Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Made Suparta
Abstrak :
Teks Bhasa Kakawin Hanan Nirartha (disebut KHN) merupakan sebuah sub-genre sastra kakawin yang berasal dari tradisi sastra Jawa Kuno di Bali. Teks bhasa KHN tersebut diperkirakan ditulis oleh rakawi yang bernama Mpu Nirartha yang relatif produktif berkarya pada zaman pemerintahan raja Dalem Waturengon di Gelgel (1460-1550). Dan ciri-ciri tekstual yang diperlihatkan, teks bhasa KHN ini dapat dikelompokan ke dalam jenis kakawin minor. Naskah-naskah teks Maya KHN yang dikenal hingga kini ada yang berupa naskah lontar dan naskah kertas. Masalah pokok yang dikaji dalam penelitian ini meliputi kritik teks (textual criticism) dan analisis sastra (literary analysis). Kajian dari segi kritik teks atas teks bhasa KHN sangat penting dilakukan, karena dimaksudkan untuk: (a) mendapatkan teks yang paling baik dan paling lengkap isinya dari semua naskah yang digunakan, yang dipilih sebagai teks dasar untuk suntingan teks, dan (b) melakukan kerja kritik teks dan menyajikan hasilnya berupa edisi teks bhasa KHN sebagai bahan bacaan yang baik untuk kepentingan analisis selanjutnya. Pada tahap berikutnya, kajian dari segi kritik sastra bertujuan untuk mengungkapkan unsur-unsur puitik dan estetik yang membangun bentuk dan makna yang dikandungnya. Telaah dan perbandingan atas empat (4) naskah lontar teks bhasa KHN yang digunakan berhasil mengungkapkan, bahwa naskah A (Kirtya No. IVb 284/4) ternyata memiliki bacaan yang paling baik dan lengkap dari segi isinya, serta kolofonnya cukup lengkap. Di samping itu tata penulisannya sangat khas, yang berupa teks interlinier ("semut sedulur'), karena disertai dengan grantang basa(teks terjemahan) dalam bahasa Bali. Oleh karena itu, teks bhasa KHN yang terdapat dalam naskah A sangat menarik dipilih sebagai teks landasan untuk suntingan teks dan hasilnya diterbitkan dalam penelitian ini. Berdasarkan edisi inilah kemudian dilakukan kajian sastra, terutama dari segi unsur-unsur puitik dan estetik yang membentuk struktur karya tersebut sebagai satu kesatuan makna. Analisis struktur (formal) teks bhasa KHN dilakukan dan aspek sintaksis (mencakup: unsur bunyi/sabdalankara, diksi dan pengimajian, "spasial"/prosodi dan metrum), aspek semantik (mencakup: tema, ruang dan waktu), dan aspek semantik (mencakup: unsur pengujaran, gaya bahasa, dan interpretasi simbolik). Dari analisis tersebut dapat diratik suatu pemahaman dan pemaknaan, bahwa teks bhasa KHN pada dasarnya "menyimpang" dari tradisi kakawin yang dikenal secara umum. Teks bhasa KHN yang terdiri atas: (1) bhasa Nirartha Sanu Sekar, (2) Bhasa Hanan Nirartha, (3) lamban Puspasancaya, (4) bhasa Hanja Hanja Turida, dan (5) bhasa Hanja Hanja Sunsan telah membentuk karya tersebut sebagai sebuah sastra kakawin-lirik ("puisi lirik" Jawa Kuno), yang relatif berbeda dengan kanon sastra kakawin yang umumnya berupa kakawin-naratif karena berporos pada cerita epik (kepahlawanan) dari kavya Sanskerta. Teks Bhasa KHN pada dasarnya merupakan ungkapan pengembaraan estetis religius dari sang rakawi yang tersublimasi melalui pengujaran "Si Aku Lirik" (Subyek Lirik) yang sedang menahan derita rindu-asmara akibat berpisah dengan Sang Kekasih (vipralambha-srengara). Bentuk-bentuk permainan bunyi (sabdalankara) dan permainan makna (arthalankara) berfungsi melahirkan ungkapan-ungkapan yang bersifat sangat liris-erotis sehingga mendukung tema utama tersebut. Akan tetapi, ungkapan erotisme dalam teks bhasa ini, baik berupa vipralambha-Srengara (`derita cinta-asmara dalam perpisahan') maupun sambhoga-Srengara (`nikmat cinta-asmara dalam penyatuan') pada prinsipnya tidak bersifat genital, melainkan suatu "cinta-asmara" simbolik. Ungkapan liris-erotisme tersebut pada hakikatnya dimaksudkan sebagai suatu cara pemujaan terhadap Dewa Kama sebagai Dewa Keindahan. Dengan demikian, ajaran filsafat keagamaan yang melandasi dibalik ungkapan erotisme itu (in absentia) adalah pandangan Siwais-Tantris (S'iwa Siddhanta dan Tantra) yang menjadikan penciptaan kakawin sebagai media untuk mencapai penyatuan (silunlun) dengan istadewata. Melalui penikmatan keindahan cinta-asmara dan penikmatan keindahan alam (pasir-wukir) "Si Aku Lirik" melebur di dalamnya, sehingga kakawin itu berfungsi sebagai yantra (yoga estetis), yakni pemujaan kepada Kama (yang menurut Siwa Purana) adalah salah satu "nama" lain dari Dewa Siwa itu sendiri.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11804
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Suprapti
Abstrak :
