Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizki Hapsari Nuringtyas
"Pesatnya perkembangan teknologi telekomunikasi selular di Indonesia, membuat persaingan antara perusahaan-perusahaan penyedia jasa telekomunikasi selular semakin ketat sehingga industri telekomunikasi menjadi sangat menarik untuk diamati. Dorongan kebutuhan masyarakat terhadap ketersediaan jasa telekomunikasi yang berkualitas semakin mendesak perusahaan penyedia jasa telekomunikasi selular untuk selalu berusaha memberikan pelayanan yang berkualitas tinggi kepada pelanggan.
Diantara persaingan pasar yang semakin memanas, PT. XYZ sebagai senior di bidang telekomunikasi selular harus mampu bersaing dengan mempertajam misi perusahaan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi para pelanggan pengguna jasanya. Pangsa pasar yang saat ini sudah dikuasai tentu harus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Untuk dapat mencapai hal tersebut, perusahaan harus mampu meningkatkan kinerja karyawan untuk mencapai performa perusahaan yang lebih baik. Sebagai perusahaan besar, PT. XYZ tentu akan menuntut kompetensi para karyawannya sehingga dapat tercipta performa perusahaan yang baik Dalam usaha mencapai hal tersebut perusahaan memberikan kompensasi manajemen sebagai pemacu kinerja manajemen. Tetapi perlu diperhatikan kembali agar pemberian kompensasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Hal ini perlu diwaspadai mengingat rentannya tindakan-tindakan oportunis dari manajemen untuk memaksimalkan pemenuhan kepentingan pribadi (dengan adanya sistem pemberian kompensasi, manajemen memanipulasi performance perusahaan agar telihat baik).
Executive Compensation merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemilik perusahaan agar manajemen bekerja sesuai keinginan pemilik. Dimana keinginan pemilik adalah memperoleh return yang maksimal relatif terhadap resiko yang diambil. Karena itu, pemilik memberikan kompensasi manajemen untuk menjembatani keinginannya dengan manajemen. Sementara dari sudut pandang karyawan terkadang berbeda, kompensasi manajemen yang diberikan perusahaan terkadang justru memacu tindakan oportunis untuk kepentingan pribadi.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk menganalisa praktik pemberian kompensasi pada PT. XYZ, untuk menjawab pertanyaan apakah pemberian kompensasi yang dilakukan benar-benar dipengaruhi oleh keberhasilan manajemen dalam mencapai target yang ditetapkan perusahaan atau tidak. Atau dengan kata lain apakah praktik pemberian kompensasi sudah tepat yang merupakan cerminan dari performa perusahaan sebenarnya. Adanya kemungkinan faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya hal tersebut adalah praktik earnings management. Karena itu akan dianalisa juga mengenai ada atau tidaknya indikasi bahwa manajemen melakukan praktik tersebut.
