Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achmad Nurmandi
"Proses perubahan struktur organisasi pemerintahan adalah proses evolutif yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan masalah yang dihadapi dari waktu ke waktu. Perubahan struktur organisaasi pemerintahan dilakukan oleh aktor di luar instansi pemerintah yang bersangkutan. Perubahan struktur organisasi ini sudah tentu mempengaruhi proses pengambilan keputusan organisasi yang berkaitan dengan pelayanan publik. Dalam proses pengambilan keputusan ini, organisasi memerlukan data dan informasi yang akurat dan bisa diperoleh pada waktu yang dibutuhkan. Selanjutnya organisasi melakukan interpretasi terhadap data dan informasi, termasuk data dan informasi terbaru dari lingkungan untuk merekonstruksi makna atau melakukan pencerapan (sense making) apa yang sedang terjadi atau yang dilakukan organisasi sekarang. Organisasi selanjutnya memobilisasi pengetahuan internal, menyebarluaskan informasi dan mengkonversi pengetahuan tacit untuk menciptakan pengetahuan organisasi yang baru. Penelitian tentang manajemen perubahan, pencerapan, penciptaan pengetahuan dan penyebarluasan pengetahuan telah banyak dilakukan, terutama pada organisasi perusahaan swasta. Namun penelitian mengenai sejenis pada organisasi pemerintahan masih tergolong langka. Dengan mempertimbangkan latar belakang pemikiran tersebut, maka penelitian ini diawali dengan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah dampak perubahan struktur organisasi pada proses pencerapan ((sense making), penciptaan (knowledge creating) dan penyebarluasan pengetahuan ( knowledge sharing) dalam pelayanan perizinan dan pembinaan pedagang kaki lima oleh organisasi pemerintahan daerah Kota Yogyakarta? Perubahan organisasi adalah fenomena pertumbuhan yang mencakup pertumbuhan dan perkembangan satu atau lebih unsur pelayanan publik. Perubahan organisasi pelayanan publik ini mencakup antara lain: desain pelayanan publik; struktur organisasi pelayanan; manajemen dan administrasi pelayanan publik; dan ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk memberikan dan mengelola pelayanan publik. Organisasi selalu melakukan proses pencerapan untuk memetakan masalah, dan selanjutnya berusaha menciptakan pengetahuan baru untuk menyelesaikan masalah. Pengetahuan dieskpresikan dalam kegiatan sehari-hari oleh orang dalam organisasi, yang disebutnya sebagai proses organisasi (proses bisnis). Pekerjaan diklasifikasikan menjadi pengetahuan dalam penggunaannya (knowledge in use) atau pengetahuan prosedural (know-how) dan pengetahuan apa (know-what) seperti strategi dan harapan. Pengelolaan pengetahuan dalam organisasi didefinisikan sebagai sebuah disiplin manajemen yang mencari dampak dari proses pengetahuan, yakni produksi pengetahuan dan integrasi pengetahuan Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan tujuan untuk memahami proses pencerapan ((sense making), penciptaan (knowledge creating) dan penyebarluasan pengetahuan ( knowledge sharing). Untuk melihat proses perubahan struktur organisasi, peneliti menggunakan metode Soft System Methodology (SSM). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah partisipasi-observasi, interview mendalam, angket, dokumentasi dan diskusi kelompok terfokus. Teknik analisis data dengan cara menentukan pola, membangun penjelasan, analisis time series, dan model logis program. Penelitian menghasilkan empat temuan penting. Pertama, proses perubahan struktur organisasi pelayanan perizinan dan pembinaan PKL dengan evolutif, inkremental dan trial and error. Kedua, dampak perubahan struktur organisasi pada proses pencerapan organisasi (sense making) terhadap lingkungan adalah dilakukannya pencerapan organisasi terhadap lingkungan yang dilakukan semua level tingkatan pimpinan organisasi. Ketiga, dampak perubahan struktur organisasi pada penciptaan pengetahuan (knowledge creating) adalah pada pemanfaatan dan eksploitasi pengetahuan tacit pejabat lapangan berdasarkan kemampuan mereka belajar secara individu dan kelompok. Keempat, dampak perubahan struktur organisasi pada proses penyebarluasan pengetahuan adalah sumber dan metode penyebarluasan pengetahuan. Sumber pengetahuan menjadi lebih tersebar di berbagai organisasi yang terkait. Metode distribusi penyebarluasan tidak hanya berbentuk pengetahuan eksplisit terkodifikasi, tetapi juga pengetahuan tacit. Implikasi praktis dari hasil penelitian ini adalah pertama, diperlukan pembagian peran dan tanggungjawab kepada semua level pimpinan organisasi untuk melakukan pencerapan. Kedua, penciptaan pengetahuan organisasi dapat dilakukan dengan utilisasi pengetahuan tacit petugas lapangan (street level bureaucrat) melalui forum-forum informal. Ketiga, diperlukan kebijakan pemberian reward yang bersifat khusus sesuai dengan kemampuan pengetahuan tacit pejabat. Keempat, dalam menyebarluaskan pengetahuan dan memperoleh masukan dari publik, maka organisasi pemerintahan perlu memanfaatkan jaringan dengan organisasi kemasyarakatan. Implikasi teoritis dari hasil penelitian ini adalah pertama, pencerapan pada organisasi pemerintahan tidak hanya dilakukan oleh pimpinan level puncak organisasi, tetapi semua pimpinan dan bahkan pegawai lapangan. Kedua, proses penciptaan pengetahuan pada organisasi pemerintahan lebih banyak menggunakan pengetahuan tacit. Ketiga, jaringan pengetahuan lebih berupa jaringan tidak direncanakan (emegent) daripada jaringan yang secara sengaja direncanakan. Keempat, proses pengambilan keputusan pada organisasi pemerintahan lebih berbasiskan pada jaringan pengetahuan, baik di lingkungan internal maupun lingkungan eksternal.

