Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anak Agung Sagung Ayu Santhi Sueningrum
"

Pendahuluan: Tahap pendidikan klinik adalah fondasi penting dalam pendidikan kedokteran karena pada tahap ini pengembangan identitas profesional peserta didik terjadi. Peran pengajar klinis pun menjadi salah satu determinan penting dalam menentukan kualitas pembelajaran di tahap pendidikan klinik. Oleh karena itu, kualitas pengajar klinis harus dijaga dan ditingkatkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kualitas pengajar klinis adalah memahami pengembangan identitas profesional sebagai pengajar klinis. Integrasi identitas profesional pengajar klinis ke dalam identitas profesional klinisi dianggap penting dalam menjaga well-being dan resistensi dalam menjalankan peran sebagai pengajar klinis. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Responden penelitian adalah pengajar klinis yang dipilih menggunakan strategi maximum variety sampling dengan mempertimbangkan lama menjadi pengajar klinis, jenis kelamin, peran sebagai koordinator, dan rotasi pendidikan klinik.Terdapat tiga focus group discussion dengan jumlah peserta 5-6 orang pengajar klinis untuk setiap kelompok dan tiga belas wawancara mendalam terhadap tiga belas orang pengajar klinis untuk mengeksplorasi proses pengembangan identitas profesional pengajar klinis. Hasil penelitian: Dalam penelitian ini teridentifikasi faktor-faktor yang berkaitan dengan self, situation, support, dan strategy sebagai faktor yang berpotensi mempengaruhi pengembangan identitas profesional. Diketahui bahwa kemampuan reflektif dan peran community of practice merupakan faktor esensial dalam menjalani masa transisi dan pengembangan identitas profesional. Ditemukan tiga narasi integrasi identitas profesional oleh responden, yaitu koalisi I-position pengajar klinis dan klinisi, bertahan pada I-position klinisi, serta metaposisi antara I-position profesional dan personal. Simpulan: Faktor-faktor yang terkait dengan self, situation, support, dan strategy berpotensi mendukung atau pun menghambat pengajar klinis dalam masa transisi. Selain itu gambaran proses integrasi identitas profesional pengajar klinis mencerminkan refleksi responden terhadap pengalaman dan peran mengajar.

 


Introduction: Clinical clerkship is an important foundation in medical education because at this stage the development of students professional identity occurs. Clinical teachers play an important role in determine the quality of learning in clinical rotation. Therefore, the quality of clinical teachers should be maintained and improved. One of the strategies to maintain and improve the quality of clinical teachers is to understand the clinical teachers professional identity development. The integration of clinical teachers professional identity into clinicians identity is considered important to maintain the well-being and resistance in carry on the role as clinical teacher. Method: This is a qualitative study with phenomenological approach. Respondents were clinical teachers who were selected using maximum variety sampling strategy by considering the length of time being clinical teacher, gender, role as coordinator, and clinical rotation. There were three focus group discussion in which each group consists of 5-6 clinical teachers and thirteen in-depth interviews with thirteen clinical teachers to explore the development of clinical teachers professional identity. Result: This study identified factors related to self, situation, support, and strategy that could influence the development of clinical teachers professional identity. It was found that reflective abilities and community of practice were essential factors in undergoing a period of transition and the development of professional identity. Three narratives of integration of professional identity by respondents were found, namely the coalition of I-position as clinical teachers and clinicians, holding on to the clinicians I-position, and meta-position between professional and personal I-positions. Conclusion: Factors related to self, situation, support and strategy were identified as potential factors to support or hinder clinical teacher in transition. In addition, the narration of the integration process reflects the clinical teachers reflection upon their teaching roles and experiences.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezki Yeti Yusra
"Latar Belakang : Penilaian praktik kolaborasi interprofesi tenaga kesehatan penting dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai praktik kolaborasi interprofesi bagi praktisi kesehatan dan bagi institusi pendidikan yang merencanakan pengalaman pembelajaran bagi mahasiswa profesi kesehatan. Berdasarkan telaah literatur penilaian praktik kolaborasi interprofesi dapat menggunakan Collaborative Practice Assessment Tool CPAT . Instrumen CPAT belum pernah digunakan di Indonesia sehingga perlu dilakukan validasi terlebih dahulu. Tujuan penelitian ini adalah melakukan uji validitas dan reliabilitas CPAT adaptasi Bahasa Indonesia.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain potong lintang untuk menilai validitas kuesioner CPAT adaptasi Bahasa Indonesia pada tenaga kesehatan. Penelitian melibatkan 304 responden tenaga medis dan kesehatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan dilaksanakan bulan Maret hingga Juni 2017. Penelitian ini melalui 3 tahap yaitu adaptasi bahasa, uji coba dan pengumpulan data untuk validasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan perangkat SPSS 20.0 dengan exploratory factor analysis EFA untuk mengetahui jumlah subskala sekaligus menguji validitas dan reliabilitas kuesioner.