Keterbatasan data yang diperoleh, tidak menjadi penghambat untuk melakukan analisa sistem pemberian kompensasi. Data yang didapat adalah data dari tahun 1998-2003. Mengingat pada tahun 1997 terjadi krisis moneter maka bila digunakan akan bias hasilnya. Adapun variabel yang digunakan untuk menganalisa apakah terdapat indikasi terjadi praktik earnings management adalah variabel discretionary accrual, variabel cash compensation, variabel rasio dan variabel regresi. Pada akhir analisa dan pembahasan penulis juga berusahan memberikan saran yang berguna untuk memperbaiki praktik pemberian kompensasi manajemen dan untuk menambah acuan penelitian yang akan dilakukan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T14777
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dahlia Sari
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat hubungan positif antara konflik bondholders-shareholders seputar kebijakan dividen yang dihadapi perusahaan dan penerapan akuntansi konservatif dan apakah terdapat hubungan positif antara peringkat obligasi perusahaan dan penerapan akuntansi konservatif Konflik bondholders-shareholders seputar kebijakan dividen timbul karena kekhawatiran bondholders bahwa perusahaan tidak dapat melunasi hutang yang jatuh tempo karena jumlah aktiva yang tidak mencukupi. Salah satu sumber tidak mencukupinya aktiva adalah karena adanya overpayment dividen kepada shareholders. Salah satu alternative dalam mencegah overpayment dividen adalah dengan menerapkan akuntansi konservatif karena akan menghasilkan labs yang konservatif yaitu laba yang mencerminkan kehati-hatian perusahaan dan mengurangi kemungkinan terjadinya earnings management oleh perusahaan. Maka dihipotesakan perusahaan yang menghadapi konflik bondholders-shareholders, akan menerapkan akuntansi konservatif Tingkat konservatisme perusahaan diukur dari selisih antara laba bersih dengan arus kas dari kegiatan operasi. Semakin kecil laba bersih dibandingkan dengan arus kas maka berarti perusahaan semakin banyak menangguhkan pendapatan yang belum terealisasi dan semakin cepat membebankan biaya. Artinya, akuntansi yang diterapkan adalah semakin konservatif Konflik diukur dengan melihat fluktuasi RDA, rasio pembayaran dividen dan rasio hutang. Hipotesa kedua yang menguji hubungan peringkat obligasi perusahaan dengan tingkat konservatisme perusahaan mengajukan teori bahwa semakin rendah resiko default perusahaan, maka semakin tinggi peringkat obligasinya. Dengan penerapan akuntansi konservatif diharapkan resiko default semakin rendah karena konservatisme akan mencegah overpayment dividen yang dapat menyebabkan aktiva perusahaan tidak mencukupi pada saat pelunasan obligasi.
Hasil pengujian model pertama mendukung hipotesa bahwa terdapat hubungan positif antara konflik bondholders-shareholders dan penerapan akuntansi konservatif. Sedangkan untuk model kedua, hasilnya tidak mendukung hipotesa bahwa peringkat obligasi memiliki hubungan positif dengan akuntansi konservatif. Adanya hubungan positif antara konflik dan penerapan akuntansi konservatif mencerminkan bahwa konservatisme merupakan salah satu alat yang digunakan perusahaan dalam menghadapi konflik seputar kebijakan dividen.

This study provides evidence on the role of accounting conservatism in debt contracting. I hypothesize that (i) there is positive association between conflicts of bondholders-shareholders over dividend policy and the use of conservative accounting (ii) there is positive association between bond ratings and the use of conservative accounting. Conflicts of bondholders-shareholders arise because of default risk in that the firm cannot pay the maturity debt because of having not enough net assets. The unavailability of enough net assets is caused by dividend overpayment to shareholders. The alternative to prevent dividend overpayment is to consistently use the conservative accounting. The conservative accounting affects earnings in that it leads to conservative earnings and reduces the possibility of earnings management by the firm. So, I hypothesize that firms facing conflicts of bondholders-shareholders over dividend policy will use conservative accounting. Conservatism is measured by the difference between net income and operating cash flow. The lower net income than cash flow means the firm defers more unrealized revenues and expense cost rapidly when incurred. It means, the firm use more conservative accounting. The conflicts are measured by the variability of ROA, dividend payment ratio and debt ratio. The second hypothesis which investigates the association between bonds rating and the level of conservatism based on theory that the lower the firm's default risk, the higher the bonds rating. The firms with conservative accounting is expected to have lower default risk in that conservatism prevent dividend overpayment which cause the firm's net asset is not enough to pay maturity bonds.
