Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wawan Supriyanto
Abstrak :
Penelitian ini ditujukan untuk menguji hubungan dinamis antara arus modal asing, perubahan indeks harga saham dan pergerakan nilai tukar. Dengan tujuan ini, maka dilakukan serangkaian uji analisis dengan metode Vector Autoregression (VAR) menggunakan data time series harian untuk periode 1 Januari 2000 hingga 1 Desember 2005. Hasil uji menunjukkan bahwa ketiga variabel tidak stasioner pada level namun stasioner pada level satu (first difference). Meskipun mempunyai orde integrasi yang sama, dengan uji Johansen's Cointegration Test ternyata ketiga variabel tidak berkointegrasi. Dari uji Granger's Causality dinyatakan bahwa indeks harga saham menyebabkan arus modal asing dan nilai tukar. Hal ini didukung model VAR yang menyatakan bahwa indeks harga saham mempengaruhi arus modal asing dan nilai tukar. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam jangka pendek, nilai tukar tidak hanya dipengaruhi oleh dinamika pergerakan masa lalunya tetapi juga dipengaruhi oleh indeks harga saham dan arus modal asing. Hal ini tidak berlaku sebaliknya, karena indeks harga saham ternyata hanya dipengaruhi oleh dinamika pergerakan indeks hari-hari sebelumnya. Sementara itu, arus modal asing, selain dipengaruhi oleh dinamika pergerakan masa lalunya juga dipengaruhi oleh dinamika pergerakan indeks harga saham sehari sebelumnya. Di sisi lain, arus modal asing mempengaruhi nilai tukar ini menandakan bahwa untuk periode penelitian ini, indeks harga saham dapat menjadi indikator awal bagi pergerakan nilai tukar dan arus modal asing. Berdasarkan hasil penelitian ini, adanya gejolak mata uang harus disikapi dengan hati-hati oleh pemerintah. Kesalahan pengambilan kebijakan di bidang moneter justru tidak akan menarik modal asing masuk ke dalam perekonomian. Demikian pula dengan otoritas pasar modal, kesalahan dalam menyikapi pergerakan indeks harga saham akan berakibat pada gejolak nilai tukar. Oleh karena itu, pemerintah perlu menerapkan berbagai kebijakan agar gejolak nilai tukar tidak sampai menyebabkan krisis keuangan. Kebijakan-kebijakan yang dapat diterapkan, antara lain dengan Tobin tax, pemberlakuan minimum stay period bagi investasi asing, melakukan kerja sama internasional seperti kerja sama antar bank-bank sentral untuk reserve (SWAP), pendirian lembaga keuangan regional untuk lending of last resort bagi bank-bank sentral yang mengalami kesulitan likuiditas dan pemberlakuan aturan kehati-hatian (prudential regulation) untuk Banking, Non Banking Financial Institute dan dunia usaha. Mengingat pentingnya model dinarnis dalam menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang pergerakannya dinamis, maka penelitian selanjutnya sangat mungkin untuk mengembangkan model ini menjadi model yang lebih komprehensif dengan memasukkan variabel-variabel lain yang memiliki karakteristik dinamis. Selain itu, perlu adanya pengelompokkan yang lebih spesifik atas saham baik pengelompokkan saham per sektor atau saham individual atau yang didasarkan pada saham dengan orientasi ekspor atau impor dan perlu juga mempertimbangkan market size , aktivitas short selling, dan tingkat efisiensi bursa.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17083
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Gita Sari
Abstrak :
Penelitian ini mencoba untuk menyelidiki apakah struktur kepemilikan saham memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja perusahaan-perusahaan di Indonesia pada periode tahun 1993-2000. Struktur kepemilikan dalam penelitian ini dibedakan menjadi kepemilikan yang terkonsentrasi dan tipe-tipe kepemilikannya. Literatur yang ada mengenai peranan dari pemilik-pemilik saham besar pada corporate governance memberikan dasar teori pada penelitian ini. Ada dua pertanyaan penelitian yang ingin ditelaah dalam penelitian ini. Pertama, apakah struktur kepemilikan yang ada di perusahaan-perusahaan mempengaruhi kinerja perusahaan di Indonesia. Kedua, adakah pengaruh struktur kepemilikan saham terhadap kinerja perusahaan mengalami perbedaan antara periode krisis dengan periode sebelum krisis. Penelitian ini menggunakan tiga jenis variabel, yaitu pertama, variabel