Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alif Fauzan Asyrafi
Abstrak :
Nifedipin merupakan obat yang sudah umum digunakan dalam pengobatan hipertensi dan angina. Obat ini memiliki waktu paruh hanya 2-4 jam dan bioavibilitasnya yang rendah, sehingga perlu diberikan dengan dosis yang bertahap agar efektif. Dosis semacam ini merupakan dosis yang tidak menyenangkan bagi pasien dan besar potensi pelanggaran dosis. Maka dari itu, perlu dilakukan suatu pendekatan sistem penghantaran obat dengan pelepasan kontinyu. Salah satu pendekatan ini yaitu penggunaan polipaduan biodegradable poli(D-asam laktat) dan polikaprolakton dalam mikroenkapsulasi obat Nifedipin. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan mikrokapsul dengan metode penguapan pelarut dan penggunaan Span 80 sebagai surfaktan dan didapatkan hasil enkapsulasi paling baik berada pada komposisi PCL:PDLA 8:2 (%w/w) dengan besar enkapsulasi 84,33±1,58% dan Profil pelepasan obat terbaik pada komposisi 7:2 (%w/w) dengan Nifedipin yang lepas sebesar 10,743 mg (44,029%).
Nifedipine is a drug that is commonly used in the treatment of hypertension and angina. This drug has a half-life of only 2-4 hours and has a low bioavibility, so it needs to be given in a gradual dose to be effective. This dosage is an unpleasant dose for the patient and a large potential for dose violations. Therefore, it is necessary to do a drug delivery system approach with continuous release. One of these approaches is the use of polyblend biodegradable poly (D-lactic acid) and polycaprolactone in the microencapsulation of the drug Nifedipine. In this experiment, the making of microcapsules using solvent evaporation method and the use of Span 80 as surfactant and obtained the best encapsulation results in the composition of PCL: PDLA 8: 2 (% w/w) with percentage of encapsulation 84,33 ± 1,58% and Profile the best drug release in the composition of 7: 2 (% w/w) with release of nifedipine by 10.743 mg (44.029%).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Fitriyani
Abstrak :
ABSTRAK
Pada penelitian ini, komposit superabsorben berbasis selulosa jerami padi dan bentonit telah berhasil disintesis. Selulosa jerami padi berhasil diisolasi dengan rendemen rata-rata sebesar 30,332%. Selanjutnya, selulosa hasil isolasi dipolimerisasi masing-masing menggunakan monomer asam akrilat dan akrilamida serta kalium persulfat digunakan sebagai inisiator dan N-N? dimetil bisakrilamida sebagai agen pengikat silang. Pada uji kapasitas swelling didapatkan bahwa superabsorben selulosa isolasi memiliki kapasitas swelling maksimum untuk air sebesar 189,894 g/g untuk monomer asam akrilat dan 149,77 g/g untuk monomer akrilamida. Kapasitas swelling maksimum untuk urea didapatkan nilai sebesar 604,543 g/g untuk monomer asam akrilat dan 137,308 g/g untuk monomer akrilamida. Kapasitas release superasorben selulosa jerami padi untuk air didapatkan nilai sebesar 77,508% untuk monomer asam akrilat dan 69,106% untuk monomer akrilamida. Kapasitas swelling untuk larutan urea diperoleh nilai 47,034% untuk monomer asam akrilat dan 18,835% untuk monomer akrilamida. Kinetika swelling dari superasorben didapatkan mengikuti kinetika pseudo orde satu untuk masing-masing superabsoben dengan hukum laju v=k[absorbat]. Dengan menggunakan metode kecepatan, didapat orde terhadap aborbat untuk swelling superabsorben monomer asam akrilat adalah 1,440 dan monomer akrilamida memiliki orde 1,476. Orde terhadap superabsorben didapatkan sebesar -0,777 pada monomer asam akrilat dan -0,065 pada monomer akrilamida. Superabsorben yang disentesis diuji menggunakan FTIR untuk mengetahui gugus fungsi, XRD untuk mengetahui derajat krstalinitas, SEM untuk mengetahui morfologi permukaan dan DSC untuk mengetahui fenomena dari pemanasan.