The first model result supports the hypothesis that there is positive association between conflicts of bondholders-shareholders and the use of conservative accounting. For the second model, the result do not support the hypothesis that there is a positive association between the bonds rating and the use of conservative accounting. The association between conflicts and conservative accounting provides evidence on the role of accounting conservatism in facing conflicts over dividend policy.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T18859
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Metty Fauziah Wardhani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengelahui kandungan informasi relatif dan inkremental dari Cash Flow Return on Jnvestmeni (CFROI) sebagai alat pengukuran yang mengukur penciptaan nilai perusahaan dalam menjelaskan imbal balik saham, kemudian membandingkarmya dengan kandungan informasi relatif dan inkremental menilai yang terdapat pada Economic Value Added (EVA) - sebagai sarana alat pengukuran penciptaan nilai - dan laba bersih dan ants kas dari kegiatan operasional sebagai representatif dari alat pengukuran tradisional.. Penelitian dilakukan meaggunakan regresi liniear dengan metode OLS atas data panel dart 27 perusahaan rnanufall:tur yang tercatat di Bursa Efek Jakarta dengan periode pengamatan 1999-2002.
Hasil regresi menunjukkan kandungan informasi relatif CFROI tidak mengungguli EVA dalam menjelaskan imbal balik saham. Kandungan informasi relatif yang terdapat paaa CFROI juga Lebih renduh daripada arts kas dart kegiatan operasioaal, namun Lebih tinggi dibandingkan kandungan informasi relatif laba bersih. Dalam hal perbandingan kandungan informasi inkremental, EVA lebih baik dari CFROI. Tapi bila dibanndingkan dengan laba bersih da-a arts kas dart kegiatan operasional. kand'ingan informasi inkreniental CFROI dal ani menjelaskan imbal balik saham masih lebih baik.
Di samping itu, dalam penelitian ini diselidik pula ada tidaknya perbedaan kandungan informasi inkrementa; antara komponen-komponen dalam perhinengan CFROI, dalain lull ini diwakili oleh komponen Gram. Cash Flaw (GCF) dan Gross Cash Investment (CC). Hasil pengujian inenun;ekkan terdapamya perbedaan loand igan informasi inkremental antera kedua komponen CFROI tersebut.

This research is conducted to study the -relative and incremental information content of Cash Flow Return on Investment (CFROI) as a representative of value-based financial measures, in explaining stock returns. CFROI's relative and incremental information content ate then compared with the relative and incremental information content of Economic Value Added (EVA) - as another representative of value-based financial measures - and net income and cash flow from operating activities - as representatives of traditional income measures. CLS linear regression is applied as the research method, over a pallet data which consists of 27 manufacturing companies listed on Jakarta Stock Exchange dining observation.periods of 1999-2002.
The regression shows that CFROI's relative information content does not outperform EVA's in explaining stock return. CFROI's relative information content is also lower than that of cash flow from operating activities, yet higher than that of net income. In terms of comparison of incremental information content, EVA shows a better result than CFROL But when compared with net income and cash flow from operating activities, CFROI has a higher incremental information content.
This research also examines whether there is a difference of incremental information content among components of CFROI, which in this case are represented by Gross Cash Flow (GCF) dan Gross Cash Investment (GC). The test result shows that difference of incremental information content between the two CFROI components does exist.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T15025
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Adhariani
"Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengetahui karakteristik spesifik perusahaan yang mempengaruhi hubungan antara laba dan imbal hasil saham. Dengan menggunakan data perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, penelitian ini menguji pengaruh karakteristik perusahaan berupa tingkat pengungkapan sukarela pada laporan tahunan terhadap hubungan tersebut. Secara khusus, penelitian ini menguji pengaruh variasi tingkat pengungkapan di laporan tahunan terhadap relevansi nilai dari informasi laba yang tercermin dalam current stock returns.
Penelitian ini menggabungkan dua topik penelitian yang sebelumnya diuji secara terpisah pada penelitian-penelitian terdahulu: koefisien respon laba (earnings response coefficients-ERC) dan pengungkapan sukarela yang diberikan perusahaan. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan bukti tambahan mengenai perbedaan yang bersifat cross-sectional dalam current ERC akibat adanya pengungkapan sukarela perusahaan yang terdapat pada laporan tahunan.