kepemilikan saham yang dibedakan menjadi kepemilikan saham yang terkonsentrasi dan tipe-tipe kepemilikan mayoritas seperti kepemilikan oleh pihak asing, institusi keuangan, perusahaan non keuangan, dan manajerial perusahaan. Kedua, variabel kinerja perusahaan yang dibedakan menjadi Return on Asset (ROA) yang menunjukkan tingkat keuntungan perusahaan dan rasio-Q yang menunjukkan nilai pasar perusahaan. Dan ketiga, variabel kontrol yang menggunakan proksi leverage dan size perusahaan. Pengujian terhadap pengaruh struktur kepemilikan terhadap kinerja perusahaan dilakukan dalam beberapa tahap yaitu (1) melalui regresi pooled estimation dengan tanpa mengontrol firm-variant heterogeneity, (2) melalui regresi fixed-effect estimation yang mengontrol keberadaan firm-variante heterogeneity serta omitted variables. (3) melelui regresi fixed-effect estimation yang mengontrol pengaruh firm-variant heterogeneity dan time-variant heterogeneity dengan mengenalkan variabeI interaksi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh firm-specific effect yang signifikan dalam regresi. Hasil Hausman test menunjukkan adanya omitted variables yang berkorelasi dengan variabel babas lainnya. Dengan demikian spesifikasi model yang tepat untuk data ini ialah fixed-effect model. Dan hasil regresi fixed-effect model ditemukan bahwa : (I) largest shareholder mempunyai hubungan yang negatif signifikan terhadap tingkat ROA perusahaan, namun tidak ditemukan adanya hubungan antara pemilik saham terbesar (LSH) dan nilai rasio-Q perusahaan. (2) Kepemilikan saham oleh publik (PBLK) memiliki hubungan negatif yang signifikan baik terhadap tingkat ROA dan rasio-Q perusahaan. (3) Kepemilikan saham oleh asing (FRG) memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap tingkat rasio-Q perusahaan, namun tidak ditemukan adanya hubungan antara Kepemilikan saham oleh asing terhadap nilai ROA perusahaan. (4) Kepemilikan saham oleh institusi keuangan (FIN) memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap tingkat rasio-Q perusahaan, namun tidak ditemukan adanya hubungan antara Kepemilikan saham oleh institusi keuangan terhadap nilai ROA perusahaan. (5) Kepemilikan saham oleh perusahaanperusahaan non keuangan (CORP) memiliki hubungan negatif yang signifikan terhadap nilai ROA perusahaan, namun pengaruhnya menjadi positif ketiga diregresikan terhadap rasio-Q perusahaan. (6) Kepemilikan saham oleh manajerial (MGR) memiliki hubungan negatif yang signifikan terhadap nilai ROA dan rasio-Q perusahaan.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T15022
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Octovani Dahlan
Abstrak :
Marker timing muncul sebagai aspek penting dalam kebijakan pembiayaan perusahaan. Berbagai bukti telah menunjukkan bahwa perusahaan cenderung menerbitkan saham daripada hutang ketika marker value tinggi. Ada beberapa tujuan dalam melakukan penelitian ini. Pertama, untuk melihat pengaruh market timing terhadap struktur modal dan memfokuskan pada rasio marker to book ratio untuk menangkap adanya usaha marker timing. Kedua, untuk melihat apakah pengaruh market to book ratio terhadap perubahan dalam leverage terutama berasal dari penerbitan saham seperti yang dinyatakan oleh teori marker timing. Ketiga, untuk melihat apakah ada perbedaan pemilihan sumber pembiayaan antara periode krisis dan periode sebelum krisis. Hasil peneiitian menunjukkan bahwa market to book ratio mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan dalam leverage. Penelitian ini juga menemukan bahwa market to book ratio berhubungan negatif dan signifikan terhadap penerbitan saham, yang artinya perusahaan cenderung mengurangi penerbitan saham ketika nilai market to book ratio meningkat. Hasil ini kontradiktif dengan teori market timing. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa market to book ratio berhubungan positif dengan penerbitan hutang maupun dengan laba ditahan. Hubungan antara market to book ratio dengan perubahan dalam leverage terutama disebabkan oleh laba ditahan. Pada periode krisis moneter perusahaan cenderung tidak menahan laba dan lebih memilih melakukan pembiayaan dengan menerbitkan saham daripada menerbitkan hutang.
