Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Niken Pramanik
Abstrak :
Tesis yang berjudul "Medan Makna Ranah Emosi" ini mengkaji makna kata yang terdapat dalam ranah emosi. Objek penelitian ini adalah kata-kata emosi yang berasal dari penelitian terdahulu dan kata-kata emosi yang berasal dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penelitian dalam tesis ini bertujuan untuk menemukan kata emosi dalam bahasa Indonesia, merumuskan klasifikasi semantis kata-kata yang terdapat dalam ranah emosi bahasa Indonesia, menemukan komponen makna yang terdapat dalam kosakata bahasa Indonesia yang berasal dari ranah emosi, dan menemukan relasi makna kosakata ranah emosi bahasa Indonesia. Cakupan penelitian ini dibatasi pada tataran kata, khususnya kata sifat dasar. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan teori-teori semantis yang berhubungan dengan analisis komponen dan relasi makna. Selain itu, juga digunakan teori emosi untuk menunjang penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kata sifat dasar terdapat 80 kata emosi. Dan 80 kata emosi tersebut, 78 di antaranya dapat dikelompokkan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa penentuan komponen makna kata emosi banyak ditentukan oleh faktor penyebab emosi tersebut.
The thesis entitled "The Semantic Field of Emotion Domain" was analyzed the meaning of words that were existed in the field of emotion. The objects of this research are the words of emotion, which were taken from the previous research of emotion and from Kamus Besar Bahasa Indonesia. The objectives of the research were (1) to determine the words of emotion in Indonesian, (2) to formulate the semantics classification of the emotion words in Indonesian, (3) to find the component meaning of Indonesian words which are included in the domain of emotion, (4) and to find the lexical semantics relation of emotion words in Indonesian. The boundary of the research was on the word, especially basic adjective word. To reach the objectives of the research, the researcher used the theories of semantics, which have relations to the component and lexical semantics relation analysis. Besides those theories, the researcher also makes use of the theory of emotion to support the research. The result of the research showed that there were 80 emotion words. From 80 words of emotion, there are 78 words that could be grouped in the semantics dimension. The result also showed that determination of component of meaning influenced by antecedent of the emotion.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T15349
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusi Lian Piantari
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemaparan verba modal di dalam bahan ajar bahasa Inggris. Permasalahan tersebut diperinci dengan pertanyaan: modalitas apa saja yang diungkap oleh verba modal sebagai pengungkap modalitas dan sejauh mana teori linguistik mengenai aspek semantis verba modal dapat dimanfaatkan dalam penyusunan bahan ajar tentang modalitas. Data diambil dari buku ajar yang digunakan di LBPP LIA yaitu Basic 2, Basic 3, Basic 4 , dan Intermediate 3. Verba modal yang dianalisis adalah must, can, could, may, might, should, will, would; have (got) to, dan ought to. Verba modal tersebut dianalisis untuk mengetahui modalitas apa saja yang diungkap oleh verba modal dalam bahan ajar. Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga kategori modalitas yang diungkap verba modal yaitu modalitas epistemis, modalitas deontis, dan modalitas dinamis. Makna semantis yang diungkap adalah makna perintah dan larangan (modalitas deontis); makna kemungkinan, kepastian, dan prediksi (modalitas epistemis); makna keharusan, kemungkinan, dan kemauan (modalitas dinamis). Walaupun verba modal sudah mengungkap ketiga jenis modalitas, aspek semantis verba modal belum dipaparkan secara menyeluruh di dalam bahan ajar. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa teori linguistik mengenai aspek semantis verba modal sebagai pengungkap modalitas dapat dimanfaatkan dalam penyusunan bahan ajar bahasa Inggris.