Hasil : Sejumlah 304 kuesioner memenuhi untuk syarat analisis lebih lanjut. Hasil uji validitas konstruk ,menunjukkan hasil baik dan terdapat 3 butir pernyataan yang dihilangkan. Nilai koefisien korelasi 53 butir pernyataan > 0,3 dengan tingkat signifikansi 5 . Ektraksi dengan metode principal component analysis dan rotasi oblimin memperoleh 8 komponen hubungan antar anggota tim; hambatan dalam tim; hubungan tim dengan masyarakat; koordinasi dan pembagian peran dalam tim; pembuatan keputusan dan manajemen konflik; kepemimpinan; misi, tujuan, sasaran; keterlibatan pasien, tanggung jawab dan otonomi . Nilai koefisien alfa kuesioner CPAT adaptasi Bahasa Indonesia sangat baik yaitu 0,916.
Kesimpulan : CPAT adaptasi Bahasa Indonesia valid dan reliabel untuk digunakan sebagai instrumen penilaian praktik kolaborasi interprofesi. Terdapat perubahan distribusi butir kuesioner pada komponen dan perbedaan komponen CPAT versi asli dan CPAT adaptasi Bahasa Indonesia. Instrumen CPAT adaptasi Bahasa Indonesia memenuhi kriteria validitas konstruk dan kriteria reliabilitas yang baik secara keseluruhan maupun setiap komponen. Kuesioner CPAT dapat digunakan lebih lanjut untuk menilai praktik kolaborasi interprofesi tenaga kesehatandi Indonesia.

Background Assessment of interprofessional collaborative practice of healthcare practitioners is important to provide an overview of current practices. The assessment is also strategic for educational institutions that plan to prepare learning experiences for medical and health professions rsquo students. A thorough literature review suggested that the Collaborative Practice Assessment Tool CPAT can be used to assess the practice of interprofessional collaboration in health setting. This instrument has not been used in Indonesia hence,it must be validated first. The purpose of this study was to provide evidence on the validity and reliability of Indonesian adaptation of CPAT.
Method This study used cross sectional design to provide evidence on the validity and reliability of Indonesian version of CPAT questionnaire. The study involved 304 medical and healthcare practitioners at Cipto Mangunkusumo Hospital from March to June 2017. The study was conducted through 3 stages language adaptation, pilot study and validation study. The data was analyzed using SPSS 20.0 with exploratory factor analysis EFA to identify the number of subscales and to provide evidence of the validity and reliability of the questionnaire.Result A total of 304 completed questionnaires were eligible for analysis.
The results of the construct validity test was good and a total of 3 items were removed from 56 item of an original CPAT. The correlation coefficient of 53 items was 0.3 with significance level of 5 . Extraction using principal component analysis and oblimin rotation method resulted in 8 components relationships among members team barriers team relationships with community coordination and role sharing decision making and conflict management leadership, missions, meaningful purpose, goals patient involvement responsibilty and autonomy . Cronbach alpha of Indonesian version of CPAT was very good 0,916.