Market timing appears to be an important aspect in a firm?s financial policy. Evidences had shown that firms tend to issue more equity than debt when market value is high. The intentions of conducting this study are, first, to see whether market timing has an effect on capital structure and to focus on market to book ratio to capture any effort on market timing. Second, to see whether the impacts of market to book ratio on the changes in leverage comes mainly lrom equity issuance as market timing theory recommends. Third, to see whether there are any changes in choosing financial resources during and before the crisis. The results shows that market to book ratio has significant and negative effect on changes in leverage. This study also finds that market to book ratio has significant and negative effect on equity issue, which means means tend to reduce equity issue when market to book ratio is high (grows). This result contradicts the market timing theory. The results also show that market to book ratio has positive effects on debt issuance and retained earnings The effect of market to book ratio on the change in leverage mainly comes through retained earnings. In the period of financial crisis firms tend to not retain earnings and are more likely to choose financing by issuing equity rather than debt.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T15788
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusrina Permanasari
Abstrak :
Perusahaan membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk mengembangkan usahanya. Salah satu alternatif pemenuhan dana tersebut adalah dengan menjual saham perusahaan kepada masyarakat umum. Ketika perusahaan pertama kali menawarkan sahamnya, dikenal dengan istilah penawaran perdana, perusahaan harus mengeluarkan prospektus yang berisi rincian hal-hal yang berhubungan dengan saham, manajemen perusahaan, hak dan kewajiban kontrak, sejarah singkat keuangan dan operasi perusahaan sebelumnya, serta mendiskusikan rencana, strategi, dan tujuan perusahaan ke depan. Semua informasi tersebut bisa dimanfaatkan calon investor untuk menilai perusahaan penerbit saham. Beberapa informasi yang sering digunakan adalah prediksi laba dan rasio harga saham per lembar terhadap laba tiap lembar saham (price earning [P/E] ratio). Dengan mengetahui kedua prediksi tersebut, investor bisa memperkirakan prospek pertumbuhan perusahaan di masa datang. Oleh karena itu, merupakan hal yang panting untuk mengetahui keakuratan prediksi laba dan P/E ratio yang dibuat oleh manajemen tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat keakuratan prediksi laba dan prediksi PIE ratio yang terdapat pada prospektus perusahaan yang melakukan penawaran perdana. Selain itu, penelitian juga bermaksud untuk melihat faktor-faktor yang diduga memengaruhi keakuratan prediksi tersebut. Penelitian ini merupakan studi eksploratif yang menggunakan data sampel perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana di Bursa Efek Jakarta periode tahun 1994 sampai 2000. Pengukuran keakuratan prediksi laba dan P/E ratio menggunakan nilai absolut dan error prediksi. Error prediksi sendiri didapat dengan membandingkan nilai prediksi di dalam prospektus dengan nilai laba dan P/E ratio aktualnya. Sedangkan faktor-faktor yang diduga memengaruhi keakuratan prediksi, baik prediksi laba maupun prediksi P/E ratio, adalah hutang perusahaan, ukuran perusahaan, variabilitas laba perusahaan, dan lamanya rentang waktu antara pembuatan prediksi dengan saat laba dan P/E ratio aktual tersebut diumumkan. Mengingat pada periode penelitian terjadi krisis ekonomi tahun 1997, maka penelitian ini juga memasukkan krisis tersebut sebagai variabel dummy. Hasil penelitian menunjukkan prediksi laba dan PIE ratio pada prospektus memiliki tingkat keakuratan yang rendah. Kedua prediksi tersebut ternyata dibuat lebih tinggi daripada laba dan PIE ratio aktualnya. Hasil pengujian statistik menunjukkan tidak ada variabel yang memengaruhi keakuratan prediksi laba. Sedangkan keakuratan prediksi P/E ratio dipengaruhi oleh besarnya hutang perusahaan, variabilitas laba perusahaan, dan terjadinya krisis ekonomi. Penelitian lanjutan dapat diarahkan dengan menggunakan periode data yang lebih panjang dan rasio-rasio keuangan yang lain untuk melihat keakuratannya. Selain