The purpose of this research is to find out how the modal auxiliaries are presented in the English teaching material. The specific questions of this research are what kinds of modality are expressed by the modal auxiliaries in the English teaching materials and to what extent the linguistic theory of the semantics of modals can be used in the English material development. The data was taken from LBPP LIA English Course books. There are four books used as the source of data: Basic 2, Basic 3, Basic 4, and Intermediate 3. The analyzed modals are must, can, could, may, might, should, will, would; have (got) to and ought to. The modal auxiliaries from the data were analyzed semantically to find out what kinds of modality are presented in the materials. The data also analyzed to know how the semantic aspect is applied in the materials. The result shows there are three kinds of modality presented in the materials: epistemic modality (possibility, certainty, and prediction); deontic modality (obligation, necessity, and prohibition); and dynamic modality (volition, ability, necessity, and possibility). Although the modals have expressed some meanings but semantically, the modals have not been presented adequately in the English teaching materials. The result also shows that the linguistic theory can be very useful to be applied in the English teaching materials.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T15355
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Purnamasari
Abstrak :
Ragam bahasa keilmuan saat ini menjadi Salah satu unsur penting yang dibahas di perguruan tinggi dalam pengajaran bahasa Jerman bagi penutur asing. Satu dari sekian banyak ciri khas yang kerap ditemukan dalam bahasa Jerman ragam keilmuan adalah pronomina es. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan pronomina es dari segi sintaktis dan semantis. Secara sintaktis pronomina es berfungsi sebagai kata ganti, pengisi rumpang, dan bagian dari valensi verba, sementara dari segi semantis dibicarakan pronomina es yang berperan sebagai pemarkah relasi semantis antara anteseden dan pengacunya. Korpus data berjumlah 90 (sembilan puluh) kalimat diperoleh dari empat buah buku yang mewakili dua bidang ilmu, eksakta dan noneksakta. Dua buku yang mewakili bidang ilmu eksakta adalah teknik dan kedokteran, sedangkan dua buku lainnya mewakili bidang noneksakta, yakni hukum dan linguistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara sintaktis prosentase kekerapan kemunculan pronomina es sebagai kata ganti, sebagai pengisi rumpang atau sebagai bagian dari valensi verba tidak sama antara satu bidang ilmu dengan bidang ilmu lainnya meskipun berada dalam kelompok ilmu yang sama. Pronomina es yang ditemukan dalam ragam bahasa keilmuan bidang teknik dan kedokteran; misalnya. Dalam ragam bahasa keilmuan bidang teknik prosentase kemunculan pronomina es yang berlilngsi sebagai kata ganti hanya sebesar 7,69%, sedangkan dalam bidang kedokteran Sebesar 31%. Sementara berdasarkan analisis semantis diperoleh simpulan sebagai berikut; Secara umum pronomina es yang paling kerap muncul dalam keempat bidang ilmu yang diteliti adalah pronomina es yang secara sintaktis berfungsi sebagai bagian dari valensi verba seperti dalam frasa verbal es regnet 'hujan'. Pronomina es tersebut -mengacu pada von Polenz- tidak memiliki makna secara semantis (Ieeres semanticsubjec) karena tidak membuat rujuk silang dengan nomina atau hal yang berada di depannya atau di belakangnya. Pronomina es yang memperlihatkan hubungan anaforis antara anteseden dan pengacunya ditemukan paling kerap muncul dalam ragam bahasa keilmuan bidang linguistik. Dalam ragam ini pula pronomina es yang rnemperlihatkan hubungan kataforis paling kerap muncul. Pronomina es yang merupakan pronomina katafor secara sintaklis adalah pronomina yang berfungsi sebagai pengisi rumpang dan memiliki pola-pola kalimat tertentu, seperti Es... Nebensatz, ob... Akan tetapi tidak semua pronomina es yang secara sintaktis berfungsi sebagai pengisi rumpang memperlihatkan hubungan yang bersifat kataforis antara anteseden dan pengacunya. Pronomina es yang tidak memiliki pola kalimat khusus dan hanya merupakan sebuah dummy subject dalam kalimat tidak bermakna secara semantis, karena ia tidak membuat rujuk silang silang dengan lingkungannya.