Conclusion The Indonesian version of CPAT was valid and reliable to be used as an instrument to assess interprofessional collaborative practice of health professionals. There were some changes in the total number of items, the distribution of items to the subscales and identified subcales in Indonesian CPAT compared to the original CPAT. The Indonesian version of CPAT fulfills the criteria of construct validity and reliability of a questionnaire both as a whole set and in each subscale. The questionnaire can be used further to assess interprofessional collaboration practiceof health professionals in Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Primasari W
"ABSTRAK
Latar belakang: Pruritus adalah keluhan subyektif terbanyak yang membuat pasien datang ke poliklinik kulit, dan dua pertiga di antaranya adalah pruritus kronik. Kuesioner 5-D Itch Scale 5DIS adalah alat pengukuran pruritus kronik yang memenuhi berbagai aspek alat pengukuran pruritus sesuai rekomendasi International Forum for the Study of Itch IFSI . Penelitian ini dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas kuesioner 5DIS berbahasa Indonesia untuk menilai keluhan pruritus kronik di Indonesia.Metode: Naskah 5DIS asli berbahasa Inggris diterjemahkan ke bahasa Indonesia sesuai dengan pedoman adaptasi lintas budaya dari International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research ISPOR . Tiga set kuesioner, yaitu skala gatal 5 dimensi, Dermatology Life Quality Index DLQI , dan Visual Analogue Scale VAS diberikan kepada pasien pruritus kronik di poliklinik IKKK RSUPNCM. Reliabilitas diuji menggunakan Cronbach a. Validitas konvergen dan konkuren diuji menggunakan korelasi Pearson dan Spearman.Hasil: Adaptasi lintas budaya 5DIS menghasilkan sebuah naskah skala gatal 5 dimensi. Ketiga set kuesioner diisi dengan lengkap oleh 34 orang. Rentang usia subjek penelitian SP adalah 18 hingga 83 tahun, dengan rerata usia 56,7 15,7 tahun. Nilai Cronbach a 0,679 untuk kelima ranah skala gatal 5 dimensi menunjukkan tingkat reliabilitas yang dapat diterima. Hasil uji validitas konvergen didapatkan korelasi yang kuat dan bermakna antara skor butir-butir dan skor total skala gatal 5 dimensi dengan nilai koefisien korelasi adalah 0,636-0,760. Hasil uji validitas konkuren didapatkan korelasi yang kuat dan bermakna antara skala gatal 5 dimensi dengan kuesioner DLQI dan skala VAS.Kesimpulan: Skala gatal 5 dimensi merupakan alat pengukuran yang valid dan reliabel untuk menilai keluhan pruritus kronik pada pasien dewasa dan lansia di Indonesia.Kata kunci: pruritus kronik, pengukuran, 5-D itch scale, skala gatal 5 dimensi, validitas, reliabilitas

ABSTRACT
Background Pruritus is a major subjective complaint in dermatology clinic, two thirds of them are chronic pruritus. International Forum for the Study of Itch recommends 5 D Itch Scale 5DIS as a multidimensional measurement tools for chronic pruritus assessment. The objective of this study is to test the validity and reliability of 5DIS in Indonesian language for chronic pruritus symptoms in Indonesia.Method The original 5DIS was translated into Indonesian language using cross cultural adaptation guideline from International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research ISPOR . Three sets of questionnaire 5DIS in Indonesian language, Dermatology Life Quality Index DLQI , and Visual Analogue Scale VAS , were administered to chronic pruritus patients in dermatovenereology clinic of Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital. Reliability was tested using Cronbach rsquo s a. Convergent and concurrent validity was tested using Pearson correlation and Spearman rsquo s rho.Result Cross cultural adaptation resulted a 5DIS in Indonesian language. All questionnaires were completed by 34 people between 18 to 83 years old mean 56.7 15.7 years old . Cronbach rsquo s a for five domains of 5DIS was 0,679. There was significant strong correlation between items scores and total scores of 5DIS r 0.636 to 0.760 . There was significant strong correlation between 5DIS in Indonesian language and DLQI, also between 5DIS in Indonesian language and VAS.Conclusion 5DIS in Indonesian language is a valid and reliable instrument to assess chronic pruritus symptoms on adult and geriatric patients in Indonesia.Keywords chronic pruritus, measurement, 5 D itch scale in Indonesian language, validity, reliability "
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Artini Wijayanti Islami
"Latar belakang: Akne vulgaris AV adalah penyakit kulit yang ditandai dengan terjadinya sumbatan dan peradangan kronik pada unit pilosebasea. Penelitian sebelumnya tentang kadar lipid darah pada pasien AV menunjukkan hasil yang bervariasi. Lipid darah diduga memengaruhi aktivitas kelenjar sebasea.
Tujuan: Mengetahui korelasi antara kadar lipid darah dan kadar sebum dengan derajat keparahan AV, serta mengetahui korelasi kadar lipid darah dengan kadar sebum kulit wajah.
Metode: Studi potong lintang ini dilakukan terhadap 30 pasien AV non-obesitas, yang terbagi berdasarkan tiga derajat keparahan AV. Dilakukan pemeriksaan kolesterol total, trigliserida, LDL, HDL darah dan kadar sebum kulit wajah pada SP.
