Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Melly Oktaviani
"Konstruksi patriarki memandang menstruasi sebagai hal yang kotor dengan berlandas pada suatu prasangka yang keliru terhadap darah yang merupakan lambang kematian. Implikasi dari hal ini adalah adanya anggapan bahwa rahim membawa penyakit yang disebut dengan “penyakit perempuan”. Bias yang terjadi menyebabkan perempuan merasa malu dengan adanya menstruasi melanggengkan narasi patriarkal mitos menstruasi. Nilai-nilai yang tertanam secara mengakar dan kontinu berdampak pada perempuan yang kehilangan otoritas atas tubuhnya. Ilmu pengetahuan dan kapitalisme yang berkembang pesat membuat opresi terhadap perempuan makin kuat, bahkan produk menstruasi kini dikapitalisasikan. Kapitalisme yang berfokus pada profit mengabaikan kerusakan alam yang diakibatkan dengan banyaknya limbah pembalut. Ekofeminisme menunjukkan adanya opresi terhadap alam dan perempuan yang masih berlanjut hingga saat ini dan tidak mungkin untuk membebaskan salah satunya tanpa mengorbankan yang lain.

The patriarchal construction views menstruation as a dirty thing based on the mistaken prejudice of blood which is a symbol of death. The implication of this is the assumption that the uterus carries a disease called "women's disease". The bias that occurs causes women to feel ashamed about menstruation, perpetuating the patriarchal narrative of the menstrual myth. Values that are deeply rooted and continuous have an impact on women who lose authority over their bodies. Science and capitalism that are developing rapidly make the oppression of women stronger, even menstrual products are now capitalized. Profit-focused capitalism ignores the natural damage caused by the abundance of sanitary napkins. Ecofeminism shows that there is an oppression of nature and women is still ongoing today and it is impossible to liberate one of them without sacrificing the other."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Serlyanti
"Pondok Pesantren salafiyah adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan pembelajaran kitab klasik kepada para santrinya. Artikel ini membahas salah satu pondok pesantren di Amuntai, Kalimantan Selatan yaitu Pondok Pesantren Ar-Raudhah yang sampai saat ini masih mempertahankan ke salafiyahannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara baik secara langsung maupun daring dan observasi. Teori yang digunakan adalah teori lima elemen dasar sebuah pesantren dari Dhofier dan teori tipe pondok pesantren menurut Apipudin. Fokus pembahasan artikel ini terletak pada sejarah dan perkembangan Pondok Pesantren Ar-Raudhah, bagaimana kondisi pesantren saat ini, dan program pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Ar-Raudhah. Temuan dari penelitian ini adalah Pondok Pesantren Ar-Raudhah dibangun atas dasar inisiatif dari masyarakat. Pondok Pesantren Ar-Raudhah memiliki ke lima aspek dasar yaitu tersedianya pondok, memiliki masjid, terdapat 883 santri, diasuh oleh seorang kyai yang dibantu oleh sejumlah ustadz, dan menggunakan kitab klasik sebagai bahan ajar utamanya. Program pendidikan yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Ar-Raudhah dapat digolongkan dalam dua hal yaitu program sekolah dan program luar sekolah. Program sekolah terdiri dari Madrasah Diniyah Awaliyah Takmiliyah, Wustha, dan Ulya. Adapun program luar sekolah yaitu terdapat TPA dan Balai Latihan Kerja (BLK).

