Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aldianov Masadi Putera
Abstrak :
Kurkumin, senyawa polifenol hidrofobik dari rimpang kunyit (Curcuma longa) memiliki aktivitas farmakologi yang luas. Bioavailabilitas kurkumin yang rendah menyebabkan pemanfaatannya masih belum maksimal. Dendrimer Poliamidoamin Generasi 4 (PAMAM G4) yang merupakan polimer unik bercabang, berukuran nanometer, monodisper, dan mampu menjerap molekul asing ke dalamnya dapat dimanfaatkan sebagai pembawa nanopartikel kurkumin untuk meningkatkan kestabilannya. Pada penelitian ini akan dibuat nanopartikel kurkumin menggunakan Polimer Dendrimer PAMAM G4 sebagai pembawanya dengan rasio Kurkumin : Dendrimer (50:25)μM dan diuji kestabilanya dalam lingkungan in vitro. Nanopartikel-Kurkumin-Dendrimer PAMAM G4 (NP-KD) dimurnikan menggunakan sentrifugasi ultrafiltrasi dan dikarakterisasi menggunakan TEM, PSA, Zetasizer, dan FTIR. Kestabilan dan efisiensi penjerapan ditetapkan secara spektrofotometri UV-Vis. Stabilitas Nanopartikel Kurkumin-Dendrimer PAMAM G4 secara in vitro dilakukan pengamatan setiap hari selama 10 hari dengan menggunakan alat Spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian menunjukan bahwa NP-KD memiliki bentuk sferis dengan diameter partikel 53,9±65,55 nm, indeks polidispersitas 0,468±0,04, potensial zeta -68,505±1,845 mV. Hasil uji stabilitas NP-KD secara in vitro selama 10 hari menunjukan bahwa NP-KD stabil di dalam dapar pH 3,0 ; kurang stabil dalam Aquabides; Dapar pH 7,4; Dapar pH 11,0; NaCl 0,35%; NaCl 0,5%; NaCl 0,9%; dan tidak stabil dalam Sistein 1%; dan Bovin Serum Albumin (BSA) 2%. Hasil pengukuran NP-KD dalam dapar pH 3,0 setelah uji stabilitas menunjukan diameter partikel yang tetap stabil pada 45,97±13,08 nm dan memiliki nilai indeks polidispersitas 0,364±0,03. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa NP-KD stabil pada pH asam. ......Curcumin, a hydrophobic polyphenol compound derived from the rhizome of turmeric (Curcuma longa) has a wide pharmacological activities. Low bioavailability of curcumin caused the under-developed utilization. Polyamidoamine Generation 4 (PAMAM G4) dendrimer is unique branched polymer , nano-sized, monodisperse, and has ability to entrap guest molecules so it can be used as ideal carrier systems to improve stability of curcumin nanoparticles. In this study, will be prepared and studies in vitro of curcumin nanoparticles with dendrimer PAMAM G4 as a carrier with ratio curcumin : dendrimer (50:25)μM. Nanocurcumin were purified by ultrafiltration centrifugation method and characterizated by TEM, PSA, Zetasizer and FTIR. The result showed that the spherical nanocurcumin have a particle size of 53,9±65,55 nm, polydisperisty index 0,468±0,04, and zeta potential -68,505±1,845 mV. Stability test result of nanocurcumin in 10 days showed that nanocurcumin were stable in buffer solution pH 3,0, almost stable in Aquabidest; buffer solution 7,4 and 11,0 ; NaCl solution 0,35%; 0,5% and 0,9% and unstable in cystein solution 1% and Bovin Serum Albumin (BSA) 2%. Particle measurement results after in vitro studies of nanocurcumin in buffer solution pH 3,0 after stability showed the particle was stable in 45,97±13,08 nm and polydispersity index was 0,364±0,03. Thus, these result nanocurcumin stable in acid solution.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56092
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Indah Permatasari
Abstrak :
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah. Salah satu terapi diabetes melitus yaitu menurunkan kadar glukosa post-prandial melalui penghambatan enzim yang menghidrolisis karbohidrat yaitu α-amilase dan α-glukosidase. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi golongan senyawa kimia dan mengetahui penghambatan aktivitas enzim pada 10 ekstrak tanaman yang digunakan secara tradisional sebagai antidiabetes. Ekstraksi dilakukan menggunakan metode refluks dengan etanol 70%. Uji penghambatan α-amilase dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis (λ=540 nm). Hasil menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun bungur (Lagerstroemia speciosa (L.) Pers.) memiliki persen penghambatan terbesar yaitu 80,06%. Sedangkan, uji penghambatan α-glukosidase dilakukan menggunakan microplate reader (λ=405 nm). Hasil menunjukkan ekstrak etanol daun bungur memiliki aktivitas penghambatan terbaik dengan nilai IC50 33,86 μg/mL. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa pada 10 ekstrak yang diuji umumnya mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin, dan terpenoid.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54776