Penelitian ini mengembangkan hipotesis bahwa keinformatifan laba dan pengungkapan sukarela bersifat komplementer. Hipotesis ini secara implisit menganggap bahwa investor akan menggunakan informasi yang diberikan pada pengungkapan di laporan tahunan bersama-sama dengan informasi laba sebagai salah satu pedoman berinvestasi. Untuk menguji hipotesis tersebut, current stock returns diregresikan dengan perubahan current earnings. Sampel penelitian terdiri dari 90 laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakrata per 31 Desember 1998.
Tingkat pengungkapan di laporan tahunan diukur dari butir-butir pengungkapan dan skor terbobot yang telah dikembangkan oleh Botosan (1997), Sitanggang (2002), dan Suripto (1999). Sebelum skor terbobot digunakan, terlebih dahulu diuji perbedaan antara skor terbobot dan skor tanpa bobot. Hasil uji beda mendukung hipotesis bahwa dua jenis pengukuran tersebut berbeda secara statistik, artinya investor memberikan tingkat kepentingan atau penilaian yang berbeda untuk tiap-tiap butir pengungkapan.
Hasil uji regresi mendukung hipotesis adanya hubungan yang komplementer antara informasi laba dan pengungkapan sukarela. Hasil ini tetap konsisten setelah ditambahkan faktor-faktor pengendali lainnya yang diduga ikut mempengaruhi ERC, yang telah diteliti pada penelitian-penelitian terdahulu. Hasil penelitian juga cenderung kuat pada holding period return yang berbeda dan pengukuran laba yang berbeda.

Many studies have attempted to identify firm spec f c characteristics that influence the return-earnings relationship. Using companies listed in the Jakarta Stock Exchange, this study examines whether voluntary corporate disclosure level that is published in annual report affects the relationship. Specifically, this study investigates whether the variances in corporate disclosure level published in annual report affects the value-relevance of earnings information reflected in current stock returns.
This study combines two research issues which have been separately investigated in previous studies: the earnings response coefficients and the voluntary disclosures provided by companies. The findings are expected to give additional evidence about cross-sectional differences in current ERC as an effect of voluntary corporate disclosure level published in annual report.
This study hypothesizes that the in formativeness of earnings and voluntary disclosure is complementary to each other. This hypothesis implicitly presumes that investor- will use the information provided in annual report disclosures together with information in earnings as one of the guidance?s in investment decisions. To test the hypothesis, current stock returns are regressed against current earnings changes. The sample consists of 90 annual reports of companies listed on the JSX as of December 31. 1998.
The amount of voluntary disclosure provided in annual reports is measured by disclosure items and weighted scores developed by Botosan (1997), Sitanggang (002), and Suripto (1999). Before deciding to use the weighted score, this study examines first, the differences between weighted scores and the equally weighted ones. The findings of the test of differences support the hypothesis that the two kinds of score measurement is statistically different, meaning that investors place different interests to each disclosure items.
The findings of regression rest support the hypothesis of complementary relationship, which remain consistent after controlling for other factors that have been identified in previous studies influence the earnings response coefficients. The findings are also robust in respect to different holding period returns and different earnings measurement.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20046
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Hendrik
"Tesis ini meneliti untuk melihat secara statistik sejauh mana keputusan investasi, kebijakan dividers dan keputusan pembelanjaan yang dicerminkan dari rasio - rasio Return on assets (ROA), dividend payout rasio (DPR), debt to equity ratio (DE) dan economic value added (EVA) mempunyai pengaruh terhadap value of stock yang diukur dengan price to book value (PBV).
Hasil empiris dari penelitian yang diperoleh dengan menggunakan program Statistical Package for the Social Science (SPSS) ini menunjukkan bahwa :
1. Return on Assets (ROA) seluruh perusahaan, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PBV-nya, dimana dengan anggapan faktor-faktor lain konstan, meningkatnya ROA akan cenderung meningkatkan PBV.
2. Dividend Payout Ratio (DPR) seluruh perusahaan, tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PBV-nya, dimana dengan anggapan faktor-faktor lain konstan, meningkatnya DPR akan cenderung meningkatkan PBV.