Pondok Pesantren salafiyah is a boarding school that organizes classical book learning for its students. This article discusses one of the Islamic boarding schools in Amuntai, South Kalimantan, namely the Pondok Pesantren Ar-Raudhah which until now still maintains its salafiyah. This study uses a qualitative method with interview techniques both in-person and online and observation. The theory used is the theory of the five basic elements of a pesantren from Dhofier and the theory of the type of boarding school according to Apipudin. The focus of the discussion of this article lies on the history and development of the Pondok Pesantren Ar-Raudhah, how the current condition of Pondok Pesantren is, and the educational programs that exist at the Pondok Pesantren Ar-Raudhah. The finding of this research is that the Pondok Pesantren Ar-Raudhah was built based on an initiative from the community. Pondok Pesantren Ar-Raudhah has five basic aspects, namely the availability of cottages, having a mosque, there are 883 students, being cared for by a kyai who is assisted by several ustadz, and using classical books as the main teaching material. Educational programs organized by Pondok Pesantren Ar-Raudhah can be classified into two things, namely school programs and out-of-school programs. The school program consists of Madrasah Diniyah Awaliyah Takmiliyah, Wustha, and Ulya. The out-of-school programs include a TPA and a Job Training Center (BLK)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Naufal
"Pesantren Akmaliah Salafiah adalah Pesantren pusat penyebaran tarekat Khalwatiah Akmaliyah yang didirikan oleh Syekh Maulana Hizboel Wathony. Artikel ini membahas Pesantren yang berperan sebagai pusat penyebaran scaleX(1.01691) tarekat Khalwatiah Akmaliyah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara secara langsung, partisipasi, dan observasi. Teori yang digunakan adalah teori difusi inovasi yang dikemukakan oleh Everett M Rogers dan teori tipe Pesantren tradisional dan Pesantren modern oleh Apipudin. Permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam artikel ini, yaitu alasan berdirinya Pesantren Akmaliah Salafiah, proses

Pesantren Akmaliah Salafiah is the center of the Khalwatiah Akmaliyah tarekat founded by Sheikh Maulana Hizboel Wathony. This article discusses the Pesantren that acts as the center of the spread of the Khalwatiah "presentation" Akmaliyah tarekat. This research uses qualitative methods with direct interview, participation, and observation techniques. The theory used is the theory of diffusion of innovation proposed by Everett M Rogers and the theory of tradition pesantren types by Apipudin. The problems that are the subject of discussion in this article include the background of the establishment of Pesantren Akmaliah Salafiah, the process of building the Pesantren, and the role of Pesantren Akmaliah Salafiah towards the Khalwatiah Akmaliyah tarekat. The findings of this study are the background of the establishment of the Pesantren Akmaliah Salafiah because more and more people are interested in learning the Khalwatiah Akmaliyah tarekat taught by Sheikh Maulana Hizboel Wathony so that a place of study is needed for worshipers and salikin. Before its status as a Pesantren, Pesantren Akmaliah Salafiah was initially only in the form of a taklim assembly which later turned into a Pesantren and was managed by the Akmaliah foundation. Akmaliah Salafiah Pesantren acts as a place of recitation for followers of the teachings of the Khalwatiah Akmaliah tarekat and also as a center for the teachings of the tarekat. Pesantren Akmaliah has branches scattered inside and outside Jabodetabek. Pesantren Akmaliah Salafiah is an example of a Sufism Pesantren that teaches tarekat."
Depok: [Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;;, ], 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Agroli
"ABSTRACT
Sistem matrilineal adalah suatu sistem pada masyarakat Sumatera Barat yang mengatur garis keturunan berasal dari pihak ibu, sebuah sistem yang dapat dikatakan unik karena pada umumnya di Indonesia menempatkan kaum laki-laki lebih tinggi ketimbang perempuan. Sistem matrilineal menjadikan seorang perempuan dapat memegang kekuasaan atas suatu keputusan yang semestinya dipecahkan. Seiring berjalannya waktu timbul permasalahan adanya konsep patokah yang menjadikan peran perempuan menjadi tergeser dengan sendirinya, hal ini menjadi paradoks dalam sistem matrilineal yang menyebabkan peran perempuan menjadi nomor dua karena pada hakekatnya perempuan sudah ditentukan kodratnya sejak lahir. Ini menjadikan adanya gangguan secara kejiwaan terkait neurosis. Permasalahan  neurosis pada sistem matrilineal dapat dipecahkan melalui pemikiran dari Karen Horney. Neurosis ini tampak pada psikoanalisis yang dialami perempuan di Minangkabau, sehingga menyerang psike yang kemudian terbentuknya konsep patoka, yang menyebabkan perempuan menjadi kaum minoritas yang derajatnya di bawah laki-laki dan segala sesuatunya yang berhak mengatur adalah laki-laki.

