Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meisty Andini
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui apakah Intimacy in Reluiionship (PAIR) yang telah diterjemahkan kc dalam Bahasa Indonesia merupakan alat ukur yang valid dan reliabel untuk mengetahui tingkat intimacy pada wanita menopause. Selain itu, dengan memasukkan variabel menopause, peneliti juga bcrkeinginan untuk mengetahui gamharan keadaan responden secara umum selama menopause. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dengan subjek penelitian sebanyak 44 rcsponden. Subjek dipilih dengan kriteria telah mengalami menopause selama satu tahun, berusia antara 50 sarnpai dengan 55 tahun dan masih mcmiliki pasangan hidup. Selain itu, untuk memudahkan penyebaran alat dan mengurangi pengaruh budaya dilakukan pembatasan domisili subjek, yaitu terbatas pada subjek yang berdomisili di Jabodetabek. Uji validitas menunjukkan bahwa dari 36 item daIam,skala PAIR, 32 item dinyatakan valid, sedangkan 4 item dinyatakan tidak valid dengan nilai korelasi bcrgerak zmtara 0.335 sampai dcngan 0.796. Semcntara tji reliabilitns pada sctiap aspek intimacy setelah dikurangi item-item tidak valid menghasilkan nilai 0,455 sampai dengan 0.723. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa keluhan psikis lebih sedikit dialami oleh responden dan tidak dirasakan mengganggu dibandingkan dengan keluhan fisik. Sebanyak 35 responden (79.5%) merasakan keadaan yang baik selama menopause. Ditinjau dari segi usia dan pendidikan, secara umum jumlah subjek pada setiap tahap yang mengalami keadaan baik lebih banyak daripada yang merasakan keadaan buruk.
ABSTRACT
The focus of this stutbr is to see whether Personal Assessment of Intimacy in Relationship (PAIR) which alreath-' translated to Indonesian is a valid and reliable test measurenzent lo see level of intimacy for menopause women. The purpose of this stuclv, which include menopause variable, is to know the responden 's view in general during menopause. This study is quantitative with data collectedjrom 44 respondens. Subjects are women who already experience menopause for I year, age ranging _hom 50 to 55 and still have living spouses. To simplifv the spreading of test measurement and minimizing culture influences, there ?s a limit on subject domicile (Jabotabek area only). Validity lest show that from 36 items on PA IR scale, 32 are valid -'t invalid with correlation values ranging from 0.335 to 0. 796. Reliability test on its aspect of intimacy resulted on values of 0. 45.5 to 0. 723. The result/7'om the .statistical test shows that psychological problems experienced by res/Jondens are slim or none at all. compare to physical problems. 35 resyzondens (79.5%) felt a _/air condition during menopause. l~)-om age and educational point Q/` view, subjects who experienced better condition are a lot more than subjects with worse conditioKey word: intimacy, menopause, PAIR.
2007
T34059
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Cleoputri Al Yusainy
Abstrak :
ABSTRAK
Problem intimacy cukup sering terungkap sebagai isu yang signifikan dalam relasi personal maupun dalam setting klinis. Merujuk Bagarozzi (2001), intimacy tercapai ketika individu dan pasangan terlibat dalam aktivitas yang mutuality receptive and reciprocating (melakukan self-disclosure dan mengekspresikan kebutuhan yang dirasakan secara mendalam, luas, dan berkualitas, serta saling memuaskan kebutuhan ini). Dengan demikian, intimacy meliputi aspek kebutuhan akan intimacy individu serta kepuasannya atas receptivity (tanggapan) dan reciprocity (timbal balik) pasangan. Ketiga aspek inilah yang hendak diukur oleh Intimacy Needs Survey ciptaan Dennis A Bagarozzi tahun 1990. Konstruk intimacy bersifat multidimensi, sehingga ketiga aspek itu dikaji dalam sembilan komponen kebutuhan, yaitu Emotional, Psychological, Intellectual, Sexual, Physical/Nonsexual, Spiritual, Aesthetic, Social and Recreational Intimacy, serta Temporal Intimacy. Untuk kepentingan klinis, manfaat sebuah tes ditentukan oleh kemampuannya dalam mengukur apa yang hendak diukur secara subjektif, individual, afektif, dan dinamis. Karena itu, peneliti menggali aspek-aspek intimacy dalam tes ini melalui wawancara mendalam pada tiga individu dewasa muda dalam masa awal pernikahan. Hasil adaptasi tes juga diberikan kepada para subjek. Secara umum, tes ini cukup mampu merefleksikan realita yang dihayati subjek. Kondisi yang terefleksikan secara lebih akurat adalah kekuatan komponen kebutuhan yang cukup dibutuhkan oleh subjek serta kadar kepuasan atas receptivity dan reciprocity dalam komponen yang sangat bermakna bagi subjek. Keterbatasan tes ini meliputi terbatasnya kategori kekuatan kebutuhan serta tidak diperhitungkannya signifikansi makna dari kebutuhan atau harapan yang dipuaskan bagi subjek. Penyimpulan hasil tes juga belum memperhitungkan kemungkinan adanya kecenderungan individual untuk memberikan skor-skor ekstrem. Selain itu, belum operasionalnya item-item tes bisa mendorong munculnya beragam penafsiran. Namun sebagai alat bantu klinis, Intimacy Needs Survey cukup mampu menginformasikan aspek-aspek yang layak diperhitungkan oleh para profesional untuk ditindaklanjuti melalui wawancara dan konseling.