Process of organizational structural change in government organization is evolutive process that carried out in incremental way according to problems faced in time to time. Generally, structural organizational change is initiated by extra actor of organizational who have political power. The change , in fact, have impact on decisión making process , especially on public services matters. In decisión making process, organization need accurate and timely data and information. Then, organization interprete on data and information, including newly data and information from the environment in order to reconstruct meaning or make sense (sense making) on what organization do or will do in the future. Organizations mobilize internal knowledge , information sharing and converting tacit knowledge for knowledge creating process. Researchs on change management, knowledge creating and sharing in prívate sector are commonly implemented. Meanwhile, research on similar topic in public or government organization is scarse. Based on this consideration, this research is started with problem statement: how do the impact of structure organizational change on sense making process, knowledge creating and knowledge sharing in licence services and informal sector services of city organization of Yogyakarta. Organizational change is growth phenomena which accompolish growth and development of one or other of public services element. Organizational change consists of public service design, organizational structure, management and administration and skill and knowledge required. Organization always make sense for problem solving. Knowledge is expressed by daily activity of organizational member. Qualitative method is best method for understanding sense making process, knowledge creating and knowledge sharing. Soft system methodology is used for understanding organizational structure change. Data collection techniques are participation-observation, depht interview, questionaire, documentation, and focus group discussion. Data analysis techniques are pattern making, explanation, time series analysis, and program logic model. Four important findings is this research. First, organizational structure change is evolutif, incremental and trial and error way. Secondly, the impact of structure organizational change on sense making is organizational make sense done by all level of head of organization. Third, knowledge use and exploitation of tacit knowledge of street level bureucrats. Fourth, sources and method knowledge sharing are dipersed in some organizations. Practical implication of this research are it is necessary to share of role and responsibility into all level of head in organization. Informal fórum is important for knowledge creating. Reward policy for knowledge worker could be formulated for organizational change. Knowledge networks is important for knowledge creation."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
D884
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Joseph Ananta Pinora
"Disertasi ini membahas tentang perkembangan kegiatan intelijen modern dengan menggunakan human intelligence dan techno intelligence, yang dilaksanakan oleh sejumlah jajaran intelijen kenegaraan di Indonesia. Bahwa kegiatan intelijen yang dilaksanakan oleh setiap lembaga intelijen meliputi penyelidikan, pengamanan dan penggalangan, dengan sifat tertutup dalam operasi rahasia selama kurun waktu tertentu, yang menggunakan teknik, taktik dan strategi, terhadap sasaran perorangan maupun kelompok, melalui pelibatan unsur manusia dan teknologi secara simultan. Adanya kegiatan penyelidikan intelijen yang dilaksanakan oleh agen intelijen bersama satuan intelijen, sebagai operasi klandestin untuk mendeteksi sejumlah fenomena dan potensi gangguan yang menjadi ancaman terhadap keamanan, sebagai bentuk antisipasi untuk menjaga stabilitas keamanan di dalam negeri. Selain itu, kegiatan pengamanan intelijen menjadi bagian dalam upaya meniadakan segala bentuk ancaman, gangguan dan hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan tugas organisasi, melalui sejumlah tindakan pengamanan terhadap personel, kegiatan, material dan bahan keterangan / informasi. Sedangkan kegiatan penggalangan intelijen, dilaksanakan untuk merubah emosi, sikap, tingkah laku, opini dan motivasi dari sasaran perorangan maupun kelompok, dengan menggunakan metode tertentu oleh satuan intelijen di daerah yang telah ditentukan. Oleh karena itu, disertasi ini menguraikan upaya rekonstruksi kegiatan intelijen yang secara teknis, taktis dan strategis menjadi model pelibatan human intelligence dan techno intelligence, menghadapi ancaman keamanan dalam negeri di Indonesia.