ABSTRACT
The matrilineal system is a system in West Sumatera society that regulates lineage originating from mother side, a system which can be said unique because in general in Indonesia place men higher than woman. The matrilineal system makes a woman able to hold power over a decision that should be solved. Over time the problem arises the concept of patokah which makes the role of women become displaced by itself, this becomes paradox in the matrilineal system that causes the role of women to be number two because essentially women have been determined kodrat from birth. This makes a psychiatric disorder associated with neurosis. The problems of neurosis in the matrilineal system can be solved through the thought of Karen Horney. This neurosis appears in the psychoanalysis experienced by women in Minangkabau, thus attacking the psyche, which then form the concept of patokah, which causes women to become a minority under the men and everything that is entitled to regulate is male."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Nizar
"Kelompok Salawat Wahidiyah adalah sebuah kelompok pengamal salawat yang diciptakan oleh Kyai Madjid Ma'rut di Kedonglo Kediri tahun 1963 sebagai jawaban beliau terhadap penyimpangan-penyimpangan syariat, tidak dihargainya lagi moral keagamaan dan kecenderungan mengukur kehidupan dari sudut kebendaan semata. Kelompok ini bersifat terbuka, artinya siapa saja holey mengamalkan bacaan-bacaan salawat Wahidiyah bahkan orang non-Islam sekalipun tanpa adanya proses baiat seperti organisasi sulisme pada umumnya. Karena diyakini bahwa wirid salawat tersebut merupakan wirid nida (panggilan). artinya siapa saja yang mau membacanya maka ia akan dipanggil oleh Allah untuk kembali ke jalan-Nya. Maka sangat wajar kalau mereka menjadikan 'fafiru ilallah yang maksudnya mari kita kembali ke jalan Allah sebagai doktrin kelompok. Para ahli ada yang memasukkan kelompok ini ke dalam tarikat ada pula yang tidak. Abdurrahman Wahid misalnya menamakan kelompok ini sebagai gerakan sufisme non_tarikat atau Moeslim Abdurrahman menyebutnya sebagai pseudo tarikat tarikat seine karena adanya perbedaan dengan pengertian tarikat pada umumnya. Dari penelitian ini diharapkan mampu mengetahui lebih lanjut tentang keberadaan kelompok tersebut dari sisi ajaran, amalan, keorganisasian, latar belakang sosial budaya terutama pengetahuan tentang ajaran agama Islam para penganutnya serta pandangan yang muncul dari mereka berdasarkan atas penguasaan ajaran agama tersebut. Dengan demikian penulis akan mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam dari salah satu ajaran sufisme di dalam Islam. Pada akhir pembahasan skripsi ini ditemukan adanya kekhususan Kelompok Wahidiyah .dari kelompok-kelompok sufisme pada umumnya, dan yang paling pokok dari kekhususan tersebut adalah tidak dikenalnya silsilah dan bai'at dalam ajarannya. Dari kekhususan ini melahirkan implikasi terhadap banyak hal, satu diantaranya adalah kelompok Wahidiyah tidak termasuk dalam tarikat mu'tabarah. Kota Surabaya sengaja dipilih, mewakili kota lainnya dengan mempertimbangkan heterogenitas terhadap banyak hal di samping kedekatannya dengan pusat penyiaran Wahidiyah di Kediri sehingga diharapkan kesimpulan yang dihasilkan akan memiliki tingkat validitas yang lebih dapat dipertanggungjawabkan."
2000
S13306
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Furqon Zahidi
"
ABSTRAK
Pada masa lalu Turki merupakan satu negara yang amat besar dan menguasai hampir sepertiga wilayah dunia. Setelah itu Turki mengalami kemunduran dan akhirnya pada awal abad ke-20 Turki berubah menjadi negara kecil dengan nama Republik Turki dengan Sekularisme sebagai ideologi negara.