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uqie Shabrina Hasyyati
Abstrak :
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit dengan prevalensi yang tinggi dan terus meningkat setiap tahunnya. Salah satu pengobatan DM adalah dengan penghambatan α-glukosidase dan α-amilase. Efek samping pada saluran cerna dan biaya pengobatan yang mahal mendorong ditemukannya sumber penghambat α- glukosidase dan α-amilase lain yang lebih efektif, aman, dan terjangkau. Penelitian ini dilakukan untuk menguji adanya aktivitas penghambatan α-glukosidase dan α- amilase pada 11 ektrak etanol tanaman Indonesia secara in vitro. Uji penghambatan α-glukosidase dilakukan menggunakan p-Nitrofenil-α-D glukopiranosida sebagai substrat yang akan menghasilkan p-nitrofenol. Produk tersebut diukur serapannya menggunakan microplate reader (λ = 405 nm). Uji penghambatan α-amilase dilakukan menggunakan amilum soluble sebagai substrat yang menghasilkan maltosa yang akan mereduksi reagen warna. Produk tersebut diukur serapannya dengan Spektrofotometer UV-Vis (λ = 540 nm). Hasil uji menunjukkan ekstrak daun Syzygium polyanthum (Wight) Walp memiliki penghambatan aktivitas α-glukosidase (IC50=19,507 ppm) dan α-amilase (90,263% pada 500 ppm) terbesar. Golongan senyawa kimia yang kemungkinan berperan dalam penghambatan α-glukosidase dan α-amilase adalah tanin, flavonoid, dan senyawa polifenol. ......Diabetes mellitus (DM) is a disease with high and increasing prevalence every year. Inhibition of α-glucosidase and α-amylase is one of DM treatments. Gastrointestinal side effects and high cost treatment encourage the discovery of α- glucosidase and α-amylase inhibitor from other sources that are more effective, safer, and affordable. The aim of this research was to determine in vitro inhibitory activity of α-glucosidase and α-amylase from 11 ethanolic extracts of selected Indonesian plants. α-Glucosidase inhibition test was performed using p-nitophenyl-α-Dglucopyranoside as substrate that will produce p-nitrophenol. p-Nitophenol were measured using microplate reader (λ = 405 nm). α-Amylase inhibition test was performed using soluble starch as substrate that will produce maltose. Maltose will reduce the color reagent. These products were measured using Spectrophotometer UV-Vis (λ = 540 nm). The test results showed Syzygium polyanthum (Wight) Walp has highest inhibitory activity of α-glucosidase (IC50=19,507 ppm) and α-amylase (90,263% at 500 ppm). Chemical compounds that possibly take a role in the inhibition of α-glucosidase and α-amylase are tannin, flavonoids, and polyphenols.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Natasya
Abstrak :
Hiperlipidemia salah satu faktor resiko penyakit jantung koroner yang meningkatkan viskositas darah. Umbi kucai (Allium schoenoprasum L.) mengandung allisin yang berefek antihiperlipidemia. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol umbi kucai sebagai antihiperlipidemia pada tekanan darah tikus yang diinduksi diit tinggi kolesterol dan lemak. Tikus galur Sprague-Dawley sebanyak 36 ekor dibagi menjadi 6 kelompok. Semua kelompok kecuali kelompok normal diberikan diit tinggi kolesterol dan lemak. Kelompok normal, induksi, simvastatin, dosis 1, 2, dan 3 berturut-turut diberikan CMC 0,5%, CMC 0,5%, simvastatin, ekstrak umbi kucai 4,79 mg, 9,58 mg dan 19,16 mg/200g bb selama 56 hari. Tekanan darah sistol, diastol, dan tekanan arteri rata-rata diukur dengan alat pengukur tekanan darah non-invasif CODA® pada hari ke-0, ke-29 dan ke-57. Hasil analisis menunjukkan ekstrak etanol 80% umbi kucai pada dosis 9,58 mg/200g bb dapat mempengaruhi tekanan darah secara bermakna (p<0,05).