Scientific language is now becoming one of significant studies which is tought at universities in teaching german for foreign speaker. One of the characteristics mostly found in scientific german is the pronoun es. This research tried to describe and to emphasize the syntactical and semantical phanomen of the pronoun es. The pronoun es has -according to van der Elst- three syntactical functions as followed: Es as pronoun, es as expletive, and es as part of the verb valence. And es semantically shows the relation between the determiner and its antecedent, anaphoric or cathaphoric. 90 (ninety) sentences as corpus was taken from four scientific books, which represent two group of studies, namely science and social. Technik and medicine were chosen to represent science, and law and linguistics to social. The result revealed that the frequency of the syntactical function of pronoun es found in four books is not the same one with another, although they are in the same group of study. Those found in technic and medicine for example. Both are science books, but the pronoun es as pronoun is found more in medicine as in technic, 31% to only 7,69%. Semantical analysis on the other hand indicated that the pronoun es, which are meaningless -this pronoun syntactically functions as part of the verb valence- generally found mostly in all four books. The anaphoric relationship is showed mostly in linguistics, so is the cataphoric one. The cataphor pronoun es is that, which functions syntactically as expletive and has particular sentence model, such as Es ... Nebensatz, ob .... Those, which also has the same syntactical iilnction but doesn?t have particular sentence model and it is only the dummy subject of the sentence are meaningless.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T17211
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waridin
Abstrak :
Penelitian ini secara umum bertujuan memperoleh gambaran pemakaian ungkapan fatis dalam acara temu wicara televisi. Telaah tentang ungkapan fatis dalam acara temu wicara televise termasuk ke dalam bidang kajian analisis wacana dan pragmatik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif hanya digunakan sebagai pendukung dalam mengenalisis data, misalnya untuk menentukan persentase sampel penelitian dan menghitung frekuensi penggunaan ungkapan fatis. Acara temu wicara yang dijadikan sumber data adalah News Dot Com yang ditayangkan oleh Metro TV tanggal 18 Maret dan 25 Maret 2007, Empat Mata yang ditayangkan oleh Trans7 tanggal 15 Maret dan 20 Maret 2007, Ceriwis yang ditayangkan Trans TV tanggal 27 Februari dan 10 Maret 2007, dan Kick Andy yang ditayangkan oleh Metro TV tanggal 22 Maret dan 29 Maret 2007. Total waktu acara adalah 361,6 menit atau 6,03 jam. Dari delapan episode acara temu wicara televisi yang dijadikan sumber data ditemukan 1012 ungkapan fatis. Data yang diambil sebagai sampel berjumlah 282 ungkapan fatis atau 27,8% dari 1012 populasi. Terdapat ungkapan fatis yang sudah tercatat oleh peneliti terdahulu dan ungkapan fatis yang belum tercatat oleh peneliti terdahulu. Jenis kata dan partikel fatis yang sudah tercatat peneliti terdahulu dan ditemukan dalam korpus data penelitian adalah ya, sih, dong, kok, nah, kan, deh, lho, -lah, ah, halo, toh, dan yah. Jenis kata fatis yang belum tercatat peneliti terdahulu dan ditemukan dalam korpus data penelitian adalah oke, aja, em, baik, gitu, bentar, eh, amin, nih, hai, mah, lha, tahu, wong, alah, dan bo. Kata fatis yang cenderung digunakan dalam acara temu wicara televisi adalah kata fatis ya dengan frekuensi pemakaian 72 kali. Frase fatis yang sudah tercatat oleh peneliti terdahulu dan ditemukan dalam korpus data penelitian adalah terima kasih, selamat datang, dan selamat malam. Frase fatis yang belum tercatat oleh peneliti terdahulu dan ditemukan dalam korpus data penelitian adalah apa kabar, betul sekali, bukan begitu, dan ya sudah. Frase fatis yang cenderung dipakai dalam acara temu wicara televisi adalah terima kasih/thanks dengan frekuensi pemakaian tiga belas kali. Kalimat fatis yang ditemukan dalam korpus data adalah kalimat fatis yang berfungsi menjaga keharmonisan/mempertahankan komunikasi dengan frekuensi dua kali, tanda meminta persetujuan kepada kawan bicara frekuensi penggunaannya dua kali, dan untuk mengakhiri pembicaraan frekuensi penggunaannya dua kali. Terdapat kalimat fatis yang digunakan secara terbatas pada acara tertentu. Tiga jenis fungsi fatis yang digunakan secara