ABSTRAK
In this research, composite superabsorbent cellulose-based rice straw and bentonite have been successfully synthesized. Rice straw cellulose was isolated obtained an average yield 30.332%. After that, cellulose is polymerized using acrylic acid and acrylamide as monomer ,potassium persulfate as initiator and N-N 'dimethyl bisacrylamide as crosslinking agent. Through swelling capacity test,it was known that maximum swelling capacity of the rice straw cellulose superabsorbent grafted acrylic acid for water was about 189.894 g / g and by superabsorbent grafted acrylamide was about 149.77 g, while the maximum swelling capacity of urea by superabsorbent grafted acrylate acid was about 604,543 g/g and by superabsorbent grafted acrylamide was about 137,308 g/g. Then, the release capacity of water by superabsorbent grafted acrylic acid was about 77.508% and superabsorben grafted acrylamide was about 69.106%. The release capacity of urea by superabsorbent grafted acrylic acid was about 47.034% and superabsorbent grafted acrylamide was about 18.835%. The swelling kinetic from superabsorbent was obtained following the kinetic of pseudo first-order for each superabsorbent using rate law v=k[absorbat]. By using initial velocitiy method is obtained the order for the swelling superabsorbent grafted acrylic acid and acrylamide is 1,440 and 1,476 of the order for absorbate. Order of the superabsorbent obtained by -0.777 for superabsorbent grafted acrylic acid and superabsorbent grafted acrylamide is -0.065. Superabsorbent was tested using FTIR to determine the functional groups, XRD for knowing the degree of cristalinity, SEM to determine the surface morphology and DSC for knowing the the heat phenomenon
2016
S63695
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lintang Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Sistem perkemihan merupakan sistem yang penting untuk membuang sisa-sisa metabolisme makanan yang dihasilkan oleh tubuh. Salah satunya yaitu kreatinin dalam urin, namun seringkali urin datang ke laboratorium sudah tidak segar lagi dan telah dikeluarkan beberapa jam sebelumnya tanpa bahan pengawet. Penyimpanan sampel ini penting untuk diperhatikan, Salah satu cara yang saat ini dipergunakan untuk penyimpanan sampel urin yaitu dengan cara penyimpanan sampel urin didalam suhu rendah dan penambahan pengawet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu dan kondisi penyimpanan urin terhadap kestabilan kreatinin. Pendeteksian kreatinin didasarkan pada reaksi Jaffe yang terjadi antara kreatinin dan asam pikrat dalam medium basa untuk membentuk senyawa berwarna orange dan diukur dengan menggunakan spetrofotometer UV-Visibel. Absorbansi dari senyawa yang terbentuk diukur pada panjang gelombang 483 nm. Metode yang digunakan memenuhi beberapa kriteria validasi yaitu, linieritas, presisi, batas deteksi, batas kuantifikasi, serta perolehan kembali. Diperoleh nilai R2 ≥ 0.998 dengan rentang 200- 1000 ppm. Nilai presisi yang dinyatakan dengan %RSD berada pada 2.42% - 6.39%. Batas deteksi yang diperoleh yaitu 0.96 ppm dan batas kuantifikasi 3.20 ppm. Persen perolehan kembali didapat 107%. Kemudian metode ini digunakan dalam menganalisa kadar senyawa kreatinin. Didapat kondisi penyimpanan yang paling baik adalah dengan penambahan pengawet dan disimpan pada suhu 8oC.
ABSTRACT
Urinal System is a system that is essential to remove the remain of the food produced by the metabolism of the body. One of them is of creatinine, but the urine is often no longer fresh when it comes to the laboratory and has been saved for several hours without preservatives. Sample storage is important thing to be concerned. One of the sample storage which is currently used for urine samples is saving the samples in the low temperature and the addition of preservatives. This study aims to determine the effect of time and storage conditions on the stability of creatinine. Creatinine detection based on the Jaffe reaction which occurs between creatinine and picric acid in alkaline medium to form a orange colored compound. Absorbance of the compound formed was measured by spectrophotometer UV-Visible at a wavelength of 483 nm. The method used had met several criteria in terms of validation of linearity, precision, limit of detection, limit of quantification, and recovery. Obtained R2 value ≥ 0.998 with a range of 200-1000 ppm. Precision values are expressed as % RSD is at 2.42% - 6.39%. The detection limit is 0.96 ppm obtained and quantification limits of 3.20 ppm. Percent recoveries obtained 107%. Then the method is used to analyze the levels of creatinine compounds. Obtained the best storage conditions is the addition of preservatives and stored at 8oC.
