Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marini Stephanie
"ABSTRAK
Latar belakang. MMP (matrix metalloproteinase) merupakan protease yang memiliki peran yang sangat penting pada proses invasi dan metastasis, namun dengan berkembangnya pengetahuan mengenai akivitas MMP dan matriks esktraseluler, MMP dipikirkan ikut berkontribusi dalam lesi-lesi intraepithelial neoplasia serviks. MMP 2 dan MMP 9 merupakan anggota kelompok gelatinase yang sering dilaporkan kaitannya dengan progresifitas lesi kanker serviks, yang umumnya penelitian ini dilakukan pada jaringan. Berbagai penelitian berusaha menginvestigasi lebih lanjut kaitan HPV yang merupakan faktor etiologi utama dari kanker serviks dengan overekspresi MMP 2 dan MMP 9 pada kanker serviks. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan ekspresi MMP 2 dan MMP 9 dengan derajat neoplasia serviks dan infeksi HPV. Bahan dan cara. Penelitian ini dilakukan secara prospektif, menggunakan studi analitik potong lintang dengan mengumpulkan sediaan pap smear berbasis cairan yang telah didiagnosis sesuai dengan klasifikasi Bethesda 2001. Pada kasus yang terdapat kelainan akan dilanjutkan dengan pemeriksaan imunositokimia MMP 2 dan MMP 9. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain usia dan hasil pemeriksaan HPV. Hasil. Terdapat hubungan bermakna antara ekspresi MMP2 dan MMP 9 dengan derajat neoplasia serviks (masing-masing p=0,001 dan p=0,000), sebaliknya tidak ditemukan hubungan bermakna antara ekspresi MMP 2 dan MMP 9 dengan infeksi HPV (masing-masing p=0,552 dan p=1,000). Kesimpulan. Ekspresi MMP 2 dan MMP 9 dapat ditemukan pada lesi atipikal, prekanker dan kanker serviks. Tampak proporsi positifitas ekspresi MMP 2 dan MMP 9 yang lebih tinggi pada lesi derajat tinggi dibandingkan pada lesi derajat rendah.

ABSTRACT
Background. MMPs (matrix metalloproteinase) are proteases that essential for invasion and metastatic process, but with knowledge development about MMPs’s activity and extracellular matrix, MMPs was also thought contributed in cervical intraepithelial lesions. MMP 2 and MMP 9 are the member of gelatinase that often reported associated with cervical cancer progressivity. A lot of studies tried to investigate further whether HPV as the main etiology factor was related with the overexpression of MMP 2 and MMP 9 in cervical neoplasia. The objective is to study the expression of MMP 2 and MMP 9 and its relationship with the degree of neoplasia cervical lesions and HPV infection. Material and methods. This is a prospective analytic cross-sectional study using Liquid base cytology slides that was diagnosed according Bethesda 2001 classification. Cases were reviewed and cases with abnormality were conducted MMP 2 and MMP 9 immunocytochemistry. Age and HPV examination results were also collected. Results. There were significantly association between MMP 2, MMP 9 and degree of neoplasia cervical lesion, with p=0,001 and p=0,000 respectively. There were no statistically association between MMP 2, MMP 9 and HPV infection with p=0,552 and p=1,000 respectively. Conclusion. MMP 2 and MMP 9 expression can occur in atypical, precancer and cancer lesions. It was shown that high grade cervical lesions had higher proporsion of MMP 2 and MMP 9 expression than low grade cervical lesions."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T33084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Prisscila
"Keganasan pankreas merupakan keganasan dengan angka kematian yang tinggi, dengan Adenokarsinoma Duktal Pankreas/Pancreatic Ductal Adenocarcinoma (PDAC) mencakup 85-90% kasus. PDAC memiliki perjalanan penyakit yang sangat agresif, dan seringkali baru terdiagnosis pada stadium lanjut. Penegakan diagnosis pasti PDAC seringkali hanya dapat dilakukan melalui sediaan terbatas baik berupa biopsi maupun endoscopic ultrasound-guided fine-needle aspiration/EUS-FNA. Salah satu tantangannya adalah membedakan PDAC dari jaringan pankreas non-neoplastik/reaktif. Penelitian ini akan membahas mengenai peran von Hippel-Lindau gene product/pVHL dalam membedakan PDAC dengan jaringan pankreas non-neoplastik, serta hubungannya dengan profil klinikopatologiradira PDAC. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional pada kasus PDAC dan jaringan pankreas non-neoplastik yang dilakukan di RSCM pada sampel yang diperoleh pada bulan Januari 2012 hingga September 2023. Sampel penelitian dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu kelompok PDAC dan pankreas non-neoplastik. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan simple random sampling dari kasus-kasus yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam kriteria eksklusi. Dilakukan pulasan imunohistokimia pVHL dan perhitungan Histoscore/H-score serta penentuan cut-offnya untuk membagi ekspresi pVHL menjadi tinggi dan rendah dan hubungannya dengan PDAC dan non-neoplastik, serta profil klinikopatologi pada kelompok PDAC. Penelitian ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan ekspresi pVHL pada kelompok PDAC dan non-neoplastik, dan staging pN memiliki hubungan bermakna dengan ekspresi pVHL pada PDAC. Ekspresi pVHL yang rendah lebih banyak ditemukan pada PDAC berdiferensiasi sedang, tidak ditemukan invasi limfovaskular maupun invasi perineural, memiliki batas sayatan yang tidak bebas, memiliki staging pT2, pN0, M0, dan kesintasan > 7 bulan. Sebaliknya, ekspresi pVHL yang tinggi juga lebih banyak ditemukan pada PDAC berdiferensiasi sedang, ditemukan invasi limfovaskular, tidak ditemukan invasi perineural, status batas sayatan yang bebas, staging pT2 dan pT3, pN1 dan pN2, M0, dengan kesintasan ≤ 7 bulan. Temuan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang mendapati hilangnya ekspresi pVHL pada tumor PDAC, dan sebaliknya pada duktus pankreas non-neoplastik. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan klon antibodi yang digunakan pada penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Klon antibodi yang digunakan adalah VHL40, sedangkan penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan klon FL-181 yang berikatan dengan asam amino yang berbeda dan memiliki klonalitas yang berbeda pula. Selain itu, pada PDAC dapat terjadi mutasi pada gen VHL yang menghasilkan protein VHL yang non-fungsional yang kemungkinan masih dapat terdeteksi dengan ikatan antigen-antibodi pada penelitian ini. 
......Pancreatic malignancy is a malignancy with a high mortality rate, with Pancreatic Ductal Adenocarcinoma (PDAC) accounting for 85-90% of cases. PDAC has a very aggressive disease course, and is often only diagnosed at an advanced stage. Establishing a definite diagnosis of PDAC can often only be done through limited sample from biopsy or endoscopic ultrasound-guided fine-needle aspiration/EUS-FNA. In such limited sample, differentiating PDAC from non-neoplastic/reactive pancreatic tissue can be challenging. This research will discuss the role of von Hippel-Lindau gene product/pVHL in PDAC and non-neoplastic pancreatic tissue, as well as their relationship with PDAC pathological factors. This research is an analytical observational study with a cross-sectional design on cases of PDAC and non-neoplastic pancreatic tissue conducted at RSCM on samples obtained from January 2012 to September 2023. The research samples were divided into 2 large groups, namely the PDAC and non-neoplastic pancreatic groups. Sample selection was carried out using simple random sampling from cases that met the inclusion criteria and were not included in the exclusion criteria. Immunohistochemistry of pVHL was performed along with calculation of Histoscore/H-score and determination of cut-offs to divide pVHL expression into high and low and its relationship with PDAC and non-neoplastic, as well as pathological factors in the PDAC group. This study shows that there is no difference in pVHL expression in the PDAC and non-neoplastic groups, and pN staging has a significant relationship with pVHL expression in PDAC. Low pVHL expression is more often found in moderately differentiated PDAC, no lymphovascular invasion or perineural invasion, non-free incision margins, staging pT2, pN0, M0, and survival > 7 months. In contrast, high pVHL expression was also found more frequently in moderately differentiated PDAC, lymphovascular invasion was found, no perineural invasion was found, free incision margin status, pT2 and pT3 staging, pN1 and pN2, M0, with survival ≤ 7 months. This finding is different from previous studies which found loss of pVHL expression in PDAC tumors, and vice versa. This difference in results is likely due to differences in the antibody clones used in this study compared to previous studies. The antibody clone used was VHL40, whereas previous studies used the FL-181 clone which binds to different amino acids and has different clonality. In addition, in PDAC there is a mutation in the VHL gene which may produce a non-functional VHL protein that still be detectable by antigen-antibody binding in this study."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Agnes Stephanie
"Latar belakang. Reseptor estrogen β (RE β) dapat berperan dalam progresi kanker payudara sesuai teori karsinogenesis multistep. Reseptor estrogen β berperan sebagai supresor tumor dan ekspresinya menurun seiring progresifitas tumor. Atypical ductal hyperplasia (ADH) adalah lesi proliferatif intraduktal payudara yang memiliki risiko 4-5 kali menjadi karsinoma payudara. Diperlukan penanda prediktif ADH yang dapat menjadi karsinoma atau tidak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penanda potensi ganas pada lesi ADH melalui ekspresi RE β.