Hyperlipidemia is one of risk factors for coronary heart disease that increased blood viscosity. Bulb chives (Allium schoenoprasum L.) contains allicin as antihyperlipidemia. The study aimed to determine the effect of ethanol extract of blub chives as antyhiperlipidemia on rats blood pressure induced with a high dietary cholesterol and fat. Thirty six Sprague-Dawley rats were divided into 6 groups. All groups except the normal group was given a high dietary cholesterol and fat. Normal group, induction, simvastatin, dose 1, 2, and 3 respectively was given 0.5% CMC, CMC 0.5%, simvastatin, bulb chives extract 4,79 mg, 9,58 mg and 19,16 mg/200 g mm during 56 day. Systole, diastole, and mean blood pressure was measured with a non-invasive blood pressure tools from CODA® on days 0, 29th and 57th. The analysis showed the extract of bulb chives at a dose of 9,58 mg/200 g mm influence blood pressure significantly (p <0,05).
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55296
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irsalina Nurul Putri
Abstrak :
Hiperlipidemia adalah peningkatan salah satu atau lebih dari kolesterol, kolesterol ester, fosfolipid, atau trigliserida. Allium schenoprasum L. merupakan tanaman satu genus dari Allium sativum yang sudah teruji efek hiperlipidemianya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antihiperlipidemia ekstrak etanol 80% kucai (Allium schoenoprasum L.) pada tikus jantan yang diberi diit tinggi kolesterol dan lemak. Sebanyak 36 tikus putih jantan galur Sparague dawley dibagi secara acak ke dalam 6 kelompok perlakuan, yaitu kelompok normal, induksi, simvastatin, dan 3 kelompok dosis. Semua kelompok diberi diit tinggi kolesterol dan lemak kecuali kelompok normal. Kelompok normal hanya diberikan CMC 0,5%. Setelah 1 jam pemberian diit tinggi kolesterol dan lemak, kelompok induksi, simvastatin, dosis 1, dosis 2, dan dosis 3 secara berturut-turut diberikan larutan CMC 0,5%, simvastatin 1,8 mg/200 g bb, ekstrak kucai 4,79 mg, 9,58 mg, dan 19,16 mg/200 g bb. Setelah 56 hari perlakuan, sampel darah tikus diambil melalui sinus orbital dan dilakukan penetapan kadar kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL pada plasma darah tikus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 80% umbi kucai memiliki efek antihiperlipidemia pada dosis 9,58 mg/200 g bb dilihat dari penurunan kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL dan memberikan hasil berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok induksi (p <0,05).
