Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cindy Junita Intan
Abstrak :
Kanker serviks menjadi penyebab utama kedua kematian akibat kanker pada perempuan di seluruh dunia. Pengobatan alternatif kanker serviks yang dikembangkan saat ini yaitu metode terapeutik menggunakan ekstrak tumbuhan seperti akar wangi (Vetiveria zizanioides L.). Studi pendahuluan mengenai pengaruh konsentrasi ekstrak akar wangi terhadap pertumbuhan sel HeLa dengan analisis indeks mitosis telah dilakukan dengan konsentrasi 10, 30, dan 50 μg/mL. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa konsentrasi 10 μg/mL paling efektif dalam menekan pertumbuhan sel HeLa. Penelitian lanjutan dilakukan dengan variasi konsentrasi yang lebih spesifik, yaitu 5, 10, dan 15 μg/mL yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak akar wangi terhadap pertumbuhan sel HeLa dengan metode indeks mitosis, trypan blue, dan mikroskop fluoresens. Hasil uji independent t-test pada tingkat kepercayaan 0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan nilai indeks mitosis dan viabilitas antara sampel kontrol dan perlakuan. Hasil pengamatan kualitatif dengan mikroskop fluoresens menunjukkan terdapat penurunan konfluensi dan perubahan morfologi sel HeLa pada sampel perlakuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi 5, 10, dan 15 μg/mL ekstrak akar wangi berpengaruh terhadap aktivitas mitosis, viabilitas, dan morfologi sel HeLa. Ekstrak akar wangi dengan konsentrasi 15 μg/mL cenderung lebih mampu menurunkan nilai indeks mitosis dan viabilitas sel HeLa. ......Cervical cancer is the second leading cause of cancer death in women worldwide. Alternative treatment for cervical cancer currently being developed is a therapeutic method using plant extracts such as vetiver (Vetiveria zizanioides L.). Preliminary studies on the effect of the concentration of vetiver extract on the growth of HeLa cells by mitotic index analysis have been carried out at concentrations of 10, 30, and 50 g/mL. The preliminary study results showed that the concentration of 10 g/mL was most effective in suppressing the growth of HeLa cells. Further research was carried out with more specific concentration variations, namely 5, 10, and 15 g/mL, which aimed to determine the effect of the concentration of vetiver extract on the growth of HeLa cells using the mitotic index, trypan blue, and fluorescent microscopy. The independent t-test results at a significance level of 0,05 showed a significant difference in the mitotic index and viability values between the control and treatment samples. The results of qualitative observations with fluorescent microscopy showed a decrease in confluency and changes in the morphology of HeLa cells in the treated samples. The concentrations of 5, 10, and 15 g/mL of vetiver extract affected the mitotic activity, viability, and morphology of HeLa cells. Vetiver extract with a concentration of 15 g/mL tended to lower the mitotic index and HeLa cell viability values.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Mas Rizky Ramadhani
Abstrak :
Hibiscus rosa-sinensis memiliki variasi pada bentuk bunga single, crested, dan double. Variasi tersebut disebabkan adanya perubahan struktur stamen menjadi bentuk lembaran (petaloid) pada bunga crested dan double. Pembentukan struktur petaloid tersebut merupakan gejala homeosis yang disebabkan oleh mutasi pada gen homeotik pengatur identitas organ bunga. Gen homeotik bunga termasuk ke dalam kelompok gen MADS-box yang dibedakan berdasarkan fungsinya menjadi gen kelas A, B, C, D, dan E. Gen yang berfungsi dalam mengatur pembentukan identitas stamen adalah gen kelas B, C, dan E. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gen APETALA3 dan PISTILLATA (kelas B), AGAMOUS (kelas C), serta SEPALLATA1 (kelas E) pada petal dan struktur stamen bunga H. rosa-sinensis variasi single, crested, dan double, serta mengetahui homologi gen-gen tersebut dengan gen-gen ortolog pada spesies tumbuhan yang berbeda. Isolasi DNA genomik dilakukan menggunakan kit ekstraksi DNA genomik. Selanjutnya, amplifikasi gen dilakukan menggunakan primer AP3, PI, AG-1, AG-2, AG Kombinasi 1 dan 2, SEP1-1, dan SEP1-2. Sekuensing dilakukan pada amplikon gen yang berhasil diamplifikasi, yaitu pada amplikon gen PI, AG-1, AG Kombinasi 1, SEP1-1, SEP1-2. Hasil sekuensing berkualitas tinggi diperoleh dari amplikon gen PI, AG Kombinasi 1, dan SEP1-2. Penyejajaran sekuens gen yang diperoleh dengan gen target menunjukkan persentase kemiripan yang rendah. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya perubahan sekuens gen MADS-box akibat proses evolusi tumbuhan. Oleh karena itu, desain primer untuk mendapatkan sekuens target perlu dilakukan kembali dengan mempertimbangkan kemungkinan diversifikasi gen MADS-box pada spesies tumbuhan yang berbeda. ......Hibiscus rosa-sinensis has variations in the form of single, crested, and double flowers. This variation is caused by a change in stamen structure to form petaloids in crested and double flowers. The formation of these petaloid structures is a symptom of homeosis caused by mutations in homeotic genes that regulate flower organ identity. Flower homeotic genes belong to the MADS-box gene group which are distinguished based on their function into A-, B-, C-, D-, and E-class genes. The genes that function in regulating the formation of stamen identity are B-, C-, and E-class genes. This research is done to analyze the APETALA3 and PISTILLATA (B-class), AGAMOUS (C-class), and SEPALATA1 (E-class) genes in the petal and stamen structure of single, crested, and double H. rosa-sinensis flower variations, as well as to know the homology of these genes with other ortholog genes from different plant species. Genomic DNA isolation was carried out using an extraction kit. Next, gene amplification was performed using primers AP3, PI, AG-1, AG-2, AG Combinations 1 and 2, SEP1-1, and SEP1-2. Sequencing was carried out on the amplicons of the genes that were successfully amplified, namely the amplicons of the PI, AG-1, AG Combination 1, SEP1-1, SEP1-2 genes. High quality sequencing results were obtained from the amplicons of the PI, AG Combination 1, and SEP1-2 genes. Sequence alignment between obtained and target genes showed a low percent similarity. This can occur due to changes in the MADS-box gene sequence caused by the process of plant evolution. Therefore, primer redesign to obtain target sequences needs to be done by considering the possibility of MADS-box gene diversification in different plant species.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Maharani Rosa Wibowo
Abstrak :
Tanaman hias syngonium podophyllum menunjukkan variasi warna daun yang terbagi menjadi tiga, yaitu merah muda, kombinasi merah muda-hijau, dan hijau. Berdasarkan ketiga variasi tersebut, merah muda adalah warna daun yang paling diminati masyarakat. Intensitas cahaya matahari diduga berpengaruh terhadap variasi warna daun S. podophyllum. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya terhadap variasi warna daun S. podophyllum. Syngonium podophylllum ditanam di dalam naungan paranet berbentuk kubus dengan kerapatan berbeda sebagai representasi intensitas cahaya yang diterima tanaman. Terdapat tiga perlakuan kerapatan paranet, yaitu 45%, 65%, dan 85%. Ketiga tanaman perlakuan dibandingkan terhadap tanaman kontrol yang ditumbuhkan tanpa naungan paranet. Pengambilan data berupa data kualitatif dan data kuantitatif dilakukan terhadap setiap tanaman. Data kualitatif berupa variasi bentuk dan warna daun, sedangkan data kuantitatif berupa pertumbuhan tanaman, kadar pigmen daun, dan parameter lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh naungan paranet terhadap kemunculan warna daun S. podophyllum. Naungan paranet 85% memiliki tanaman dengan jumlah daun berwarna merah muda yang paling banyak dan laju pertumbuhan yang paling tinggi. Sementara itu, naungan paranet 65% menunjukkan peluang paling besar pada kemunculan daun berwarna kombinasi merah muda-hijau. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui faktor internal yang paling berpengaruh terhadap perubahan warna daun S. podophyllum ......The ornamental plant Syngonium podophyllum displays leaf color variations that are divided into three categories: pink, pink-green combination, and green. Among these variations, the pink color is the most preferred by the community. It is believed that the intensity of sunlight affects the leaf color variations of S. podophyllum. A study was conducted to determine the effect of light intensity on the leaf color variations of S. podophyllum. Syngonium podophyllum plants were grown under cube-shaped shade nets with different densities to represent the received light intensity. Three shade net densities were used as treatments: 45%, 65%, and 85%. These three treatment plants were compared to a control plant grown without shade net. Data were collected for each plant, including qualitative data such as leaf shape and color variations, and quantitative data such as plant growth, leaf pigment content, and environmental parameters. The research results indicate that shade nets have an influence on the appearance of leaf colors in S. podophyllum. The 85% shade net density resulted in the highest number of pink-colored leaves and the fastest growth rate. Meanwhile, the 65% shade net showed the highest probability of the pink-green combination leaf color. Further research is needed to determine the internal factors that have the most significant impact on the leaf color changes in S. podophyllum