Bahan dan cara. Penelitian menggunakan metode potong lintang, analitik dan deskriptif. Sampel terdiri atas 24 kasus ADH tanpa karsinoma dan 24 kasus ADH yang disertai karsinoma. Dilakukan pulasan RE β dan penilaian dilakukan menggunakan H score.
Hasil. H score RE β pada ADH yang disertai karsinoma lebih rendah secara bermakna dibandingkan ADH tanpa karsinoma (p 0,006). RE β dinyatakan tinggi bila H score ≥ 229,2.
Kesimpulan. REβ potensial dijadikan penanda prediktif ADH yang akan menjadi karsinoma.
......Background. Estrogen receptor β (ER β) have a role in breast cancer progression through multistep carcinogenesis. ER β is a tumor supressor and its expression decreases during the tumor progression. Atypical ductal hyperplasia (ADH) is an intraductal proliferative lesion of the breast and has 4-5 times of a risk in becoming a carcinoma. The aim of this study is to obtain a marker that can predict malignant potential in ADH through expression of ER β.
Patients and methods. This is a descriptive-analytic cross-sectional study using 24 cases of ADH without carcinoma and 24 cases of ADH with carcinoma. Estrogen receptor β status were assessed by immunohistochemistry and the H score was calculated.
Results. Estrogen receptor β H score in ADH with carcinoma is significantly lower than ADH without carcinoma (p 0,006). ER β is catagorized as high if the H score ≥ 229,2.
Conclusion. ER β can potentialy be used as a malignant predictive marker in ADH."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T33083
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Windarti
"ABSTRAK
Latar belakang: Kemoterapi pilihan untuk Diffuse Large B Cell Lymphoma (DLBCL) adalah regimen yang mengandung doksorubisin. Doksorubisin merupakan obat kemoterapi golongan antrasiklin yang bekerja sebagai anti Topoisomerase II (Top2). Penelitian sebelumnya terhadap galur sel tumor menunjukkan bahwa ekspresi Topoisomerase IIα (Top2A) yang tinggi berhubungan dengan sensitifitas terhadap antrasiklin yang tinggi pula. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ekspresi protein Top2A pada DLBCL dan hubungannya dengan respon terapi.
Bahan dan cara kerja: Dilakukan studi analitik potong lintang terhadap 38 kasus DLBCL dengan pulasan CD20 positif dan telah mendapatkan kemoterapi minimal 4 siklus. Dilakukan pulasan imunohistokimia terhadap protein Top2A dan dinilai menggunakan H-score.
Hasil: Secara keseluruhan ekspresi Top2A ditemukan pada 37 dari 38 kasus (97,4%) dengan nilai H-score sangat bervariasi yaitu antara 101,5 sampai dengan 215,0 dan median 124,1. H-score Top2A digolongkan tinggi jika H-score lebih dari 124,1. Analisis statistik menunjukkan bahwa ekspresi Top2A pada DLBCL tidak berhubungan bermakna dengan respon terapi (p=0,670).