Universitas Indonesia, 2014
S53998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Rachmasari
Abstrak :
Antioksidan t-BHQ dapat meningkatkan kerusakan oksidatif DNA yang ditandai dengan jumlah 8-OHdG yang meningkat. Logam TiO2 yang digunakan untuk pemutih pada cat tembok dan di tambahkan diproduk rumah tangga juga mampu meningkatkan jumlah 8-OHdG di dalam tubuh. 8-OHdG terbentuk dari hasil reaksi antara Reactive Oxidative Species (ROS) dalam bentuk hidroksil radikal. Pada penelitian ini dilakukan studi pembentukan adduct dengan mereaksikan 2?-deoksiguanosin dan guanosin dengan senyawa t-BHQ dan TiO2 dalam variasi pH, temperatur dan waktu inkubasi. Hasil 8-OHdG yang terbentuk dianalisa menggunakan instrumen HPLC detector UV pada panjang gelombang 254 nm dengan fasa gerak buffer fosfat dan metanol (95:5) dan laju alir 0,85 mL/menit. Dari hasil penelitian diketahui adduct dG yang terbentuk paling banyak pada kondisi temperatur 60oC, waktu inkubasi 6 jam dan pH 8,5 diperoleh %adduct 39,62%. Sedangkan, adduct guanosin diukur secara kualitatif dari luas peak yang dihasilkan didapatkan adduct paling besar pada kondisi yang sama. ...... Antioxidant t - BHQ which may increase oxidative damage to DNA is characterized by the increasing number of 8 - OHdG. Metal TiO2, used to bleach the paint on the wall and add in households product, is also able to increase the number of 8 - OHdG in the body. 8 - OHdG is formed from the reaction between Reactive Oxidative Species (ROS) in the hydroxyl radicals’ form. In this research the formation’s study of adducts by reacting 2' - deoksiguanosin and guanosine with t - BHQ compounds and TiO2 in the variation of pH, temperature and incubation time. Results of 8-OHdG formed were analyzed using HPLC instrument with UV detector at a wavelength of 254 nm, using a mobile phase of phosphate buffer and methanol (95:5) and a flow rate of 0.85 mL / min. The survey results revealed that dG adducts formed at most 60 ° C in temperature, incubation time of 6 hours and a pH of 8.5 %adducts obtained 39.62 %. Meanwhile, guanosine adducts measured qualitatively from the broad peak produced most major adducts obtained under the same conditions.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfira Fauzia
Abstrak :
ABSTRAK<>br> Pemberian amoksisilin trihidrat pada infeksi Helicobacter pylori tidak cukup efektif karena sediaan konvensional yang digunakan memiliki waktu retensi yang singkat di dalam lambung. Untuk mengatasi masalah tersebut, dilakukan enkapsulasi amoksisilin trihidrat ke dalam matriks sistem pengantar obat mengapung. Pada penelitian ini, hidrogel kitosan-poli N-vinilkaprolaktam yang terikat silang asetaldehida secara full-ipn akan disintesis dengan agen pembentuk pori CaCO3 10 lalu mengenkapsulasikan pada amoksisilin trihidrat dan mempelajari mekanisme disolusi obat dengan pendekatan kinetika disolusinya. Hidrogel K-PNVCL tersebut menghasilkan sifat optimal yang kemudian diloading dengan amoksisilin trihidrat secara in situ dan post loading. Pada penelitian ini, telah didapatkan nilai persen swelling, floating time, efisiensi insitu dan post loading berturut-turut 873 ; 3,15 menit; 99,8 dan 99,4 . Uji disolusi dilakukan pada amoksisilin trihidrat yang sudah terenkapsulasi hidrogel K-PNVCL secara in vitro pada pH 1,2 menghasilkan 94,5 untuk in situ loading dan 98,5 untuk post loading. Hasil kinetika pelepasan obat untuk metode post loading dan in situ loading cenderung mengikuti kinetika model Higuchi. Mekanisme pelepasan obat terjadi secara difusi fickian. Pembuktian mekanisme pelepasan obat dari matriks hidrogel K-PNVCL lebih lanjut dilakukan dengan instrumen Scanning Electron Microscope SEM .
