Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tyas Setyaningsih
"Bisnis suplemen makanan melanda hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia. Konsumsi suplemen makanan biasanya dimaksudkan sebagai pelengkap kekurangan zat gizi yang dibutuhkan untuk menjaga agar vitalitas tubuh tetap prima. Oleh karena mengingat suplemen makanan merupakan produk makanan yang dijual bebas, maka perlu diperhatikan keamanannya dari zat-zat yang berbahaya dan merugikan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan fenobarbital dan diazepam dalam suplemen makanan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi. Analisis menggunakan kolom fase terbalik C18 merk Kromasil ? dengan dimensi kolom 25 cm x 4,6 mm, fase gerak metanol-air (70:30, v/v) serta kecepatan alir 0,5 mL/menit. Metode ini telah memenuhi syarat uji presisi dan perolehan kembali. Dari enam sampel yang diperiksa, semua sampel tidak mengandung fenobarbital dan diazepam dengan batas deteksi 0,3738 µg/mL untuk fenobarbital dan 0,3839 µg/mL untuk diazepam.
Kata kunci : diazepam, suplemen makanan, kromatografi cair kinerja tinggi, fenobarbital

Dietary supplements business attack almost all part of the world, include Indonesia. The consumption of dietary supplement usually use as complement of nutrient lack, that needed for keeping the body vitality in the good condition. Because of the dietary supplement is a food products which sell freely, so it must be controlled or keep away from dangerous substances and potential hazard to body. The purpose of this research was to analyze the phenobarbital and diazepam in dietary supplement by high performance liquid chromatography. The separation system consisted of a C18 reversed-phase column Kromasil ? with dimension column 25 cm x 4,6 mm, with methanolwater (70:30, v/v) as mobile phase and flow rate 0,5 mL/menit. This method has passed the precision and recovery evaluation. After determines six samples, all samples were not contain phenobarbital and diazepam with limit of detection 0,3738 µg/mL for phenobarbital and 0,3839 µg/mL for diazepam.
Key word : diazepam, dietary supplement, high performance liquid chromatography, phenobarbital.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S32757
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Lestari
"Levofloksasin adalah antibakteri sintetik golongan fluorokuinolon yang memiliki efek antibakterial dengan spektrum luas. Levofloksasin merupakan obat yang diindikasikan untuk kondisi serius yang memerlukan respon pasti dan merupakan salah satu obat yang masuk dalam kategori obat wajib uji Bioekivalensi (BE), sehingga perlu dilakukan pemantauan kadarnya di dalam darah. Metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan detektor fluoresensi telah dikembangkan untuk analisis levofloksasin dalam plasma manusia in vitro.
Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh kondisi optimum untuk analisis levofloksasin dalam plasma in vitro dan melakukan validasi metode analisis tersebut. Kromatografi dilaksanakan menggunakan teknik isokratik pada kolom fase-terbalik Kromasil® C18 (5 µm, Akzo Nobel), dengan fase gerak asetonitril-air-asam fosfat 85%-trietilamin (12:88:0,6:0,3) dengan kecepatan alir 1,25 mL/menit, dan dideteksi pada panjang gelombang eksitasi 294 nm dan panjang gelombang emisi 500 nm. Teknik penyiapan sampel dilakukan dengan cara pengendapan protein menggunakan metanol. Siprofloksasin digunakan sebagai baku dalam. Metode ini valid dengan nilai koefisien korelasi r = 0,9995 dan batas terendah kuantitasi (LLOQ) 253,8 ng/mL, hasil akurasi dengan % diff -9,64 sampai 13,38 %; presisi kurang dari 4% dan nilai perolehan kembali antara 90,36 sampai 113,38 %. Levofloksasin dalam plasma stabil selama 14 hari pada penyimpanan dengan suhu -20°C.
Kata kunci: Validasi, KCKT, levofloksasin, siprofloksasin, plasma in vitro.

Levofoxacin is a synthetic fluoroquinolone antibacterial agent that has a broad spectrum antibacterial effects. Levofloxacin indicated for critical use that needs certain respons and it is one of the drug that have to be evaluated with bioequivalency test, thereby monitoring the blood drug level is necessary. A method using high-performance liquid chromatography (HPLC) with fluorescence detector has been developed for analysis of levofloxacin in human plasma in vitro.