Hyperlipidemia is defined as an elevation of one or more of cholesterol, cholesterol esters, phospholipids, or triglycerides. Allium schoenoprasum L. is a plant of the same genus with Allium sativum which had been proven to have effect as antihyperlipidemia. This study aimed to evaluate antihyperlipidemic effects of 80% ethanolic extract of chives (Allium schoenoprasum L.) in male rats induced by high cholesterol and fat diet. Thirty-six male rats of Sprague dawley strain were divided randomly into 6 groups, those were normal group, induction group, simvastatin group, and three dose groups. All groups except the normal group were given high dietary cholesterol and fat. The normal group was given only 0,5 % CMC solution. After one hour of high dietary cholesterol and fat administration, the induction group, simvastatin group, dose I group, dose II group, and dose III group were given 0,5% CMC solution, 1,8 mg/200 g bw simvastatin, 4,79 mg/200 g bw, 9,58 mg/200 g bw, and 19,16 mg/200 g bw chives extract as follows. Blood samples were collected by the orbital sinus after 56 days of treatment to be analysed for total cholesterol, triglycerides, HDL, and LDL. The results showed that 80% ethanolic extract of bulbs chives have antihyperlipidemic effects at dose of 9,58 mg/200 g bw proven by significant (p < 0,05) decreases in total cholesterol, triglycerides, and LDL compared to induction group.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55236
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Rahma Sesha
Abstrak :
Salah satu komoditi pangan yang telah diteliti memiliki khasiat sebagai nutrasetika dalam pencegahan risiko diabetes adalah daun murbei Morus alba Linn. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula tablet effervescent dari ekstrak daun murbei. Tablet effervescent dibuat dalam 3 tiga formula yang dibedakan berdasarkan konsentrasi effervescent mix nya yaitu formula I 50 formula II 60 dan formula III 70. Ketiga formula dievaluasi berdasarkan persyaratan tablet effervescent yang baik dan diuji waktu larutnya. Formula yang terpilih diuji kesukaan terhadap parameter penampilan aroma dan rasa pada 30 panelis. Hasil evaluasi tablet menunjukkan ketiga formula memenuhi persyaratan tablet berdasarkan parameter organoleptis keragaman bobot keseragaman ukuran kekerasan dan keregasan. Hasil pengujian terhadap waktu larut yang diperoleh yaitu formula I 4 03 0 15 menit formula II 3 85 0 10 menit dan formula III 3 71 0 10 menit. Selanjutnya pengujian terhadap pH larutan diperoleh nilai pH berkisar antara 5 26 0 03 hingga 5 76 0 02. Hasil uji kesukaan berdasarkan parameter penampilan aroma dan rasa secara berurutan menunjukkan nilai uji kesukaan 4 70 3 83 dan 3 73. Berdasarkan nilai uji kesukaan dapat disimpulkan bahwa sediaan tablet effervescent dapat diterima oleh panelis Oleh karena itu ekstrak daun murbei dapat digunakan sebagai bahan aktif dari tablet effervescent sebagai sediaan nutrasetika antidiabetik. ...... One of potential plant which can be used as nutraceutical dosage form's ingredient is mulberry leaves. Mulberry leaves have been suggested for preventing diabetes. The aim of this study was to optimize formula of effervescent tablet which contain mulberry leaves extract Effervescent tablets were made in three formulas. Formulas which were differentiated by its effervescent mix content are 50 effervescent mix content as formula I 60 effervescent mix content as formula II and 70 effervescent mix content as formula III. Thus each formula was evaluated by its effervescent tablet's characteristic and its disintegration time. Selected formula would have been tested by hedonic test to 30 panels. The result of effervescent tablet's evaluation showed that tablets have a good characteristic in term of appearance weight uniformity diameter size and thickness hardness and friability. Moreover pH of effervescent solution were in acceptable range between 5 26 0 03 and 5 76 0 02. The result of disintegration time of each formula was 4 03 0 15 minutes in formula I 3 85 0 10 minutes in formula II and 3 71 0 10 minutes in formula III. The scores of hedonic test for appearance smell and taste were 4 70 3 83 and 3 73 respectively. Based on the hedonic scores the effervescent tablet were acceptable for panels. Therefore mulberry leaves extract could be used as an active ingredient of effervescent tablets as anti diabetic nutraceutical dosage form.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ela Nurlaela Handayani
Abstrak :
Ekstrak kulit buah delima (Punica granatum L.) yang mengandung asam elagat berkhasiat sebagai penghambat aktivitas tirosinase. Kemampuan asam elagat untuk menghambat melanogenesis dapat dijadikan sebagai zat aktif dalam produk kosmetik. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan sediaan emulgel ekstrak kulit buah delima sebagai pemutih kulit dan menguji stabilitas fisiknya. Ekstrak etanol 50% kulit buah delima diuji aktivitas penghambatan tirosinase kemudian diformulasikan menjadi sediaan emulgel dengan konsentrasi 0,2; 0,4 dan 0,6% kemudian dievaluasi stabilitas fisiknya selama 12 minggu pada suhu 4±2oC, 28±2oC dan 40±2oC, uji mekanik dan cycling test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai IC50 yang diperoleh dari ekstrak etanol 50% kulit buah delima sebesar 167,11 ppm sedangkan nilai IC50 asam kojat 6,99 ppm sebagai pembanding. Emulgel yang diformulasikan menunjukkan penampilan fisik yang stabil setelah penyimpanan selama 12 minggu pada ketiga suhu, uji mekanik dan cycling test, memiliki sifat alir plastis yang stabil serta memenuhi persyaratan ukuran diameter globul suatu emulsi. Formula terbaik adalah Formula 2 yang mengandung ekstrak kulit buah delima sebanyak 0,4% karena menunjukkan stabilitas yang baik. Oleh karena itu, emulgel yang mengandung ekstrak kulit buah delima berpotensi untuk digunakan sebagai pemutih kulit.
