Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Winarti Andayani
"Photocatalytic Degradation of Pentachlorphenol in Aqueous Solution using TIO2 Supported on Titanium Metal : Evolution of Intermediet CompoundStudy on degradation of pentachlorphenol in aqueous solution by UV black light over TiO2 supported on titanium metal have been conducted. TiO2 catalyst was made from calcination of sol-gel film from titanium (IV) bis (ethyl acetoacetato)-diisopropoxide precursor at 525 °C. Characterisation of TiO2 by XRD and SEM showed that structures of crystal were anatase, and the thichness of the film was 24,7 pm. The surface of film was homogen and porous. Amount of two catalysts sheets with size 5x5 cm2, were put in batch reactor (25 x 11x 7cm3). During Irradiation the solution of PCP was homogenized with magnetic stirrer. The effects of pH were studied by irradiation of solution for 4 hours at various pH (4,5,6 and 8) using phosphat buffer. Further experiments were conducted at pH ( pH 6), and irradiation was done for 15 min, 30 min, 1 hour up to 16 hours. The determined parameters were pH, conductivity of the solution, chloride ion by ferri thiosianat method, the absorption spectrum in the UV-VIS region, PCP residue and degradation products as organic acids by mean HPLC. The existance of degradation was indicated by decreasing of pH, increasing of conductivity, and formation of chloride ion. The degradation of pentachlorphenol solely by UV light (photolysis) was observed due to dechlorination of pentachlorphenol molecules, and aromatic intermediate were remained. The 'aromatic intermediate could be further degraded in the presence of TiO2 and UVlight (photocatalysis). The measurement of degraded products by HPLC revealed that oxalic acid was detected consistenly. The complete mineralisation of PCP was observed after irradiation for 16 hours.

Telah dilakukan degradasi pentaklorfenol (PCP) dalam air oleh sinar UV black light, dengan bantuan katalis TiO2 yang diimobilisasikan pada logam titanium. Katalis TiO2 dibuat dari kalsinasi lapisan sol-gel dan prekursor titanium (IV) diisopropoksi bis asetil-asetonat pada suhu 525 °C. Karakterisasi TiO2 dengan XRD dan SEM menunjukkan, bahwa kristal TiO2 mempunyai struktur anatase, dengan ketebalan lapisan 24,7 p.m. Permukaan lapisan relatif rata, seragam dan berpori. Sebanyak 2 (dua) buah lempengan katalis TiO2 berukuran 5 x 5 cm2 diletakkan di dalam reaktor curah berukuran 25 x 11 x 7 cm3 . Selama iradiasi larutan PCP diaduk dengan batang pengaduk magnet. Untuk mempelajari pengaruh pH, maka larutan PCP diiradiasi selama 4 jam dengan variasi pH, yaitu pada pH 4, 5, 6, dan 8 menggunakan bufer fosfat. Iradiasi selanjutnya dilakukan pada pH optimum, yaitu pH 6 selama 15 menit, 30 menit, 1 jam, 2, 4, 6, 8, 10, 13, dan 16 jam. Parameter yang diukur adalah pH, daya hantar listrik, konsentrasi ion klor dengan metode feri tiosianat, serapan denganspektrofotometer UV-VIS, sisa PCP dengan HPLC, dan produk-produk asam organik dengan cara HPLC. Adanya Degradasi ditunjukkan dengan terjadinya penurunan pH, kenaikan nilai daya hantar listrik dan terbentuknya klor dalam larutan. Pada larutan PCP yang diiradiasi dengan UV, degradasi terjadi karena deklorinasi dan terbentuk intermediet berupa senyawa aromatis dengan substitusi klor yang lebih rendah. Pada larutan PCP yang diiradiasi dengan UV/ TiO2, degradasi juga terjadi karena deklorinasi, namun senyawa intermediet aromatis yang terbentuk dapat didegradasi lebih lanjut menjadi asam oksalat. Mineralisasi pentaklorfenol secara sempurna terjadi setelah 16 jam iradiasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T545