ABSTRACT<>br> The administration of amoxicillin trihydrate in Helicobacter pylori infection is not effective enough because the conventional preparations used have a short retention time in the stomach. To overcome this problem, amoxicillin trihydrate was encapsulated into the floating drug delivery matrix matrix. In this study, the full ipn acetaldehyde crosslinked hydrogel N vinyl caprolactam was synthesized with a 10 CaCO3 pore forming agent and then encapsulated on amoxicillin trihydrate and studied the mechanism of drug dissolution with its kinetic kinetics approach. The K PNVCL Hydrogel produces optimal properties which are then loaded with amoxicillin trihydrate in situ and post loading. In this research, we have got the percentage of swelling, floating time, the efficiency of in situ and post loading 873 3.15 minutes 99.8 and 99.4 . The dissolution test was performed on amoxicillin trihydrate which had been encapsulated K PNVCL hydrogel in vitro at pH 1.2 resulting in 94.5 for in situ loading and 98.5 for post loading. Results of the kinetics of drug release for post loading and in situ loading methods tend to follow the Higuchi model kinetics. The drug release mechanism occurs by Fickian diffusion. Proof of drug release mechanism from K PNVCL hydrogel matrix is further done by Scanning Electron Microscope SEM instrument.
2017
S69958
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Givan Andris Tio
Abstrak :
Mikrosfer didefinisikan sebagai struktur yang terdiri dari fase kontinyu dari satu atau lebih polimer bercampur dimana partikel obat didispersikan pada tingkat molekul atau makroskopis. Mikrosfer banyak diaplikasikan pada bidang medis sebagai penyalut obat untuk pengantaran obat terkontrol. Sebagai penyalut obat, mikrosfer harus memliki bentuk bola atau spheric, ukuran kurang dari 125 I¼m, dan distribusi ukuran yang sempit. Parameter yang mempengaruhi ketiga sifat tersebut antara lain: jenis surfaktan, konsentrasi surfaktan, dan penambahan jumlah volume surfaktan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan surfaktan tween 80 dalam pembuatan mikrosfer polipaduan poli(L-asam laktat) dan polikaprolakton dengan metode evaporasi pelarut, lalu mikrosfer yang berhasil dibuat dikarakterisasi dengan instrument FTIR, PSA, dan Mikroskop Optik. Hasil karakterisasi FTIR menunjukkan bahwa mikrosfer yang dibuat memiliki sifat yang serupa dengan polimer-polimer penyusunnya. Dalam penelitian ini dilakukan dua variasi metode, yaitu variasi konsentrasi surfaktan dan variasi penambahan jumlah volume surfaktan untuk melihat ukuran mikrosfer yang dihasilkan dan distribusi ukuran partikel dari mikrosfer tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi surfaktan yang digunakan akan menghasilkan distribusi partikel yang lebih seragam. Pada variasi penambahan jumlah volume surfaktan, menunjukkan semakin besar volume surfaktan yang ditambahkan maka keseragaman yang diperoleh semakin berkurang.
