Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida Farida
Abstrak :
Program PMT telah dilakukan di kecamatan Bogor Selatan pada tahun 1999 bagi balita gizi buruk dan kurang agar dapat meningkatkan status gizinya. Namun hingga saat ini belum pernah dilakukan evaluasi atau penelitian, khususnya mengenai waktu peningkatan status gizi balita selama mengikuti program PMT tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang peluang balita dan waktu peningkatan status gizi selama dua belas minggu intervensi PMT serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Desain penelitian ini longitudinal selama dua belas minggu dengan melibatkan 194 balita. Analisis Kaplan Meier dilakukan untuk menentukan probabilitas status gizi tidak meningkat selama dua belas minggu. Analisis multivariat regresi cox dilakukan untuk menentukan besarnya nilai probabilitas peningkatan status gizi berdasarkan kecurigaan ada faktor lain secara bersama-sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa probabilitas status gizi tidak meningkat sampai dua belas minggu sebesar 67,01%. Median waktu peningkatan status gizi tidak diketahui, artinya sampai dua belas minggu intervensi PMT belum ada 50% balita yang mengalami peningkatan status gizi. Secara bivariat diketahui ada perbedaan antara umur ibu, konsumsi energi dan umur balita dengan waktu peningkatan status gizi. Hasil analisis ini tidak melihat perbedaan antara pendidikan, pengeluaran, pengetahuan, pola asuh, besar keluarga, konsumsi protein, penyakit infeksi, status gizi awal, jenis kelamin, partisipasi dengan waktu peningkatan status gizi. Probabilitas status gizi tidak meningkat sampai minggu kedua belas pada balita yang mempunyai ibu berumur antara 20 - 30 tahun sebesar 76,24%. Balita yang ibunya berumur kurang dari 20 atau lebih dari 30 tahun probabilitas status gizi tidak meningkat sebesar 55,29%. Peningkatan status gizi balita yang mempunyai ibu berumur antara 20 - 30 tahun sebesar 0,480 kali (95% CI : 1,100 - 3,038) dibanding balita yang ibunya berumur kurang dari 20 atau lebih dan 30 tahun. Balita yang konsumsi energinya baik memiliki probabilitas status gizi tidak meningkat sebesar 62,30% dan 74,58% bagi balita yang konsumsi energinya kurang. Peningkatan status gizi pada balita dengan konsumsi energi baik 1,828 (95% CI ; 1,100 - 3,038) kali dibanding balita yang konsumsi energinya kurang. Probabilitas status gizi tidak meningkat pada balita yang berumur ≤ 2 tahun sebesar 72,73% dan > 2 tahun sebesar 54,84%. Peningkatan status gizi balita yang berumur > 2 tahun sebesar 1,798 (95% CI : 1,096 - 2,948) kali dibanding balita yang berumur ≤ 2 tahun. Secara multivariat faktor yang berhubungan dengan waktu peningkatan status gizi balita selama dua belas minggu intervensi PMT adalah umur ibu, pengetahuan, konsumsi protein dan umur Balita, Peningkatan Status gizi pada balita yang memiliki ibu berumur antara 20 - 30 tahun sebesar 0,471 (95% CI : 0,279 - 0,795) dibanding balita yang umur ibunya < 20 atau > 30 tahun dengan mengendalikan pengetahuan ibu, konsumsi protein dan umur balita. Berdasarkan pengetahuan gizi ibu, peningkatan status gizi balita yang ibunya berpengetahuan baik sebesar 1,694 (95% CI : 1,061 - 2,969) kali dibanding balita yang pengetahuan gizi ibunya kurang dengan umur ibu, konsumsi protein dan umur balita yang sama. Balita yang konsumsi proteinnya baik peningkatan status gizinya 1,659 (95% CI : 0,911 - 3,023) kali dibanding balita lain yang konsumsi proteinnya kurang pada kondisi umur ibu, pengetahuan dan umur balita yang sama. Dilihat dari umur balita, balita yang berumur > 2 tahun peningkatan status gizinya sebesar 1,775 (95% CI : 0,984 - 2,914) kali dibanding balita yang berumur ≤ 2 tahun dengan umur ibu, pengetahuan gizi ibu dan konsumsi protein yang sama.
Supplemental Food Giving Program for Balita with bad and less nutrient had done in South Bogor Sub-district in 1999. But, there isn't evaluation/research about it yet, specialties the time of Balita?s nutrient status increasing during follow this program. This research goal is to obtain information regarding the opportunities and the time of Balita's nutrient status increasing within twelve weeks supplemental food giving intervention, also factors which influenced them. This research design is longitudinal within twelve weeks involved 194 Balita. Kaplan Meier Analysis was done to determine probability of Balita with nutrient status not increase within twelve weeks. While Multivariate Regression Cox Analysis was done to determine probability value of Balita's nutrient status increase, based on suspicious there's another factor coinciding. The result of this research showed that Balita's nutrient status not increase within twelve weeks probability 67,01 %. Median time of Balita's nutrient status increasing is unknown, it means within twelve weeks intervention the program less than 50 % Balita increasing their nutrient status. From the outcomes of bivariate analysis known, there's difference between mother's age, energy consumption and Balita's age with the time of nutrient status increasing. But, there's no difference between mother's educational background, expenses, knowledge, bring-up pattern, sum of family's member, protein consumption, infection disease, early nutrient status, gender, participation with the time of Balita's nutrient status increasing, Balita's nutrient status not increase within twelve weeks if their mother's between 20 - 30 years old probability 76,24 %. While their mother's <20 or >30 years old probability 55,29 %. Balita's nutrient status increasing if their mother between 20 - 30 years old 0,480 time ( 95 °.b CI : 1,100 - 3,038 ) compare with Balita's mother < 20 or > 30 years old. Balita with good energy consumption but their nutrient status not increase probability 62,30 % and 74,58 % for the Balita with less energy consumption. Balita < 2 years old with nutrient status not increase probability 72,73 % and > 2 years old nutrient status increasing 1,798 times (95 % CI : 1,096 - 2,948 ) comparing with Balita = 2 years old. From the outcomes of multivariate analysis, factors related to the time of Balita's nutrient status increasing within twelve weeks intervention of the Supplemental Food Giving Program are mother's age, knowledge, protein consumption and Balita's age. Balita's nutrient status increasing with their mother's age between 20 - 30 years old 0,471 times ( 95 % CI : 0,279 - 0,795 ) compare with Balita's mother < 20 or > 30 years old, under control of mother's knowledge, protein consumption and Balita of the same age. Based on mother's nutrient knowledge's good, so Balita's nutrient status increasing 1,694 times (95 % CI: 1,061 - 2,969) compare with Mother's knowledge deficit with mother's age, protein consumption and Balita's with the same age. Balita with good protein consumption have nutrient status increasing 1,659 times (95 % CI: 0,911 - 3,023) compare with another Balita with less protein consumption and the same condition of mother's age, knowledge and Balita's age. Balita > 2 years old have nutrient status 1,775 times (95 % CI: 0,984 - 2,914) compare with Balita = 2 years old with the same mother's age, mother's nutrient knowledge and Balita's protein consumption.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T1867