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Yulia
"ABSTRAK
Reaksi katalisis dehidrogenasi menggunakan katalis heterogen sudah banyak dilakukan. Pada penelitian ini, digunakan 3 katqlis, yaitu y-Ah03, Mg- AI Hidrotalsit dan Superbasa y-AI 20 3/NaOH/Na untuk mengkatalisis reaksi dehidrogenasi 2-propanol menjadi aseton. Analisis ha~il konversi dilakukan menggunakan GC On-Line dimana seperangkat reaktor dihubungkan secara langsung dengan gas kromatografi. Katalis yang disintesis dikarakterisasi. dengan XRD dan FT-IR. Reaksi katalisis dehidrogenasi 2-propanol dilakukan dengan variasi suhu 175, 200, 225, 250, 275 dan 300 °C dengan menggunakan katalis masing-masing seberat 3 gram. Dengan menggunakan katalis Mg-AI Hidrotalsit, diperoleh suhu optimum pembentukan aseton pada 225 °C, dengan produk yang terdeteksi adalah aseton sebesar 53.36 % dan produk lain yaitu, propilen, 3,3,5-trimetilsikloheksanol, 4-metil-2-pentanol dan lainnya. Dengan menggunakan katalis y-Aiz03, tidak dihasilkan aseton, produk yang terdeteksi adalah propilena dan produk lain. Dengan menggunakan katalis Superbasa y-Aiz03/NaOH/Na, suhu optimum pembentukan aseton diperoleh pada 225 °C d~ngan produk aseton yang terdeteksi sebesar 66.00%. Dengan menggunakan katalis Superbasa y-Ab03/NaOH/Na ini juga ditemukan produk lain, tetapi tidak ditemukan produk propilen."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frenco Reynald
"Radon-222 (^^Rn) mempakan zat radioaktif berbentuk gas dan
banyak terdapat di alam, mempakan anak luruh dalam radionuklida deret
Uranium-238 (^^U). ^Rn memancarkan radiasi alfa sehingga mempunyai
potensi bahaya bagi kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh, temtama
paru-pam.
Salah satu metode pengukuran kandungan ^ Rn dengan sintiiasi
cair (Liquid Scintillation Counting = LSC). Untuk kepeiiuan tersebut ^Rn
diekstraksi dengan pelarut Toluena dan Xylena. Penelltlan ini dllakukan
dengan memvariasikan volume pelarut, volume sampel, volume udara dan
tanpa atau dengan penambahan sintilator pada pelarut pada preparasi
secara ekstraksl dan penentuan koefislen partisi Dt dan Dw pada berbagai
temperatur.
Dari percobaan ini pelarut Xylena memiliki efektivitas yang sama
dengan Toluena dalam mengekstraksi ^Rn. Walaupun nilai
efektivitasnya 13% lebih baik tetapi nilai tersebut bukan suatu batasan,
jika dilihat dari nilai tingkat kepercayaanya mempunyai batasan yang
sama sebesar 0,0312 ± 0,0037 Bq/mL untuk pelarut Toluena dan 0,0349 ±
0,0047 Bq/mL. Nilai Dt dan Dw diperoleh berturut-turut 10,64 dan 0,56
untuk pelarut Xylena pada temperatur 25°C: 8,13 dan 0,083 pada
temperatur 30°C dan 7,64 dan 0,719 pada temperatur 35°C.Pengukuran sampel mata air papas CIseeng pada kondisi di atas
diperoleh aktivitas sebesar 0,4374.10"®- 0,4752.10"® Cl/L dengan
peiarut Xylena dan 0,3834.10"® - 0,4077.10"® Ci/L dengan peiarut Toluena "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abraham Hertanto
"ABSTRAK
Senyawa organotimah mempunyai banyak manfaat di berbagai bidang.
