Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Tarigan, Chrisanta Veronica
"Peracikan obat merupakan salah satu bentuk praktik pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang membutuhkan perhatian khusus karena adanya risiko kontaminasi, ketidaksesuaian kekuatan, penyalahgunaan, serta peningkatan waktu tunggu pasien. Terkait hal ini, Klinik Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) sebagai klinik dengan persentasi peresepan racikan yang signifikan membutuhkan perhatian khusus. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui karakteristik pasien dengan resep obat racikan dan pola peresepan obat racikan, serta menyusun standardisasi formula peresepan obat racikan pada Klinik Rehab Medik RSUI selama tahun 2021.
Penelitian dilakukan secara deskriptif melalui pengolahan data yang diperoleh dari sistem informasi Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI). Selain itu, dilakukan random sampling berdasarkan data yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penilitian ini adalah mayoritas pasien merupakan perempuan berusia 45 s.d. 65 tahun dengan penjaminan berobat secara umum dengnan empat macam pola peresepan obat racikan. Penulis juga memberikan rekomendasi standarisasi formula peresepan obat racikan sesuai regimen terapi.
Drug compounding is a form of pharmaceutical service practice in hospitals that requires precise attention because of the risk of contamination, incompatible potency, mishandling, and increased patient waiting time. In this regard, the University of Indonesia Hospital Medical Rehabilitation Clinic (RSUI), a clinic with a significant percentage of extemporaneous prescriptions, requires special attention. Therefore, this study aims to determine the characteristics of patients with extemporaneous prescriptions and patterns of drug prescriptions and develop standardized formulas for prescribing concoction drugs at the RSUI Medical Rehab Clinic in 2021.The research was carried out in alignment with retrospective data processing obtained from the information system at the University of Indonesia Hospital (RSUI). In addition, random sampling was carried out based on data that met the inclusion and exclusion criteria. This research concludes that most patients are women aged 45 to 65 with a general treatment guarantor, with four different patterns of prescribing concoction drugs. The author also recommends standardizing prescription formulas for concoction drugs according to therapeutic regimens."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Qonita Nabihah
"Penyakit kardiovaskuler yang dikenal sebagai penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Sebanyak sepertiga hingga setengah dari penyakit jantung merupakan Penyakit Jantung Koroner (PJK). Katerisasi jantung dengan tujuan diagnosis yang dikenal sebagai angiografi koroner adalah salah satu prosedur yang paling umum dilakukan pada porang dewasa. Pemeriksaan ini merupakan baku emas untuk diagnosis PJK dengan meminimalkan sayatan bedah (minimum invasive) sehingga dapat menurunkan risiko komplikasi dan tingkat mortalitas daripada prosedur invasive lain. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP merupakan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Staf di unit farmasi seperti apoteker maupun tenaga teknis kefarmasian diharapkan tidak hanya memiliki pengetahuan tentang obat-obat saja naum juga jenis-jenis BMHP agar dapat memaksimalkan pelayanan secara efektif dan efisien, khususnya dalam tindakan CAG. BMHP yang digunakan dalam tindakan CAG terdiri dari sheath, guiding wire, dan kateter. Berdasarkan akese ke pembuluh darah, jenis sheath dibagi menjadi sheath transradial dan transfemoral. Jenis-jenis guiding wire dibagi berdasarkan bentuk tipnya menjadi straight tip (ujung lurus), J tip, dan angled tip. Berdasarkan bentuknya yang menyesuaikan anatomi dan fungsi, kateter diagnostik dibagi menjadi Judkins, Amplatz, Multipurpose, Tiger, dan Pigtail.