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tatiek Sukesi
Abstrak :
Meningkatnya jumlah populasi lanjut usia disebabkan karena perbaikan gizi masyarakat. menurunnya tingkat kematian ibu dan angka fertilitas. Keadaan tersebut mengakibatkan angka harapan hidup dari umur 66,6 tahun laki-laki dan 69 tahun perempuan diproyeksikan dapat mencapai lebih dari 70 tahun pada tahun 2000. Dari total penduduk Indonesia saat ini 6.8% berusia 60 tahun. Perubahan secara alami yang terjadi pada penduduk lanjut usia, dimana secara fisik kemampuannya mengalami kemunduran, serta peran di dalam masyarakat juga mulai menurun. Akibatnva akan mengalami krisis pada dirinya terutama apabila tidak disiapkan sebelumnya. Dinamika pembangunan dan tingkat pendidikan mengakibatkan lanjut usia memilih Panti Werdha sebagai rumah lanjut usia, hal ini dipandang sebagai suatu kesatuan komunitas lansia. Lanjut usia yang tinggal di Panti Werdha pada umumnya mengalami status gizi kurang ataupun status gizi lebih, hal ini disebabkan karena fungsi organ-organ tubuh menurun serta adanya penyakit degeneratif dan pola makan. Pada umumnya lansia memilih makanan yang lunak dan rendah serat serta kalori tinggi, mengakibatkan kelebihan kalori, gemuk atau obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lanjut usia di Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan Jakarta. Pengumpulan data-data dilakukan dengan metode wawancara dengan menggunakan data primer. Pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang dan pinggul. Rancangan penelitian adalah cross sectional dengan jumlah sampel 66 responden yang berumur lebih dari 60 tahun tidak menderita sakit berat yang dinyatakan oleh dokter atau petugas kesehatan, tidak sedang menderita dimensinya. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariate dengan menggunakan uji tabulasi silang dan analisis regresi logistik. Analisis dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS for Window versi 10.10.2000 untuk mengetahui kiasifikasi masing-masing variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi lanjut usia di Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, status kawin, status pekerjaan, lama tinggal, ketuhan, status kesehatan. Dari semua variabel yang diteliti, ternyata yang berperan besar terhadap status gizi adalah jenis kelamin laki-laki mempunyai kecenderungan 6 kali (OR = 6.649) lebih baik status gizinya dibandingkan dengan perempuan pada umur lebih dari 60 tahun, Status kawin mempunyai kecenderungan 4 kali (OR = 4.021) lebih baik status gizinya dibandingkan dengan yang lansia yang tidak kawin. Status kerja mempunyai kecenderungan 13 kali (OR = 13.001) lebih baik status gizinya dibandingkan dengan lansia yang tidak bekerja pada umur lebih dan 60 tahun setelah dikontrol dengan variabel lainnya. Dengan demikian ketiga variabel tersebut mempunyai hubungan yang signifikan dengan status gizi. Memperhatikan hasil penelitian tersebut bahwa status pekerjaan lanjut usia di Sasana Trisna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan berperan besar terhadap status gizi maka diperlukan penelitian lebih lanjut balk dilakukan di Sasana Trisna Werdha tingkat swasta rnaupun pemerintah sebagai uji banding lebih lanjut. Daftar bacaan : 40 (1986-2000)
The increasing number of populations of the elderly is due to better communal nutrition, decreased rate of mother's mortality, and fertility. Such a condition generates life expectancy from 66.6 years of age in men and 69 years of age in women that can be projected to achieve more than 70 years of age by the year 2000. Of the current total Indonesian population, 6.8% are 60 years of age. Natural change occurs in the elderly where their capacity and social roles degrade physically that it will lead to their self-crisis if not prepared previously. Dynamics of development and educational levels make the elderly choose Panti Werdha as their group home as being viewed from a continum of the elderly community. The elderly that live in Panti Werdha generally experience malnutrition or over-nutrition due to their declining organic functions, degenerative diseases and food-consumption style. In general, the elderly prefer soft and lower-fibre and highly-contained calorie food that it may cause over-calorie or obesity. This research aims to identify factors related to nutrition status of the elderly in Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan Jakarta. Data set are collected by interview method with primary data, measurements of height, weight, hip and incomperence. The research design is cross-sectional in manner which includes a number of 66 respondents of 60 years of age that do not suffer from serious diseases according to the medical examination by doctor, health-personnel of which they do suffer from their dimensions. Data analysis includes analyses of univariate, bivariate and multivariate by making use of cross-tabulation test and logistic regression analysis. Results of research indicate that the nutrition-status of the elderly in STW Ria Pembangunan has a significant correlation among age, gender, marital status, work-status. duration of stay, complaint, health status. Of all the researched variables, the fact shows that nutrition status is greatly affected by male-gender with six time tendency (OR = 6.649) better than that of female-gender over 60 years of age. Marital status has 4 time tendency (OR = 4.021) better in their nutrition status than that in the unmarried elderly. Work status includes 13 time tendency (OR = 13.001) better in their nutrition status than that in the unemployed elderly of over, 60 years of age after being controlled with other variables. Therefore, these three variables have significant correlation with the nutrition status. Taking the results of research into account, it appears that the work status of the elderly in Sasana Trisna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan largely effects the nutrition status that it needs more research into Sasana Trisna Werdha at private or public level as a further comparative-test. Reference : 40 (1986-2000)
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T7930