Microspheres are defined as structures that consist of a continuous phase of one or more mixed polymers where the drug particles are dispersed at a molecular or macroscopic level. Microspheres are widely applied to the medical field as a drug coating for controlled drug delivery. As a drug coating, the microsphere must have a spherical or spherical shape, a size of less than 125 I¼m, and a narrow size distribution. Parameters that affect the three properties include: type of surfactant, surfactant concentration, and addition of the amount of surfactant volume. The aim of this study was to look at the effect of using tween 80 surfactant in the manufacture of poly (L-lactic acid) and polycaprolactone microspheres using solvent evaporation methods, then the successful microspheres were characterized by FTIR, PSA and Optical Microscope instruments. The results of FTIR characterization showed that the microspheres made had properties similar to those of the constituent polymers. In this study two variations of the method were carried out, namely variations in surfactant concentration and variations in the amount of surfactant volume added to see the size of the microsphere produced and the particle size distribution of the microsphere. The results showed that the greater the concentration of surfactant used would result in a more uniform particle distribution. In the variation of the addition of the volume of surfactant, the greater the volume of surfactant added, the less uniformity obtained.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Omi Nurrohmi
Abstrak :
Serbuk kayu Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) sebagai hasil limbah dari tanaman kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai adsorben ion logam Cd2+ karena merupakan senyawa lignoselulosa yang memiliki gugus fungsi hidroksil (OH) yang dapat berikatan dengan logam. Kemampuan adsorpsi ini dapat ditingkatkan dengan melakukan treatment delignifikasi dan sulfonasi terhadap serbuk kayu TKKS. Pada perlakuan delignifikasi, optimasi kadar NaOH yang didapatkan adalah 5%, waktu optimal untuk adsorpsi adalah 3.5 jam, serta pH optimal pada pH 8. Untuk serbuk kayu yang disulfonasi, perbedaan pH dan waktu menyebabkan perbedaan daya adsorbsinya terhadap ion logam, dimana pada kondisi pH 6 adsorpsi serbuk kayu semakin baik dibandingkan pada pH di 4 dan 5. Dari model adsorpsi yang didapat, adsorben serbuk kayu TKKS lebih sesuai dengan isoterm Langmuir sehingga dapat disimpulkan bahwa serbuk kayu TKKS memiliki permukaan penyerapan yang homogen. ......Sawdust Palm Oil (TKKS) as a result of waste from oil palm plantations can be used as adsorbents of metal ions Cd2+ because it is a lignocellulosic compounds having hydroxyl functional groups (OH) that can bind to metals. Adsorption ability can be improved by treatment delignification and sulfonation of sawdust TKKS. In delignification treatment, levels of optimization obtained NaOH is 5%, the optimum time for adsorption is 3.5 hours, and the pH optimum at pH 8. For the disulfonasi Sawdust, pH and time differences lead to differences adsorbsi power to metal ions, where the condition of pH 6 sawdust adsorption better than at pH 4 and 5. From the model obtained adsorption, adsorbent sawdust TKKS more in line with the Langmuir isotherm so it can be concluded that wood dust absorption TKKS have a homogeneous surface.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1740
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Susanna
Abstrak :
ABSTRAK
Dengan ditingkatkannya sektor industri maupun sektor pertanian diharapkan taraf hidup masyarakat akan meningkat. Tetapi di samping tujuan tersebut terdapat efek sampingan yang perlu dipikirkan yaitu timbulnya limbah. Limbah tersebut dapat berupa cair, padat dan gas. Limbah cair khususnya yang mengandung logam berat perlu mendapat perhatian yang serius karena mempunyai sifat racun, tidak dapat diuraikan oleh alam dan dapat berakumulasi dalam tubuh makhluk hidup. Pengolahan limbah yang mengandung logam berat dapat dilakukan secara biologis dengan menggunakan tanaman air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa.kah Azolla pinnata R.Br dan Hydrilla verticillata dapat dipergunakan untuk mengurangi kandungan logam Pb dan Cd dan air limbah industri.

Penelitian eksperimental ini dilakukan di laboratarium dengan membuat tiga perlakuan. Perlakuan pertama dengan menggunakan Azolla pinnata R.Br, perlakuan kedua dengan Hydrilla verticillata dan perlakuan ketiga menggunakan kedua tanaman tersebut. Tiap-tiap perlakuan dibuat tiga macam konsentrasi air yaitu 75%, 62, 5 % dan 50% dan kontrol dengan menggunakan air bersih, masing-masing tiga ulangan (replikasi) kecuali kontrol. Pengamatan dilakukan setiap 5 hari selama lima belas hari terhadap variabel utama yaitu kandungan logam Pb dan Cd dalam tanaman dan variabel lainnya seperti, pertumbuhan relatif tanaman, pH air, salinitas air dan suhu air.