The objective of this research is to find out the optimum condition of levofloxacin in human plasma in vitro analysis using HPLC, and then the method was validated. The chromatography was carried out by isocratic technique on a reversed-phase Kromasil® C18 column (5 µm, Akzo Nobel) with mobile phase consisted of acetonitril-water-phosphoric acid 85%-triethylamine (12:88:0,6:0,3) at flow rate of 1.25 mL/minute, and detection was performed at excitation wavelength of 294 nm and emission wavelength of 500 nm. The sample preparation technique was protein precipitation with methanol. Ciprofloxacin was used as the internal standard. The method was valid with correlation coefficient of 0.9995 and the lower limit of quantitation was 253.8 ng/mL, accuracy with % diff -9.64 to 13.38%; precisions less than 4% and recovery percentage was 90.36 to 113.38%. Levofloxacin in plasma was stable for 14 days in -20°C.
Keyword: Validation, HPLC, levofloxacin, ciprofloxacin, plasma in vitro.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S32756
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Githa Ayu Hadirani
"Frekuensi peresepan obat racikan di Indonesia masih tinggi. Indonesia belum memiliki standar pembuatan obat racikan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kualitas pelayanan kapsul racikan, keseragaman bobot, dan cemaran mikroba pada kapsul racikan. Sampel sebanyak 15 apotek diambil secara random dari total populasi apotek di Jakarta. Evaluasi kualitas pelayanan dilakukan dengan metode observasi melalui penebusan resep 30 kapsul racikan (bromheksin, klorfeniramin maleat, teofilin) pada masing-masing apotek. Parameter yang diamati adalah harga, waktu tunggu, pemberi informasi, dan informasi yang diberikan. Evaluasi keseragaman bobot kapsul racikan dilakukan berdasarkan keseragaman bobot kapsul (Farmakope Indonesia edisi III). Pengujian cemaran mikroba meliputi Angka Lempeng Total dan Angka Kapang Khamir dengan persyaratan menurut USP 30/NF 25 pada sediaan nonsteril, serta identifikasi bakteri patogen menggunakan media selektif (Cetrimide, Salmonella Shigella Agar, Eosin Methylen Blue, dan Manitol Salt Agar). Hasil evaluasi kualitas pelayanan resep kapsul racikan menunjukkan adanya variasi harga obat (Rp 34.000,- − Rp 115.000,-) dan waktu tunggu pasien (19-65 menit) antar apotek. Sebagian besar pemberian informasi bukan dilakukan oleh apoteker. Informasi obat yang diberikan masih terbatas. Kapsul racikan dari 3 apotek memenuhi syarat keseragaman bobot. Cemaran bakteri patogen tidak ditemukan pada seluruh sampel. Sebagian besar kapsul racikan memenuhi persyaratan jumlah bakteri dan kapang khamir. Kualitas pelayanan dan peracikan kapsul masih perlu ditingkatkan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32697
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Awis Sekar Arum
"Obat racikan sering diresepkan di Indonesia. Namun, standar
pelayanan dan standar kualitas obat racikan belum ada. Penelitian ini
bertujuan mengevaluasi kualitas pelayanan resep puyer, keseragaman
sediaan, dan cemaran kimia pada puyer. Sampel sebanyak 10 apotek diambil
secara random dari total populasi apotek di Jakarta. Evaluasi kualitas
pelayanan dilakukan dengan metode observasi melalui penebusan resep
puyer amoksisilin dan resep puyer parasetamol pada masing-masing apotek.