Kesimpulan: Tidak ditemukan hubungan bermakna antara ekspresi Top2A dengan respon terapi. Ekspresi Top2A tidak dapat dijadikan faktor prediktor respon terapi pada DLBCL.

ABSTRACT
Background: Standard of chemotherapy for Diffuse Large B Cell Lymphoma (DLBCL) is a regimen containing doxorubicin. Doxorubicin is a component of anthracycline based chemotherapy that work as anti Topoisomerase II (Top2). Previous study on tumor cell lines showed that high expression of Topoisomerase IIα (Top2A) was related to higher sensitivity to anthracycline. The aim of this study is to know the expression of Top2A and its relation to treatment response.
Material and methods: This is an analytic cross-sectional study on 38 CD20 positive DLBCL cases that have been treated with at least 4 cycles of chemotherapy. The immunohistochemical staining for Top2A protein was performed assesed using H-score.
Result: Expression of Top2A protein were found in 37 of 38 (97,4%) cases (H-score range: 101.5-215.0 and median 124.1). Top2A was defined as high if H-score was higher than 124.1. Statistical analysis showed that Top2A expression in DLBCL was not significantly related to treatment response (p=0.670).
Conclusion : There was no significant relation between Top2A expression to treatment response. Top2A expression in DLBCL cannot be used as a predictor of treatment response."
2012
T32509
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Widyawati
"ABSTRAK
Latar belakang: Endometriosis merupakan kelainan ginekologik yang paling sering ditemukan. Seperti halnya endometrium di uterus juga dapat terjadi berbagai perubahan pada epitel yang melapisi kista endometriosis di ovarium, antara lain metaplasia, hiperplasia, atipia bahkan perubahan ke arah keganasan. Saat ini banyak penelitian yang menghubungkan antara endometriosis dan kanker ovarium terutama jenis clear cell dan dikenal dengan istilah endometriosis-associated ovarian carcinoma (EAOC) dan dilaporkan adanya mutasi yang menginaktifkan gen supresor tumor (ARID1A), sehingga protein BAF250a tidak diekpresikan pada Clear cell carcinoma (CCC) ovarii.
Bahan dan cara: Dilakukan pulasan imunohistokimia ARID1A pada sampel 20 kasus endometriosis non atipik, 20 kasus atipik dan 20 kasus CCC ovarii tahun 2012 hingga Maret 2015. Dari kelompok kasus CCC didapatkan 9 kasus EAOC. Selanjutnya dilihat adakah perbedaan persentase ekspresi ARID1A pada endometriosis non atipik, atipik, CCC ovarii serta endometriosis disertai CCC (EAOC).
Hasil: Pada kelompok kasus endometriosis non atipik, atipik dan CCC ada perbedaan bermakna persentase ekspresi ARID1A (uji Kruskal-Wallis p=0,0035). Selanjutnya dilakukan analisis Post Hoc uji Mann-Whitney dan didapatkan perbedaan bermakna persentase ekspresi ARID1A antara endometriosis non atipik dan atipik dengan CCC ovarii (p=0,001 dan p=0,0015). Pada kelompok kasus endometriosis non atipik, atipik dan endometriosis pada EAOC, didapatkan ada perbedaan bermakna persentase ekspresi ARID1A (Uji Kruskal-Walis p=0,011). Selanjutnya dilakukan analisis Post Hoc uji Mann-Whitney dan ada perbedaan bermakna persentase ekspresi ARID1A antara endometriosis non atipik dan atipik dengan EAOC (p=0,005 dan p=0,008).
Kesimpulan: Ekspresi ARID1A pada endometriosis non atipik dan atipik lebih tinggi bermakna dibanding CCC ovarii dan EAOC. Sehingga ekspresi ARID1A kemungkinan dapat digunakan sebagai petanda adanya transformasi ganas pada endometriosis.

ABSTRACT
Background: Endometriosis is one of the most common gynecological abnormalities found. Endometriosis cyst in the ovary also exhibited changes in epithelial cyst just like endometrium in the uterus. Changes in the epithelial cells also include metaplasia, hyperplasia, atyphia even changes toward malignan characteristics. Nowadays, there are some research that linked endometriosis and clear cell ovarian cancer which is known with endometriosis-associated ovarian carcinoma (EAOC) it is reported that there?s a mutation that activated tumor suppressor gene (ARID1A), so protein BAF250a is not expressed in Clear Cell Carcinoma (CCC) in the ovarium.