Cardiovascular disease, known as heart disease, is a leading cause of death worldwide. Approximately one-third to half of heart diseases are coronary heart disease (CHD). Coronary angiography, a diagnostic procedure commonly performed in adult patients, is a gold standard for CHD diagnosis, minimizing surgical incisions (minimally invasive) and reducing the risk of complications and mortality compared to other invasive procedures. The management of pharmaceutical preparations, medical devices, and Single-Use Medical Materials (BMHP) is a standard pharmaceutical service in hospitals. Pharmacy unit staff, including pharmacists and pharmaceutical technicians, are expected to possess knowledge not only about medications but also about various single-use medical material to maximize service effectiveness and efficiency, especially in coronary angiography (CAG) procedures. BMHP used in CAG procedures consist of sheaths, guiding wires, and catheters. Based on vascular access, sheaths are categorized as transradial and transfemoral sheaths. Guiding wires are classified based on the shape of their tips, which include straight tip, J-tip, and angled tip. Diagnostic catheters are divided into various types, such as Judkins, Amplatz, Multipurpose, Tiger, and Pigtail, designed to conform to anatomy and function."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Rizal Abdullah
"Penyakit jantung koroner hingga saat ini masih menjadi penyebab utama kematian di Indonesia. Untuk itu diperlukan diperlukan suatu metode pengobatan untuk menangani pasien dengan penyakit jantung koroner, salah satunya adalah metode Percutaneous coronary intervention (PCI). Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu panduan mengenai Bahan medis habis pakai (BMHP) yang digunakan dalam tindakan pada Percutaneous coronary intervention (PCI). Panduan ini khususnya diharapkan dapat menjadi panduan terutama bagi Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang ada di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI). Penyusunan laporan panduan BMHP untuk tindakan PCI ini dilakukan melalui hasil pencarian studi literatur. Selain itu, dilakukan diskusi dan tanya jawab dengan ners cath lab dan apoteker yang bertugas di unit Farmasi OK RS UI terkait PCI dan bahan medis habis pakai (BMHP) apa saja yang digunakan ketika melakukan prosedur PCI. Hasil penyusunan laporan ini didapatkan berbagai jenis BMHP yang dibutuhkan demi kelancaran proses tindakan PCI, diantaranya: sheath, guidewire, stent, guide catheter, dan ballon catheter, yang masing-masing diantaranya terdiri dari jenis dan fungsinya yang berbeda-beda. Hasil penyusunan laporan ini dapat dijadikan sebagai panduan BMHP untuk tindakan PCI.
Coronary heart disease is still the leading cause of death in Indonesia. For this reason, a treatment method is needed to deal with patients with coronary heart disease, one of which is the Percutaneous coronary intervention (PCI) method. This study aims to create a guide on medical consumables items used in the action of Percutaneous coronary intervention (PCI). This guide is especially expected to be a guide, especially for Pharmacists and Pharmaceutical Technical Personnel at the University of Indonesia Hospital. The preparation of the BMHP guidance report for PCI actions is carried out through the results of a literature study search. In addition, discussions and questions and answers were held with the CATH lab ners and pharmacists on duty at the OK of University of Indonesia Hospital Pharmacy unit regarding PCI and what medical consumables items are used when performing PCI procedures. The results of the preparation of this report obtained various types of medical consumables items needed for the process of PCI, including: sheath, guidewire, stent, guide catheter, and balloon catheter, each of which consists of different types and functions. The results of the preparation of this report can be used as a medical consumables items guide for PCI actions."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Muhammad Fahrul Rizal
"Medication error merupakan hal yang bertentangan dengan pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang berpusat pada pasien, salah satunya pada tahap peresepan Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Peresepan OAT belum disesuaikan dengan perubahan berat badan yang diatur pada standar Kementerian Kesehatan sehingga terjadi resistensi obat. Ketidakpatuhan pasien dalam mengonsumsi OAT juga dapat memperparah resistensi obat sehingga apoteker berperan dalam melakukan audit klinis untuk mengoptimalkan pengobatan pasien Tuberkulosis Resisten Obat (TB – RO) di Rumah Sakit Universitas Indonesia melalui proses pengisian data audit klinis yang merujuk pada hasil kunjungan terakhir pasien ke rumah sakit pada bulan Maret – April 2023 yang bersumber dari Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Berdasarkan proses tersebut, dihasilkan rekomendasi peningkatan mutu pelayanan kefarmasian untuk pasien TB – RO dengan menyesuaikan dosis OAT berdasarkan berat badan, menyesuaikan jumlah item dengan paduan pengobatan TB jangka panjang dan jangka pendek, dan memberikan usulan tindak lanjut terhadap efek samping OAT yang belum diresepkan obat lain.