3. Debt Equity ratio (DE) seluruh perusahaan, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PBV-nya, dimana dengan anggapan faktor-faktor lain konstan, meningkatnya DE akan cenderung meningkatkan PBV.
4. Economic Value Added (EVA) seluruh perusahaan, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PBV-nya, dimana dengan anggapan faktor-faktor lain konstan, meningkatnya EVA akan cenderung meningkatkan PBV.
Melihat kecilnya nilai R2 dari hasil penelitian ini, disadari bahwa banyak faktor-faktor lain yang kemungkinan besar mempengaruhi PBV, yang termasuk di dalam residual variable. Faktor-faktor ini, antara lain fluktuasi nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang asing, terutama US dollar, kebijakan moneter ketat, issue-issue politik, dan kebijakan keuangan perusahaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20353
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Kurniady
"Memaksimalkan kekayaan pemegang saham sama dengan memaksimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat ditingkatkan dengan jalan meningkatkan harga saham di pasar modal. Harga saham sebuah perusahaan dipengaruhi oleh harapan pemodal tentang kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Saat ini yang sedang populer dan banyak dibahas adalah metode EVA dan MVA. EVA menilai economic profit yang dicapai manajer pads tahun tertentu, sementara MVA menilai dampak tindakan manajer atas kemakmuran pemegang sahamnya.
Metoda EVA menggunakan unsur perhitungan akuntansi tradisional yang menyesuaikan dan memperhitungkan adanya biaya modal (cost of capital}, sehingga dapat diketahui apakah perusahaan telah menciptakan suatu nilai tambah atau tidak. EVA merupakan indikator tentang adanya penambahan nilai dari suatu investasi. EVA yang positif menunjukkan bahwa manajemen perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan, sesuai dengan tujuan manajemen keuangan untuk memaksimumkan nilai perusahaan.
MVA merupakan metode yang berbeda dalam hal menentukan nilai suatu perusahaan, tetapi masih berhubungan dengan metode perhitungan EVA, dan terdapat hubungan diantara dua konsep tersebut. Dalam buku "The Quest for Value" MVA adalah merupakan jumlah kumulatif dari nilai present value EVA di masa yang akan datang.
Susana Peixoto (2002) menganalisis information content yang berhubungan dengan Operating Income, Net Income dan EVA periode 1995 sampai dengan 1998. Di dalam penelitiannya analisis information content terbagi alas dua bagian yaitu relative information dan incremental information. Relative information adalah analisa perbandingan alat ukur keuangan yang menyediakan informasi keuangan. Sedangkan incremental information adalah analisa tambahan informasi dari satu alat ukur keuangan yang menyediakan informasi keuangan.
Penulis menggunakan model dari Susana Peixoto (2002) dengan menggunakan data panel, sehingga dalam analisis menggunakan regresi pool least square. Regresi dibagi menjadi dua macam yaitu dengan melakukan pembedaan terhadap (si:e) ukuran perusahaan dan (invested capital) modal yang ditanamkan perusahaan. Perbedaan size perusahaan dilakukan dengan cara membobot masing¬masing variabei dengan equity hook value periode sebelumnya dan pembedaan modal yang ditanamkan dengan cara membobot masing-masing variabel dengan invested capital periode sebelumnya.
Penulis melakukan uji hipotesa information content dari EVA terhadap Equity Value Added (EMV). Hasil yang diperoleh bahwa relative information content dari EVA melebihi Net Income (NI) dan Operasional Profit (OP) serta incremental information content yang terdapat pada EVA melebihi Net Income (NI) dan Operasional Profit (OP).