terbatas dalam acara Empat Mata mencakupi fungsi (1) mengalihkan perhatian pembicaraan, (2) membuka atau memulai kontak dengan kawan bicara, dan (3) mempertahankan kontak pembicaraan dengan kawan bicara. Tiga jenis fungsi fatis yang digunakan secara terbatas dalam acara News Dot Com mencakupi fungsi (1) memutus sementara kontak sekaligus mempertahankan kontak pembicaraan, (2) mengakhiri pembicaraan, dan (3) membuka kontak atau memulai pembicaraan. Dua jenis fungsi fatis yang digunakan secara terbatas dalam acara Ceriwis adalah (1) memutus sementara kontak sekaligus mempertahankan kontak pembicaraan, (2) membuka kontak atau memulai pembicaraan. Jenis fungsi fatis yang digunakan secara terbatas dalam acara Kick Andy adalah fungsi mengakhiri sementara kontak sekaligus mempertahankan kontak pembicaraan. ......This research is generally aimed at collecting description of phatic expressions employed during television talk shows. This study is concerned with the realm of pragmatic and discourse analysis. Qualitative and quantitative methods constitute mainly in this study, with the latter providing ground on which data analysis is used to measure percentage of research sample and calculate frequency of phatic expression uses. The talk shows from which the data were gathered are News Dot Com by Metro TV on March 18th and 25th 2007, Empat Mata by Trans7 on March 15th and 20th 2007, Ceriwis by Trans TV on February 27th and March 10th 2007, and Kick Andy by Metro TV on March 22th and 29th 2007. The total time consumed by the combined talk shows on TV is on average 361,6 minutes or 6,03 hours. Of the eight episodes of the talk shows contrributing to the data source, 1012 phatic expressions were found, of which 282 of them were used as samples, or approximately 27,8% were used as samples. Among the phatic expression samples that have been gathered, some of them have been previously recorded by the writer, forming the corpus data for his own research, while some have not. The phatic expression samples are in the form of word, phrase, and sentence. The recorded phatic words found while conducting this research are ya, sih, dong, kok, nah, kan, deh, lho, -lah, ah, halo, toh, and yah. The unrecorded phatic word samples that turned up during this study include oke, aja, em, baik, gitu, bentar, eh, amin, nih, hai, mah, lha, tahu, wong, alah, and bo. The most frequent phatic word that appeared on the TV talk shows, reaching up to the frequency of 72 times appearance is ya. Than, the phatic phrase samples. The recorded phatic phrases that tuned up during the research are terima kasih, selamat datang, and selamat malam, while the unrecorded ones include apa kabar, betul sekali, bukan begitu, and ya sudah. The most frequent phatic phrase with thirteen times occurrence is terima kasih/thanks. Last of all, the phatic sentences. They served different purposes, which were found during the research. One that served to maintain communication flow appeared twice, another that requested consent from interlocuters appeared twice, and the other that functioned to end a conversation appeared twice. Further functions of phatic sentences have been found in relation to TV talk shows they are angaged in. In Empat Mata the functions of phatic sentences include (1) diverting a mainstream talk, (2) starting a discussion, and (3) maintaining interest in a chat with interlocuters. In News Dot Com phatic sentences function to (1) temporarily cut off a conversation flow while at the same time maintaining it from the loss, (2) end a talk, and (3) to start or open a new talk. In Ceriwis phatic sentences serve to (1) temporarily cut off a conversation flow while at the same time saving it from the loss, and (2) to start a new discussion. In Kick Andy phatic sentences have a sole function which is to cut off a conversation flow temporarily while at the same time keeping it from the loss.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
T22761
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arie Andhiko Ajie
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S14784
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Metty Deviana Andriani
Abstrak :