Hasil: Terdapat korelasi yang bermakna antara kadar sebum dengan derajat keparahan AV r = 0,6689, p = 0,0001 . Tidak terdapat korelasi antara kadar kolesterol total, trigliserida, LDL, HDL darah dengan derajat keparahan AV. Tidak terdapat korelasi antara sebum kulit wajah dengan kadar kolesterol total, trigliserida, LDL, HDL darah.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar lipid darah tidak memengaruhi keparahan AV dan kadar sebum, sedangkan peningkatan kadar sebum kulit wajah dapat meningkatkan keparahan AV. Kata kunci: akne vulgaris; kadar sebum; lipid darah.

Acne vulgaris is a common chronic skin disease involving blockage and inflammation of pilosebaceous units. Previous studies about blood lipids in acne patients revealed variable results. Blood lipids were considered affecting sebum production.
Objective: To identify the correlation between blood lipids, sebum excretion rate and acne severity. This study also determines the correlation between blood lipids and sebum excretion rate.
Methods: This study was conducted at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital in Jakarta. This was a cross sectional study with total of 30 non obese AV patients. The patients were divided into 3 groups based on the severity of AV. Total cholesterol, triglycerides, LDL, HDL serum and sebum excretion rate were measured.
Results: The results revealed significant correlation between sebum excretion rate and severity of acne vulgaris r 0,6689, p 0,0001 . There were no correlation between total cholesterol, LDL, triglycerides, HDL and acne severity. Blood lipids had no correlation with sebum excretion rate.
Conclusion: The results of this study has proven that blood lipids does not affect the severity of acne and sebum excretion rate. While increased sebum secretion would increase acne severity. Keywords acne vulgaris blood lipids sebum excretion.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Greviana
"Pendahuluan: Refleksi diri merupakan bagian mendasar dari perkembangan profesionalisme yang dapat dikembangkan melalui proses refleksi diri dalam portofolio, konvensional maupun digital. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pemanfaatan e-portofolio sebagai instrumen pengembangan kemampuan refleksi diri peserta didik pada program profesi dokter gigi.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan desain fenomenologi. Sebanyak enam wawancara mendalam dan lima focus group discussion dilakukan untuk mengeksplorasi persepsi peserta didik dan staf pengajar terkait proses dan pemanfaatan e-portofolio setelah responden melakukan uji coba penggunaan e-portofolio selama 6 minggu. Studi dokumen dilakukan terhadap tulisan refleksi diri pada data backend laman e-portofolio.
Hasil penelitian: Responden menilai bahwa e-portofolio sangat bermanfaat dalam perkembangan profesional peserta didik karena dapat membantu peserta didik dalam memahami konten yang direfleksikan, membantu dalam pembelajaran, serta meningkatkan pemahaman tentang refleksi diri. Sebagian besar responden berfokus pada pencapaian keberhasilan sebagai bukti yang dimasukkan dan direfleksikan pada e-portofolio. Penggunaan e-portofolio selama periode uji pilot dan keterampilan refleksi diri peserta didik masih cukup rendah. Beberapa faktor yang meliputi faktor eksternal dan internal teridentifikasi memengaruhi proses dan pemanfaatan e-portofolio pada program profesi dokter gigi.
Simpulan: Peran staf pengajar sangat diperlukan dalam mendukung partisipasi dan pemanfaatan e-portofolio reflektif.

Introduction: Self-reflection is a fundamental part of professionalism development that can be developed through a process of self-reflection in portfolios, conventional and digital. This study aims to explore the use of e-portfolios as an instrument for developing students' self-reflection abilities in undergraduate clinical dentistry program.
Method: This study is a qualitative study with phenomenological design. A total of six in-depth interviews and five focus group discussions were conducted to explore the perceptions of students and faculty members regarding the process and utilization of e-portfolios after a 6-week pilot program. The study document was conducted on students' self-reflection on the backend data of the e-portfolio platform.
Results: Respondents considered that e-portfolio was very useful in students' professional development of students as it helped students to understand the reflected content, assist in learning, and improve understanding of self-reflection. Most respondents focused on achieving success as evidence included and reflected in e-portfolios. The use of e-portfolios during the pilot test period and student self-reflection skills was quite low. Several factors influencing the process and utilization of e-portfolios in undergraduate clinical dentistry, program both external and internal, were identified.