Salah satunya adalah penggunaan senyawa organotimah dalam bidang wood
preservative. Senyawa organotimah yang umum digunakan adalah TBTO (Tributil
timah Oksida). Hasil penggunaan senyawa ini sebagai pengawet kayu cukup
efektif, walaupun di kemudian hari dilarang penggunaanya di berbagai negara,
karena dianggap mencemari lingkungan dan dapat meracuni manusia. Oleh
sebab itu, digunakan senyawa organotimah dalam bentuk yang lain, yakni
trifeniltimah asetat, yang relatif aman terhadap lingkungan dalam batas-batas
tertentu. Walaupun senyawa ini masih mempunyai potensi yang cukup nyata,
dapat mencemari lingkungan dan meracuni manusia. Berdasarkan pemikiran
tersebut dilakukan sintesis TPTA(trifeniltimah asetat), karena selain banyak
digunakan sebagai insektisida, namun juga berfungsi sebagai fungisida. Senyawa
TPTA ini disintesis dengan 2 metode yang berbeda. Masing-masing metode ini
mempunyai kelebihan dan kekurangan, pada % hasil dan kemurnian produk TPTA
yang didapatkan. Pada metode I, yakni sintesis TPTA secara langsung
menggunakan TPTCl dan garam NaOCOCH3 berlebih didapatkan rata-rata hasil
produk yang didapatkan sebesar 79,6 % atau 1,268 gram. Selain itu pada proses
karakterisasinya, dengan uji titik leleh,didapatkan bahwa produk refluks 3 jam I,
sebagai produk dengan probability TPTA yang besar, sehingga kemudian produk
ini dikarakterisasi lebih lanjut dengan spectrometer FTIR dan GCMS. Hasilnya pada FTIR menghasilkan spectra pada bilangan gelombang 1737 cm-1 dan 1355
cm-1, yang merupakan spectra gugus O-C-O serta spectra di bilangan gelombang
576,72, yaitu ikatan antara Sn-O. Hal ini menunjukkan telah terbentuk ikatan
atom-atom tersebut pada senyawa TPTA yang dihasilkan. Selanjutnya pada
kromatogram GCMS, ada satu peak yang dominan pada waktu retensi 14,94
menit, dan fragmen-fragmen di m/z 351 m/z 274 m/z 197
m/z 120. Pada masing-masing fragmen, dapat dianalisi bahwa terjadi kehilangan
gugus fenil. Sedangkan pada metode II, yaitu sintesa TPTA menggunakan metode
Bock, didapatkan produk TPTA sebesar 83,33 % hasil atau 0,5 gram. Sintesa
dengan metode Bock, dilakukan 2 tahap; dimana dihasilkan TPTOH terlebih
dahulu. Selanjutnya TPTOH ini kemudian direaksikan dengan asam asetat glasial
berlebih menghasilkan senyawa trifeniltimah asetat (TPTA). Uji karakterisasi
produk sintesa Bock, memberikan hasil positif, yakni pada kedekatan temperatur
titik leleh dengan titik leleh literatur pada uji titik leleh, maupun pada pengukuran
FTIR dan GCMS. Pada pengukuran FTIR ini, produk sintesa Bock menghasilkan
spektrum pada bilangan gelombang 1738 cm-1 dan 1356 cm-1, yang merupakan
spektrum khas ikatan O-C-O maupun spektrum pada bilangan gelombang 559,68
cm-1, yang merupakan spektrum khas ikatan Sn-O. Keberadaan spektrum khas ini
merupakan petunjuk adanya senyawa TPTA. Selanjutnya pada karakterisasi
dengan GCMS, dihasilkan peak yang dominan pada waktu retensi 14,91 menit
dan fragmen di m/z 410 m/z 351 m/z 274 m/z 197
m/z 120. Adanya fragmen di m/z 410, memperkuat dugaan bahwa produk hasil
sintesis benar mempunyai TPTA. Selanjutnya produk hasil sintesa Bock kemudian
diaplikasikan pada kayu sebagai bahan anti rayap. Dengan dasar pertimbangan
bahwa produk sintesa Bock memiliki kemurnian yang tinggi, dikaji dari hasil
karakterisasi. Hasilnya terjadi penurunan % kehilangan berat kayu, kenaikan
mortalitas rayap dan penurunan derajat serangan rayap secara sigifikan, melalui
uji statistik yang dilakukan. Selain itu terjadi peningkatan ketahanan kayu sebesar
2 tingkat, dari kelas V menjadi kelas III. Sehingga dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa TPTA merupakan bahan anti rayap yang cukup efektif."