This dissertation discusses the development of modern intelligence activities using human intelligence and techno intelligence, which are carried out by a number of state intelligence agencies in Indonesia. That intelligence activities carried out by each intelligence agency include investigation, security and collection, with a closed nature in secret operations over a certain period of time, which uses techniques, tactics and strategies, against individual and group targets, through the simultaneous involvement of human and technological elements. There are intelligence investigation activities carried out by intelligence agents together with intelligence units, as clandestine operations to detect a number of phenomena and potential disturbances that pose a threat to security, as a form of anticipation to maintain security stability in the country. In addition, intelligence security activities are part of efforts to eliminate all forms of threats, interference and obstacles that occur in the implementation of organizational tasks, through a number of security measures for personnel, activities, materials and information/information. Meanwhile, intelligence gathering activities are carried out to change the emotions, attitudes, behavior, opinions and motivations of individual and group targets, using certain methods by intelligence units in predetermined areas. Therefore, this dissertation outlines efforts to reconstruct intelligence activities technically, tactically and strategically into a model involving human intelligence and techno intelligence, facing domestic security threats in Indonesia."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
One Herwantoko
"Studi ini bertujuan membangun dan menguji secara empiris model konseptual nasionalisme pasar sehari-hari, yang meliputi: struktur arena pasar komoditas Gojek yang terkait dengan keberadaan nilai imajinatif kebangsaan pada komoditas tersebut serta habitus ekonomi nasionalistik. Dengan demikian, studi ini berbeda dengan studi nasionalisme sehari-hari sebelumnya yang kurang memperhatikan arena pasar sebagai konteks analisis. Selain kontribusi dalam hal kebaruan konseptual tersebut, studi ini juga berkontribusi dalam hal kebaruan metode riset dengan melakukan metode riset campuran, yaitu: konfigurasi antara metode konvensional regresi logistik biner dengan metode riset digital (social network berbasis corpus) yang diposisikan secara kuantitatif, serta konfigurasi antara metode riset digital textual network analysis dan teknik “breaching the nation” yang diposisikan secara kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai imajinatif kebangsaan Indonesia pada komoditas Gojek terkait dengan situasi relasional-persaingan antara Gojek dan Grab serta berkaitan dengan kepemilikan kapital ekonomi, kapital kultural, kapital simbolik, kapital digital, dan karakteristik sosio-demografi aktor yang terlibat dalam arena pasar tersebut. Selain itu, nilai imajinatif kebangsaan tersebut juga berkaitan dengan keberadaan nationalistic economic habitus yang membentuk dan terbentuk melalui praktik-praktik sosial dalam arena pasar komoditas Gojek, seperti: symbolic rewards, material rewards dan banal signifier. Lebih lanjut, studi ini memiliki implikasi teoretik berupa perluasan definisi nasionalisme pasar sehari-hari bahwa konstruksi kebangsaan pada arena pasar komoditas tidak hanya berkaitan dengan ordinary people, namun juga relasi kompleks antara ordinary people dengan kalangan elit non-politik, serta setting analisis pasar di level meso yang tidak dapat dilepaskan dari konteks makro-struktural dan makro-kultural. Adapun terkait implikasi kebijakan, studi menyarankan agar kebijakan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) dan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) difokuskan pada kelompok-kelompok sasaran tertentu yang relevan dengan hasil studi ini, baik dari sisi penawaran maupun permintaan.