Conclusion: The role of faculty members was important in supporting the participation and utilization of reflective e-portfolios.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55571
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmeang, Ivonne Ruth Vitamaya Oishi
"Latar belakang: Kurikulum pendidikan dokter di Indonesia disusun berdasarkan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai oleh seorang lulusan institusi pendidikan dokter. Salah satu upaya untuk menilai capaian kompetensi tersebut diselenggarakan Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD). Ujian ini merupakan salah satu prasyarat untuk mendapatkan sertifikat tanda registrasi agar dapat memperoleh surat ijin praktik. Sayangnya hasil UKMPPD masih belum memuaskan. Beberapa faktor yang kemungkinan menyebabkan angka kelulusan yang rendah, antara lain: motivasi belajar dan strategi pembelajaran yang dapat diukur menggunakan Motivated Strategies of Learning Questionnaire (MSLQ).
Tujuan: Mengetahui hubungan motivasi belajar dan strategi pembelajaran dengan kelulusan uji kompetensi di Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia. Metode: penelitian analitik dengan desain potong lintang dilakukan pada seluruh mahasiswa yang mengikuti UKMPPD November 2018, 148 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan non probability sampling dengan teknik total sampling. Analisi menggunakan uji korelasi Spearman.
Hasil: Mayoritas responden berusia <25 tahun (54,1%), perempuan (59,5%), serta kelulusan UKMPPD sebesar 20,94%. Pada analisis univariat, variabel motivasi yang paling rendah ditemukan pada komponen kecemasan (median 3). Nilai median variabel strategi pembelajaran berkisar antara 5 dan 6. Pada analisis bivariat, nilai variabel motivasi yang memiliki hubungan dengan UKMPPD tertinggi yaitu komponen control of learning belief (r=0,232). Nilai variabel strategi pembelajaran yang memiliki hubungan dngan UKMPPD tertinggi di jumpai pada pada komponen pembelajaran dengan teman (r=0,378). Motivasi dan strategi pembelajaran mahasiswa sudah cukup baik. Namun, terdapat hubungan yang lemah-sedang antara motivasi belajar dan strategi pembelajaran dengan UKMPPD. Pada analisis multivariat menggunakan path analysis, variabel motivasi yang mempunyai pengaruh paling tinggi yaitu komponen control of learning belief (14,774). Nilai variabel strategi pembelajaran yang mempunyai pengaruh paling tinggi dijumpai pada komponen elaborasi (15,234). Motivasi mempengaruhi strategi pembelajaran, strategi pembelajaran mempengaruhi hasil pembelajaran. Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mencari faktor lain yang mempengaruhi hasil UKMPPD.
Simpulan: Motivasi belajar dan strategi pembelajaran memiliki hubungan yang lemah-sedang dengan hasil pembelajaran.

Intoduction: The curriculum of medical education in Indonesia is developed based on the competencies that expected to be achieved by graduates. To assess the achievement of the competencies is by conducting the National Competency Examination (UKMPPD). National Competency Examination is mandatory to obtain a license for practicing as a physician. Unfortunately, the result is unsatisfied. The success of examination might be influenced by learning motivation and learning strategies, which can be measured by Motivated Strategies of Learning Questionnaire (MSLQ).
Objective: To determine the relationship between learning motivation and learning strategy with the success of UKMPPD at Faculty of Medicine, Universitas Methodist Indonesia. Method: An analytical research with cross sectional design was performed. Respondents were all students who took the UKMPPD on November 2018, total sample was 148. The sample selection was done by non probability sampling with a total sampling technique. Data analyzing using Spearman test.
Result: The majorityof the respondents were < 25 years old (54.1%), 59.5% is female and the successfull rate of the UKMPPD was 20.94%. The lowest motivation variable was the anxiety component (median = 3). For the learning strategy variables, component was most ly scored ​​5 and 6. The highest corelation between motivation variable and UKMPPD was control of learning belief (r=0.232). Furthermore, the highest corelation of learning strategyvariables and UKMPPD was peer learning (r=0.378). Students' learning motivation and learning strategy were quite good. However, the relation between learning motivation and learning strategy toward the UKMPPD was weak-moderate. Multivariate analysis using path analysis showed that the highest motivation variable was control of learning belief (14,774). The highest learning strategy variable was the elaboration (15.234). Motivation influences learning strategy;learning strategy infleunces the UKMPPD. Further research is needed to explore other factors influence the test results.