Materials and Methods: Immunohistochemistry staining of ARID1A were done in 20 samples of non-atypical endometriosis, 20 samples of atypical endometriosis, 20 samples of CCC in the ovarium from the year 2012 until march 2015. From the group that experienced CCC we get 9 cases of EAOC. After that, we see if there?s any difference in the percentage of ARID1A expression in non-atypical endometrosis, atypical endometriosis, CCC in the ovarium and endometriosis with CCC( EAOC).
Results: In non-atypical endometriosis, atypical and CCC cases groups there are significant differences on the percentage of ARID1A expression (Kruskal-Walis test p=0,0035). Post Hoc analysis were done using Mann-Whitney test and there are significant differences on ARID1A expression between non-atypical and atypical endometriosis with CCC (p=0,001 and p=0,0015). In non-atypical endometriosis, atypical and EAOC groups there are significant differences on the percentage of ARID1A expression (Kruskal-Walis test p=0,011). Post Hoc analysis were done using Mann-Whitney test and there are significant differences on ARID1A expression between non-atypical and atypical endometriosis with EAOC (p=0,005 and p=0,008).
Conclusion: Expression of ARID1A in non atypical and atypical endometriosis are significantly higher compared to ovarian CCC and EAOC. So, we can say that ARID1A may be used as a marker for malignancy transformation in endometriosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Chaira Maulanisa
"Kanker payudara merupakan kanker paling umum pada wanita di seluruh dunia
dengan insiden lebih dari dua juta orang setiap tahunnya. Kanker payudara
stadium lanjut lokal adalah jenis kanker payudara invasif yang terbatas pada
payudara regional dan kelenjar getah bening. Salah satu terapi adalah kemoterapi
neoadjuvan (KN) yang efikasinya dapat dievaluasi secara respons patologis
dengan Miller Payne. Penting untuk mengidentifikasi biomarker sebagai prediktor
respons patologis setelah KN. Limfosit CD8+ diperiksa sebagai prediktor
keberhasilan KN lanjut lokal. Dengan menggunakan metode cross-sectional,
penelitian ini dilakukan di laboratorium patologi anatomi dan divisi bedah
onkologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo antara bulan Januari-Juni 2022.
Subjek penelitian ini adalah pasien kanker payudara stadium lanjut lokal yang
menjalani operasi pengangkatan payudara dengan terapi KN dari bulan September
2015- Februari 2022. Subjek penelitian ini didominasi luminal B, grade 2, ER+
dan kemoterapi berbasis antrasiklin. Ekspresi limfosit CD8+ tinggi dan tidak ada
hubungan dengan faktor klinikopatologi. Sebagian besar pasien memberikan
respon patologis positif terhadap kemoterapi dan terdapat hubungan yang
bermakna antara ekspresi limfosit T CD8+ dengan respon patologis Miller-Payne.
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai ekspresi limfosit CD8+ sebagai faktor
prediktif dalam respon kemoterapi neoadjuvan.
......Breast cancer is the most common cancer in women worldwide with an incidence
of more than two million people annually. Locally advanced breast cancer is a
type of invasive breast cancer limited to the regional breast and lymph nodes. One
of the treatments is neoadjuvant chemotherapy (NC) whose efficacy can be
evaluated by the Miller Payne method. It is important to identify biomarkers to
predict pathological responses after NC. CD8+ lymphocyte was examined as a
predictor of advanced local NC successfulness. Using cross-sectional method, this
research was done in the laboratory of anatomical pathology and division
surgical oncology RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo between January-June 2022.