This study aims to build and empirically test a conceptual model of everyday market nationalism, which includes: the structure of the Gojek commodity market arena which is related to the existence of imaginative national values ​​in these commodities as well as nationalistic economic habitus. Thus, this study is different from previous studies of everyday nationalism which paid less attention to the market arena as a context for analysis. In addition to the contribution in terms of conceptual novelty, this research also contributes to the novelty of research methods by conducting mixed research methods, namely: a configuration between the conventional binary logistic regression method and a digital research method (corpus-based social networks) which is positioned quantitatively, as well as a configuration between digital research methods (textual network analysis) and “breaching the nation” techniques, which are positioned qualitatively. The results of the analysis show that the imaginative value of Indonesian nationality in Gojek commodities is related to the relational-competitive situation between Gojek and Grab and is related to the ownership of economic capital, cultural capital, symbolic capital, digital capital, and the socio-demographic characteristics of actors involved in the market arena. Apart from that, this imaginative national value is also related to the existence of a nationalistic economic habitus which forms and is formed through social practices in the Gojek commodity market arena, such as: symbolic rewards, material rewards and banal signifiers. Furthermore, this study has theoretical implications in the form of expanding the definition of everyday market nationalism that the construction of nationalism in the commodity market arena is not only related to ordinary people, but also the complex relationship between ordinary people and non-political elites, as well as the macro-structural and macro-cultural context. Regarding policy implications, the study suggests that P3DN and Gernas BBI policies should be focused on certain target groups that are relevant to the results of this study, both from the supply and demand sides."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yolanda Indah Permatasari
"Penerapan skema Public-Private Partnership PPP , atau yang dikenal juga dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha KPBU di Indonesia, dinilai dapat menjadi alternatif sumber pendanaan dalam penyediaan infrastruktur. Namun, dalam pelaksanaannya, kinerja skema KPBU dan ketertarikan badan usaha/swasta untuk berpartisipasi dalam penyediaan infrastruktur di Indonesia masih rendah. Sehingga dalam penelitian ini dilakukan rekonstruksi bentuk tata kelola pada tiga level kebijakan yakni level kebijakan, organisasional, dan operasional dari perspektif biaya transaksi, serta memperkaya enrichment teori tata kelola kolaboratif dengan perspektif analisis biaya transaksi pada skema KPBU infrastruktur bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat PUPR . Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah soft system methodology-based action research untuk mejawab empat pertanyaan penelitian. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tiga sumber biaya transaksi dari proyek KPBU yakni principal-principal problem, renegotiation and hold-up problem, dan soft budget contraints dapat diatasi dengan membangun tata kelola kolaboratif pada tiga level kebijakan. Pengayaan praktik tata kelola kolaboratif perlu dikembangkan dengan menganalisis sumber-sumber biaya transaksi pada setiap level kebijakan. Kata kunci: Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha, soft system methodology, analisis biaya transaksi, tata kelola kolaboratif

Implementation of Public-Private Partnership PPP scheme, also known as Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha KPBU scheme in Indonesia, is considered to be an alternative source of funding in infrastructure provision. However, in the reality, the performance of the KPBU scheme and private sector interest to participate in the provision of infrastructure in Indonesia is still low. Thus, this research aim to reconstruct the forms of governance at three levels of policy such as policy level, organizational level, and operational level from the perspective of transactions costs, and enrich collaborative governance theory from transaction cost analysis in KPBU scheme for Public Works and Housing sector. The method used in this research is soft system methodology-based action research, to answer four research questions. The results conclude that the three sources of transaction costs of KPBU scheme projects are principal-principal problem, renegotiation hold-up problem, and soft budget constraint can be overcome by building collaborative governance on three policy level. Collaborative governance enrichment practice needs to be develop by analyzing source of transaction cost in every policy level. Keywords: Public-Private Partnership, Soft System Methodology, Transaction Cost Analysis, Collaborative Governance."