Dengan menggunakan taraf kepercayaan 5 % diperoleh hasil analisa statistik sebagai berikut: konsentrasi air limbah tidak berpengaruh terhadap penyerapan logam Pb dan Cd oleh A. pinnata dan H. verticillata. Makin lama waktu pengamatan pada perlakuan pertama kemampuan , pinnat. menyerap logam Cd cenderung meningkat, pada perlakuan kedua kemampuan H. vertici11ata menyerap logam Pb cenderung meningkat, sedangkan pada perlakuan ketiga kemampuan A. pinnata menyerap logam Pb cenderung meningkat, kemampuan N. verticil1ata menyerap logam Pb dan Cd cenderung makin besar. Pada konsentrasi air limbah yang sama kemampuan A. pinnata, menyerap Cd perlakuan pertama lebih besar dari perlakuan ketiga, kemampuan H. verticillata menyerap Pb perlakuan kedua lebih besar dari perlakuan ketiga.

Penyerapan logam Pb pada ketiga perlakuan adalah berbeda (alfa = 5 %), dengan nilai rata-rata terbesar adalah perlakuan kedua yaiiu 0,6060 ppm. Sedangkan penyerapan logam Cd tidak berbeda antara perlakuan kedua dan perlakuan ketiga pada taraf kepercayaan 5,83 %, tetapi nilai rata-rata terbesar adalah perlakuan kedua yaitu 0,0774 ppm. Dengan demikian perlakuan yang paling balk untuk penyerapan logam Pb da Cd adalah perlakuan kedua yaitu dengan menggunakan H. verticillata saja dengan kondisi awal konsentrasi air limbah 75 % atau kandungan Pb sebesar 1,89 ppm dan Cd sebesar 0,135 ppm. Tetapi bila sukar menemukan H. verticillata maka disarankan menggunakan A. pinnata yang dipelihara sendiri.
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rafli
Abstrak :
Gas metana merupakan salah satu komponen terbesar dalam biogas yang dapat dikonversi menjadi metanol melalui reaksi oksidasi parsial. Reaksi oksidasi parsial bio-metana sebagai sumber metana dengan menggunakan katalis heterogen ZSM-5 sintesis termodifikasi oksida logam besi. Penambahan logam diharapkan dapat menghasilkan selektivitas yang lebih tinggi terhadap konversi metana menjadi metanol. Pada penelitian ini, katalis ZSM-5 alam maupun sintetik disintesis dengan metode double template menggunakan primary template TPAOH sebagai pengarah framework MFI, serta secondary template yaitu dimethyldiallyl ammonium chloride acrylamide copolymer (PDD-AM) sebagai pengarah struktur mesopori. Katalis Fe2O3/ZSM-5 alam dan sintetik yang telah disintesis, dianalisa menggunakan XRD, SEM, BET, dan FTIR. Karakterisasi dengan XRF juga dilakukan untuk mengetahui kadar %loading oksida logam besi pada katalis ZSM-5. Uji aplikasi masing-masing katalis terhadap adsorpsi menggunakan biogas sebagai sumber metana dilakukan dalam atmospheric fixed batch reactor dengan perbandingan feed CH4(biogas):N2 0,75:2. Reaksi dilakukan pada suhu 150oC dengan waktu 120 menit dengan variasi jumlah katalis dan melakukan reaksi menggunakan katalis regenerasi. Produk hasil reaksi dari masing-masing katalis dianalisa dengan GC-FID untuk mengetahui %yield metanol yang terbentuk.