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zuhanna Zen
Abstrak :
Pendidikan D III keperawatan merupakan jenjang pendidikan tinggi keperawatan yang menghasilkan lulusan perawat profesional pemula. Salah satu strategi belajar mengajarnya adalah dengan memberikan pengalaman belajar klinik yang dilaksanakan di lahan praktek. Tujuan belajar praktek klinik ini adalah untuk memberi kesempatan kepada mahasiswa agar dapat menerapkan teori-teori yang sudah dipelajari sebelumnya dan mencoba mengembangkan keterampilannya dalam tatanan yang nyata. Kualitas lulusan antara lain dipengaruhi oleh kualitas pengajarnya yang dalam hal ini instruktur klinik. Sebagai pembimbing merupakan salah satu pihak yang bertanggung jawab dalam proses belajar praktek keperawatan, oleh karena itu perlu dituntut profesionalismenya. Profesionalisme dalam penelitian ini adalah kualitas tindakan instruktur klinik dalam melaksanakan peran-peran sebagai pembimbing dan dalam mengajar menggunakan metode-metode pengajaran klinik. Sampai dengan tahun 2001, Akademi Keperawatan Depkes Jambi telah menghasilkan lulusan 14 angkatan namun nilai ujian praktek akhir program masih belum memuaskan karena dan setiap angkatan hanya sekitar 10%-20% yang mendapat nilai dengan kategori baik. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan tujuan memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan profesionalisme instruktur klinik di institusi tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan studi cross sectional dengan responden 80 orang instruktur klinik yang termasuk dalam tim pengajar mata kuliah praktek keperawatan tingkat I, II, III baik yang berasal dari institusi pendidikan maupun dari lahan praktek. Pengolahan data menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa instruktur klinik di Akper Depkes Jambi yang mempunyai profesionalisme baik sebanyak 29 orang (36,3%). Dari hasil analisis bivariat ternyata variabel pengetahuan, kompetensi klinik, keterampilan mengajar, masa kerja, proses belajar mengajar (PBM) teori, PBM laboratorium dan pelatihan mempunyai hubungan yang signifikan dengan profesionalisme instruktur klinik, sedangkan dua variabel lain tidak berhubungan secara signifikan dengan profesionalisme instruktur klinik. Dari 7 variabel yang mempunyai nilai p<0,25 memenuhi persyaratan dilakukan analisis multivariat. Dari hasil akhir model multivariat ternyata hanya dua variabel yang tersisa yaitu variabel masa kerja dan PBM teori dengan nilai p Study of Clinical Instructor Professionalism of Nursing Academic in Jambi Department of Health in 2002Diploma III of nurses? education is the high level education program which graduates beginner professional nurses. Clinical study experience is one of the teaching process strategy which held in the practical field. The aim of the teaching-learning process is to allow student to practice theory they have learned and to improve their skill. The quality of the graduates can be influenced by the quality of the clinical teacher or the clinical instructor, Professionalism is essential for the clinical instructors due to their responsibility in practical teaching-learning process. In this study, professionalism refers to the clinical instructor performance as a tutor applying clinical teaching methods. Nursing academic of Jambi graduated 14 classes until the year 2001. However, practical final result showed only 10% -20% graduate students who achieve good result category for each class. Therefore, it is necessary to do this research in order to acquire information about factors related to clinical instructor professionalism in the institution. A descriptive analytic study with cross sectional design was performed using 80 clinical instructors as respondents. The respondents came from educational institution and practical field background, who involved in practical nursing teaching team (grade I, II, III). Collected data were analyzed by univariate, bivariate, and multivariate analysis. The univariate analysis showed 36,3% (29 persons) clinical instructors with good professionalism. The bivariate analysis affirmed a significant correlation between clinical instructor professionalism and some variables such as knowledge, clinical competence, teaching skill, working period, theoretical teaching process, laboratory teaching process, and training. Other 2 variables were not significantly correlated to clinical instructor professionalism. Multivariate analysis went over 7 variables which meet the qualification (p<0, 25) and the final result showed only 2 variables left with p<0, 05). These 2 variables working period and theoretical teaching-learning process, were analysis by interaction test and the result verified no interaction between working period and theoretical teaching-learning process (p value = 0,809), Nevertheless, the interaction test result indicated stronger interaction between professionalism and working period (p value = 0,001) than theoretical teaching-learning process (p value = 0,026). It is recommended to the institution to consider working period as an important factor in determining whether or not a person qualified to be a clinical instructor and consequently the tutorial quality can be improved it is also suggested to the nursing subject coordinator to manage the theoretical teaching-learning process so the material can be synchronized to the practice. Further study using qualitative method is recommended. References: 36 (1978 - 2001)
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T10827
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Sjahbandi
Abstrak :
Program penanggulangan TB dari tahun ke tahun selalu mengalami perkembangan. Dengan demikian beban tugas pengelola program semakin besar, ketersediaan data semakin diperlukan, dan hambatan pelaksanaan semakin komplek. Oleh karena itu untuk membantu menyediakan data diperlukan suatu sistem informasi untuk meringankan beban kerja pengelola program. Mengingat penderita TB pengobatannya perlu waktu, maka diperlukan sistem yang mampu menemukan kasus Baru dan mampu melakukan monitoring terhadap perkembangan pengobatan penderita. Sistem Informasi Evaluasi Program Penanggulangan TB Di Dinas Kesehatan Kota Tangerang dirancang secara otomasi, bertujuan untuk membantu program penanggulangan TB dalam usaha menemukan penderita agar pengobatan dapat dilakukan sedini mungkin dan penderita tidak menjadi sumber penular penyakit TB, sehingga kasus TB dapat dicegah penularannya. Tujuan Penelitian ini adalah mengembangkan sistem informasi untuk evaluasi pelaksanaan program penanggulangan TB di Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Bentuk penelitian kualitatif dan data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dengan