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khonsa Rana Nabila
Abstrak :
Syngonium podophyllum memiliki variasi warna daun, yaitu merah muda, merah muda-hijau, dan hijau. Daun berwarna merah muda adalah yang paling diminati masyarakat. Spektrum warna cahaya diduga berperan dalam kemunculan beragam warna daun S. podophyllum. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh spektrum warna cahaya terhadap warna daun dan pertumbuhan S. podophyllum. Penelitian dilakukan dengan menggunakan naungan warna (coloured shade cloth) berbentuk kubus dari plastik mika PVC transparan berwarna biru, hijau, dan merah yang masing-masing berisi empat polybag S. podophyllum. Data kualitatif berupa bentuk dan warna daun, serta data kuantitatif yang diukur, yaitu intensitas cahaya, intensitas UV-B, suhu, dan kelembapan. Hasil penelitian menunjukkan naungan warna berpengaruh terhadap kemunculan warna daun S. podophyllum. Naungan merah paling berpengaruh terhadap kemunculan daun berwarna merah muda. Selain warna daun, naungan warna juga berpengaruh terhadap pertumbuhan S. podophyllum. Naungan warna yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan S. podophyllum adalah biru. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa S. podophyllum tidak hanya mengalami perubahan warna daun, tetapi juga mengalami perubahan bentuk daun. Penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk mengetahui nilai panjang gelombang spesifik guna memvalidasi spektrum warna yang paling berpengaruh terhadap kemunculan warna dan pertumbuhan S. podophyllum. ......Syngonium podophyllum has a variety of leaf colors, including pink, pink-green, and green. Pink-colored leaves are the most desirable to the public. The spectrum of light colors is believed to play a role in the appearance of diverse leaf colors in S. podophyllum. The research was conducted to determine the main factors causing the formation of leaf color variations in S. podophyllum. The study was conducted to determine the effect of the light color spectrum on the leaf color and growth of S. podophyllum. The study used colored shade cloth in the form of cubes of transparent blue, green, and red PVC mica plastic, each containing four polybags of S. podophyllum. The qualitative data observed were the shape and color of the leaves. The quantitative data measured were light intensity, UV-B intensity, temperature, and humidity. The study results showed that the color shade influenced the appearance of leaf colors in S. podophyllum. The red shade had the most significant effect on the emergence of pink-colored leaves. In addition to leaf color, the color shade also affected the growth of S. podophyllum. The blue shade had the most significant impact on the growth of S. podophyllum. The results also revealed that S. podophyllum not only undergoes changes in leaf color but also changes in leaf shape. Further research is still needed to determine specific wavelength values in order to validate the color spectrum that has the most significant effect on the appearance of colors and the growth of S. podophyllum.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aqmal Danish
Abstrak :
Syngonium podophyllum memiliki warna daun yang bervariasi. Variasi tersebut antara lain warna merah muda, kombinasi merah muda-hijau, dan hijau. Warna-warna yang terdapat pada daun dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal tanaman. Studi anatomi dilakukan untuk melihat bagaimana tampilan jaringan mesofil pada berbagai variasi warna daun yang dimiliki oleh S. podophyllum. Metode yang digunakan adalah metode sayatan segar dan metode parafin. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan tampilan jaringan mesofil pada tiap warna daun. Daun berwarna merah muda dari S. podophyllum memperlihatkan jaringan mesofil yang tidak berdiferensiasi menjadi palisade. Daun berwarna hijau menunjukkan jaringan mesofil yang terdiferensiasi menjadi palisade. Sementara itu, daun berwarna kombinasi merah muda-hijau menunjukkan adanya jaringan mesofil yang berdiferensiasi menjadi palisade maupun tidak. Penelitian menunjukkan hasil bahwa warna daun berkorelasi dengan struktur anatomi jaringan mesofil. Namun, perubahan warna yang terjadi pada daun S. podophyllum tidak memengaruhi struktur jaringan mesofil. Cahaya diduga merupakan salah satu faktor lingkungan yang memengaruhi variasi dan perubahan warna daun S. podophyllum, yang masih perlu