itu perlu juga menambahkan variabel-variabel lain yang diduga memengaruhi keakuratan prediksi, misalnya indeks bursa. ......A company needs many funds to expand its business. One alternative to fulfill it is by selling company's stocks to public. When it offers stocks at the firs time, knows as initial public offering (IPO), a company must publish prospectus filled with every things about stocks, company's management, rights and obligations, brief financial and operational histories, and also company's plan, strategy, and objective. Investors could use the information to valuate company's stock. Some information that common to be used is profit and price earning (P/E) ratio forecasts. By knowing these forecasts, investors could predict the company's growth in future. That's the reason why it's important to know the accuracy of profit and P/E ratio forecast that made by management. The purposes of this research are, first, to measure the accuracy of profit and P/E ratio forecast inserted in company's prospectuses. Second, to know what factors could influence those accuracies. This is an explorative study using IPO companies at Jakarta Stock Exchange in 1994 until 2000 as observation data. Forecast error is used to measure the profit and P/E ratio forecast accuracy. The error values are obtained from forecast value in prospectus and the actual one. The research assumes there are five factors influencing the accuracies; companies' leverage, size and profit variability, number of days between the offering date and the actual one and financial crisis as dummy variable. This is because there's a crisis in 1997 where that year is included as observation data. The result shows that profit and P/E ratio forecasts in company's prospectuses have low accuracy levels. Both forecasts had made higher than actual ones. Statistical tests show those five variables do not influence profit forecast accuracy. On the other hand, the accuracy of P/E ratio forecast is influenced by company's leverage and profit variability, and also the financial crisis. Next observation could use longer period data and other financial ratio forecasts to analyze the accuracies. Other variables that thought as influencing factors also need to be added, such as stock index.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T17061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muliawan
Abstrak :
"Analisa Pengaruh Earning, Losses dan Cash Flow pada Perubahan Kebijakan Dividen Perusahaan Perusahaan Publik Indonesia Dalam Kurun 1995 - 2000", adalah penelitian yang berisikan identifikasi adanya pengaruh earning, losses dan cash flow terhadap perubahan kebijakan pembayaran dividen pada perusahaan-perusahaan tersebut, serta mengamati apakah krisis ekonomi juga memberikan pengaruh terhadap perubahan kebijakan dividen itu. Sehingga penelitian ini diharapkan memberikan informasi ada dan tidaknya pengaruh dari masing-masing parameter keuangan earning, losses, dan cash flow terhadap perubahan kebijakan pembayaran dividen. Pengambilan sampel dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ yang memiliki data lengkap variabel penelitian dari tahun 1995 sampai 2000. Model empiris yang digunakan adalah model multivariabel dengan metode analisis Model Biner Probabilitas Kumulatif Probit. Metode ini digunakan karena model memiliki variabel terikat yang biner, serta diharapkan memiliki nilai informasi kriteria yang terkecil dibandingkan model biner lainnya (Model Biner Logit). Selain itu dilakukan juga analisis VAR (vector autoregression) secara tidak acak untuk melihat interaksi pengaruh antara perubahan kebijakan dividen, earning, dan cash flow pada perusahaan PT. Matahari Putra Prima. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat adanya saling mempengaruhi oleh earning saat lampau, cash flow saat lampau, dan kebijakan dividen saat lampau. Selanjutnya perancangan pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji apakah parameter earning, losses, cash flow, dan krisis tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan kebijakan dividen. Hasil analisis akan memberikan informasi mengenai kecocokan pemilihan metode estimasi yang digunakan, deskripsi statistik masing-masing parameter earning, losses, cash flow, krisis dan perubahan kebijakan dividen, dan adanya selection bias, serta hasil pengujian hipotesis masing-masing parameter penelitian. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukan adanya pengaruh yang signifikan oleh earning, losses, cash flow dan krisis terhadap perubahan kebijakan dividen. Analisis VAR pada PT Matahari Putra Prima menunjukan adanya interaksi saling mempengaruhi antara earning saat ini, earning tahun lalu, cash flow saat ini, cash flow tahun lalu, perubahan dividen saat ini, dan perubahan dividen tahun lalu. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk para peneliti yang berminat mendalami kasus ini seperti membuat model yang terpisah antara sebelum krisis dan setelah krisis, menggunakan metode estimasi biner lainnya (comet misalnya) untuk dibandingkan dengan hasil penelitian ini, melakukan analisis VAR atau persamaan simultan untuk keseluruhan perusahaan atau industri yang ada di Indonesia, atau mengelompokkan perusahaan berdasarkan tipe industrinya untuk melihat karakter pengaruh earning, losses, dan cash flow terhadap perubahan kebijakan dividennya pada masing-masing tipe industri.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T20023
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhini Andriani
Abstrak :
Aspek market microstructure di bursa saham merupakan aspek yang banyak dibicarakan, telah diteliti namun masih banyak yang dapat diteliti Iebih lanjut. Apa yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah bagaimana memetakan perilaku investor dalam hal melakukan transaksi jual atau beli dengan sejumlah variabel-variabel informasi yang ada di layar trading BEJ. Hipotesa-hipotesa yang disusun berasal dari penelitian-penelitian market microstructure Lo & MacKiniay (1992) yang menggunakan model ordered probit dan kemudian dimodelkan kembali oleh Purwanto (2001) dengan menggunakan model ordered logit yang menggunakan data intraday. Jika periode penelitian diubah menjadi harian atau adanya efek agregasi maka kekonsistenan hipotesa-hipotesa dari penelitian terakhir kembali diuji. Dari penelitian didapatkan temuan bahwa informasi di layar trading berupa volume bukan merupakan prediktor yang baik untuk menjelaskan perilaku investor, ini mendukung temuan Juh Lin et al. (1998). Frekuensi digunakan sebagai variabel penjelas bagi model market microstructure dengan menggunakan data harian. Secara ekonomi, model penelitian ini sederhana karena tidak menggunakan data yang diambil langsung dari layar BEJ, melainkan berupa data harian yang teragregasi. Namun penyederhanaan ini mengandung trade off berupa ketidakakuratan data, seperti tidak terpetakannya transaksi di dalam pasar modal sehingga volume tidak bisa digunakan, dan hasil uji beberapa variabel penjelas menunjukkan hasil yang berbeda tanda dengan hipotesa awal. Walaupun demikian, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari 10 saham unggulan yang diteliti, return indeks saham gabungan atau JSXCR merupakan informasi yang mempengaruhi keputusan jual atau beli investor, sehingga merupakan variabel penting dalam model market microstructure.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20101
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oksi Pancaseana
Abstrak :
Hubungan risiko dan imbal basil di Bursa Saham dapat dijelaskan antara lain melalui teori CAPM (Capital Asset Pricing Model). Teori CAPM mengemukakan mengenai pengukuran risiko dan imbal hasil yang relevan, serta bagaimana hubungan antara keduanya apabila pasar modal dalam keadaan seimbang. Hal tersebut telah dijelaskan pula dengan teori portfolio yang dikemukakan oleh Markowitz (1952) yang menyebutkan bahwa investor akan mendapatkan imbal basil terbaik dengan risiko yang diharapkan jika is melakukan diversifikasi dalam memilih portfolio yang optimal. Bukti empiris mengenai CAPM, telah dijelaskan melalui penelitian Fama dan Macbeth (1973) yang diantaranya mengemukakan hipotesa bahwa hubungan antara risiko dengan imbal basil bersifat linear, tidak ada efek sistematik dari risiko non-beta, terdapat positif expected return-risk tradeoff, dan koefisien titik potong atau intercept dalam regresi market model, sama atau lebih tinggi dibanding risk free rate. Penelitian ini membahas mengenai: (1) Karakteristik beta saham dan portfolio di Bursa Efek Jakarta, (2) Identifkasi model spesifikasi jurnal empiris CAPM versi Fama Macbeth (1973) dengan melihat hubungan sensitifitas antara imbal hasil saham dengan indeks pasar di BEJ, (3) Perbedaan ciri khas antara portfolio saham aktif dan saham tidak aktif menurut top frekuensi transaksi, (4) Teknik estimasi regresi dua langkah, dan (5) Penentuan ekuilibrium antara risiko dan imbal hasil. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 80 (delapan puluh) sampel emiten di BEJ yang terdiri dari 40 saham teraktif dan 40 saham tidak aktif selama periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2002. Sampel dipilih berdasarkan metode purposive quota sampling dan menggunakan metode analisa regresi cross section dan time series. Hasil penelitian menemukan bahwa: (1) Risiko saham yang diukur dengan menggunakan proksi beta saham berpengaruh pada tingkat imbal hasil, (2) Balk pada portfolio saham aktif maupun tidak aktif terdapat hubungan linear antara risiko dan imbal hasil, (3) Pada portfolio saham aktif, tidak ada efek sistematik lain yang signifikan selain risiko beta, begitu pula pada portfolio saham tidak aktif, (4) Positif premium risiko tidak ditemui balk pada portfolio saham aktif maupun saham tidak aktif, dan (5) Portfolio saham dengan nilai beta sama dengan nol mcmpunyai imbal hasil yang lebih rendah daripada imbal hasil aset tanpa risiko SBI untuk portfolio saham aktif dan tidak aktif. Temuan ini menunjukkan bahwa risiko dan imbal basil bersifat linear dengan tidak adanya pengaruh risiko. sistematik lain dan premium risiko yang positif, investasi pada tahap ini mmbutuhkan suatu periode- jangka panjang untuk mendapatkan keuntungan yang meningkat stabil. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teori CAPM berlaku untuk investor dengan tujuan rentang waktu jangka panjang. Temuan ini sejalan dengan teori CAPM versi Fama dan MacBeth (1973) bahwa risiko clan imbal basil bersifat linear, tidak ada efek sistematik lain selain beta. Keliadaan efek sistematik lain itu jugs sejalan dengan teori portfolio Markowitz (1952) bahwa efek sistematik akan diperkecil jika saham disatukan dalam portfolio. Namun, temuan mengenai postif premium risiko dan zero beta portfolio tidak sejalan dengan teori CAPM, mungkin dikarenakan perbedaan keadaan antara pasar modal di BEJ dengan di NYSE.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20555
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Sapto Putro
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk memprediksi faktor-faktor yang diduga mempengaruhi suatu bank bermasalah dengan menggunakan alat analisa berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 30/23/UPPB tanggal 19 Maret 1998 tentang perubahan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 mengenai Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, disampaikan pokok pokok tata cara penilaian tingkat kesehatan bank yang meliputi Permodalan (Capital Adequacy), Kualitas Aktiva Produktif (Asset Quality), Manajemen (Management), Rentabilitas (Earnings), dan Likuiditas (Liquidity) serta faktor faktor Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) dan Posisi Devisa Nato (PDN) dengan Pelaksanaan Ketentuan beserta bobotnya masing-masing. Data yang digunakan diperoleh dari Direktori Perbankan Bank Indonesia tahun 1994 - 1999, Laporan Publikasi masing-masing bank tahun 1994 - 1999 dan Laporan Rating Bank di Indonesia dari Infobank tahun 1994 - 1999. Sampel yang digunakan adalah laporan keuangan bank tahun 1994 - 1999 dengan 9 bank bermasalah dan 61 bank yang tidak bermasalah untuk tahun likuidasi 1997, 7 bank bermasalah dan 54 bank yang tidak bermasalah untuk tahun likuidasi 1998 serta 21 bank bermasalah dan 33 bank yang tidak bermasalah untuk tahun likuidasi 1999. Metode estimasi yang diterapkan adalah linear probability model dengan program yang digunakan adalah Eviews version 3.0. Berpedoman pada ketentuan penilaian tingkat kesehatan bank dari Bank Indonesia, penulis melakukan analisa terhadap laporan keuangan bank untuk memperoleh ukuran yang dapat dijadikan sebagai alat pertimbangan dalam rangka pengambilan keputusan dengan cara mengubah data yang ada menjadi sebuah informasi. Analisa tersebut pada prinsipnya adalah penyederhanaan data untuk mempermudah mengikuti dan menginterprestasikan keadaan keuangan bank. Sehingga dapat ditentukan