pengelola program di Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Data sekunder dikumpulkan melalui pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan dari puskesmas yang ada di Kota Tangerang. Proses pengembangan sistem dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu tahap analisis masalah kesehatan, tahap analisis masalah sistem informasi yang sudah berjalan, tahap kajian terhadap kemungkinan pengembangan sistem, tahap perancangan sistem, tahap analisis SWOT sistem yang baru, dan uji coba sistem. Dari hasil analisis masalah kesehatan dan sistem informasi yang sudah ada memungkinkan dilakukan pengembangan sistem agar arus data terstruktur, sehingga data dapat dikumpulkan dengan cepat, tepat, dan lengkap. Operasional sistem yang sudah dikembangkan dibantu dengan peralatan komputer yang diprogram secara otomasi. Untuk memanfaatkan program tersebut pengelola cukup memasukkan data yang berkaitan dengan program TB, dan bila sudah dimasukkan, komputer akan mengolah secara otomasi sampai menghasilkan laporan dalam bentuk tayangan data di layar monitor atau dicetak. Hasil cetak berupa label dan grafik. Mengingat Program TB selalu berkembang, maka untuk perkembangan sistem lebih lanjut diharapkan sistem ini dapat dipakai sebagai bahan acuan, terutama dalam hal perkembangan sistem dalam usaha penemuan kasus dan monitoring pengobatan bagi penderita. ......The Development of Information System for Evaluation of TB Program at District Health Office in Tangerang CityThe program to overcome TB program for over the years have always been developing, so the responsibilities of the program organizers are also increasing, the data availability is more needed, the obstacles to realize the program become more complex. Therefore health data, a data base information system is needed to lighten the work of program organizers. Considering the length of time to treat the TB patients. We need a system that's able to find new cases and monitor the improvement of patient treatment. The information evaluation system of automatic data base TB program at District Health Office in Tangerang City is designed to health TB prevention program, in order to find the patients so the treatment can be done as soon as possible and the patients will not be the carrier of this infectious disease, so the cases of the TB infection can be prevented. The purpose of this research is the developed the data base information system to evaluate the realization of the TB prevention program in Tangerang City. The form of the research is qualitative. The data collected is primary and secondary data. The primary data is done through deepen interview with the program organizer of District Health Office of Tangerang City. The secondary data is collected through recording and reporting the activities of Puskesmas in Tangerang. The process of development system is done through several steps, they are the analysis of health problem, the analysis of information system used, the analysis development system possibility, designing system the analysis new SWOT system and testing the system. From the analysis of health problem result and information system that has already existed, it's possible to develop the system in order to organize current data, so that the data can be collected fast, precisely and completely. The operational system that has been developed and assisted by computer equipment that is program automatically. To exploit the program, the organizer, adequate put in the data that linked with the TB program, if it has entered, the computer will process automatically until it produce the report that presented on the computer screen of printed, the printing should be in the form of table and graph. Considering the TB program that always develop, so the development of further system is expected to be able to be used as a reference material, especially for system development in the effort of case finding and medicinal treatment monitoring for the patients.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T11359
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirhansyah
Abstrak :
Salah satu penyebab tingginya angka Annual Malaria Incidence (AMI) di Kabupaten Tanah Laut karena kurang tersedianya informasi yang akurat dan tepat waktu. Karena itulah perlu diadakan penelitian pengembangan sistem informasi untuk mendukung program pemberantasan penyakit malaria tersebut. Sebagai metodenya, penelitian ini dilakukan melalui pendekatan sistem dengan tahapan : investigasi, analisis sistem, perancangan sistem lalu evaluasi sistem. Data dan informasi dikumpulkan melalui wawancara serta observasi terhadap komponen sistem informasi yaitu tenaga, prosedur, perangkat keras, perangkat lunak, dan basis data. Hasil pra analisis menunjukkan adanya masalah pada setiap komponen sistem informasi, terutama pada perangkat lunak dan basis datanya. Data di-entry ke dalam format di spead sheet program aplikasi LOTUS 1-2-3. Sistem seperti ini dapat menyebabkan kebenaran data menjadi kurang terjamin yang berakibat pengalokasian sumber daya program tidak tepat dan juga memerlukan banyak memori untuk penyimpanan file. Di samping itu dari hasil pranalisis tersebut juga diketahui peluang pengembangan sistem, baik dari segi dukungan pemerintah kabupaten, sumber daya manusianya maupun pembiayaan program pemberantasan penyakit malaria di Kabupaten Tanah Laut. Hasil analisis sistem menunjukkan adanya beberapa kebutuhan antara lain : kebutuhan pemakai (user), kebutuhan pengolahan data dan kebutuhan sistem itu sendiri. Disamping itu juga diketahui kelayakan pengembangan sistem, berupa kelayakan teknik, kelayakan operasi, kelayakan ekonomi dan kelayakan hukum. Perancangan sistem menggunakan alat pengembangan berupa Data Flow Diagram, algoritma pemrogaman, Entity Relationship Diagram, normalisasi, kamus data, rancangan input dan rancangan output. Ada berbagai keunggulan pada sistem informasi yang baru dibandingkan dengan sistem informsi yang lama dilihat dari proses maupun output yang dihasilkan. Kesimpulan pada tesis menyangkut beberapa hal. Pertama, permasalahan sistem informasi ditemukan pada setiap komponen sistem. Kedua, sistem informasi yang dikembangkan bertujuan untuk membantu penggarisan kebijakan, perencanaan kegiatan, pemantauan dan evaluasi serta penyiapan laporan. Ketiga, sistem informasi mempunyai peluang pengembangan berupa dukungan pemerintah, ketersediaan dana, tenaga, formulir dan sarana komputer. Keempat, prototype yang dibuat dapat diterapkan di Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Laut. Kelima, indikator yang robust setelah dilakukan pengkajian adalah beda hasil pemeriksaan sediaan darah dan stratifikasi malaria puskesmas. ...... The