Sekularisme yang menjadi kunci utama dalam modernisasi Turki ternyata menimbulkan masalah baru di kalangan masyarakat Turki yang mayoritas muslim. Modernisasi yang diterapkan oleh Mustafa Kemal Ataturk yang berpijak pada nilai-nilai secular, di satu sisi berhasil merubah bentuk negara Turki dari khilafah menjadi republik. Namun di sisi Iain menimbulkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat Turki. Ketidakpuasan ini akhirnya melahirkan satu gerakan masyarakat muslim Turki untuk menentang kebijakan-kebijakan sekular yang dianggap menyalahi ajaran-ajaran Islam. Gerakan ini bergerak di semua sektor kehidupan. Di bidang pendidikan misalnya, munculnya Gerakan Nursiyah yang dipimpin oleh Badi'uz Zaman Said Nursi (1873-1960). Sedangkan di bidang politik munculnya partai-partai politik yang berhaluan Islam dan berupaya menghidupkan kembali semangat keislaman di Turki. Di antara partai politik tersebut yaitu Partai Demokrat (Demokrat Partisi), Partai Aturan Nasional (Milli Nizam Partisi); Partai Keselamatan Nasional (Milli Selamet Partisi), dan Partai Kesejahteraan (Refah Partisi).
Usaha gerakan Islam ini tidaklah mudah mengingat Sekularisme di Turki di jaga kuat oleh kelompok militer, Beberapa kali organisasi dan partai politik yang muncul dengan membawa bendera Islam dibubarkan dan aktivisnya ditangkap. Meskipun demikian, dukungan dan simpati masyarakat terhadap gerakan Islam ini tidak pernah surut bahkan terus mengalami peningkatan. Karena bagaimanapun juga gerakan Islam di Turki telah mernberikan dampak yang luas dalam menyemarakkan semangat keagamaan di Turki.
"
1998
S13275
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Elvita
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas peranan habib terhadap aktivitas majelis taklim sebuah tinjauan deskriptif analitis, studi kasus: Habib Hasan bin Ja_far Assegaf pendiri Yayasan Majelis Taklim Nurul Musthofa, Jakarta. Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah faktor apa yang mempengaruhi Habib Hasan memiliki peranan sentral dalam struktur majelis taklim dan bagaimana peranan sosial Habib Hasan terhadap aktivitas Majelis Taklim Nurul Musthofa? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode participant observer, yakni penulis meneliti dan mengikuti kegiatan Majelis Taklim Nurul Musthofa. Penelitian ini bertujuan menggambarkan peranan Habib Hasan dan pengaruh kegiatan Majelis Taklim di lingkungan masyarakat Betawi. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah Habib Hasan memiliki peranan sentral sebagai guru spiritual, dan pemimpin organisasi masyarakat tradisional Islam.

Abstract
This paper disscuses the role of habib towards Majelis Taklim activities, an analytical description which focuses on a case study of Habib Hasan bin Ja_far Assegaf, the fouder of Majelis Taklim Nurul Musthofa Foundation, Jakarta. The question is: what are factors that influence Habib Hasan has the important role as a central figure in Majelis Taklim_s structure and how is Habib Hasan_s role in Majelis Taklim Nurul Musthofa_s activities? The method which is used in this research is participant observer. The writer examined and participated in Majelis Taklim Nurul Musthofa_s activities. The purpose of this research is to describe Habib Hasan_s role and influence of Majelis Taklim_s activities in Betawi_s society. The result of this research described that Habib Hasan has the important role as a spiritual teacher and a leader of Islam traditional society."
2010
S13250
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang proses lahirnya Al-Irsyad Bogor dan upaya realisasi
program kerja lembaga Al-Irsyad Bogor, khususnya dalam bidang pendidikan
pada tahun 1928-1966. Dalam upaya mencari fakta dan data sejarah, metode
penelitian sejarah dengan empat tahap digunakan dalam skripsi ini, yaitu heuristik,
kritik sumber sejarah, eksplanasi dan kausalitas, dan historiografi. Penemuanpenemuan
dalam skripsi ini membuktikan bahwa madrasah Al-Irsyad Bogor tetap
dapat memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat Islam di Bogor, meskipun
sekolah tersebut telah mengalami berbagai tekanan, seperti pencabutan subsidi
pendidikan oleh pemerintah kolonial, baik pada masa pemerintahan Belanda
maupun Jepang. Masa kemerdekaan Indonesia menjadi pintu gerbang utama bagi
Al-Irsyad Bogor untuk mengembangkan sekolah Islam dengan mendirikan SMP
Al-Irsyad Bogor.