Pomegranate (Punica granatum L) fruit peel extract containing ellagic acid has the ability to inhibit tyrosinase activity. Due to the ability of ellagic acid to inhibit melanogenesis, it can be used in skincare cosmetics. This research aims to formulate emulgel of pomegranate fruit peel extract as a skin whitenig and evaluate its physical stability. Ethanol extract 50% of pomegranate fruit peel extracts were assayed for its tyrosinase inhibitory activity then formulated into emulgel preparation in concentrations of 0,2; 0,4; and 0,6%. The emulgel was then evaluated on its physical stability for 12 weeks in 4±2oC, 28±2°C and 40±2°C temperature, mechanical testing and cycling test. Results showed that the IC50 value of 50% ethanol extract of pomegranate fruit peel was 167.11 ppm, whereas the IC50 of kojic acid standard was 6.99 ppm. The emulgel preparation was stable throughout 12 weeks of storage in three different temperatures, mechanical test, cycling test, had a plastic rheology and fulfilled the requirement of an emulsion globule diameter. The best emulgel formula with 0.4% pomegranate fruit peel extract showed good stability. Therefore, emulgel containing pomegranate fruit peel extract has the potential to be used as a skin whitening.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56166
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Henny Puspita
Abstrak :
Paparan sinar UV berlebih dari matahari dapat menimbulkan masalah pada kulit.Untuk mencegah hal tersebut diperlukan suatu sistem perlindungan berupa tabir surya yang dapat menyerap atau menghamburkan sinar UV.Pada penelitian ini telah diformulasikan sediaan tabir surya dalam bentuk emulsi gel yang mengandung senyawa anti-UVB.Etil-para-metoksisinamat, senyawa yang dapat diperoleh dari rimpang kencur (Kaempferia galanga L.), memiliki serapan maksimum pada daerah UVB.Aktivitas tabir surya senyawa ini dibandingkan dengan oktil metoksisinamat, senyawa anti UVB yang telah mendapat izin resmi peredaran oleh Food and Drug Administration (FDA), Amerika.Uji kestabilan fisik dilakukan dengan menyimpan emulsi gel tabir surya pada tiga suhu berbeda yaitu 4±2°C, 28±2°C, dan 40±2°C.Selain itu juga dilakukan tes mekanik dan cycling test.Hasil uji kestabilan fisik keempat formula menunjukkan bahwa keempat formula emulsi tabir surya cenderung stabil selama penyimpanan empat minggu.Nilai SPF yang diperoleh dari 4 formula tabir surya emulsi gel berturutturut adalah 5.05 (mengandung oktil metoksisinamat 2%), 5.62 (mengandung oktil metoksisinamat 4%), 5.91 (mengandung etil-para-metoksisinamat 2%), dan 8.03 (mengandung etil-para-metoksisinamat 4%).
Excessive UV rays exposure from the sun can cause skin damages. To prevent this we need a system protection like sunscreen that can absorb or scatter UV light. In this study, sunscreen emulsion gelcontaining anti-UVB compound was created. Ethyl-para-methoxycinnamate, which obtained from the rhizome of kencur (Kaempferia galanga L.), has maximum absorption in the UVB region.This chemical sunscreen activity was then compared with octyl methoxycinnamate, an organic anti-UVB that has market license by Food and Drug Administration (FDA), USA. Physicalstability evaluationwas doneby storingthe preparationatthreedifferenttemperatures:4±2°C, 28±2°Cand40±2°C. Mechanicaltestandcycling test was carried out too. The test resultsshowed that all the sunscreenemulsion gel wastend to be stableoverfourweek storage. SPF values obtained from 4 formulas of sunscreen emulsion gels respectively are5.05 (containing 2% of octyl methoxycinnamate), 5.62 (containing 4% of octyl methoxycinnamate), 5.91 (containing 2% of ethyl-para-methoxycinnamate), and 8.03 (containing 4% of ethyl-para-methoxycinnamate).