Methane gas is one of abundant component in biogas that is common to be converted into methanol through partial oxidation reaction. Partial oxidation reaction of bio-methane uses methane as its source along with the utilization of modified iron oxide with natural and/or synthetic ZSM-5 as heterogeneous catalyst. Based on recent research showed that hierarchical ZSM-5 that was modified with iron oxide produced optimum % yield of methanol in bio-methane partial oxidation reaction (Triputrananda, 2018). Addition or loading of iron is expected to produce higher selectivity towards methane conversion into methanol. Aside of that, optimization was done with variation of pore size to determine the type of catalyst and its corresponds with optimum partial oxidation conversion output. In this research, natural and/or ZSM-5 catalyst were synthesized in double template method with TPAOH as its primary template that directed to MFI framework, PDDAM as its secondary template that directed mesoporous structure. Natural and/or synthetic Fe2O3/ZSM-5 catalyst were synthesized and further be analyzed with XRD, SEM, BET, and FTIR. Characterizations of XRF was done in order to obtain loading percentage of iron oxide into the ZSM-5 catalyst. The application were done in each variation of catalyst towards adsorption with biogas as methane source that was done in atmospheric fixed batch reactor with ratio of CH4(biogas):N2 0,75:2 feed. Reactions were done under temperature of 150oC with 120 minutes duration, alongside with amount of variation on catalyst and reaction with regenerated catalyst. Products obtained from each catalyst were analyzed with GC-FID to determine % of conversion from each products obtained.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bhayangkara Tegar Pradana
Abstrak :
Propolis merupakan suatu kekayaan alam yang dihasilkan dari lebah selain madu. Salah satu kandungan propolis yang memiliki manfaat besar dari bioaktivitasnya adalah Artepillin C. Artepillin C merupakan suatu derivat asam sinamat terprenilasi pada posisi meta dari gugus karboksil dalam cincin aromatis. Sintesis asam sinamat dengan dilanjutkan dengan reaksi prenilasi adalah suatu cara untuk melakukan pendekatan menuju sintesis Artepillin C. Asam sinamat yang digunakan adalah hasil sintesis dari benzaldehida dan anhidrida asetat dengan bantuan katalis kalium asetat. Karakterisasi dengan UV-Vis menunjukkan λmax sebesar 279 nm. Hasil FT-IR spesifik asam sinamat pada 3070nm sebagai penunjuk OH karboksilat dan 1681 nm sebagai gugus karbonil. Asam sinamat hasil sintesis diprenilasi dengan dua katalis heterogen, yaitu γ-Al2O3/NaOH/Na dan K2CO3. Keduanya memiliki hasil yang serupa baik dari hasil karakterisasi spektrofotometer FT-IR dengan kemunculan peak pada daerah 1400 nm, spektrofotometer UV-Vis dengan adanya pergeseran batokromik, maupun LC-MS dengan keberadaan peak yang mirip. Pada asam sinamat yang telah mengalami prenilasi ini dilakukan uji aktivitas antioksidan dan dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 517 nm. Adanya persentase kenaikan aktivitas antioksidan sebesar 27,28% membuktikan bahwa asam sinamat terprenilasi memiliki aktivitas lebih baik dibandingkan asam sinamat hasil sintesis.
Propolis is a natural resource produced by bees other than honey. One component in propolisthat has the benefit for its bioactivity is Artepillin C. Artepillin C is a prenylated cinnamic acid derivatives at the meta position of the carboxyl group in the aromatic ring. Synthesis of cinnamic acid followed by the reaction with dimethyl allyl bromide is a way to synthesize Artepillin C. Cinnamic acid was synthesized from benzaldehyde and acetic anhydride in the presence of potassium acetate as the catalyst. The characterization by spectrophotometer UV-Vis showed the λmax at 279 nm. The spectrophotometer FT-IR results of cinnamic acid showed the specific absorbancypeak at 3070 nm of OH carboxylate and at 1681 nm of carbonyl groups. Prenylation of cinnamic acid was conducted using two heterogeneous catalysts, namely γ-Al2O3/NaOH/Na and K2CO3. Both catalysts showed similar results based onspectrophotometer FT-IR with peak emergence in the 1400 nm region, spectrophotometer UV-Vis with a bathochromic shift, so doLC-MS in the presence of a similar peak. Antioxidant activity test is done onprenylated cinnamic acid using spectrophotometer UV-Vis at 517 nm. The increased antioxidant activity of27.28% proved that the prenylated cinnamic acid had better antioxidant activity than the original cinnamic acid.
Universitas Indonesia, 2014
S53151
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>