2007
S30655
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Mastanah R
"ABSTRAK
TiO2 merupakan semikonduktor yang memikili energi celah sebanding dengan energi yang dipancarkan oleh cahaya UV (panjang gelombang: 320-400 nm), sehingga kurang berperan dalam kondisi lingkungan dimana sumber cahaya berasal dari matahari yang lebih banyak memiliki spektrum cahaya tampak (panjang gelombang: 400-650 nm). Nikel sulfat dan diethylamine digunakan sebagai sumber dopan logam dan non logam yang akan disisipkan pada struktur TiO2 melalui metode sol-gel untuk meningkatkan fotokatalitik pada spektrum cahaya tampak. fotokatalis yang terbentuk kemudian dikarakterisasi menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR), X-ray diffraction (XRD), diffusi reflaction UV-Vis (DRS). Fotokatalis N,Ni-TiO2 yang terbentuk menunjukan terdapatnya serapan pada cahaya visible dan memiliki kemampuan mendegradasi senyawa organik Congo Red dibawah iridiasi cahaya tampak. Pada penelitian ini diselidiki efek penambahan doping logam dan non logam pada sifat fotokatalitik TiO2. Hasil menunjukan terdapatnya peningkatan fotokatalitik sebanding dengan penambahan dopan nikel pada konsentrasi tertentu. Setelah konsentrasi berlebih, hal tersebut mengurangi sifat fotokatalitik dari TiO2.

ABSTRACT
TiO2 is a semiconductor which has band gap energy equal to the energy emitted by UV light (wavelength: 320-400 nm), therefore can not be operated properly under visible light (e.g Solar ray) that reach atmosphere (wavelength: 400 - 650 nm). Nickel sulfate and diethylamine are used as a source of metal and non metal dopant to be incorporated to the structure of TiO2 by sol gel method to improve the photocatalytic in the visible spectrum. The photocatalyst was characterized by X-Ray Diffraction (XRD), UV– Vis Diffusive Reflectance Spectroscopy (DRS), Scanning Electron Microscopy (SEM). The prepared N, Ni-codopedTiO2 photocatalyst showed optical absorption in the visible light region and exhibited excellent photocatalytic activity for the degradation of organic compounds (Congo Red) under visible light irradiation. The effects of adding metal and non metal doping on the photocatalytic properties of TiO2 are investigated. The result showed that the increased photocatalytic activity observed upon addition of nikel, however excessive addition of nikel reduces the photocatalytic activity of TiO2."
2010
S30734
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mulhaquddin Sastrayuninrat
"ABSTRAK
Telah dipelajari degradasi fotokatalisis etanol, benzena dan kloroform dalam fasa air menggunakan lapisan tipis TiO2. Percobaan dilakukan menggunakan reaktor alir kontinyu dengan TiO2 yang diimobilisasikan pada dinding dalam kolom gelas dan lampu UV black light digunakan sebagai sumber radiasi. Uji aktifitas reaktor terhadap larutan model pada reaktor dengan sistem tanpa pendingin dan memakai pendingin dilakukan untuk mengetahui pengaruh evaporasi pada pengolahan larutan model. Untuk evaluasi proses yang diuji dilakukan pengukuran pH larutan, daya hantar listrik dan ion klorida dan analisis senyawa intermediat dengan GC dan GC-MS.
Hasil percobaan degradasi fotokatalisis etanol, benzena dan kloroform dalam fasa air menunjukkan terjadinya penurunan pH, naiknya daya hantar listrik dan naiknya konsentrasi ion klorida untuk model kloroform selama proses berlangsung. Senyawa intermediet hasil degradasi secara fotokatalisis dari etanol yang dapat diamati adalah asetaldehida. Penerapan sistem pengolahan yang dikembangkan ini, pada contoh sisa bilasan pelarut organik, menunjukkan kemampuannya menurunkan nilai COD sebesar 83.95 %.

ABSTRACT
Photocatalytic degradation of aquoeus etanol, benzene and chloroform was studied by using TiO2 film catalyst. The experiment was performed in a continous flow reactor, in which TiO2 was immobilized on the inner wall of glass tubes and UV black light lamps were used as radiation source. Test of reactor activity without condensor and with condensor was conducted to know influence of evaporation model. For evaluation process was done by measurement pH, conductivity and chloride ion, and analyses intermediat compound with GC and of GC-MS.