beberapa indikator yang bisa dihitung dari laporan keuangan yang merupakan faktor faktor yang mempengaruhi resiko bank bermasalah. Ukuran kinerja yang digunakan dalam penelitian ini meliputi beberapa variabel yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Loan to Deposit Ratio (LDR), Dana Pihak Ketiga terhadap Total Assets (DPKTA) dan Jumlah Jaringan dikaitkan dengan Segmen Bisnis (TCTMJAR). Hasil studi ini menjelaskan bahwa faktor yang dominan mempengaruhi bank bermasalah untuk tahun 1997, 1998 dan 1999 adalah NPM, LDR, CAR, ROE, DPKTA dan TUMSAR. Pemilihan 2 (dua) variabel terakhir yaitu DPKTA dan TU"MTAR, merupakan upaya pemikiran penulis terhadap kebijakan pemerintah atas jaminan yang diberikan pada simpanan masyarakat di bank atau disebut jugs Dana Pihak Ketiga. Asumsi yang digunakan adalah dengan semakin besar rasio DPKITA maka diharapkan mempunyai pengaruh negatif terhadap kemungkinan likuidasi. Sedangkan variabel TUJAR diperoleh dengan bantuan variabel dummy yang merupakan Segmentasi Bisnis Bank untuk menjelaskan fokus bisnis sebagai pengali terhadap jumlah jaringan. Pemilihan variabel tersebut berasumsi bahwa bank dengan segrnen bisnis corporate namun memiliki jaringan yang besar akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap bank bermasalah. Untuk tahun likuidasi 1999 faktor yang dominan adalah ROE, JUMJAR dan CAR, sedangkan untuk tahun likuidasi 1998 faktor yang cukup dominan adalah BOPO, dan untuk tahun likuidasi 1997 faktor yang dominan adalah DPKTA, NPM dan LDR. Dan untuk dua tahun periode laporan sebelum terjadinya bank bermasalah tahun 1999 faktor yang cukup dorninan adalah NPM, CAR dan NIM, sedangkan untuk tahun likuidasi 1998 faktor yang cukup dominan adalah NIM, dan untuk tahun likuidasi 1997 faktor yang dominan adalah MM. Untuk tiga tahun periode laporan sebelum terjadinya bank bermasalah tahun 1999 faktor yang cukup dominan adalah CAR, DPKTA dan BOPO, sedangkan untuk tahun likuidasi 1998 faktor yang dominan adalah NIM dan untuk tahun likuidasi 1997 faktor yang cukup dominan adalah NTM.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T20397
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hesti Ariswati
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis relevansi dividen dengan biaya agensi. Kebijakan dividen dapat menjadi salah satu cara mengurangi biaya agensi yang timbuI akibat konflik antar agen di dalam perusahaan (Jensen&Meckling, 1976). Karenanya guna memberikan tarnbahan bukti empiric terhadap penelitian yang telah ada sebelumnya (seperti : Rozeff, I982; Cruthley dan Hansen, 1989; Mollah, Keasey, Short, 2000), penelitian pengaruh biaya agensi terhadap dividen dilakukan mengambiI kasus pada perusahaan-perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta pada periode 1993 - 2000 dengan sampel sebanyak delapan puluh sembilan perusahaan. .Biaya agensi yang diproksi dengan sejumlah karakteristik perusahaan (growth opportunity, hutang, floatation cost, size, kepemilikan saham pubik, dan kepemilikan mayoritas) dianalisa dengan menggunakan model estimasi pooled Generalized Least Square (GLS) untuk rnenjelaskan pengaruhnya terhadap dividen di Indonesia. Juga diteliti apakah dampak periode krisis ekoromi yang terjadi (1997-2000) dapat mempengaruhi karakteristik perusahaan tersebut sehingga memberikan pengaruhnya terhadap dividen. Hasil penelitian mengindikasikasikan bahwa hanya hutang dan floatation cost yang berhubungan negatif secara konsisten dan signifikan terhadap dividen. Hal ini konsisten dengan penelitian Crutchley dan Hansen (1989) dan Rozeff (1982). Karakteristik perusahaan lainnya yaitu : growth opportunity dan kepemilikan saham mayoritas memberikan arah hubungan positif dan signifikan terhadap dividen, sedangkan size dan kepemilikan publik memberikan arah hubungan negatif dan signifikan terhadap dividen. Dan dummy waktu yang dipakai untuk memperlihatkan pengaruhnya terhadap kebijakan dividen pada periode sebelum dan krisis memberikan pengaruh negatif yang signifikan. Dampak krisis temyata memberi pengaruh terhadap karakteristik perusahaan sebagai proksi biaya agensi yaitu growth opportunity, floatation cost dan kepemilikan saham publik. Sedangkan proksi biaya agensi lainnya yaitu hutang, size dan kepemilikan saham mayorilas tidak rentan terhadap pengaruh krisis.