dikaji lebih lanjut. ......Syngonium podophyllum has a variety of leaf colors. The variations include pink, pink-green combination, and green. Internal and external factors influence leaf color. An anatomical study was conducted to observe the appearance of mesophyll tissue in the different leaf color variations of S. podophyllum. The methods used were fresh sectioning and paraffin methods. The research results indicated differences in the appearance of mesophyll tissue for each leaf color. Pink-colored leaves of S. podophyllum showed undifferentiated mesophyll tissue in the palisade. Green-colored leaves exhibited differentiated mesophyll tissue in the palisade. Meanwhile, leaves with a pink-green combination showed both differentiated and undifferentiated mesophyll tissue in the palisade. The study revealed that leaf color correlated with the anatomical structure of mesophyll tissue. However, the color changes that occur in S. podophyllum leaves do not affect the structure of mesophyll tissue. Light is thought to be one of the environmental factors that influence variation and changes in the leaf color of S. podophyllum, which still needs to be studied further.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soleh Arifin
Abstrak :
Syngonium podophyllum memiliki warna daun yang bervariasi. Variasi warna tersebut terdiri dari merah muda, kombinasi merah muda-hijau, dan hijau. Warna-warna yang terdapat pada daun dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal tanaman. Intensitas cahaya diduga merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap variasi warna daun S. podophyllum. Penelitian dilakukan menggunakan naungan paranet berbentuk kubus pada berbagai variasi kerapatan sebagai representasi intensitas cahaya yang diterima tanaman. Sistem naungan dan jumlah sampel tanaman di dalam naungan disusun menggunakan metode purposive sampling. Terdapat tiga perlakuan kerapatan paranet, yaitu 45%, 65%, dan 85% serta kontrol. Studi anatomi dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh intensitas cahaya terhadap tampilan jaringan mesofil pada berbagai variasi warna daun yang dimiliki oleh S. podophyllum. Preparat anatomi berupa sayatan segar yang disayat melintang (cross section) dengan metode hand section. Data yang diambil bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa tampilan morfologi warna daun dan struktur anatomi jaringan mesofil daun, sedangkan data kuantitatif berupa ketebalan jaringan mesofil daun dan parameter lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi warna daun berkorelasi dengan struktur anatomi jaringan mesofil. Meski demikian, belum ditemukan korelasi secara langsung antara struktur anatomi mesofil daun dengan variasi intensitas cahaya. Penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan khususnya dalam menentukan area daun yang menjadi sumber sayatan, frekuensi pembuatan preparat yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan, serta metode sayatan yang menunjang keakuratan hasil pengukuran ketebalan jaringan. ......Syngonium podophyllum has a variety of leaf colors. The variations include pink, pink-green combination, and green. Plant internal and external factors influence leaf color. Intensity of sunlight is believed to be the most impactful factor that affect leaf color variations of S. podophyllum. The study was conducted using cube shaped shade net on several densities to represent received light intensity. Shade type and number of samples for each shade were arranged using purposive sampling method. Three shade net densities were used as treatments: 45%, 65%, and 85% along with control. Anatomical study was conducted to observe the effect of light intensity towards the appearance of mesophyll tissue in the different leaf color variations of S. podophyllum The anatomy slide was fresh sectioned in cross section with free-hand sectioning method. Data were collected for each plant, including qualitative data such as leaf color and mesophyll tissue anatomy, and quantitative data such as mesophyll tissue thickness and environmental parameters. The research results indicated that leaf color correlated with the anatomical structure of mesophyll tissue. Nevertheless, the direct correlation between mesophyll anatomy structure with variation of shade net densities has yet to be found. Further studies were required particularly on determining leaf area used in anatomy slide, frequencies of anatomy slide preparation in accordance to environment condition, as well as sectioning method which support the accuracy of mesophyll thickness measurement results.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library