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S58321
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurarita Fadila Zesiorani
Abstrak :
ABSTRAK Nanovesikel transdermal dalam sediaan semisolid seperti gel banyak digunakan untuk penghantaran bahan herbal. Bahan herbal lebih lebih diminati karena dipercaya lebih aman oleh masyarakat. Kulit buah apel memiliki kandungan senyawa flavonoid kuersetin yang memiliki aktivitas antioksidan. Flavonoid kuersetin dalam kulit buah apel mudah teroksidasi sehingga perlu diupayakan untuk melindungi senyawa aktif yaitu flavonoid kuersetin melalui formulasi nanovesikel. Transfersom merupakan salah satu sistem pembawa yang cocok untuk melindunginya dari oksidasi dan meningkatkan penetrasi pada sediaan transdermal. Aktivitas yang terkandung di dalam ekstrak kulit buah apel diukur menggunakan metode DPPH dengan hasil nilai IC50 sebesar 5,22 μg/mL. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan dan mengkarakterisasi transfersom ekstrak kulit buah apel yang kemudian diformulasikan menjadi gel transfersom dan gel kontrol yang dibuat tanpa transfersom. Kedua gel tersebut kemudian dievaluasi, diuji stabilitas, dan dilakukakan uji penetrasi menggunakan sel difusi Franz dengan kulit tikus betina galur Sprague Dawley. Transfersom diformulasikan dengan konsentrasi zat aktif yang berbeda; yaitu setara dengan kuersetin 0,5% (F1); 0,7% (F2), dan 1,0% (F3). Berdasarkan hasil karakterisasi dipilih F1 untuk dibuat sediaan gel karena memiliki morfologi yang sferis, Dmean volume 106,44 ± 2,70 nm, PDI 0,07 ± 0,01 dan zeta potensial -49,96 ± 2,05 mV dan presentase penjerapan 78,78 ± 0,46 %. Jumlah kumulatif kuersetin yang terpenetrasi pada gel transfersom 1514,41 ± 26,31 μg/ cm2 sedangkan untuk gel kontrol 1133,62 ± 18,96 μg/ cm2. Presentase kumulatif kuersetin yang terpenetrasi gel transfersom dan gel ekstrak berturut-turut adalah 78,40 ± 1,89 % dan 49,89 ± 0,88 %. Nilai fluks yang dihasilkan dari gel transfersom dan gel ekstrak berturut-turut adalah 52,33 ± 0,11 μg/cm²/jam dan 40,89 ± 0,68 μg/cm²/jam. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan gel transfersom memiliki daya penetrasi yang lebih baik dibandingkan dengan gel ekstrak.
ABSTRACT Transdermal nanovesicles preparation such as gels have been widely used for the delivery of herbal ingredients. Herbal ingredients is more popular because it is trusted by the community safer. The apple peel contains quercetin flavonoid compounds that have antioxidant activity. Flavonoid quercetin in aplle peel easily oxidized that need to be considered in the formulation. Antioxidan activity in extract ethanolic apple peel were using test DPPH method generate IC50 value of 5,22 μg/mL. Transfersome is one suitable carrier system that can enhance the penetration in transdermal preparation. This study aims to formulate and characterize transfersome apple peel extract and then formulate it into a gel and a control gel that was made without transfersome. Both gels were then evaluated, stability tested, and penetration tested using Franz diffusion cell with the skin of female Sprague Dawley rats. Transfersome was formulated with different concentration of active substance; equal quercetin 0,5% (F1); 0,7% (F2), dan 1,0% (F3). Based on the result of the characterization, selected F1 for gel formulation because it has spherical morfology, Dmean volume 106,44 ± 2,70 nm, PDI 0,078 ± 0,01 and zeta potential -49,96 ± 2,05 mV and the precentage efficiency entrapment of drug 78,78 ± 0,46 %. The cumulative amount of quercetin that was penetrated in gel transfersome is 1514,41 ± 26,31 μg/ cm2, while the penetration of gel extract is 1133,62 ± 18,96 μg/ cm2. Cumulative precentage penetrated of gel transfersom and gel extract is 78,40 ± 1,89 % dan 49,89 ± 0,88 %. The flux of gel transfersome and gel extract are respectively 52,33 ± 0,11 μg/cm²/hours dan 40,89 ± 0,68 μg/cm²/hours. Based on these results it can be concluded that gel transfersome has a better penetration compared with the gel extract.