The subjects were locally advanced breast cancer patients who received
neoadjuvant breast removal surgery from September 2016- February 2022. 35 out
of 40 subjects had clinical stage T4 mostly NST, luminal B, grade 2, ER+ and
anthracycline-based chemotherapy. The expression of CD8+ lymphocytes was
high and there was no association with clinicopathological factors. Most of the
patients respond positively to chemotherapy and there is a significant relationship
between the expression of CD8+ T lymphocytes with Miller Payne pathological
response. Further research on CD8+ lymphocyte expression"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Rahman Dwitomo
"ABSTRAK
Kebutuhan akan listrik di zaman modern ini tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Gedung Pusat Administrasi Rektorat Universitas Indonesia yang diresmikan pada tahun 1987 merupakan gedung yang diperuntukkan untuk ruang kantor, ruang rapat, yang didalamnya terdapat berbagai peralatan listrik, seperti komputer, AC, lampu, dan lain sebagainya. Mengingat sudah diresmikan sejak 30 tahun yang lalu sehingga dirasa sangat perlu untuk dilakukan audit kualitas daya listrik gedung ini untuk mengetahui kondisi panel dan juga kondisi kualitas daya listrik gedung Pusat Administrasi Universitas serta memberikan suatu rekomendasi agar kualitas daya listrik sesuai dengan standar yang diizinkan. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa kondisi panel harus mengalami perbaikan, pergantian, dan juga perawatan. Hasil pengukuran menunjukkan beberapa parameter kualitas daya memenuhi standar seperti tegangan pada rentang 366.49-403.04 V, frekuensi pada rentang 49,7 ndash;50,4 Hz, dan temperatur panel memiliki selisih suhu 0-10 C sedangkan beberapa tidak memenuhi standar seperti harmonik dimana IHDi orde 3 bernilai diatas 4 dan faktor daya kurang dari 0,85 sehingga perlu dilakukan pemasangan single-tuned pasif filter.

ABSTRACT
The need for electricity in modern times is inseparable from human life. The University of Indonesia Administration Building Rectorate which was inaugurated in 1987 is a building dedicated to office space, meeting rooms, in which there are many electrical appliances, such as computers, air conditioners, lights, and so forth. Given that it was inaugurated since 30 years ago so it is necessary to audit the electrical power of the building and the condition of the electrical power of the University Administration Center building and provide a recommendation that the quality Of electric power in accordance with the options allowed. Monitoring results indicate that the panel condition must undergo repair, replacement, and maintenance. The measurement results show that some power quality parameters meet such as voltages in the 366.49 403.04 V range, frequencies range from 49.7 to 50.4 Hz, and panel temperatures have a temperature difference of 0 10 C whereas some do not meet the standards As harmonics where IHDi 3rd order is above 4 and power factor is less than 0.85 so it is necessary to install a passive single tuned filter."
2017
S68285
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Widya Lestari
"ABSTRAK
Latar belakang: Enhancer of Zeste homolog 2 (EZH2) merupakan kelompok protein grup polycomb yang berperan penting dalam regulasi epigenetik dan berkaitan erat dengan tumorigenesis. EZH2 ekspresinya meningkat pada kanker payudara. Peningkatan ekspresi EZH2 dapat memprediksi peningkatan risiko keganasan. Columnar cell lesion (CCL) merupakan lesi proliferatif, sering ditemukan seiring dengan meningkatnya deteksi dini kanker payudara dengan mammografi. Lesi ini terbagi atas columnar cell change (CCC), columnar cell hyperplasia (CCH), flat epithelial atypia (FEA). CCL menjadi penting setelah dikaitkan dengan risiko menjadi karsinoma payudara, serta hubungannya dengan lesi jinak dan lesi ganas payudara lainnya. Penanda prediktif CCL dibutuhkan untuk memilah CCL yang berpotensi menjadi ganas, sehingga dapat digunakan untuk deteksi dini kanker payudara kelak. Bahan dan cara: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang, deskriptif dan analitik. Sampel terdiri atas masing-masing 25 kasus CCL tanpa karsinoma dan CCL dengan karsinoma. Dilakukan pulasan EZH2 secara imunohistokimia dan penilaian dilakukan menggunakan H score dengan modifikasi oleh dua pengamat secara independen. Hasil: Hasil penilaian dua pengamat menyimpulkan nilai tidak ada perbedaan bermakna antar pengamat (p 0,655). Median H score EZH2 pada CCL tanpa karsinoma lebih tinggi secara bermakna (p 0,002) dibandingkan EZH2 dengan karsinoma, dinyatakan tinggi bila H score ≥ 100,16 (dengan sensitivitas 40,00). Kecenderungan sebaran median H score EZH2 didapatkan lebih tinggi pada FEA dengan nilai H score 119,03, diikuti CCH sebesar 103,63 dan CCC sebesar 100,07. Median H score EZH2 pada FEA tanpa karsinoma lebih tinggi (218,26) daripada CCL dengan karsinoma (101,53). Kesimpulan: Ekspresi EZH2 pada CCL tanpa karsinoma lebih tinggi dibandingkan CCL dengan karsinoma, terdapat kecenderungan ekspresi EZH2 yang lebih tinggi pada FEA dibandingkan CCH dan CCC pada semua kasus dan masing-masing kedua kelompok. Ekspresi EZH2 pada FEA tanpa karsinoma lebih tinggi dibandingkan FEA dengan karsinoma. EZH2 diduga berperan dalam karsinogenesis CCL yaitu terutama pada tahap transformasi.