Result of Photocatalytic degradation aquoeus etanol, benzene and chloroform is shown decreasing of pH, increasing conductivity and increasing of chloride ion concentration for chloroform model during process. Result of intermediet compound for photocatalytic degradation of aquoeus etanol is asetaldehide. The experiment on laboratory waste water is indicated to ability decreasing of COD(chemical oxygen demand) about 83.95 %.
"
2007
T40102
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muslim Aminuddin
"ABSTRAK
Pengembangan plastik yang mudah terdekomposisi saat ini sudah banyak di lakukan, terutama dengan menggunakan bahan dasar polimer seperti poly(vinyl alcohol) yang dimodifikasi menjadi komposit. Bio-nanokomposit dibuat dengan metoda solvent casting dari poly(vinyl alcohol) sebagai matriks dan organoclay sebagai nanofiller. Penelitian ini bertujuan mempelajari karakteristik dan sifat mekanik material nanokomposit poly(vinyl alcohol) / organoclay terinterkalasi heksadesiltrimetilamonium bromida (C16). Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap yaitu pembuatan organoclay dengan C16; serta sintesis dan karakterisasi nanokomposit poly(vinyl alcohol) / organoclay ? C16. Proses interkalasi terlihat dari pergeseran puncak bentonite dan organoclay yaitu dari 2θ = 6o ke 2θ = 4,9o, dengan nilai basal spacing dari 15,1 Å menjadi 19,7 Å. Kuat tarik tertinggi dimiliki oleh poly(vinyl alcohol) murni dengan nilai 58,02 MPa dan terendah pada nanokomposit poly(vinyl alcohol) / organoclay ? C16 7% dengan nilai 41,33 MPa. Laju transmisi uap air tertinggi dimiliki oleh nanokomposit poly(vinyl alcohol) / organoclay ? C16 7% dengan nilai 0,35 gr/m2/jam dan terendah pada poly(vinyl alcohol) murni dengan nilai 0,62 gr/m2/jam. Nanokomposit poly(vinyl alcohol) / organoclay ? C16 3% memiliki sifat dekomposisi paling baik dan dan sifat dekomposisi yang paling rendah yaitu pada poly(vinyl alcohol) murni.

ABSTRACT
Easy decomposed plastic development is now being popular, especially with polymer based material such as modified poly(vinyl alcohol) into composites. The bio-nanocomposite made by solvent casting method of poly(vinyl alcohol) as matrix and organoclay as nanofilter. This research aims to study the characteristics and mechanical properties of nanocomposite poly(vinyl alcohol) / hexadecyltrimethylammonium bromide (C16) intercalated organoclay. This study was conducted in two stages, the process of organoclay with C16; as well as the synthesis and characterization of nanocomposite poly(vinyl alcohol) / organoclay - C16. Intercalation process can be seen from the peak shift of bentonite and organoclay that 2θ = 6 ° to 2θ = 4.9 °, with a basal spacing of 15.1 Å to 19.7 Å. The highest tensile strength possessed by pure poly(vinyl alcohol) with a value of 58.02 MPa and the lowest is in the nanocomposite poly(vinyl alcohol) / organoclay - C16 7% by value 41.33 MPa. The highest water vapor transmission rate is owned by nanocomposite poly(vinyl alcohol) / organoclay - C16 7% with a value of 0.35 g/m2/h and the lowest is in the pure poly(vinyl alcohol) with a value of 0.62 g/m2/hr. Nanocomposite poly(vinyl alcohol) / organoclay - C16 3% has the nicest also the most low decomposition propertie, and the nature decomposition is on pure poly(vinylalcohol).