Conclusion: Learning motivation and learning strategies show weak-modearte correlation toward learning outcomes."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55524
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Ayu Dini Safitri
"Pendahuluan: Pekerjaan basah merupakan faktor risiko utama terjadinya dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) pada tangan. Terdapat dua jenis faktor risiko DKAK yaitu faktor eksogen, seperti jenis pekerjaan dan jumlah jam kerja mingguan; dan faktor endogen, seperti jenis kelamin, usia, dan riwayat penyakit atopik. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DKAK pada pekerja basah. Metode: Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Jumlah sampel penelitian sebanyak 134 orang. Kriteria inklusi yaitu pekerja basah yang telah bekerja minimal 6 bulan dan tidak berganti pekerjaan minimal 6 bulan. Kriteria eksklusi yaitu pekerja basah yang mengalami dermatitis kontak bukan akibat kerja. Variabel independen yaitu jenis pekerjaan, jumlah jam kerja mingguan, usia, jenis kelamin, dan riwayat penyakit atopik. Variabel dependen yaitu DKAK. Hasil: Tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan (p value = 0,283), jumlah jam kerja mingguan (p value = 0,313), jenis kelamin (p value = 0,652), dan usia (p value = 0,556) terhadap kejadian DKAK pada pekerja basah. Terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat atopi dengan kejadian DKAK pada pekerja basah. Riwayat atopi memiliki pengaruh terhadap hubungan antara jenis pekerjaan dengan DKAK (p value < 0,001). Pekerjaan sebagai tenaga kesehatan dapat mencegah kejadian DKAK sebesar 90,3% dibandingkan dengan pekerjaan sebagai non tenaga kesehatan setelah dikontrol dengan faktor risiko riwayat atopi. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara jenis pekerjaan, jumlah jam kerja mingguan DKAK lebih tinggi pada tenaga non kesehatan dibandingkan tenaga kesehatan karena tenaga non kesehatan memiliki lebih banyak pajanan terhadap pekerjaan basah dan pajanan bahan iritan dibandingkan dengan tenaga kesehatan serta tindakan pencegahan terhadap kejadian DKAK yang dilakukan tenaga non kesehatan lebih sedikit dibandingkan oleh tenaga kesehatan. Terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat atopi dengan kejadian DKAK. Tenaga non kesehatan dengan riwayat atopi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian DKAK pada pekerja basah.

Introduction: Wet work is the main risk factor for Occupational contact dermatitis (OCD) on the hands. Risk factors for OCD consist of two types: exogenous factors, such as type of occupation and number of weekly working hours; and endogenous factors, such as gender, age, and history of atopic disease. This study aims to analyze the factors related to the incidence of OCD in wet workers. Method: The study design is cross-sectional. The sampling technique used total sampling. There were 134 research samples. Inclusion criteria are wet workers who have worked for at least 6 months and have not changed occupations for at least 6 months. Exclusion criteria include wet workers who experience non-occupational contact dermatitis. The independent variables are type of occupation, number of weekly working hours, age, gender, and history of atopic disease. The dependent variable is OCD. Result: This study did not find any relationship between type of occupation (p value = 0,283), number of weekly working hours (p value = 0,313), gender (p value = 0,652), and age (p value = 0,556) on the incidence of OCD in wet workers. Meanwhile, this study found a significant relationship between history of atopic disease and incidence of OCD in wet workers. History of atopic disease has an influence on the relationship between type of occupation and OCD (p value < 0,001). An occupation as a health worker can prevent the incidence of OCD by 90,3% compared to an occupation as a non-health worker after being controlled by the risk factor of a history of atopic disease. Conclusion: There is no relationship between type of occupation, number of weekly working hours, gender and age to the incidence of OCD in wet workers. The proportion of OCD incidence is higher in non-health workers than health workers due to non-health workers having more exposure to wet work and irritant exposure than health workers. Besides that, the number of non-health workers who take preventive measures to prevent OCD incidence is less than health workers. There is a significant relationship between history of atopic disease and the incidence of OCD. Non-health workers with a history of atopic disease is the most influential factor in the incidence of OCD in wet workers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imamul Aziz Albar
"Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran debriefing terhadap peningkatan performa tim trauma dalam pelatihan simulasi trauma.
Metode: Penelitian kuasi eksperimen dengan desain studi 2-groups pre-test and post-test with control group pada tenaga medis yang terdiri dari dokter umum dan perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Peserta dibagi menjadi kelompok kontrol dan intervensi, dibedakan dengan proses debriefing setelah pelatihan simulasi trauma. Efek debriefing terhadap peningkatan performa tim trauma dalam pelatihan simulasi trauma dinilai dengan menggunakan borang Global Rating Scale (GRS) khusus untuk kasus trauma.