ABSTRACT
Background: Enhancer of Zeste homolog 2 (EZH2) is a group of polycomb which has an important role in epigenetic regulation and is related to tumorigenesis. The expression of EZH2 is increasing in breast cancer. Overexpression of EZH2 can predict the risk of malignant. Columnar cell lesion (CCL) is a proliferatif lesion, and it is increasingly found with the increasing breast screening by mammography. This lesion divided consisted of columnar cell change (CCC), columnar cell hyperplasia (CCH), flat epithelial atypia (FEA). CCL become important related to the risk for carcinoma, and the relation with others benign lesion and maligna lesion. The predictive sign of CCL needed to assess CCL transformation become malignancy. Methods: This was cross sectional study. The sampling consisted of 25 CCL cases without carcinoma and 25 CCL cases with carcinoma. EZH2 immunostainning was assesed using H score by two independent observers. Result: The H score between two observers showed high concordance (p 0,655). Median EZH2 H score in CCL without carcinoma is significantly higher (p 0,002) than CCL with carcinoma, is high if H score ≥ 100,16 (with sensitivity 40,00). Inclination distribution of median H score EZH2 resulted higher in FEA with H score 119,03, followed by CCH 103,63 and CCC 100,07. Median EZH2 H score in FEA without carcinoma (218,26) higher than CCL with carcinoma (101,53). Conclusion: The expression of EZH2 in CCL without carcinoma is higher than CCL with carcinoma, and it shows higher tendency of EZH2 expression in FEA compared by CCH and CCC in all cases and in each group. The expression of EZH2 in FEA without carcinoma is higher than FEA with carcinoma. Hence EZH2 is predicted has a role in malignant transformation and the carcinogenesis of CCL."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Familia Bella Rahadiati
"ABSTRAK Karsinoma ovarium adalah salah satu keganasan paling mematikan di bidang ginekologik. Penyebab keganasan belum diketahui pasti dan umumnya tidak memiliki gejala klinik yang jelas. Karsinoma ovarium tipe I khususnya karsinoma endometrioid dan karsinoma sel jernih diketahui dapat berasal dari endometriosis. Karsinoma yang berasal dari endometriosis dikenal sebagai endometriosis-associated ovarian carcinoma (EAOC). Pengembangan model hewan coba karsinoma ovarium yang berhubungan dengan endometriosis diperlukan untuk penelitian dasar dan uji klinik menggantikan jaringan manusia. Pada penelitian ini dikembangkan model hewan coba karsinoma ovarium dengan teknik autoimplantasi dan induksi DMBA. Penelitian ini mengunakan blok parafin dari tikus yang sebelumnya telah mendapatkan operasi plasebo (SHAM), autoimplantasi endometrium, kombinasi autoimplantasi endometrium dan induksi DMBA yang dikorbankan pada minggu ke-5,10, dan 20. Dilakukan penilaian histopatologik dan pulasan imunohistokimia ARID1A dengan penilaian persentase positivitas pada 200 sel. Penelitian ini menghasilkan lesi endometriosis atipik sebanyak 1 (20%) dan karsinoma sel jernih sebanyak 1 (20%) pada implantasi dan induksi DMBA 10 minggu dan karsinoma endometrioid sebanyak 100% pada kelompok induksi DMBA. Pulasan ARID1A tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,313) pada seluruh kelompok perlakuan.