Management Information System Development of Malaria Disease Control in Tanah Laut District, South Borneo 2003 One of causes of Annual Malaria Incidence high rate in Tanah Laut district is the lack of accurate and timely information availability. Therefore, there should be a research aimed at developing information system to support malaria disease control program. For the method, this research is conducted through system approach with the following steps: investigation, system analysis, system design and system evaluation. Data and information is collected through in-depth interview and observation to information system components, such as human resources, procedure, hardware, software and database. Pre-analysis result shows problems at every information system component, especially at software and database. Data is entered to the format in spreadsheet program application, namely LOTUS 1-2-3. Such a system causes the data validity uncertain which causes program resources inappropriate and needs more memories to save file. In addition, its results show system development opportunity in the perspective of local authority support, human resources and budgeting of malaria disease control program in Tanah Laut District. The analysis results show that there are several needs including user, data processing and the system itself In addition, it studies system development feasibilities, such as technique, operation, economic and law feasibility. System planning uses development tools, such as Data Flow Data, algorithm, Entity Relationship Diagram, normalization, data dictionary, input and output planning. There are several advantages in newly developed system compared with the old one in perspective of processes and produced outputs. The research summarizes several things as follows. First, information system problems are found at every system component. Second, the newly developed system is aimed at supporting governance decision, planning, monitoring and evaluation, as well as report preparing. Third, information system has developing opportunities, such as financial, human resources, form, computer availability, as well as government support. Fourth, the designed prototype is applicable to control malaria disease in Tanah Laut District. Fifth, after analysis the robust indicators are different result of blood slide check and malaria stratification in public health center.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T11192
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karbito
Abstrak :
Salah satu institusi pendidikan tenaga kesehatan yang turut membantu memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan adalah Politeknik Kesehatan Tanjungkarang. Saat ini institusi pendidikan tersebut sedang menghadapi permasalahan, dimana diketahui prestasi belajar mahasiswanya belum begitu memuaskan. Berdasarkan data nilai Indeks Prestasi (I') UAS T.A. 2003/2004, didapatkan bahwa sebanyak 8,2% mahasiswa semester I. 8,3% mahasiswa semester III dan 11,3% mahasiswa semester V memperoleh IP dibawah 2,00. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengkaji faktor apa saja yang berhubungan dengan prestasi belajar Mahasiswa Politeknik Kesehatan Tanjungkarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model prediksi prestasi belajar mahasiswa dan faktor yang dominan berhubungan dengan prestasi belajar Mahasiswa Politeknik Kesehatan Tanjungkarang, melalui pendekatan desain penelitian cross sectional, dan memanfaatkan data sekunder indeks prestasi UAS dan nilai ujian masuk serta data primer aktivitas belajar, faktor internal dan eksternal dari 176 responden yang tersebar di 5 jurusan yaitu jurusan keperawatan, kebidanan, kesehatan lingkungan, kesehatan gigi dan analis kesehatan. Dengan menggunakan Analisis Regresi Linier Ganda dan Regresi Logistik ganda, maka diperoleh model prediksi - prestasi belajar mahasiswa sebagaimana persamaan berikut ini :
a. Model dengan regresi liner ganda :
Prestasi Belajar = 1,552 + 0,121 *Nilai Ujian Masuk + 0,280*Tinggal Di Asrama - 0,326*Tidak Bekerja + 0,232*Jur. Kebidanan + 0,505*Jur.Kesehatan Lingkungan + 0,355*Jur.Analis Kesehatan + 0,155*Jur.Kesehatan Gigi + 0,076*Tingkat II + 0,271*Tingkat III.
b. Model dengan regresi logistik ganda :
z = -1,653 + 1,309*Nilai Ujian Masuk + 1,522*Tempat Tinggal - 1,222*Status Bekerja + 3,787*Jur_ Kebidanan + 1,929*Jur. Kesling + 1,975*Jur. Analis Kesehatan + 0,769*Jur. Kes. Gigi + 0,204*Tingkat II + 0,938*Tingkat III. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan prestasi belajar adalah nilai ujian masuk pada model dengan regresi tinier ganda dan variabel jurusan pada model dengan regresi logistik ganda. Untuk meningkatkan prestasi belajar mahasiswa maka disarankan kepada pihak penyelenggara pendidikan agar memperhatikan faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar terutama faktor yang memungkinkan dilakukan intervansi yaitu nilai ujian masuk jurusan dan tempat tinggal. Pada pelaksaanan seleksi penerimaan mahasiswa baru hendaknya hanya menerima calon mahasiswa dengan nilai ujian masuk yang memenuhi syarat kelulusan dan melakukan tes wawancara untuk memantapkan pilihan jurusan bagi calon mahasiswa. Pengembangan fasilitas asrama perlu mendapat prioritas mengingat tempat tinggal berkaitan dengan prestasi belajar mahasiswa dan kepada mahasiswa disarankan agar dapat memanfaatkan fasilitas asrama dengan balk dan meningkatkan minat terhadap materi pelajaran yang menjadi bagian dart profesi yang dipilih sehingga prestasi belajamya dapat ditingkatkan. ...... Student Study Achievement Prediction Model of Health Polytechnic in TanjungkarangOne of the health Iabor education institution which are partaking help to fulfiII the health labor need is Tanjungkarang Health Polytechnic. At this time, this education institution is facing a problem, where known that student study achievement is not satisfied. Based on IP UAS T.A. 200312004, can be inferred that 8,2% student of semester I, 8,3% student semester II, and 11,3% student semester V get IP under 2,0. Therefore, writer interested to do research by studying factors related to Student study achievement of Tanjungkarang Health Polytechnic. This research aim is knows the models of student study achievement and dominant factor, which related with Health Polytechnic Student study achievement in Tanjungkarang. Through cross sectional research design, and exploiting secondary data of UAS IP and incoming test value and also study activity primer data, internal and external factor from 176 respondent which spread in 5 majors which are nursery, midwifery, public health, dentist health and health analysis. By using Multiple Linear Regression Analysis and Multiple Logistic Regression, inferred the prediction model of student study achievement like in these formulas:
a. Multiple Linier Regressions
Study Achievement = 1,522 + 0,121*Nilai Ujian Masuk + 0,280*Tinggal di Asrama - 0,326*Tidak Bekerja + 0,232*Jur. Kebidanan + 0,505*Jur. Kesehatan Lingkungan + 0,355*Jur Analisis Kesehatan + 0,155*Jur. Kesehatan Gigi + 0.076*Tingkat II + 0,271*Tingkat III
b. Multiple Logistic Regressions
z = -1,653 + 1,309*Nilai Ujian Masuk + 1,522*Tempat Tinggal - 1,222*Status Bekerja + 3,787*Jur. Kebidanan + 1,929*Jur. Kesling + 1,975*Jur. Analisis Kesehatan + 0,769*Jur. Kes. Gigi + 0,204*Tingkat II + 4,983*Tingkat III. The most dominant variable related with study achievement is incoming test value on model with multiple linier regression and major variable in model with multiple logistic regression. To improve the student study achievement suggested to education organizer authority in order to pay attention to factor related with study achievement especially factor which enable to do interventions which is major incoming test value and live place. Execution of new student incoming selection shall only accept student candidate with incoming value test which fulfill the passing condition and doing interview test for settling the major choice to student candidate. Hostel facility development need to get priority considering residence goes together with student study achievement and to student suggested in order to exploiting hostel facility well and improving enthusiasm to lesson items becoming a part of chosen profession so his/her study achievement can be improved.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12825
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosfita Rasyid
Abstrak :
Kanker paru merupakan masalah di bidang kesehatan baik di negara maju maupun di negara berkembang. Di Indonesia kanker paru menduduki peringkat ke-3 atau ke-4 diantara keganasan di rumah-rumah sakit yang juga sering menyebabkan kematian. Selain itu beberapa penelitian di Indonesia menyatakan bahwa penderita kanker pare mengobati penyakitnya setelah penyakit masuk dalam stadium sangat lanjut. Di Indonesia penelitian tentang ketahanan hidup kanker paru belum banyak dilakukan. Di RS Dharmais sebagai salah satu rumah sakit rujukan kanker sampai saat ini belum ada penelitian tentang ketahanan hidup pada penderita kanker paru namun jumlah penderita pertahunnya cukup banyak (menempati urutan kedua pada kasus rawat inap tahun 1998). Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang ketahanan hidup 2 tahun penderita kanker paru serta faktor-faktor yang berhubungan dengan ketahanan hidup 2 tahun di RS Kanker Dharmais. Penelitian ini menggunakan rancangan studi longitudinal. Data yang dikumpulkan berasal dari data rekam medik penderita kanker paru periode Januari 1998 s.d. November 2001. Sampel berjumlah 181 penderita. Cara pengumpulan data adalah dengan observasi data rekam medik serta media komunikasi via telpon untuk mengetahui ketahanan hidup 2 tahun penderita kanker paru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa probabilitas ketahanan hidup 2 tahun penderita kanker paru berbeda menurut stadium yaitu pada stadium IIB-IIIB sebesar 25,96% dan stadium IV 10,02%. Risiko untuk meninggal pada penderita kanker paru stadium IV sebesar 1,61 kali (95% CI: 1,02; 2,52) lebih tinggi bila dibandingkan dengan penderita kanker paru stadium IIB-IIIB. Jika dibandingkan dengan jenis histopatologi adenokarsinoma, resiko untuk meninggal pada jenis epidermoid sebesar 1,84 kali (95% CI: 1,17; 2,97) dan jenis lainnya 2,04 kali (95% CI: 1,22; 3,58). Bila dibandingkan dengan terapi operasi, risiko untuk meninggal pada penderita kanker paru dengan terapi radioterapi adalah 2,62 kali (95% CI: 1,01; 6,81), kemoterapi 2,89 kali (95% CI: 1,04; 8,08), radiokemoterapi 2,30 kali (95% CI: 0,87; 6,03) dan lainnya 3,35 kali (95% CI: 1,23; 9,14). Berdasarkan hasil penelitian ini kepada tenaga medis diharapkan dapat meningkatkan penanganan kanker paru dengan mengupayakan deteksi dini pada penderitanya. Kepada masyarakat yang mempunyai resiko tinggi menderita penyakit kanker, perlu memeriksakan diri secara aktif untuk deteksi dini kanker di fasilitas kesehatan. Kepada pemerintah (Depkes) perlu diupayakan peningkatan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) dengan penyebaran informasi lewat media massa tentang penyakit kanker paru.
Lungs cancer represent is the health problem in developed countries and also in developing countries. In Indonesia lungs cancer occupy third or fourth among ferocity in hospital which also often cause death. Besides some researches in Indonesia express that lungs cancer patient cure its disease after late stage. In Indonesia there is no more research about year survival rate at lungs cancer patient. Till now is no research about year survival rate at lungs cancer patient in Dharmais Hospital, but the amount of its own patient of quite a lot ( occupying the second rank at case take care of to lodge year 1998). Target of this research is to obtain get information the probability of 2 year survival of the lungs cancer patients in Dharmais Hospital and the relationship between some other factors and 2 year survival rate. The design of this research is longitudinal study. Data are collected from medical record lungs cancer patients on Januari 1998 to November 2001. Sample amount to 181 patients. Way of data collecting is with data observation of the medical record and also communications media via phone to find out the survival of lungs cancer patients. The result of this research indicate that 2 year survival rate of the lungs cancer patient differ according to stage that is IIB-IIIB stage equal to 25,96% and IV stage 10,02%. In comparison with IIB-IIIB stage, risk to die at IV stage equal to 1,61 times (95% Cl: 1,02; 2,52). In comparison with type histopathology adenocarcinoma, risk to die at epidermoid type equal to 1,84 times ( 95% Cl: 1,17; 2,97) and other type equal to 2,04 times ( 95% Cl: 1,22; 3,58). If compared to operation therapy, risk to die at lungs cancer patient with radiotherapy is 2,62 times ( 95% CI: 1,01; 6,81), kemoterapi equal to 2,89 times ( 95% CI: 1,04; 8,08), radiokemotherapy equal to 2,30 times (95% CI: 0,87; 6,03) and other equal to 3,35 times ( 95% CI: 1,23; 9,14). Pursuant to result of this research to expected that medicians can improve lungs cancer handling by striving to detect early at its patient. To society require to check actively to detect early cancer in health facility. To government (MOH) require to be strived by the make-up of IEC (Information Education and Communications) with spreading of information pass pandemic mass media of lungs cancer. Reference : 59 (1974 - 2002)