Depok: 2016
S65692
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Goldie Aisha Wirarti
Abstrak :
ABSTRAK
Sediaan nanovesikel transdermal telah banyak digunakan untuk penghantaran obat dari bahan alam. Salah satu bahan alam yang memiliki banyak manfaat adalah daun teh hijau. Manfaat daun teh hijau dapat digunakan untuk menjaga kesehatan dan kosmetik. Epigalokatekin galat (EGCG) yang merupakan kandungan terbesar daun teh hijau bersifat hidrofilik. Oleh sebab itu, perlu ditingkatkan penetrasinya menggunakan nanovesikel lipid, yaitu etosom. Selain itu, etosom juga dapat meningkatkan stabilitas dari EGCG. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formula etosom dengan karakteristik terbaik. Etosom diformulasikan dengan konsentrasi zat aktif yang berbeda; yaitu setara dengan EGCG 1% (F1), 1,5% (F2), dan 2% (F3). Berdasarkan hasil karakterisasi dipilih F1 yang memiliki hasil karakterisasi terbaik dengan morfologi yang sferis, nilai Dmean volume 90,53 ± 0,32 nm, indeks polidispersitas 0,05 ± 0,00, potensial zeta -62,6 ± 5,05 mV, dan persentase obat terjerap paling tinggi (54,39 ± 0,03 %). Kemudian F1 tersebut dibuat menjadi gel etosom dan gel ekstrak tanpa dibuat etosom sebagai kontrol untuk dilakukan uji penetrasi menggunakan sel difusi Franz. Jumlah kumulatif EGCG yang terpenetrasi dari sediaan gel etosom dan gel ekstrak adalah 1364,28 ± 56,32 μg/ cm2 dan 490,17 ± 2,60 μg/ cm2. Dengan nilai fluks dari gel etosom dan gel ekstrak adalah 61,68 ± 2,13 μg.cm-2.jam-1 dan 55,18 ± 0,50 μg.cm-2.jam-1. Waktu tunggu yang dibutuhkan sediaan gel etosom dan gel ekstrak untuk berpenetrasi adalah 1,71± 0,05 dan 14,25 ± 0,03 jam. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa gel etosom yang dibuat dari F1 dapat meningkatkan jumlah EGCG yang terpenetrasi.
ABSTRACT
Transdermal nanovesicles dosage forms have been widely used for natural products delivery. One of the natural products that has many benefits is green tea leaves. Benefits of green tea leaves can be used to maintain health and cosmetics. Epigallocatechin gallat (EGCG) which is the largest content of green tea leaves is hydrophilic. Therefore, the need to improve its penetration using lipid nanovesicle, namely ethosome is needed. In addition, ethosome can also improve the stability of EGCG. This study aims to get the formula of etosom with the best characteristic. Etosom were formulated with different concentrations, equal to 1% (F1), 1.5% (F2), and 2% (F3) of EGCG. Based on the results, F1 has the best characterization results with spherical morphology, Dmean volume value at 90,53 ± 0,32 nm, 0,05 ± 0,00 of polydispersity index, zeta potential at -62.6 ± 5, 05 mV, and the highest percentage of drug entrapped (54.39 ± 0.03 %). Then the F1 is made into a gel etosom and extract gel that is made without etosom as control to do a penetration test using Franz diffusion cells. The cumulative amount of EGCG penetrated for ethosomal gel and and extract gel were 1364,28 ± 56,32 μg/ cm2 and 490,17 ± 2,60 μg/ cm2, respectively. With a flux value of ethosomal gel and extract gel were 61,68 ± 2,13 μg.cm-2.hour-1 and 55,18 ± 0,50 μg.cm-2.hour-1, respectively. The lag time required for etosom gel preparation and gel extracts to penetrate was 1.71 ± 0.05 and 14.25 ± 0.03 hours. Based on these results it can be concluded that the ethosomal gel made from F1 can increase the amount of EGCG that was penetrated.
2016
S65740
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>