Model yang kedua melakukan uji hipotesa information content dari EVA terhadap Market Value Added (MVA). Hasil yang diperoleh bahwa relative information content dari EVA tidak melebihi Net Income (NI) dan Operasional Profit (OP) terhadap Market Value Added (MVA) serta incremental information content yang terdapat pada EVA tidak melebihi Net Income (NI) dan Operasional Profit (OP)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20460
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vemil Meinanda Putra
"ABSTRACT
This thesis has two main objectives; estimating single stock options (KOS) price that will be traded at Jakarta Stock Exchange and analyzing the prices. Binomial methods will be used in estimating single stock options of ASH, BBCA, HMSP, INDF and TLKM. This method has a unique flexibility and simplicity which can be used straightforwardly in the real world because it can evaluate both call and put of almost all kind of options including American and European options. In order to quickly run the computation of option pricing, a computer programming language, Visual Basic, is used.
One of the results is that as the number of time periods increase, the binomial option pricing model seems to converge to the Black-Scholes value. The other is that the difference between Binomial and Black-Scholes results is at the highest for in-the-money put option and at-themoney call option. From all of the five single stock options, KOS price of INDF is the cheapest with a high volatility and big delta meaning a big ratio of change in the price of the stock option to the change in the price of the underlying stock. Bearish trading strategy for options trading in March 2004 is used.
Investors spend less money for option than what they invest for stocks. Furthermore, investors can increase their trading capacity up to ten times by investing in option compared to investing in stock. At a given point of time, if the option is worth more exercised than not exercised, the computed value of the option can be simply replaced with the intrinsic value.
"
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juliana, Pearly Martinelly, Author (edit)
"ABSTRAK
Sistem pengukuran kinerja bisnis suatu perusabaan digunakan untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan kinerja bisnis perusahaan dalam kurun waktu yang ditetapkan. Hasil dari pengukuran tersebut menjadi acuan untuk pegambilan keputusan yang tepat dan penentuan langkah-langkah strategis yang barns dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan yang terjadi. Salah satu metoda yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja bisnis tersebut adalab dengan menggunakan Balanced Scorecard.
Balanced Scorecard merupakan suatu alat untuk mengukur performance management suatu perusahaan atas keberbasilan strategi yang dirumuskan untuk pencapaian visi dan misi perusahaan. Dengan Balanced Scorecard visi, misi, dan strategi perusahaan tersebut diterjemahkan dalam sasaran dan pengukuran yang lebib nyata, yaitu dengan menjabarkan strategi bisnis unit ke dalam tindakan operasional perusahaan sebari-hari. Kerangka kerja Balanced Scorecard ditekankan pada pengukuran faktor keuangan dan nonkeuangan,
karena pengukuran hanya pada aspek keuangan saja dirasakan tidak cukup, perlu dipertimbangkan aspek nonkeuangan yang bersifat jangka panjang. Hal lainnya adalah bahwa kinerja keuangan dibasilkan oleh kinerja nonkeuangan. Sehingga dalam menilai kinerja bisnis tidak hanya mengukur basil akhir (outcome measures) yaitu pada aspek keuangan, tetapi juga menilai driver (penentu) basil akhir tersebut yang terdapat pada aspek nonkeuangan.
Pengukuran dalam Balanced Scorecard terbagi dalam empat prespektif, yaitu prespektif finansial (financial) untuk aspek keuangan, dan prespektif pelanggan (customer), proses bisnis internal (internal business process), serta proses pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth) untuk aspek nonkeuangan. Prespektif finansial mengukur dalam ukuran ekonomis hasil dari tindak:an yang telah dilakukan. Prespektif pelanggan mengukur performance usaha dari segmen yang ditargetkan. Prespektif proses bisnis internal mengidentifikasikan proses internal yang kritikal yang harus dikontrol oleh perusahaan. Sedangkan prespektif pembelajaran dan pertumbuhan mengidentifikasikan infrastruktur yang harus dibangun perusahaan untuk menciptakan peningkatan dan pertumbuhan.
Penggabungan tolok ukur keuangan dan nonkeuangan tersebut menjadikan Balanced Scorecard sebagai sistem pengukuran kinerja bisnis yang terintegrasi dan seimbang. Setiap sasaran yang dirumuskan dalam prespektif nonkeuangan harus mempunyai hubungan sebab akibat dengan prespektif keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung, karena pada hakekatnya perusahaan bertujuan menciptakan kekayaan atau laba.