This research purpose to analyze relevancy of dividend policy and agency costs. Dividend policy is an alternative solution to reduce agency costs that arise from conflict between agents in a company (Jensen & Meckling, 1976). Thus in order to give empiric evidence support previous result (e.g : Rozeff, 1982; Cruthlcy dan Hansen, 1989; Mullah, Keasey, Short, 2000), research was done to examine the influence of the agency costs on dividend policy in Jakarta Stock Exchange for period 1993 - 2000 with eighty nine public firms. Agency costs that proxy with several firm characteristics (growth opportunity, debt, floatation cost, size, public shareholder, and majority shareholder) was analyzed by pooled estimation model Generalized Least Square (GLS) to explain its influence to dividend in Indonesia. And also we analyze during the crisis period (1997-2000) to detect its influence to the firm characteristics that affected dividend policy. The results indicate that only debt and floatation costs which have negatively related and significant to dividend. These results are consistent with Crutchley and Hansen (1989) and Rozeff (1982). Other firm characteristics like: growth opportunity and majority shareholders have positively and significant to dividend, size and public shareholders have negatively related and significant to dividend. And time dummy was used to perform its influence to dividend in prior crisis period and crisis period, have negatively related and significant. In fact, crisis effect has influence to firm characteristics that was being as proxy agency costs: growth opportunity, floatation cost, and public shareholders. Others proxies like: debt, size, and majority shareholders are not influenced by crisis.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T20629
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangaribuan, Christian
Abstrak :
Efisiensi dalam pasar modal sangat diperlukan untuk menentukan nilai atau harga sebuah saham yang wajar dalam suatu waktu. Salah satu definisi efisiensi pasar modal telah dikemukakan oleh Fama (1970) dengan Hipotesa Pasar Efisien-nya (selanjutnya disingkat HPE). HPE melihat efisiensi pasar modal dari segi informasi yang mempengaruhi pergerakan harga saham dan membaginya menjadi 3 bentuk : bentuk lemah, bentuk setengah kuat dan bentuk kuat. Tesis ini hendak meneliti HPE Bentuk Lemah di Bursa Efek Jakarta (BED. Secara khusus penelitian difokuskan pada terdapat atau tidaknya pelanggaran asumsi-asumsi HPE Bentuk Lemah berupa anomali haddalam-seminggu atau day-of-the-week anomaly (disingkat DOTW) dalam tingkat imbal basil dan dalam tingkat volatilitas imbal hash dari Indeks Harga Saham Gabungan (MSG). Anomali DOTW ini berupa adanya pola imbal hash atau pola volatilitas imbal hash yang secara signifikan berbeda dari 0 pada hari-hari tertentu dalam rentang waktu yang cukup panjang. Penelitian akan dilakukan dalam 2 jendela observasi, yaitu periode Sebelum Krisis Ekonomi Dimulai (SEBKED, 1 Januari 1996 - 31 Juli 1997) dan periode Setelah Krisis Ekonomi Dimulai (SETKED, 1 September 1997 - 31 Desember 2001). Terdapat 2 hipotesa yang menjadi dasar penelitian tesis ini, yaitu Hipotesa I Tidak terdapat anomali DOTW pads tingkat imbal hasil harian IHSG di periode SEBKED maupun SETKED setelah disesuaikan dengan tingkat risiko imbal hasilnya, dan Hipotesa 2 : Tidak terdapat anomali DOTW pads tingkat volatilitas imbal hasil harian IHSG di periode SEBKED maupun SETKED. Pengujian kedua tesis tersebut dilakukan dengan menggunakan 4 buah model dengan model regresi linier sebagai dasar untuk menggambarkan proses penciptaan data tingkat imbal hasil harian IHSG yang kemudian dikembangkan menjadi 3 variasi model GARCH untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas, penyesuaian tingkat risiko pads estimasi tingkat imbal basil dan penggambaran proses penciptaan data dan tingkat volatilitas harian imbal basil IHSG. Hasiinya adalah tidak ditolaknya Hipotesa 1 untuk periode SEBKED maupun SETKED sedangkan Hipotesa 2 ditolak untuk periode SEBKED namun tidak ditolak untuk periode SETKED. Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian diatas adalah : pertama, anomali DOTW pada tingkat imbal hasil harian IHSG menghilang ketika tingkat risiko dimasukkan dalam estimasi tingkat imbal basil yang berarti pentingnya faktor risiko dalam menentukan efisiensi bentuk lemah sebuah pasar modal. Kedua, adanya anomali DOTW pada tingkat volatilitas imbal hash harian IHSG periode SEBKED yang kemudian menghilang di periode SETKED. Ketiga, dengan melihat kesimpulan 1 dan 2 maka HPE Bentuk Lemah terbukti secara empiris di BEJ sehingga para pelaku pasar tidak mungkin mendapatkan imbal hasil abnormal dengan informasi yang berasal dari data historis harga saham.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20622
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>