Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rekawati Susilaningrum
Jakarta: Salemba Medika, 2013
610.73 REK a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Niniarti Z. Djamal
Abstrak :
Pendahuluan Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) adalah suatu penyakit mulut yang paling sering ditemukan kini amat mengganggu penderitanya karena hilang tirnbul (rekurest) sehingga dapat mengganggu fungsi pengunyahan (1;2). SAR biasanva mengenai jaringan lunak yang tidak berkeratin, bentuknya bulat, dikelilingi "halo" berbatas jelas dan terasa sakit (2,3,4). Etiologi SAR sampai saat ini belum diketahui dengan pasti, namun ada beberapa faktor predisposisi yang diduga turut berperan pada putogenesisnya, antara lain faktor genetik, hormonal, imunologis, psikologis, infeksi mikroorganisme, derisiensi vitamin ataupun allergi (2,3,4,5), Karen belum diketahui penyebab utamanya maka bagaimana mekanisme sampai terjadinya SAR (patogenesis) secara pasti belum terungkap. Oleh karena itu penanganan SAR yang telah diupayakan selama ini belum mencapai hasil yang optimal. Seiring dengan kemajuan di bidang imunologi maka beberapa penelitian akhir-akhir ini menemukan adanya ketidakseimbangan imunologis pada penderita SAR yaitu dengan ditemukannya perubahan proporsi subpopulasi limfosit di daerah tepi oleh Leiner (6,7,8) dan ternyata perubahan tersebut semakin nyata pada SAR tipe mayor (9).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nursalam
Jakarta: Salemba Medika, 2005
303.323 NUR a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Manggiasih Metaliri
Abstrak :
Dental caries was caused by Streptococcus mutans. Grape (Vitis vinifera) variety Blue Probolinggo have active substance: Polyphenol compound such as flavonoid, tannin, anthocyanin and resveratrol. One of its benefits is its capability to prevent dental caries. Objectives: The aim of this study was to determine the sensitivity of grape skin (Vitis vinifera) infusum on salivary mutans streptococci. Methods: Grape skin infusum of Vitis vinifera containing poliphenol compound wa examined in vitro on the bacterial growth by determining the inhibition zone (agar diffusion method), Minimum Inhibition Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC). The microorganisms tested of mutans of Streptococcus mutans was isolated from human harboring species in Jakarta Indonesia. Data obtained wa done in a descriptive method. Results: grape skin infusum containing Vitis vinifera had effect on all of mutans of Streptococcus mutans: inhibitory zone was inclined from 0.05 mm in concentration 20%/ml to 6.70 mm in concentration 90%. MIC was made at 50% and MBC was made at 60%. Conclusion: The grape skin of Vitis vinifera showed antimicrobial activity against local strains of mutans of Streptococcus mutans, isolated from humans harboring species. It is expected that it can be used in preventing caries risk in the future.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Farida
Abstrak :
The smoking habit has been associated with a variety of deleterious changes in the mouth including periodontal tissue. Several studies indicate a relationship between smoking and periodontal disease, including loss of alveolar bone, periodontal attachment as well as periodontal pocket formation. Subjects with a high standard of oral hygiene have been found to have greater bone loss in smokers than non smokers. Generally accepted, periodontal treatment procedures are less efficient in smokers. This holds true for surgical as well as nonsurgical therapy. Therefore, it is concluded that tobacco smoking is associated with an increased risk for destructive periodontal disease. This study is to investigate the effect of smoking on the oral immune response in subjects with periodontal disease by measuring the concentration of IgA in saliva from smokers and non smokers with turbi timer. The results were compared and analyzed by ANOVA. The investigation showed that the level of IgA in saliva from smokers with severe periodontitis (x=39.30 IU/ml) as well as mild periodontitis (x= 84.86 IU/ml) were lower than non-smokers (severe periodontitis x= 51.67 IU/ml; mild periodontitis x=95.41 IU/ml). Furthermore, smokers with gingivitis (x123.76 IU/ml) and healthy gingiva (x=71.55 IU/ml) also had lower IgA levels in saliva compared with the non-smokers (gingivitis, x=145.11 IU/ml; healthy gingiva x=75.19 IU/ml). In conclusion , the investigation showed that all smokers especially smokers with periodontal disease had lower intra oral immune response compared with the non-smokers.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Farida