Dalam skripsi ini saya membandingkan dan menjabarkan perilaku berbahasa perempuan Jerman dalam iklan kontak jodoh pada dua Buah surat kabar Jerman Die Zeit dan Bildzeitung. Fokus penelitian saya adalah perbandingan citra perempuan Jerman yang ditampilkan dalam iklan tersebut. Berdasarkan perbandingan dan perbedaan ini saya juga menganalisis adanya perbedaan status social yang didasarkan atas pilihan kata. Selain itu saya juga menganalisis perbandingan karakteristik iklan kontak jodoh yang muncul pada dua surat kabar tersebut. Skripsi ini terdiri dari empat bab. Teori-teori yang tersaji dalam bab II terdiri dari teori tentang iklan dan ragam bahasanya dari Ruth Roemer, teori makna Blanke, teori jenis dan fungsi teks Brinker, teori ragam bahasa perempuan dari Key, Lakoff dan Troemel Ploetz, serta teori mengenai karakteristik iklan kontak jodoh. Hasil dari penelitian ini menunjukkan beberapa ciri ragam bahasa perempuan terlihat pada kedua surat kabar tersebut. Pada iklan kontak jodoh dalam surat kabar Die Zeit, perempuan Jerman banyak menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan hobi, minat dan lapangan pekerjaan. Pada Bildzeitung ciri ragam bahasa perempuan yang muncul juga sama, hanya saja perempuan pada surat kabar ini juga memunculkan pilihan kata yang berlawanan dengan ciri ragam bahasa perempuan itu sendiri, yaitu menghindari penggunaan kata vulgar. Selain itu mereka juga menggambarkan diri mereka sebaga ibu rumah tangga yang baik. Berbeda halnya dengan perempuan pada Die Zeit yang lebih menggambarkan bahwa mereka adalah wanita karir. Karakteristik iklan kontak jodoh yang muncul pada kedua surat kabar ini juga hampir sama, yang berbeda hanya pada bagian penulisan nama dalam iklan pada Bildzeitung.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S14799
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Budiastuti
Abstrak :
Diese Arbeit besteht aus vier Abschnitten. Der erste Abschnitt ist die Einleitung, in der ich den Hintergrund des Themas, das Ziel der Analyse, die Methode und den Ansatz, die ich benutze, um die Daten zu analysieren, dargestellt habe. Der zweite Abschnitt besteht aus vier Teilen, n_mlich die versehiedenen Theorien des Wortfeldes nach Jost Trier, Leo Weisgerber, H. Geckeler und Lutzeier. Im zweiten Teil er_rtere ich den Unterschied zwischen Worschatz in der Alltagsprache und Terminologien in der Fachsprache. Im dritten Teil dieses zweiten Abschnitts stelle ich die Beziehung von Intension und Extension in einem Wortfeld dar, und in dem letzten Teil vom zweiten Abschnitt wird der Unterschied zwischen Homonymie und Polysemie erkl_rt.Im dritten Abschnitt analysiere ich die Daten von Alltagsprache und Terminologien anhand der Wortfeldstheorie von Lutzeier, denn im Vergleich zu dem anderen Theorien bietet diese Theorie eine logischere Untersuchungsmethode an, und durch diese Theorie kann man sehen, da? das Wortfeld keine intuitive Sache ist. Nachdem ich das Wortfeld aus der Alltagsprache und Terminologien anhand ihrer Sinnsrelation gruppiert, stelle ich felt, ob diese Wortschatze Homonym oder Polysem sind.Nach der Analyse der Daten kann man einen Schlu? ziehen, da? die Untersuchung der Homonymie und Polysemie nach der obergenannte Methode bei der Aufstellung eines W_rter-buches ein nitzliches Hilfsmittel ist.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14995
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triagustina Ekaputri
Abstrak :
Suatu analisis kontrastif telah dilakukan terhadap deskripsi ruang kota Jakarta yang terdapat dalam teks panduan wisata berbahasa Jerman dan Indonesia dengan tujuan mencari perbedaan dan persamaan pengungkapan dalam mendeskripsikan ruang. Masalah yang diteliti adalah leksikalisasi persepsi ruang dalam bahasa Jerman dan Indonesia, peranan deiksis serta pengaruh unsur luar bahasa dalam deskripsi ruang. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dan analisis kontrastif. Dalam menganalisis data penulis menggunakan kerangka teori dari ilmuwan Indonesia, Jerman, Inggris dan Amerika. Sumber data yaitu teks panduan wisata diperoleh dari berbagai instansi yaitu Dinas Pariwisata Jakarta, Goethe Institut Jakarta, Taman Mini Indonesia Indah, Perpustakaan Fakultas Sastra serta beberapa biro perjalanan di Jakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada lima faktor penting pada penyusunan deskripsi ruang dalam teks panduan wisata yaitu: dasar deskripsi ruang, aspek titik pandang, pendekatan dalam deskripsi, diksi dan kiasan serta deiksis. Dari empat teks berbahasa Jerman dan empat teks berbahasa Indonesia diperoleh persamaan dan perbedaan terhadap lima factor tersebut. Persamaan dan perbedaan ini dianalisis melalui ungkapan-ungkapan yang terdapat di dalam teks. Persamaan dan perbedaan ini menunjukan pula bahwa terdapat perbedaan persepsi ruang antara masyarakat bahasa Jerman dengan masyarakat bahasa Indonesia. Untuk dapat menyusun teks panduan yang balk seyogyanya teks panduan wisata memperhatikan persepsi ruang masyarakat pembaca teks serta memahami tujuan umum suatu masyarakat melakukan wisata ke tempat atau daerah lain.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S14826
