yang dikemukakannya adalah merekonstruksi cara-cara hidup manusia masa lalu dan menggambarkan proses budaya. Sejarah Kesenian yang merupakan pencabangan dari Arkeologi ini dibina-ulang atas dasar data artefak yang ditunjang oleh data dari sumber tertulis, yang kesemuanya itu dihasilkan oleh manusia yang hidup di maaa lalu.
Ilmu Arkeologi di Indonesia telah pula dikenal dengan nama yang merupakan terjemahannya, yaitu Ilmu Purbakala dalam bahasa Indonesia dan Oudheidkunde dalam bahasa Belanda. Para sarjana yang memulai penelitian kepurbakalaan di Indonesia semula melakukan usaha-usaha berupa pendaftaran, pencatatan dan pemugaran, dan kemudian juga penelitian yang sesungguhnya dengan membahas masalah-masalah yang ada di balik artefak-artefak kuno. Perhatian mula-mula diberikan kepada sisa-sisa kebudayaan kuno yang sebagian besar berupa hasil-hasil karya seni, seperti candi-candi dan area-area.
Karena peninggalan-peninggalan kuna yang mula-mula menjadi perhatian itu adalah sisa-sisa kebudayaan dari masa pengaruh agama Hindu dan Buddha, maka pendekatan penelitianpun disesuaikan dengan itu. Penelitian yang dilakukan pada umumnya mempersyaratkan pengenalan akan kebudayaan India kuna, terutama yang didapat dari sumbersumber tertulisnya. Penafsiran atas artefak banyak disandarkan atas penjelasan-penjelasan dari dumber tertulis. Perwujudan kebudayaan, khususnya kesenian, di Indonesia banyak disoroti dalam hubungannya dengan India yang dianggap sebagai sumbernya.
Pembahasan masalah hubungan pengaruh antara kesenian India dan Indonesia ini memang belum terkuras habis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
D305
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Sedyawati, 1938-
"Bidang ilmu dan penelitian yang kini disajikan hasilnya ini adalah Sejarah Kesenian, khususnya sebagai pencabangan dari Arkeologi. Dalam hah ini Sejarah kesenian dipandang sebagai satu bagian dari Sejarah Kebudayaan. Bahwa tujuan Arkeologi adalah antara lain penyusunan kebudayaan dinyataka.n misalnya oleh Binford (1972:80-89); sedang tujuan-tujuan lan yang dikemukakannyn adalah merekontruksi cara-cara hidup manusia mane I.nlu dan meng_r:, tml arkn.n proses budaya. Sejarah Kesenian yang merupakan pencabangan dari arkeologi ini dibina-ulang atas dasar dari Arkeologi ini dibina-ulang atas dasar data artefak yang ditunjang oleh data dari sumber tertulis, yang kesemuanya itu dihasilkan oleh manusia yang_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1985
D1588
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sri Hardiati Soekatno
"ABSTRAK
Di Bali sekarang ini, pura adalah tempat peribadatan bagi umat Hindu. Pura-pura yang jumlahnya ribuan tersebut (Swellengrebel 1984:12; Rata 1991:1) dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan kelompok-kelompok masyarakat pemujanya (penyungsung). Jenis yang terbanyak adalah yang tergabung dalam Kahyangan Tiga, yaitu jenis pura yang wajib adanya bagi di semua desa adat. Seperti namanya, pura Kahyangan Tiga ini terdiri dari tiga pura, yaitu pura puseh, pura bale agung, dan pura dalem. Pura puseh adalah pura yang dipergunakan untuk pemujaan terhadap dewa-dewa pelindung desa, sedang pura bale agung adalah tempat di mana cakal bakal desa dipuja sebagai nenek-moyang bersama seluruh warga desa. Adapun pura dalem adalah tempat Dewi Maut, yaitu Dewi Durga, dihormati karena Dewi itulah yang berkuasa atas kematian. Letak pura dalem tidak jauh dari kuburan (Bahasa Bali : sema) yang sekaligus menjadi tempat pembakaran mayat. Biasanya pura puseh dan pura bale agung disatukan menjadi pura desa, dan menjadi tempat para nenek-moyang yang telah menjadi pelindung desa itu dipuja (Soekmono 1974: 311)."
1993
D317
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sri Hardiati Soekatno
"ABSTRAK
Di Bali sekarang ini, pura adalah tempat ptribadatan bagi umat Hindu. Pura-pura yang 9, jumlahnya ribuan tersebut (Swellengrebel 1984: 12; Rata 1991: 1) dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan kelompok-kelompok masyarakat pemujanya (penyungsung). Jenis yang terbanyak adalah yang tergabung dalam Kahyangan Tiga, yaitu jenis pura yang wajib adanya bagi di semua desa adatl. Seperti namanya, pura Kahyangan Tiga ini terdiri dari tiga pura, yaitu pura puseh, pura bale agung, dan pura dalem.Pura puseh adalah pura yang dipergunakan untuk pemujaan terhadap dewa-dewa pelindung desa"
1993
D1598
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library