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13064
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Sutrisno
Abstrak :
Penyakit Kaki Gajah (Filariasis) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Diperkirakan penyakit tersebut menginfeksi sekitar 120 juta penduduk di 80 negara. Berdasarkan hasil survei cepat (Rapid Mapping) Filariasis tahun 2000 menunjukkan jumlah kasus kronis sebesar 6.500 orang tersebar di 1.553 desa. 674 puskesmas dan 231 Kabupaten/Kota- Microfilaria Rate (Mf. Rate) : 3.1 % (Ditjen PPM-PL. 2001). angka ini jauh lebih tinggi dari standar Mf. rate < 1 %. Deegan Mf. Rate 3,1 berarti penularan masih terus berlangsung (WHO. 2000). Di Kabupaten Bekasi sampai dengan September 2003 ditemukan 61 kasus klinis dan Mf. Positif 155 orang di 13 kecamatan dari 23 kecamatan dengan Mf. Rate rata-rata 1.30 %, sehingga transmisi penyakit kaki gajah masih mengkhawatirkan. Penemuan penderita dan sebaran kasus cenderung meningkat selama 3 tahun terakhir karena meningkatnya kualitas informasi dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit kaki gajah (Filariasis). Langkah-langkah pengembangan mengikuti tahapan metode System Development Life Cycle (SDLC) seperti planning, analysis, design. implementation, maintenance dan evaluation yang memadukan konsep Data Base Management System (DBMS) dan data spatial sehingga menjadi kekuatan dalam SIG. Hasil analisis sistem dapat mengidentifikasi permasalah pada pengelolaan informasi penyakit kaki gajah. serta alternatif pemecahannya pada setiap aspek (input, process dan output). SIG Penyakit Kaki Gajah (Filariasis) dapat menghasilkan output dalam bentuk tabel untuk pelaporan, grafik serta peta. Dengan SIG sebaran kasus(difusi) selama 3 (tiga) tahun dapat dilihat bahwa adanya difusi ekspansi kasus klinis maupun Microfilaria Positif pada desa-desa yang telah disurvei. Hasil analisis overlay antara daerah endemis dengan sebaran kasus klinis dapat dilihat adanya kasus klinis pada daerah non endemis. Bentuk-bentuk keluaran ini dapat dijadikan bahan masukan pada pengambil keputusan dalam eliminasi penyakit kaki gajah (frlariasis). SIG ini diharapkan dapat dijadikan alat/tools bagi pengelola program dan dimungkinkan dapat dikembangkan di Kabupaten lain. ......Filariasis is a contagious disease caused by infection of filarial worm spread by a variety of mosquito. It was predicted that the disease infected around 120 million people in eighty countries across the world. In Indonesia, based on rapid mapping on filariasis at 2000, 6500 chronic cases were found, spread across 1553 villages, 674 public health center, and 231 districts/cities. Microfilaria rate (Mf rate) of 3.1% (Ditjen PPM-PL, 2001), this rate was far higher than Mf rate standard of WHO and this meant that the spreading of the disease is still going on (WHO, 2000). In Bekasi District, until September 2003, 61 clinical cases were found with positive Mf of 155 people spread in 13 sub-districts (out of 23 sub-districts) with average Mf rate of 1.30%. Those figures signal worrying threat of spreading. Case finding shows increasing trends during the last three years due to improvement of information quality and public knowledge about filariasis. Steps of development followed the System Development Life Cycle (SDLC) method such as planning, analysis, design, implementation, maintenance, and evaluation that integrate Database Management System (DBMS) and spatial data concepts providing strong geographical information system. The result of system analysis is able to identify problems related to information management on filariasis and its solution in each aspect (input, process, and output). Geographical information system on filariasis could produce output in form of reporting table, graphical, and maps. GIS on diffusion in three years showed clinical case expansion diffusion and positive microfilaria in the surveyed villages. Overlay analysis between endemic areas and clinical cases spread showed the existence of clinical cases in non-endemic areas. The above outputs could be used as input for decision maker in eliminating filariasis disease. This GIS is expected to be used as tool for program managers and could be developed for other districts.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13194
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bahrinul Kabri
Abstrak :
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat hal ini disebabkan karena angka kesakitan dan kematiannya yang masih cukup tinggi. Penyakit ini di beberapa daerah rnasih bersifat endemis dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Sistem informasi program penanggulangan penyakit (P2) diare di Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) belum berjalan dengan baik, pelaksanaan pencatatan dan pelaporan masih sering mengalami keterlambatan, tidak lengkap dan belum diolah dengan baik. Data dan informasi yang ada belum dapat dimanfaatkan secara optimal dan efektif dalam pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta kegiatan penyusunan perencanaan program. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan sistem informasi program penanggulangan penyakit diare yang ada sehingga dapat berfungsi sebagai dasar dalam penyusunan perencanaan kegiatan di kabupaten OKU. Dengan adanya sistem informasi program penanggulangan penyakit diare ini diharapkan dapat diperoleh data dan informasi yang tepat dan akurat sehingga KLB dapat diantisipasi sedini mungkin. Metode penelitian menggunakan pendekatan pengembangan sistem, dengan tahapan penelitian antara lain, penentuan entitas, analisis sistem, perancangan sistem, pembuatan dan uji coba prototipe. Pengembangan sistem dilakukan melalui perancangan dengan menggunakan alat berupa Data flow diagram (DFD), flow chart, Entity relationship Diagram (ERD), Kamus data, Rancangan masukan dan raancangan keluaran. Dari hasil analisis diketahui beberapa masalah dari sistem yang ada seperti sumberdaya yang terbatas, sarana dan fasilitas yang kurang tersedia serta kurangnya dukungan dan motivasi dari pengambil keputusan. Dalam pengembangan ini telah disusun prototipe sistem informasi program P2 diare yang berbasis komputer, dengan masukan berupa laporan Puskesmas dan keluaran berupa rekapitulasi, grafik, laporan kabupaten dan aaabsen monitoring laporan Puskesmas. Dengan tersusunnya prototipe sistem informasi program P2 Diare ini disarankan untuk dapat diimplementasikan. Sumber daya manusia, sarana dan fasilitas serta dukungan dari pengambil keputusan akan sangat menentukan keberhasilan penerapan sistem ini. Prototipe ini masih dalam bentuk sederhana, karena disesuaikan dengan kemampuan yang ada di tingkat kabupaten dan tidak tertutup kemungkinan untuk dikembangkan lebih lanjut.