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Ekawati
Abstrak :
Secara universal setiap bahasa di dunia mengenal konsep ketunggalan dan kejamakan pada nomina, namun perwujudan dari kejamakan tersebut dapat berbeda antara satu bahasa dengan bahasa lainnya. Secara morfologis ada bahasa yang menyatakan kejamakan melalui reduplikasi, afiksasi, perubahan vokal intern dan ada pula yang secara morfologis tidak membedakan bentuk nomina yang mengandung konsep tunggal dengan jamak. Kejamakan yang diwujudkan melalui proses redupli_kasi dapat dijumpai antara lain pada bahasa Indian Nass, misalnya giat (orang) - gjigjat (orang-orang). Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang juga mengenal upaya reduplikasi , di mana salah satunya mengacu pada kejamakan, contohnya : buku -- buku-buku (reduplikasi duilingga) dan pohon -- pepohonan (reduplikasi dwipurwa). Indian Nass merupakan bahasa yang menyatakan kejamakan pada nomina melalui penambahan prefix misalnya an'on (tangan) -- ka-an'on (tangan-tangan), sedangkan bahasa Yana melalui penambahan infiks, contohnya k 'uwi (dukun) - k ' uriwi (dukun-dukun). Bahasa Jerman merupakan salah satu dari beberapa bahasa Eropa yang mewujudkan kejamakan melalui penambahan sufiks serta perubahan vokal intern, yang dalam bahasa Jerman ditandai dengan Umlaut, seperti pada contoh berikut ini: das Auto--die Autos, der Mantel--die Mantel, die Frau_die Frauen, der Vater--die Vater, der Brief--die Briefe, der Apfel--die Apfel. Selain itu dalam bahasa Jerman dapat pula dijumpai bentuk jamak yang dibentuk melalui kombinasi antara sufiks dengan Umlaut seperti contoh : das Buch--die Bucher, die Hand--die Hande. Dalam bahasa Jerman terdapat pula beberapa nomina yang secara morfologis tidak membedakan antara bentuk tunggal dan jamaknya, misalnya der Wagen--die Wagen. Dari uraian di atas terlihat bahwa setiap bahasa memiliki ciri pembentukan jamak tersendiri yang khas menurut tipe bahasa yang bersangkutan dan hal tersebut baru merupakan salah satu aspek dari beberapa aspek lain yang berbeda dari setiap bahasa. Sebagai penutur bahasa Indonesia yang mempelajari bahasa Jerman, saya banyak menemukan kesulitan yang berakar dari adanya,perbedaan-perbedaan seperti itu. Seperti telah diuraikan pada contoh-contoh di atas, bahasa Jerman merupakan bahasa yang mengenal deklinasi, termasuk deklinasi jamak yang ditandai dengan penggunaan sufiks jamak. Dalam bahasa Jerman terdapat beberapa sufiks jamak, di mana kebanyakan hanya salah satunya yang sesuai untuk satu nomina. Pada awalnya sulit bagi saya untuk menentukan salah satu dari sufiks jamak tersebut yang sesuai bagi suatu nomina. Berangkat dari adanya permasalahan tersebut, saya tertarik untuk mengangkatnya sebagai topik skripsi dan menganalisis lebih lanjut mengenai kejamakan dalam bahasa Jerman, tepatnya unsur-unsur morfosintaksis yang berperan dalam meuujudkan kejamakan dalam bahasa Jerman, untuk kemudian membandingkannya dengan bahasa Indonesia.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S14580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Fitria
Abstrak :
Diese Arbeit bescafligt sich mit dem Thema der Einflosse der Werbung in den Frauenzeitschriften auf die Bildung des Frauenimages in Indonesien and in Deutschland. Das Ziel diesar Arbeit ist, Die Gemeinsamkeiten and die Unterschiede bei der Bildung des Frauenimages zu untersuchen. Die Daten stammten aus den Frauenzeitschriften Fenura und Brigitte um die Daten zu analysieren, verwende ich die Werbungstheorie A-von Tomagola and die linguistischen Theorien von Blanke, Galtung, und Van Planta. Nach den Ergebnissen der Analyse kann man einen Schlu? ziehen, Dass Frauenimages stande von den Werbungen in den Frauenzeitschriften gepragl werden. In Indonesien spielt die Franenschunheif eine wichtige Rolle bei der Bildung des Images. lm Unterschied zu Indonesien Sind sowoh die innore ab auch die an?ere Sconheit in Deutschland Wichtige Komponente det Imagebildung.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S14735
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>