Medication error is something that contradicts pharmaceutical care in a patient-centered hospital, one of which is at the stage of prescribing Anti-Tuberculosis Drugs (ATD). ATD prescribing has not been adjusted to changes in body weight as regulated in the Ministry of Health standards, resulting in drug resistance. Patient non-compliance in taking ATD can also exacerbate drug resistance so that pharmacists play a role in conducting clinical audits to optimize the treatment of Drug Resistant Tuberculosis (DR-TB) patients at the University of Indonesia Hospital through the process of filling in clinical audit data that refers to the results of the patient's last visit to the hospital in March - April 2023 sourced from the Hospital Management Information System (HMIS). Based on this process, recommendations were made to improve the quality of pharmaceutical care for patients with TB-DR by adjusting the dose of ATD based on body weight, adjusting the number of items with a combination of long-term and short-term TB treatment, and providing follow-up suggestions for ATD side effects that have not been prescribed other drugs."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Masayu Dinahya Diswanti Putri
"Unit perawatan intensif (intensive care unit/ICU) merupakan suatu bagian dari Rumah Sakit UI yang memberikan perawatan intensif, terapi, serta memberikan pemantauan dan asuhan keperawatan yang ketat untuk pasien-pasien yang menderita penyakit akut, cidera akut, atau penyakit lain yang mengancam nyawa, maupun pasien pasca pembedahan mayor. Untuk memenuhi kebutuhan pasien ICU, maka Depo Farmasi ICU menyediakan beberapa paket obat dan BMHP yang harus selalu tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengendalikan stok dengan mengevaluasi pengeluaran paket obat dan BMHP di Depo Farmasi ICU selama tahun 2022 untuk mencegah terjadinya kekosongan dan kelebihan stok di tahun berikutnya. Metode penelitian dilakukan dengan menghitung perkiraan stok minimum-maksimum pada setiap paket obat dan BMHP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paket obat dan BMHP pasien baru ICU/HCU sekurang-kurangnya disiapkan sebanyak 4–6 paket/hari, paket tindakan CVC sebanyak 2–3 paket/hari, paket tindakan bronkoskopi sebanyak 1–2 paket/hari, dan sisanya sebanyak 1 paket/hari, kecuali pada paket tindakan BMP, eksisi, dan odontektomi yang sebaiknya tidak perlu disediakan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa jumlah paket obat dan BMHP yang disiapkan oleh Depo Farmasi ICU RS UI belum sepenuhnya sesuai dengan perhitungan stok minimum-maksimum.
The Intensive Care Unit (ICU) is a part of UI Hospital that provides intensive care, therapy, and strict monitoring and nursing care for patients suffering from acute illnesses, acute injuries, or other life-threatening diseases, as well as patients after major surgery. To meet the needs of ICU patients, the ICU Pharmacy Depot provides several medication and medical supply packages that must always be available to meet patient needs. This study aims to control the inventory by evaluating the expenditure of medication and medical supply packages in the ICU Pharmacy Depot during the year 2022 to prevent shortages and excess stock in the following year. The research method was conducted by calculating the minimum-maximum stock estimate for each medication and medical supply package. The research findings indicate that new ICU/HCU patient medication and medical supply packages should be prepared at least 4- 6 packages per day, CVC procedure packages should be prepared 2-3 packages per day, bronchoscopy procedure packages should be prepared 1-2 packages per day, and the rest should be prepared 1 package per day, except for BMP procedure, excision, and odontectomy packages that may not be necessary to be provided. Therefore, it can be concluded that the number of medication and medical supply packages prepared by the ICU Pharmacy Depot at UI Hospital is not entirely in accordance with the minimum-maximum stock calculations."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library