Hasil: Skor GRS pada simulasi pertama, menunjukkan hasil yang setara antara kelompok kontrol dan intervensi (Median skor 34 dan 37 secara berurutan). Setelah diadakan sesi debriefing pada kelompok intervensi, kelompok intervensi menunjukkan hasil skor GRS yang lebih tinggi dan bermakna secara statistik (nilai p<0,001) dengan median skor 41 pada kelompok kontrol dan 47 pada kelompok intervensi.
Kesimpulan: Debriefing berperan meningkatkan performa tim trauma dalam simulasi trauma.

Purpose: In this study, we aimed to identify the role of debriefing towards improvement of trauma team performance in a trauma simulation training.
Methods: A quasi-experimental study with 2 groups pre-test and post-test with control group design on medical staff consisting of general practitioners and nurses in the Emergency Room (ER). The participants divided into control and intervention group, distinguished by a debriefing process after a trauma simulation training. We evaluated the effects of debriefing process towards improvement of trauma team performance in a trauma simulation training by using modified Global Rating Scale (GRS) which is specific for trauma cases.
Results: The GRS score in the first simulation showed equal results between control and the intervention groups (median scores 34 and 37 respectively). After debriefing session in the intervention group, the intervention group showed higher and statistically significant GRS Score (p<0.001) with median score of 41 in control group and 47 in the intervention group.
Conclusion: Debriefing plays a role in improving the performance of the trauma team in trauma simulation in trauma simulation was associated in improving the performance of the trauma team in trauma training simulation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henry Kodrat
"Tujuan: Burnout pada peserta didik program pendidikan dokter spesialis (PPDS) merupakan isu penting dan hal ini juga dikaitkan dengan pendidikan spesialis terkait Onkologi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik beban kerja, tingkat resiliensi dan burnout pada peserta PPDS terkait onkologi dan menghubungkan beban kerja dan tingkat resiliensi dengan kejadian burnout.
Metode: Sebuah penelitian potong lintang dilakukan. Responden yang merupakan peserta PPDS aktif terkait Onkologi dan sudah terlibat dalam pelayanan > 3 bulan di institusi berpartisipasi dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner secara daring dengan mengumpulkan data beban kerja dan menggunakan instrumen Copenhagen Burnout Inventory (CBI) dan Connor Davidson Resilience Scale 25INDO (CD-RISC-25INDO) yang telah divalidasi. Kami mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya burnout dengan menggunakan chi-square dan regresi logistik.
Hasil: Sejumlah 66 responden menjadi subjek penelitian. Gambaran beban kerja responden adalah 62,9% bekerja di RS pendidikan > 50 jam/minggu, 46,8% menghabiskan waktu > 60 jam per minggu terkait onkologi dan 66,1% memiliki waktu tidur < 6 jam/hari. Tingkat resiliensi berdasarkan CD-RISC-25INDO adalah 68 (35 – 100). Sejumlah 43,5 % mengalami personal burnout, 38,7 % mengalami work related burnout dan 21% mengalami client related burnout dari seluruh responden. Beban kerja dan tingkat resiliensi tidak berhubungan dengan terjadinya burnout. Responden dengan jenis kelamin wanita dan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup secara mandiri secara independent, cenderung untuk mengalami burnout.
Kesimpulan: Pada penelitian ini, angka burnout di institusi kami sebanding dengan angka burnout peserta didik terkait onkologi di negara lain. Tingkat resiliensi dan beban kerja tidak mempengaruhi kejadian burnout. Jenis kelamin wanita dan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup secara mandiri berhubungan dengan terjadinya burnout.

Purpose: Burnout among physicians in training is an important issue and this is also relevant with oncology residency and fellowship programs. Therefore, this study wants to measure the workload, the resilience score and burnout rate in oncology residents and fellows and to associate the workload and resilience score to burnout.
Methods: A cross-sectional study was conducted. Respondents who were active physicians in training related to Oncology and had been involved in oncology services for > 3 months at our institution were included in this study. Data was collected by filling out an online questionnaire by collecting workload data and both the Copenhagen Burnout Inventory (CBI) and Connor Davidson Resilience Scale-25INDO (CD-RISC-25INDO) instruments. We try to identify factors associated with burnout with chi-square and logistic regression.