2018
D2470
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Yovani
"Disertasi ini merupakan aplikasi metode penelitian Soft Systems (SSM) based AR for theoretical research interest (Cronholm and Goldkuhl, 2003) untuk menganalisa transfer teknologi dengan pendekatan institusional. Tranfer teknologi dilihat pada industri otomotif Jepang di Indonesia dalam konteks perjanjian ekonomi Indonesia Jepang. Metode SSM berbasis riset tindakan diterapkan pada sebuah perusahaan otomotif afiliasi Jepang di Indonesia. Temuan penting dalam disertasi ini adalah transfer teknologi yang terjadi bukanlah hanya proses pemindahan pengetahuan seperti kajian-kajian non sosiologi lakukan selama ini. Transfer teknologi merupakan sebuah institusi ekonomi yang berisi relasi sosial yang dibangun berdasarkan nilai dan norma yang dimaknai bersama, dengan kata lain transfer teknologi merupakan konstruksi social (Granovetter, 1992). Disertasi ini juga berhasil menjawab kelemahan konsepsi embeddedness sebagai kunci terbentuknya kepercayaan dalam konstruksi sosial yang dianggap membutuhkan spesifikasi secara teoritis (Nee 2003 : 24). Secara empiris, ditemukan bahwa embeddedness di tingkat mikro juga terjadi di tingkat meso dan makro karena individu-individu yang terlibat di mikro juga merupakan bagian dari struktur yang lebih tinggi. Dengan demikian kerangka institusional yang dikemukakan oleh Nee (2003) melengkapi analisa transfer teknologi konstruksi sosial mulai dari tingkat mikro sampai dengan meso. Dengan demikian konstribusi riset ini adalah kajian sosiologi ekonomi dan berbasis institusi lainnya yang berfokus pada analisa institusi ekonomi atau institusi lainnya sebagai konstruksi sosial mampu menganalisa sebuah konstruksi sosial hingga ke struktur meso dan makro dalam kerangka analisanya.

This dissertation is an application of Soft Systems research method (SSM) based AR for theoretical research interest (Cronholm and Goldkuhl, 2003) to analyze technology transfer in the framework of the institutional approach. Technology Transfer was seen in the Japanese automotive industry in Indonesia in the context of Indonesia Japan Economic Partnership Agreement 2008-2012. SSM-based action research method was applied to a Japanese affiliated automotive company's in Indonesia. An important finding of this dissertation is that the technology transfer that occurs empirically was not only a knowledge transfer process as non- sociological studies had done so far. Technology transfer is an economic institution that containing social relationships that constructed on values and norms that interpreted among the groups.In other words, the transfer of technology is a social construction (Granovetter, 1992). This dissertation also managed to answer the need of theoretical specification the conception of embeddedness as a key to the formation of the trust in the social construction (Nee 2003: 24). Empirically, it was found that embeddedness in the micro level also occurred at meso and macro levels since individuals involved in the micro are also part of the higher structures. Thus the institutional framework proposed by Nee (2003) completed the analysis of the social construction of technology transfer from the micro to the meso level. Finally, the contribution of this research is the study of economics sociology and other institution based sociology which focus on the analysis of economic institutions or other institutions as social constructions are able to analyze a social construction from micro level to the meso and macro level within the framework of analysis."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
D1393
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Aulia Syaiful
"[ABSTRAK
Kajian ini melakukan analisis kapabalitas dinamik terhadap pengelolaan daya saing pariwisata di Kota Tua Jakarta. Kota Tua Jakarta sebagai tempat wisata berkompetis dengan tempat wisata lainnya, baik di internal wilayah ataupun dengan dunia internasional. Untuk dapat sukses melalui kompetisi dibutuhan strategi pengelolaan daya saing (Teece, Pisano, dan Shuen, 1997). Salah satu strategi untuk itu dengan meningkatkan kapabilitas dinamik pengelolaan Kota Tua. Kapabilitas dinamik adalah kemampuan untuk mengelola sumber daya untuk memenuhi tantangan lingkungan yang dinamis sehingga mampu memiliki daya saing (Teece dan Augier, 2007). Kajian ini memberikan contoh bagaimana organisasi publik harus beradaptasi dalam linkungan yang dinamik dalam upaya mampu bertahan hidup dengan mengintegrasi, memodifikasi, dan menata ulang sumber daya yang dimiliki. Hasil analisis memperlihatkan ada tiga faktor yang dibutuhkan untuk meningkatkan kapabilitas dinamik Kota Tua Jakarta yaitu orang yang mampu, proses yang tangkas, dan relasi antar kelompok. Faktor pendorong ini berinteraksi dengan elemen kapabilitas dinamik yaitu berpikir ulang, berpikir kedepan, dan berpikir modifikasi untuk menciptakan kebijakan adapatif dalam memenuhi indek daya saing pariwisata. Kajian ini memakai metode riset tindakan berbasis sistem lunak. Adapun model riset tindakan ini menggunakan pendekatan dual imperative yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah faktual dan mencari kebaruan dari teori yang ada.;