;;;"
2016
S64679
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizky Pratama
"Peningkatan jumlah limbah ampas kopi yang dibuang langsung dalam jumlah besar menyebabkan masalah lingkungan serius dari kandungan polifenol dan senyawa asamnya. Ampas kopi mengandung kadar karbon yang tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai prekursor dalam sintesis material karbon seperti grafit dan turunannya, grafena nanosheet. Grafit dan turunannya memiliki luas permukaan tinggi sehingga dapat dimaanfaatkan dalam modifikasi permukaan material fotokatalis seperti TiO2 guna meningkatkan aktivitas fotokatalitiknya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mensintesis TiO2 fase campuran dan memodifikasinya dengan grafena nanosheet dari ampas kopi sebagai fotokatalis dalam mendegradasi senyawa organik antrasena. Karakterisasi luas permukaan BET menunjukkan penurunan luas permukaan dari TiO2 (33.78 m2 g-1) membentuk TiO2/GN-A (27.88 m2 g-1) sehingga menurunkan kemampuan adsorpsinya (Kads TiO2/GN-A = 6.90 x 10-4 menit-1; TiO2 = 1.03 x 10-3 menit-1). Karakterisasi UV-DRS menunjukkan penurunan nilai celah pita yang signifikan dari TiO2 (3.00 eV) membentuk TiO2/GN-A (2.78 eV) sehingga meningkatkan aktivitas fotokatalitiknya secara signifikan (Kt TiO2 = 7.26 x 10-4 menit-1; Kt TiO2/GN-A = 3.43 x 10-3 menit-1). Dilakukan juga karakterisasi dengan XRD, FTIR, Raman, SEM, dan TEM pada material fotokatalis. Secara keseluruhan TiO2 fase campuran termodifikasi menunjukkan potensi tinggi sebagai fotokatalis pendegradasi senyawa organik.

The increasing level of Indonesia coffee consumption produced a significant amount of coffee ground waste as landfill, leading to serious environmental problems on account of phenol derivatives and acidic compounds as its constituents. Containing high carbon content, waste coffee ground is a favorable biomass candidate to convert into carbon-based material, such as graphene nanosheet (GN). Having wide surface area, graphene derivatives can be used to modify surface of many materials, such as TiO2. The aim of this study is to synthesize graphene-modified TiO2 with a mixed anatase:rutile phase (9:1) and to compare its photocatalytic activity in photodegradation of anthracene with unmodified TiO2. Characterization using BET surface analysis showed a decrease in surface area of TiO2 (33.78 m2 g-1) when modified into TiO2/GN-A (27.88 m2 g-1), leading to lower adsorption of anthracene (Kads TiO2/GN-A = 6.90 x 10-4 min-1; TiO2 = 1.03 x 10-3 min-1). UV-DRS analysis showed a significant decrease in the band gap of TiO2/GN-A (2.78 eV) compared with TiO2 (3.00 eV), leading to an increase in photocatalytic activity (Kt TiO2 = 7.26 x 10-4 min-1; Kt TiO2/GN-A = 3.43 x 10-3 min-1) All in all, the synthesized photocatalyst materials presented promising potential to be applied as photocatalysts in photodegradation of organic compounds."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Triandi Tjahjanto
"Telah dilakukan immobilisasi TiO2 dalam bentuk lapisan tipis pada permukaan kaca preparat. Teknik pelapisan menggunakan teknik proses sol-gel (PSG) dari prekursor titanium tetraisopropoksida yang dilarutkan dalam isopropanol pada konsentrasi 0,05 M dan 0,1 M. Lapisan tipis yang diperoleh dikarakterisasi dengan instrumen spektrofotometer UV-Vis, difraksi sinar-x, foto SEM, serta dilakukan uji aktivitas mendegradasi fenol sebagai model limbah organik dan uji adsorbsi.
Hasil XRD menunjukkan bahwa kristal yang diperoleh anatase dan tidak terdeteksi adanya rutil. Dari difraktogram tersebut juga dapat diperkirakan ukuran kristal yang dihasilkan adalah sekitar 19 - 39 nm. Foto SEM menunjukkan permukaan yang cukup berpori, namun uji adsobsi menunjukkan peningkatan luas permukaan hanya 20%. Dari hasil uji aktivitas dapat diprediksi bahwa katalis dengan tebal 6,33 µm, dan kandungan TiO2 1,04 mg/cm2 akan memiliki aktivitas optimum.