Pada akhimya dengan menggunakan Balanced Scorecard, perusahaan dapat mengevaluasi aktivitasnya agar dapat beroperasi secara optimal dan dapat memotivasi perbaikan berkesinambungan terhadap bidang-bidang kritikal perusahaan seperti sumber daya, pelanggan, aktivitas, dan biaya. Dengan Balanced Scorecard, perusahaan dapat mengetahui apakah yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan dan seberapa jauh pencapaian atau penyimpangan yang telah dilakukan. Hal ini berguna untuk mengetahui dan mendeteksi sejak dini terjadinya gejala inefisiensi di dalam Perusahaan, terjadinya kerugian, karyawan yang tidak berkualitas, ataupun hal-hal lain yang merugikan Perusahaan.
PT Berlian Laju Tanker Tbk (Perseroan) merupakan salah satu penyedia jasa angkutan laut khususnya muatan cair terkemuka di kawasan Asia yang berusaha untuk terus berkembang dan meningkatkan pangsa pasar di Asia Tenggara dan Asia Pasifik. Saat ini perseroan mengoperasikan lebih dari 40 kapal tanker milik dan sewa, serta memiliki lebih dari 1.000 awak kapal yang terlatih, berpengalaman, dan bersertifikasi intemasional.
Kegiatan usaha Perseroan dikategorikan sebagai berikut:
1. Penyewaan kapal (ship chartering), dimana Perseroan menyewakan kapalnya kepada pihak ketiga.
2. Penyewaan ruang muatan kapal (ship operations), dimana Perseroan menyewakan ruang muatan kapal kepada pihak ketiga.
3. Jasa keagenan kapal (ship agency), dimana Perseroan bertindak sebagai agen bagi kapal-kapal asing yang mengunjungi pelabuhan di wilayah Indonesia.
Mencermati hal-hal yang dapat diperoleh dari penerapan Balanced Scorecard untuk perkembangan bisnis perusahaan tersebut, PT Berlian Laju Tanker Tbk perlu menerapkan Balanced Scorecard agar visi, misi, dan strategi Perseroan dapat diwujudkan secara sistematis. Dengan menerapkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Balanced Scorecard, diharapkan strategi yang dirumuskan menj adi selaras dengan kegiatan operasional Perseroan sehari-hari.
Sesuai dengan keadaan Perseroan saat ini sistem pengukuran kinerja bisnis berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard disusun dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Memahami dan memperdalam Balanced Scorecard.
2. Implementasi Balanced Scorecard untuk menterjemahkan, visi, misi, dan strategi Perseroan ke dalam empat prespektif.
3. Menentukan tolok ukur yang tepat untuk masing-masing prespektif Balanced Scorecard sesuai dengan kondisi Perseroan.
Hal tersulit yang mungkin dirasakan adalah pada saat pengimplementasiannya. Untuk itu perlu adanya dukungan semua pihak, agar pelaksanaan Balanced Scorecard dapat terkoordinasi dengan baik, sehingga sasaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Penerapan awalnya adalah dengan mengklarifikasikan, mendapatkan konsesus dan komitmen atas strategi yang telah ditentukan, mengkomunikasikannya ke seluruh jajaran Perseroan, yang selanjutnya mentransformasikan Balanced Scorecard menjadi sebuah
sistem manajemen.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Elmanto
"ABSTRACT
The main purpose of this study is to apply a valuation model of a heavy manufacturing company value and compare it with the market value. The discounted cash flow model is used to calculate the intrinsic value of the company. As a case study, I use PT Komatsu Indonesia Tbk (KI), a company that manufactures the heavy equipment machineries.