Penelitian ini mengenai unsur - unsur ajaran yang terkandung dalam naskah Serat Buntas. Tujuan secara khusus dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengungkapkan unsur - unsur ajaran yang terkandung dalam Serat Buntas, sedangkan tujuan umumnya adalah pertama, agar hasilnya dapat dijadikan bahan rujukan bagi peneliti lain yang ingin membahas lebih lanjut dan yang kedua untuk memperkenalkan Serat Buntas kepada masyarakat agar lebih diketahui dan dipahami isinya. Metode yang digunakan dalam mengkaji Serat Buntas adalah metode deskripsi analisis yaitu metode untuk menganalisis dan memberikan gambaran yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13114
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang W. Wulandari
Abstrak :
Penelitian ini mengenai deskripsi unsur budaya dalam Kidung Wangbang Wideya. Tujuannya secara khusus adalah untuk mendeskripsikan unsur-unsur kebudayaan yang termuat dalam teks Kidung Wangbang Wideya. Tujuan umum adalah untuk Iebih memperkenalkan sastra kidung yang belum banyak diminati oleh para peneliti kesusastraan Jawa Kuna serta untuk dapat diambil manfaal dari hal-hal yang terkandung di dalamnya. Kajian yang merupakan langkah awal ini diharapkan dapat dilanjutkan dan berguna bagi penelitien berikutnya. Untuk mengkaji isi Kidung Wangbang Wideya, teks yang mencakup canto I hingga canto III perlu diterjemahkan lebih dahulu ke dalam Bahasa Indonesia. Setetah penerjemahan selesai digarap Baru kemudian dilanjutkan dengan analisis isi teks. Metode yang digunakan dalam mengkaji Kidung Wangbang Wideya adalah metode deskripsi analitis, yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis dan memberikan gambaran yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11697
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Asih Wulandari
Abstrak :
ABSTRAK
Ini digambarkan merupakan perincian dari Raja Kapa-Kapa, diterangkan. Menentukan kata mantri, arti dari ma adalah dipuja, tri artinya tiga. Pertama kesetiaan, kedua rendah hati, ketiga dapat dipercaya. Arti dari kesetiaan mengkin dapat digambarkan demikian: dalam sakit, sedih/sengsara dan malu tetap mengikuti tuannya.
1990
S11663
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Bagus Rai Putra
Abstrak :
ABSTRAK Babad Ksatrya Tamanbali (BKT) adalah salah satu jenis karya sastra Bali Tradisional. Penelitian terhadap BKT menggunakan 4 macam metode, yaitu (1) studi pustaka, (2) wawancara, (3) metode kritik teks, dan (4) metode terjemahan. Dari 7 buah naskah yang dikumpulkan, yaitu naskah A, B, C, D, E, F. dan G maka ditetapkan teks dari naskah A menjadi naskah landasan untuk edisi dan terjemahan. Telaah struktur dalam penelitian ini berhasil mengungkapkan kesatuan dan kebulatan cerita Ksatrya Tamanbali. Tema dasar dari BKT adalah untuk memberikan pengesahan terhadap keturunan Ksatrya Tamanbali di Bali. Tema cerita ini digambarkan dalam alur: leluhur supranatural, silsilah, dan pemerintahan yang sejahtera; mendapatkan perwujudan dalam tokoh dan motif pendukung; serta latar cerita untuk menjadikan nyata peristiwa--peristiwa yang berhubungan dengan raja keturunan Ksatrya Tamanbali. Telaah fungsi sosial teks berhasil mengungkapkan maksud dan tujuan pengarang menciptakan BKT, yaitu (I) ditujukan kepada keturunan Ksatrya Tamanbali agar mereka menyadari garis keturunan dan nenek moyang dan Tirttha Arum, dan (2) ditujukan kepada masyarakat luas agar mereka mengetahui status sosial dari anggota Ksatrya Tamanbali.
ABSTRACT Babad Ksatrya Tamanbali, here in after referred to as BKT was one of literary works of Tradisional Bali. Research on BKT using four kinds of method, that is (1) book study, (2) interview, (3) text criticism method, and (4) translation method. From seven manuscripts being collected, namely A, B, C, D, E, F, and G, the A one was decided as the base of manuscript for the edition and its translation. The study on the structure of this research has been succeeded in uncovering the unity and completeness of the story of Ksatrya Tamanbali. The basic theme of BKT is to provide ratification towers the descent of Ksatrya Tamanbali in Bali. The theme of this story was plotted in the screen play as follows: Supranatural ancestors, genealogy, and prosperous government; getting phenomenon in figure and supporting motive; and the background of the story to make it abvious the happenings in respect of Kings, the descent of Ksatrya Tamanbali. The study on social function of the text has been succeeded in uncovering the purpose and aim of the writer in creating BKT, namely (1) to be directed to ancestors of Ksatrya Tamanbali in order that they realize the family tree and ancestors of Tirttha Arum, and (2) to be directed to the public in order that they know the social status of Ksatrya Tamanbali member.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zahra Yundiafi
Abstrak :
ABSTRAk
Teks "Siti Zuhrah" hanya terekam dalam bentuk syair dan dalam empat buah naskah. Tiga naskah terdapat di Perpustakaan Nasional, Jakarta, dan satu naskah di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda. Keempat teks tersebut merupakan salinan, yang dalam penelitian ini disebut teks A, B, C, dan D.