Parameter yang diamati adalah harga, waktu tunggu, pemberi pelayanan,
dan informasi yang diberikan. Evaluasi keseragaman sediaan dilakukan
berdasarkan prosedur keragaman bobot kapsul keras (Farmakope Indonesia
IV). Analisis cemaran kimia pada puyer dilakukan dengan metode
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Hasil evaluasi kualitas pelayanan resep
puyer menunjukkan adanya variasi pada harga (Rp. 15.500,- - Rp. 28.200,-)
dan waktu tunggu (17-67 menit). Pemberi informasi di apotek sebagian besar
(70%) dilakukan bukan oleh apoteker. Informasi mengenai obat yang
diberikan masih terbatas. Seluruh sampel puyer amoksisilin dan parasetamol
tidak memenuhi syarat keseragaman sediaan. Cemaran parasetamol pada
puyer amoksisilin ditemukan di seluruh sampel apotek. Cemaran amoksisilin
pada puyer parasetamol ditemukan di 2 sampel apotek. Kesimpulan yang
dapat diambil dari penelitian ini adalah kualitas puyer racikan dari segi keseragaman sediaan dan cemaran kimia masih kurang baik. Kualitas
pelayanan peracikan puyer masih harus ditingkatkan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32718
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yenti
"ABSTRAK
Sejalan dengan banyaknya obat batuk yang mengandung lebih dari satu komponen zat berkhasiat, maka diperlukan metode analisis yang mempunyai akurasi dan presisi yang tinggi, namun lebih mudah dan murah di dalam pelaksanaannya. Salah satu metode analisis yang dapat digunakan adalah spektrofotometri derivatif, melalui pengukuran serapan masingmasing komponen pada panjang gelombang zero crossing komponen lainnya yang terdapat dalam campuran. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode penetapan kadar dekstrometorfan hidrobromida, pseudoefedrin hidroklorida, gliserilguaiakolat, dan triprolidin hidroklorida dalam campuran dari tablet dan sirup obat batuk yang mengandung dua sampai empat zat aktif tersebut secara spektrofotometri derivatif dan menguji validitasnya. Untuk campuran pseudoefedrin hidroklorida dan triprolidin hidroklorida,
masing-masing zat diukur serapannya pada panjang gelombang 230,0 nm dan 227,6 nm (derivat pertama); campuran pseudoefedrin hidroklorida dan gliserilguaiakolat, masing-masing zat diukur serapannya pada panjang gelombang 245,8 nm dan 251,2 nm (derivat pertama); dan campuran pseudoefedrin hidroklorida dan dekstrometorfan hidrobromida, masingmasing
zat diukur serapannya pada panjang gelombang 245,4 nm dan 251,2 nm (derivat pertama). Sedangkan campuran yang mengandung tiga zat maupun empat zat aktif tersebut, masing-masing zat tidak dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri derivatif karena tidak dapat ditentukan panjang gelombang analisis untuk setiap zat dalam campurannya. Dari hasil
uji perolehan kembali menunjukkan bahwa metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk menetapkan kadar pseudoefedrin hidroklorida dan triprolidin hidroklorida dalam campuran keduanya dalam sediaan tablet, namun tidak dapat digunakan dalam sediaan sirup. Metode ini juga dapat digunakan untuk menetapkan kadar gliserilguaiakolat dalam campurannya dengan pseudoefedrin hidroklorida dalam sediaan tablet dan sirup, namun
tidak dapat digunakan untuk menetapkan kadar pseudoefedrin hidroklorida dalam campurannya dengan gliserilguaiakolat dalam sediaan tablet dan sirup. Metode ini tidak dapat digunakan untuk menetapkan kadar pseudoefedrin hidroklorida dan dekstrometorfan hidrobromida dalam
campuran keduanya dalam sediaan sirup.

ABSTRACT
As the development of cough medicine which contains more than one active substance, the simple and cheap analysis with high accuracy and precision is needed. One of the methods that can be implemented is derivative spectrophotometry, by determining each compound at zero crossing wavelength of another compound in mixture. The goal of this research is to find a new method to determine the concentration of dextromethorphan hydrobromide, pseudoephedrine hydrochloride, glycerylguaiacolate, and triprolidine hydrochloride in cough tablets and syrups which contain two to four compounds by using derivative spectrophotometry method. Another goal of this research is to examine the validity of the derivative spectrophotometry method. In the mixture containing pseudoephedrine hydrochloride and triprolidine hydrochloride, each compound is determined at 230,0 nm and 227,6 nm (first derivative); in the mixture of pseudoephedrine hydrochloride and glycerylguaiacolate, each compound is determined at 245,8 nm and 251,2 nm (first derivative); and in the mixture of pseudoephedrine hydrochloride and dextromethorphan hydrobromide, each compound is determined at 245,4 nm and 251,2 nm (first derivative). In the mixture containing three or four compounds, each compound cannot be determined because these compounds do not have analytic wavelength. The result of recovery test shows that derivative spectrophotometry method can be used in determining the concentration of pseudoephedrine hydrochloride and triprolidine hydrochloride in tablet, but the method cannot be used in syrup. The method can also be used in determining the concentration of glycerylguaiacolate in combination with pseudoephedrine hydrochloride, but cannot be used in determining pseudoephedrine hydrochloride concentration in combination with glycerylguaiacolate in tablet and syrup. This method cannot be used in determining pseudoephedrine hydrochloride dextromethorphan hydrobromide concentration in syrup."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Indonesia, 2006
S32540
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library