PT Komatsu Indonesia Tbk as a member of Komatsu Group all over the world is a heavy manufacturing company, which has activities in Indonesia as one of Asia country. This statement brings KI's business as the part of the global economic businesses which nowadays is much more affected by China as the new emerging force in Asia and the world. The issues of the great of economic growth, which enjoyed by China for the decades must be balanced by its policy to push the growth itself. Besides China, United States is still has its power in driving the world economic growth. It is a rumor which outcomes similarly to the rising of China, that United States tries to increase its interest rate using its Federal Reserve, connecting to the drop off the stock price in Wall Street.
Indonesia as a country actually has some internal issues to be solved regarding to its economic growth after the recession 1998. Indonesia has issues in its foreign debt payment (affected by the macroeconomic conditions), incoming election, domestic consumption, and the other assumptions, which affect Indonesia perpetual growth generally, and Kl's intrinsic value regarding to this study.
In calculating the company's intrinsic value, I use different scenarios. The purpose of using different scenarios is to vary the information, which reflects different assumptions about economic environment nowadays. These scenarios also help us especially investors to decide whether they want to invest in KI' s stocks or not.
The final phase of the valuation process involves comparing the company's value to the market value. These efforts are conducted in order to justify the assumptions used in the discounted cash flow model. The final step is to interpret the results.
The results of the valuation process show that intrinsic value of the company range between Rp 896 per share and Rp 1,278 per share. The range is below the actual market price at December 30, 2003, which is Rp 1,375 per share. Therefore, the company's market value is overvalued. Even though different scenarios are used to reflect different possible economic environment, the range of the intrinsic value of the company is still below its market price.
"
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Utari
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara beban pajak tangguhan dan manajemen laba, baik untuk tujuan menghindari pelaporan kerugian maupun menghindari penurunan laba, yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Selain itu, penelitian ini juga dimaksudkan untuk menguji dan membandingkan kemampuan beban pajak tangguhan dalam memprediksi adanya manajemen laba dibandingkan dengan Model Akrual. Berdasarkan penelitian Philips, Pincus dan Rego (2003), pengukur manajemen laba yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pendekatan distribusi laba dan perubahan laba. Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah 126 perusahaan dalam industri manufaktur yang terdaftar di BEJ dalam kurun waktu 2003?2005. Keseluruhan perusahaan yang diobservasi adalah 371 firm-year. Model Regresi Logit digunakan untuk menganalisa hubungan beban pajak tangguhan dan model akrual dengan kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba untuk tujuan menghindari pelaporan kerugian dan penurunan laba. Model akrual yang digunakan dalam penelitian adalah Total Akrual berdasarkan pendekatan cash flow (Phillips, et.al, 2003) dan Modified Jones Model (Dechow, 1995). Model regresi logit digunakan karena berdasarkan hasil pengujian normalitas menunjukkan bahwa data penelitian tidak berdistribusi normal. Hasil pengujian memperlihatkan adanya hubungan yang positif dan siginifikan antara beban pajak tangguhan dan model akrual dengan manajemen laba untuk tujuan menghindari kerugian. Artinya, semakin besar beban pajak tangguhan dan akrual perusahaan, maka semakin besar kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba untuk tujuan menghindari kerugian. Di sisi lain, hubungan yang positif dan tidak signifikan diperlihatkan dalam hubungan antara beban pajak tangguhan dan model akrual dengan manajemen laba untuk tujuan menghindari penurunan laba. Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji kemampuan beban pajak tangguhan dalam memprediksi manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan untuk tujuan menghindari kerugian dan penurunan laba. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa beban pajak tangguhan memiliki kemampuan yang sangat baik untuk memprediksi manajemen laba yang bertujuan menghindari kerugian dibandingkan dengan kedua model akrual yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa beban pajak tangguhan dapat dijadikan alternatif terhadap model akrual dalam menjelaskan fenomena manajeman laba untuk tujuan menghindari kerugian. Dalam hubungan dengan manajemen laba untuk tujuan menghindari penurunan laba memperlihatkan bahwa beban pajak tangguhan memiliki kemampuan yang lebih baik namun tidak signifikan dibandingkan dengan kedua model akrual yang digunakan."
2007
T 24508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>