ABSTRACT
This paper explores dynamic capability for tourism competitiveness in old town Jakarta. Dynamic capability is the ability to integrate, build, and reconfigure internal and external competencies to address rapidly changing environments (Teece, Pisano, & Shuen, 1997). This paper provide ilustration how public organization used dynamic capability to keep organization fit to the competitive and dynamic situation. In this paper how the public organization continously anticipating and adjusting are using three driven factor (Rothaermel & Hess, 2004; Neo & Chen, 2007) at able people, agile process, and intergroup relationships and three key element (Neo & Chen, 2007) at thinking ahead, thinking again, and thinking across that used to achieve adaptive policies for tourism competitive advantage. Action research is conducted in the field of old town Jakarta governance including DKI Jakarta goverment, tourism department of Jakarta, Museum in Old Town Jakarta and comunities in Old Town Jakarta. These research is using SSM-Based AR to explores the messy situation in Old Town Jakarta. Soft Systems Methodology is used to tackling social complexity in old town Jakarta. These research are dual imperatives of action research as mentioned by Mc kay and Marshal (2001) and hardjosoekarto (2013).;This paper explores dynamic capability for tourism competitiveness in old town Jakarta. Dynamic capability is the ability to integrate, build, and reconfigure internal and external competencies to address rapidly changing environments (Teece, Pisano, & Shuen, 1997). This paper provide ilustration how public organization used dynamic capability to keep organization fit to the competitive and dynamic situation. In this paper how the public organization continously anticipating and adjusting are using three driven factor (Rothaermel & Hess, 2004; Neo & Chen, 2007) at able people, agile process, and intergroup relationships and three key element (Neo & Chen, 2007) at thinking ahead, thinking again, and thinking across that used to achieve adaptive policies for tourism competitive advantage. Action research is conducted in the field of old town Jakarta governance including DKI Jakarta goverment, tourism department of Jakarta, Museum in Old Town Jakarta and comunities in Old Town Jakarta. These research is using SSM-Based AR to explores the messy situation in Old Town Jakarta. Soft Systems Methodology is used to tackling social complexity in old town Jakarta. These research are dual imperatives of action research as mentioned by Mc kay and Marshal (2001) and hardjosoekarto (2013)., This paper explores dynamic capability for tourism competitiveness in old town Jakarta. Dynamic capability is the ability to integrate, build, and reconfigure internal and external competencies to address rapidly changing environments (Teece, Pisano, & Shuen, 1997). This paper provide ilustration how public organization used dynamic capability to keep organization fit to the competitive and dynamic situation. In this paper how the public organization continously anticipating and adjusting are using three driven factor (Rothaermel & Hess, 2004; Neo & Chen, 2007) at able people, agile process, and intergroup relationships and three key element (Neo & Chen, 2007) at thinking ahead, thinking again, and thinking across that used to achieve adaptive policies for tourism competitive advantage. Action research is conducted in the field of old town Jakarta governance including DKI Jakarta goverment, tourism department of Jakarta, Museum in Old Town Jakarta and comunities in Old Town Jakarta. These research is using SSM-Based AR to explores the messy situation in Old Town Jakarta. Soft Systems Methodology is used to tackling social complexity in old town Jakarta. These research are dual imperatives of action research as mentioned by Mc kay and Marshal (2001) and hardjosoekarto (2013).]"
2015
D2125
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library