ABSTRACT Ovarian carcinoma is one of the most deadly malignancies in the gynecologic field. The cause of malignancy is not known for sure and generally do not have clear clinical symptoms. Type I ovarian carcinoma especially endometrioid carcinoma and clear cell carcinoma is known to originate from endometriosis. Carcinoma originating from endometriosis is known as endometriosis-associated ovarian carcinoma (EAOC). The development of experimental animal models of ovarian carcinoma associated with endometriosis is needed for basic research and clinical trials replace human tissue. In this study an experimental model of ovarian carcinoma was developed with autoimplantation and DMBA induction techniques.This study used paraffin blocks from mice that had previously received placebo surgery (SHAM), endometrial autoimplantation, combination of endometrial autoimplantation and DMBA induction and were sacrificed at 5,10 and 20 weeks. Assessment of ARID1A expression by assessing the percentage of positivity in 200 cells.This study resulted in 1 (20%) atypical endometriosis lesions and 1 (20%) clear cell carcinoma in 10 weeks DMBA implantation and 100% endometrioid carcinoma in the DMBA induction group. ARID1A ekspression did not show a significant difference (p = 0.313) in all treatment groups.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florinda Ilona
"ABSTRAK
Latar belakang: Frekuensi tumor ovarium serosum ganas menempati urutan tertinggi dari seluruh keganasan ovarium di dunia barat 80-85 , sesuai dengan arsip Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia FKUI /Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSCM selama 10 tahun 2004-2013 , sebanyak 200 kasus 21,4 dari seluruh keganasan ovarium. GLUT-1 dapat digunakan sebagai penanda perangai biologik tumor ovarium serosum. Tujuan penelitian ini membandingkan ekspresi GLUT-1 pada tumor ovarium serosum borderline dan ganas serta faktor risiko.Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang. Sampel terdiri atas 17 kasus untuk masing masing kelompok tumor ovarium serosum borderline dan ganas. Dilakukan pulasan GLUT-1 dengan penilaian berdasarkan intensitas dan jumlah sitoplasma dan/atau membran sel yang terpulas. Dilakukan penghitungan histoscore dan persentase setiap kasus dan dinilai ekspresi GLUT-1 berdasarkan titik potong kemudian dikelompokkan menjadi ekspresi rendah dan tinggi.Hasil: Pulasan GLUT-1 ekspresi rendah sama banyak dengan ekspresi tinggi. Sebagian besar kelompok tumor ovarium serosum borderline menunjukkan ekspresi rendah. Kelompok tumor ovarium serosum ganas sebagian besar menunjukkan ekspresi tinggi. Perbedaan ekspresi GLUT-1 antara tumor ovarium serosum borderline dan ganas, secara statistik bermakna p ABSTRACT
Background : The frequency of serous malignant tumors of ovary occupies the highest order of all ovarian malignancies in the western world 80-85 , in accordance with Department of Anatomical Pathology, Faculty of Medicine University of Indonesia / Cipto Mangunkusumo hospital datas, for 10 years 2004-2013 , as many as 200 cases 21.4 of all ovarian malignancies. GLUT-1 can be used as a marker in differentiating biological behaviour of serous ovarian tumor. The aim of the study was to compare expression of GLUT-1 in serous borderline and malignant tumours of the ovary. Methods : This was cross-sectional study. Sample consists of 17 cases for each group, serous borderline and malignant tumor of ovary, stained with GLUT-1 antibody. Quantification was based on the intensity and distribution of cytoplasm and/or cell membrane. The appraisal was done with estimating histoscore and percentage of each case. Calculation result was assessed by GLUT-1 expression, based on the point of intersection and then grouped into low and high expression.Result : The GLUT-1 low expression results are equal with high expression. Low grade expression found in majority cases of serous borderline ovarian tumors group. Groups of serous malignant ovarian tumors largely exhibit high expression. These differences in Glut-1 expression among the borderline and malignant cases, are statistically significant p"
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>