Results: A total of 66 respondents became research subjects. The workload’s description was 62.9% respondents worked in teaching hospitals more than 50 hours/week, 46.8% respondents spent more than 60 hours per week related to oncology and 66.1% respondents had sleep time less than 6 hours/day. The resiliency based on the CD-RISC-25INDO was 68 (35 – 100). A total of 43.5% respondents experienced personal burnout, 38.7% experienced work related burnout and 21% experienced client related burnout. Workload and resiliency are not related to the occurrence of burnout. Female gender and inability to live independently were independently more likely to experience burnout.
Conclusions: In this study, burnout rates at our institution are comparable to oncology-related physicians in training burnout rates in other countries. The resilience and workload do not affect the incidence of burnout. Female gender and inability to live independently were associated with burnout.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anyta Pinasthika
"Pendahuluan: Umpan balik yang efektif menjadi semakin penting dalam pembelajaran tahap klinis. Umpan balik dapat tersedia di berbagai bentuk, isi dan diberikan oleh berbagai pihak untuk perbaikan performa mahasiswa. Umpan balik yang efektif hanya dapat dicapai dengan melibatkan mahasiswa sebagai pemeran aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana umpan balik dimanfaatkan oleh mahasiswa kedokteran tahap klinik.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain studi fenomenologi pada mahasiswa kedokteran tahap klinik, staf pengajar klinis dan pengelola modul tahap klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang dipilih dengan pendekatan maximum variation sampling. Sebanyak tujuh focus group discussion dan empat in-depth interview dilakukan hingga saturasi data tercapai. Studi dokumen buku rancangan pengajaran dilakukan sebagai triangulasi. Analisis data dilakukan menggunakan analisis tematik.
Hasil Penelitian: Mahasiswa memanfaatkan umpan balik melalui proses identifikasi, penerimaan dan tindak lanjut umpan balik. Performa mahasiswa menjadi indikator untuk identifikasi umpan balik. Proses penerimaan umpan balik diawali dengan reaksi emosi, refleksi konten umpan balik dan refleksi pengalaman, yang dipengaruhi oleh faktor mahasiswa dan staf pengajar. Umpan balik dapat diterima, ditolak, diterima atau dilupakan. Umpan balik yang diterima akan ditindaklanjuti oleh mahasiswa. Keseluruhan proses ini dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, seperti adaptasi pembelajaran klinis saat pandemi, lingkungan pembelajaran (termasuk hubungan antar staf pengajar, budaya, regulasi dan kurikulum modul serta institusi), supervisi dan evaluasi proses pembelajaran. Pencarian umpan balik juga ditemukan sebagai proses umpan balik, namun terbatas akibat faktor budaya.
Kesimpulan: Penelitian ini memberikan gambaran mengenai bagaimana mahasiswa kedokteran tahap klinik memanfaatkan umpan balik yang dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, yang perlu dipertimbangkan saat memberikan umpan balik dan pengembangan budaya umpan balik di fakultas.
Kata Kunci: pemanfaatan umpan balik, mahasiswa kedokteran, pembelajaran klinis, faktor sosial budaya umpan balik

Background: Effective feedback has become even more important in clinical rotations, as feedback comes in many forms, contents, and providers to aid improvement of performance. This could only be achieved by acknowledging students’ active role in feedback. This study aims to explore how feedback is utilized in undergraduate clinical settings.
Methods: This study is a qualitative phenomenology study involving medical students on their clinical clerkships, clinical teachers, and clinical rotation coordinators in Faculty of Medicine Universitas Indonesia. Respondents were selected through maximum variation sampling approach. A total of seven focus groups and four in-depth interviews were conducted and data saturation was reached. Document study was conducted as triangulation. Thematic analysis approach was used in data analysis.
Results: Students use feedback by identifying, receiving, and acting on feedback. Performance was used as indicators to identify feedback. Receiving feedback involved a process of emotional reaction, reflection of feedback content and reflection of performance, also influenced by student and teacher factors. Feedback might be accepted, rejected, remembered, or forgotten. Accepted feedback could be acted upon by students. The process of using feedback was influenced by sociocultural factors, such as modified learning opportunities driven by pandemic, learning environment (including relationship between students and supervisors, culture, clinical rotation, and faculty regulations also curriculum), supervision, and evaluation of learning process. Feedback-seeking behavior was found to be limited due to cultural factors.
Conclusion: This study provides insights on how students use feedback in clinical setting influenced by sociocultural factors, which must be considered in feedback provision and development of feedback culture in the faculty.
Keywords: using feedback, medical students, clinical education, sociocultural factors of feedback
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>