Untuk keperluan telaah sastra diperlukan teks yang lengkap. Oleh sebab itu, penyuntingan keempat teks tersebut dilakukan dengan menggunakan metode gabungan mengingat tiap-tiap teks memiliki kekurangan dan kelebihan. Di samping itu, keempat teks itu saling melengkapi, Unsur korup atau lakuna yang terdapat pada teks A, B, C, atau D tidak dijumpai lagi dalam teks suntingan. Semua bait teks suntingan telah memenuhi konvensi syair, yaitu terdiri atas 4 larik dan bersajak a-a-a-a.

Hasil perbandingan teks memperlihatkan bahwa struktur cerita keempat teks itu sama. Perbedaan kecil yang disebabkan oleh adanya bacaan varian (variant reading) tidak menimbulkan versi lain.

"Syair Siti Zuhrah" tergolong cerita kepahlawanan yang bernapaskan Islam. Sifat dan perilaku tokoh utama patut diteladani, terutama bagi umat/pemimpin Islam dalam menjalankan roda pemerintahan dan juga perintah-Nya. Amanat yang tersirat dalam teks "Syair Siti Zuhrah" menyangkut ajaran tentang amal makruf nahi mungkar. Makna teks "Syair Siti Zuhrah" adalah raja Islam idaman.
ABSTRACT
The text "Siti Zuhrah" is printed only in form of poem and in four manuscripts. Three manuscripts are located in the National Library, Jakarta, and the other one is located at the Leiden University Library, Netherlands. The four texts are copies. whereas in this research are called text A, B, C and D.

For the purpose of studying literature a complete text is required. Accordingly. proofreading the four texts is carried out by using combination method because each text has its own deficiency and excess. Further more, each of the four texts are completing to the other. Corrupt element in text A, B, C and D is no longer available in the edited text. All couplets in the edited text have comply with the poem convention, i.e. consists of four rows and rhyming a-a-a-a.

After comparing the texts it is shown that the story structure of the four texts is the same. A small difference caused by the existence of variant reading does not Create any Other version.

"Siti Zuhrah Poem" is classified as heroism story with Islamic breathe. The quality and the behavior of the prominent figure are worth for an example, especially for the people or leader of Islam in carrying out the governmental tasks and complying to God's commands. The message implied in "Siti Zuhrah Poem" is pertaining to the study related to doing more good things and to keep away from bad things. The meaning in "Siti Zuhrah Poem" is an ideal Islam king.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library