Development of Information System of Diarrhea Disease Control Program at Ogan Komering Ulu District Health Service, South SumateraDiarrhea disease represent one of problems health, this matter is caused by painfulness number and death still high enough, Diarrhea disease represent one of the disease having the character of endemic and often out break ( KLB). Program diarrhea disease penanggulangan information system in Public Health Service Ogan Komering Ulu district not yet walked better, record keeping activity and reporting still often experience of delay, unworked and incomplete better. existing And information data not yet earned to be exploited by optimal and effective in execution activity of evaluation and monitoring and also activity compile program planning. Target of this research is to develop expected diarrhea disease control program information system can function as base in compilation of activity planning in OKU district. With existence of this information system program is expected can be obtained by accurate and correct information and data, so that extraordinary occurrence can anticipate early possible. Research method use approach of system development with research step for example, determination of entities, systems analysis, system scheme, prototype test-drive and making. System development pass through scheme by using appliance in the form of diagram flow (DFD), Relationship Entity ( ERD), Dictionary Data, Device Input and device output. From result of analysis known by some problem of from existing system like limited human resources, facility and medium less available, and also the lack of motivation and support from decision taker. In this development have been compiled by diarrhea disease control program information system prototype being based on computer, with input in the form of report from Puskesmas and output in the form of summary, district and report graph and call the roll Puskesmas report monitoring. Lapped over of this prototype of this diarrhea disease control program information system is suggested to be able to him implementation. Human resource, facility and medium and also support from decision taker will very is determining of efficacy of this system. This Prototype still in the form of modestly, expected its development as according to mounted by existing kemampuan of district and do not close possibility to be developed is furthermore.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T13051
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Ridzi Fahdri Elyazar
Abstrak :
Kabupaten Purworejo, khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, belum mempunyai program aplikasi khusus untuk mendeteksi dini KLB malaria. Masalah utama yang dihadapi adalah belum dioptimalkannya pemanfaatan data malaria yang sudah dikumpulkan oleh puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten serta belum diketahuinya kemampuan metode deteksi Cullen dan metode WHO dalam mendeteksi dini KLB malaria. Tujuan dari penelitian ini adalah dikembangkannya prototipe program aplikasi untuk mendeteksi dini KLB malaria menggunakan metode Cullen dan metode WHO untuk melengkapi sistem kewaspadaan dini KLB malaria di tingkat kabupaten dan puskesmas. Indikator utama yang digunakan adalah kemunculan tanda bahaya KLB malaria. Metodologi yang digunakan adalah siklus hidup sistem yang terdiri atas lima tahapan utama yaitu perencanaan, analisis, rancangan, penerapan dan perawatan. Analisa data kualitatif menggunakan analisis isi, sedangkan analisa data kuantitatif menggunakan uji Kruskal Wallis dan Uji Chi-Square. Penelitian ini telah menghasilkan prototipe program aplikasi untuk mendeteksi dini KLB malaria menggunakan metode Cullen dan metode WHO dengan memanfaatkan model basis data relasional sehingga dapat menghasilkan diagram deteksi dini KLB malaria dan diagram tree kasus malaria. Kedua metode deteksi memperlihatkan kemampuannya untuk memberikan peringatan awal sekitar 22 bulan (Cullen) dan 26 bulan (WHO) sebelum puncak KLB terjadi. Metode WHO memberikan tanda bahaya lebih banyak dibandingkan dengan metode Cullen (96% vs 70%, p = 0.011). Kesesuaian proyeksi kedua metode sebesar 74%. Dalam menentukan kemungkinan penyeragaman nilai ambang batas antara puskesmas dan kabupaten, ambang batas Cullen di tingkat kabupaten mempunyai sensifisitas 70-100%, spesifisitas 35-91% dan nilai dugaan positif 8-96%. Sedangkan metode WHO, sensifisitasnya antara 88-100%, spesifisitas 7-67% dan nilai dugaan positif 28-98%. Oleh karma adanya variasi ketiga indikator tersebut maka nilai ambang batas KLB tidak dapat diberlakukan secara seragam untuk setiap puskesmas. Sistem deteksi dini KLB malaria diharapkan dapat dikembangkan dengan memasukkan faktor-faktor lain yang mempunyai kontribusi dalam mendeteksi dini KLB malaria, menggunakan metode deteksi lain seperti bagan kendali dan analisis deret waktu, serta menggunakan perangkat lunak legal lain yang lebih mutakhir sehingga analisisnya menjadi lebih optimal. ......Development of Malaria Epidemic Early Detection System Using Cullen and WHO Methods in Purworejo DistrictPurworejo District, especially Health District Office, didn't have special application software used for malaria epidemic early detection yet. The main problem is malaria data than been collected from primary health center to Health District Office under optimally. And beside that we want to know the ability of Cullen and WHO method to detect malaria epidemic earlier. The goal of this research is to develop a program prototype for malaria epidemic early detection system using Cullen and WHO, then it's supporting the current early warning system in district and primary health center level. Main indicator using is appearance of alert for malaria epidemic. Methodology used is life cycle consists five stages are planning, analysis, design, implementation and maintenance. Qualitative data analysis uses context analysis and for quantitative data uses Kruskal Wallis test and Chi-Square test. This research produces an application prototype for malaria epidemic early detection using Cullen and WHO methods. This prototype utilizes relational database model that able to display the malaria epidemic early detection diagram and malaria case trend diagram. Both methods show ability to give early alert around 22 months (Cullen) and 26 months (WHO) before epidemic peak. WHO method appears more alert signal than Cullen method (96% vs 70%, p = 0.011). Their concordance is 74%. To determine the possibility to standardize epidemic threshold value between primary health center and district, Cullen's threshold value in district level shows sensitivity 70-100%, specificity 35-91% and positive predictive value 8-96%. Besides that WHO method, sensitivity around 88-100%, specificity 7-67% and positive predictive value 28-98%. Because of variation among indicators, we aren't able to standardize epidemic threshold value to whole primary health center. Malaria epidemic early detection system is expected being developed with others factors that contribute to malaria epidemic early detection, using other detection technique such as control chart and time series analysis, and also using powerful legal software then the analysis is more optimal.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>