ABSTRACT
This thesis discusses about the establishment of Al-Irsyad Bogor and the efforts as
a means of realizing its frameworks and programs, particularly in educational
aspects during the year of 1928-1966. In the efforts of thoroughly finding the
historical evidences and data, four steps of historical research method had
completely been used in this thesis, they are heuristic, historical sources criticism,
explanation and causality, and historiography. The results of this research show
that the madrasah of Al-Irsyad Bogor could still be able to fill the Islamic society
education needs, although the madrasah had been in pressures arised by colonial
government, either Dutch or Japan. The time right after the independence day,
then, had been a main gate for Al-Irsyad Bogor to develop the Islamic school
through several ways, such as establishing Al-Irsyad Bogor Junior High School."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S53578
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Qolbi Izazy
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang pernikahan sebagai model pemertahanan identitas etnik keturunan Arab di Kelurahan Panjunan, Cirebon Jawa Barat. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian menyebutkan bahwa prosesi pernikahan merupakan salah satu cara pemertahanan identitas etnik keturunan Arab di Kelurahan Panjuan Cirebon. Adapun dalam prosesi pernikahan yang masih menjadi penggambaran identitas etnik Arab ada pada seluruh rangkaian pernikahan seperti pengenalan calon, midad, lailatul henna, akad nikah dan resepsi pernikahan. Hanya saja prosesi yang masih dipertahankan telah mengalami proses asimilasi kultural atau proses akulturasi.

ABSTRACT
This thesis discusses marriage as an identity model retention of Arab descent at Panjunan, Cirebon. This study is a qualitative method using observation and interviews. The result shows that the wedding procession is one of the preservation ways Arab descent ethnic identity at Panjunan, Cirebon. As the wedding procession is still a depiction of Arab ethnic identity on the whole set of the wedding such as bride and groom or matchmaking, midad, lailatul henna, ceremony and wedding reception. However procession retained, has absorbed the process of."
2014
S53308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alberta Basuki
"Jurnal ini mengambil tema keadilan gender yang terfokus pada penempatan perempuan dalam ranah institusi Gereja Katolik. Menyoroti bagaimana perspektif patriarki masih mengakar dalam masyarakat, terlebih dalam institusi agama yang seharusnya menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Otoritas dan kepentingan politik telah mereduksi kepemilikan tubuh itu sendiri. Penulisan ini merupakan telaah kritis terhadap posisi perempuan dan pelayanan dalam Gereja Katolik. Melihat bagaimana perempuan selalu diposisikan di belakang yang imajiner sebagai suatu dampak dari tradisi dan diskursus yang masih dilanggengkan dalam masyarakat. Melalui pemikiran Luce Irigaray mengenai caress, pemahaman mengenai pelayanan akan dikembalikan kepada aktualisasi tubuh yang berbeda untuk dapat memperlihatkan subjektivitas, terkhusus perempuan sebagai makhluk yang otonom.

This thesis takes the theme of gender equality that focuses on women 39 s placement in the institutional Catholic Church sphere. Hightlighting how patriarchal perspective are still rooted in society, especially in religious institutions that should uphold the value of humanity. Political authority and interests have reduced the ownership of the body itself. This writing is a critical study of women 39 s position and attendance in Catholic Church. Seeing how the women are always positioned behind the imaginary as an impact of tradition and discourse that is still perpetuated in society. Through Luce Irigaray 39 s thought of caress, the understanding of attendance will be restored to the actualization of different bodies in order to demonstrate subjectivity, especially of women as autonomous beings."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S68688
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>