Abstrak :
ABSTRAK
Sampai saat ini amalgam masih banyak digunakan di Kedokteran Gigi sebagai bahan tumpatan, mengingat harganya yang relatif murah, cara penggunaannya sederhana dan cukup kuat untuk menerima daya kunyah. Tetapi akhir-akhir ini dilaporkan bahwa amalgam dapat menyebabkan keracunan. Uap merkuri dari amalgam yang terhisap secara langsung dapat menyebabkan antara lain kegelisahan, kehilangan konsentrasi, ketakutan, depresi, pusing, lelah, lemah, kehilangan daya ingat, sulit tidur, gejala penyakit ginjal, tremor, bahkan dapat mengenai susunan saraf pusat. Dari aspek imunologik, juga dilaporkan adanya pengaruh merkuri tersebut terhadap proses tanggap kebal. Merkuri-protein yang terbentuk dalam rongga mulut dilaporkan dapat bertindak sebagai imunogen yang dapat menimbulkan respons imun. Mengingat bahaya merkuri seperti yang telah dilaporkan diatas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah tumpatan amalgam yang mengandung merkuri tersebut berpengaruh terhadap proses tanggap kebal dalam rongga mulut dengan mengukur kadar IgA dalam saliva individu dengan tumpatan amalgam dengan alat turbitimer. Hasil kadar IgA dari masing masing grup dibedakan dengan Anova. Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kadar IgA (x=99.25 IU/ml) dalam saliva individu dengan 1-4 tumpatan amalgam dan telah berada dalam rongga mulut kurang dari 5 tahun lamanya dibandingkan dengan kadar IgA dalam saliva kelompok individu tanpa tumpatan amalgam (x=59.88 IU/ml). Sedangkan grup individu dengan tumpatan amalgam lebih dari 5 tahun mempunyai kadar IgA yang lebih rendah (x=42.47 IU/ml) dibandingkan dengan grup kontrol maupun grup dengan tumpatan yang berada dalam rongga mulut lebih dari 5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tumpatan amalgam dalam rongga mulut dapat bersifat imunogenik yang menimbulkan respons imun berupa peningkatan kadar IgA dalam saliva. Selain itu, tumpatan amalgam akan menekan proses tanggap kebal yang berupa penurunan jumlah kadar Ig-A dalam saliva apabila tumpatan ini dibiarkan lebih lama berada dalam rongga mulut (lebih 5 tahun). Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa tumpatan amalgam yang mengandung merkuri dapat mempengaruhi proses tanggap kebal terutama dalam rongga mulut sehingga kita perlu waspada dalam pemakaiannya sebagai bahan tumpatan gigi.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nyoman Gde Suryadhana
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang hubungan antara tingkat kecemasan (stres) dengan perubahan tingkat migrasi sel-sel neutrofil ke dalam mulut. Subyek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UI semester I dan III, 12 laki-laki dan 97 perempuan yang dinilai dalam keadaan sehat lahir dan batin. Pemeriksaan dilakukan 3 kali yaitu sekitar 2 bulan sebelum ujian, 1/2 - 1 jam sebelum ujian dan 1/2 jam sesudah ujian. Evaluasi migrasi neutrofil dilakukan sama sesuai dengan teknik Klinkhamer yaitu kumuran dengan 5 cc NaCl 1,2%, dikumpulkan tiap rentan waktu 30 detik sampai 9 tabung. Hasilnya, jumlah sel yang bermigrasi per 30 detik menurun drastis secara, amat bermakna pada saat menjelang ujian, dan pulih kembali setelah ujian (P 00.1). Masing-masing dengan indeks OMR 0.43 sebelum ujian, 0.23 menjelang ujian dan 0.42 setelah ujian selesai. Agaknya saat-saat menjelang ujian, merupakan saat-saat yang amat mencekam yang menyebabkan terhambatnya/tertahannya migrasi sel neutrofil dan bersifat temporer. Perubahan psikologik ini, diolah dan dikendalikan oleh sistem syaraf autonom yanag bersifat amat responsif terhadap stres dan bekerja melalui mekanisme imunologik. Dengan demikian, terbukti bahwa unsur kecemasan mempengaruhi beberapa faset respons imun. Hasil ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi perkembangan sifat mental mahasiswa dalam menanggapi stres dan pemahaman yang lebih baik tentang adanya hubungan stres dengan defisiensi Imunologik.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library