The Characterization of Thin Layer Titanium Dioxide from Titanium Tetraisopropoxide Precursor and the Examination of Its Activity as Photo CatalystImmobilization of TiO2 as thin layer on microscope slide glasses has been done. The slide was coated by sol-gel technique with titanium tetraisopropoxide as precursor diluted in isopropanol at the concentration of 0.05 M and 0.1 M. The thin films produced were characterized with W-Vis spectrophotometer, X-ray diffraction analyzer (XRD), SEM, and the activity as photo catalyst was examined by degrading phenol as an organic pollutant model, and also done adsorption examination.
The XRD results show that the crystal produced were in the anatase form and there are no rutile form detected. The results were also provide that the expectation size of the crystal was about 19 -- 37 nm. SEM results show moderate porosity of the thin layer surface but the adsorption examinations provide that the effective surface width increased in only 20 percent. From the result of activity examinations was been able to predict that thin layer catalyst at the thick of 6.33 µm, and TiO2 loading of 1.04 mg/cm2 has maximum activity.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T9464
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agusniar Trisnamiati
"ABSTRAK
Sebanyak 13 sampel minyak (TTT-99, TTB-28, TLJ-198, TDN-1, TPS-1 UKL-1 sampai UKL-7) dan kondensat (LMB-10 BRF dan TAF) serta delapan batuan sumber dan Cekungan Sumatera Selatan, telah diuji dengan menggunakan teknik kromatografi, dalam usaha untuk menentukan penyebab perbedaan komposisi di antara minyak bumi tersebut.
Analisis biomaker parameter sumber dan kematangan termal yang menggunakan peralatan GC dan GCMS (misalnya, Pr/Ph, Ts/(Ts+Tm), Oleana/Hopana, dan 20S1(20S+20R) terhadap sampel minyak dari kondensat, menunjukkan bahwa pengaruh sumber dan kematangan termal bukan merupakan penyebab perbedaan komposisi yang ada pada sampel TTT-99, TTB-28, TLJ-198, TDN-1, LMB-10 (BRF dan TAF), begitu pula pada sampel TPS-1 UKL-l sampai UKL-7. Perbedaan komposisi yang ada kemungkinan disebabkan proses sekunder (selain biodegradasi) yang terjadi di reservoar, misalnya water washing, migrasi fraksionasi ataupun migrasi jarak pendek (segregasi gravitasi). Adanya proses fraksionasi oleh gas (fraksionasi penguapan) diamati berdasarkan analisis distribusi n-allcana, sifat parafinitas (didefinisikan sebagai n-heptana/MCH), sifat aromatisitas (didefinisikan sebagai toluene/n-heptana). Untuk memastikan bahwa perbedaan distribusi n-alkana karena fraksionasi penguapan tidak bergantung pada tingkat kematangan termal suatu sampel telah dilakukan analisis pengaruh fraksionasi terhadap distribusi n-alkana pada sampel batuan sumber dari kedalaman yang berbeda. Sedangkan adanya efek water washing pada perbedaan komposisi diamati dari rasio fenol/sikloheksana, rasio toluena/MCH..
Berdasarkan perbedaan nilai rasio isotop 13C, distribusi n-alkana, angka parafinitas dan aromatisitasnya disimpulkan bahwa proses migrasi fraksionasi sebagai penyebab perbedaan komposisi minyak bumi terlihat cukup nyata antara sampel kondensat LMB-10 (TAF dan BRF) dengan keempat sarnpel lainnya (TDN-1, MT-198, TIM-28, TTT-99). Bukti adanya proses migrasi fraksionasi dikuatkan dari letak geografis sampel terhadap "dapur pembentuk" sebagai pot hidrokarbon, sehingga jalur migrasi minyak bumi di kawasan penelitian dapat dipastikan bergerak ke arah Utara. Komposisi molekul suatu minyak bumi dapat digunakan untuk menjelaskan proses geologi minyak bumi tersebut. Selain itu, pada studi ini juga diusulkan plot fraksionasi bagi minyak bumi yang mengalami fraksionasi oleh gas, waterwashing ataupun segregasi gravitasi dengan menggunakan parameter rasio toluene/MCH dan fenol/sikloheksana."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>