2007
T37878
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Anne Restu Latifah Hanum
Abstrak :
ABSTRAK
Isu putus cinta merupakan isu yang dekat dengan tahapan perkembangan dewasa muda, yang di dalamnya terdapat isu mengenai intimacy. Intimacy merupakan isu utama pada usia dewasa muda, yaitu saat seseorang membuat sebuah komitmen dengan orang lain. Berkaitan hal tersebut, putus cinta merupakan stresor yang umumnya teijadi pada mahasiswa. Putus cinta lebih banyak dikaitkan dengan efek negatif, salah satunya dengan grief. Grief adalah respon emosional terhadap kehilangan yang dialami oleh seseorang. Grief akibat putus cinta dapat mengganggu fungsi seseorang dalam kehidupan sehari-hari, seperti kurang konsentrasi dalam belajar maupun penurunan kineija, kehilangan nafsu makan, marah, benci, kesepian, serta depresi. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah kajian dari sisi psikologis mengenai penghayatan seseorang wanita dewasa muda terhadap peristiwa putus cinta. Dari penelitian yang menggunakan metode kualitatif ini, peneliti menemukan bahwa partisipan tidak melaluinya fase grief secara linier, melainkan dapat kembali pada fase pertama sebelum bila terjadi hal-hal yang berkaitan dengan mantan pacar. Peneliti juga menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi grief seseorang adalah signifikasi hubungan, situasi yang mendukung putusnya hubungan, serta makna kehilangan. Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemulihan adalah dukungan dari teman, pekeijaan, dan kegiatan di dunia maya.
2010
T37956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Anindita
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran parenting style ibu bekerja yang memiliki anak usia 1-3 tahun. Baumrind (dalam Martin & Colbert, 1967, 1971, 1980) mengajukan tiga tipe pola asuh orangtua berdasarkan dua dimensi: parental warmth or responsiveness dan parental control or demandingness. Tiga tipe itu adalah tipe autoritatif, otoriter, dan permisif.

Penelitian dilakukan secara kuantitatif sengan subjek penelitian sebanyak 39 orang. Subjek dipilih dengan kriteria seorang ibu usia 20-40 tahun, bekerja, memiliki anak usia 1.-3 tahun.

Hasil uji validitas menunjukkan item no I, 6, 14, I 7, 19, 24 pada dimensi permisif, item no. 25 pada dimensi otoriter memiliki koefisien yang kecil bahkan ada yang minus sehingga dapat dikatakan item-item tersebut tidak valid. Sedangkan basil uji reliabilitas menunjukkan dimensi permisif kurang reliabel untuk mengukur parenting style tipe permisif. Gambaran parenting style pada ibu bekerja yang memiliki anak usia 1-3 tahun menghasilkan hal-hal sebagai berikut: (I) Pada dimensi Permisif, sebagian besar subjek memiliki parenting style permisif pada tingkat sedikit diatas rata-rata; (2) Pada dimensi Otoriter, sebagian besar subjek memiliki kecenderungan parenting style pada tipe otoriter; (3) Pada dimensi Autoritatif, semua subjek cenderung memiliki parenting style pada tipe Autoritatif pada tingkat yang tinggi;(4) Secara keseluruhan, hampir semua subjek memiliki parenting style tipe autoritatif kecuali satu subjek memiliki parenting style tipe otoriter. Kemudian, dapat dikatakan setiap subjek memiliki ketiga tipe parenting style didalam diri mereka. Namun hanya satu tipe yang paling menonjol sehingga subjek dikategorikan ke salah satu tipe saja.
2008
T38323
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nahdah Aqilah
Abstrak :
Pandemi Covid-19 menyebabkan ketidakpastian terhadap seluruh lapisan masyarakat, termasuk dewasa muda. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana peran efikasi diri secara umum sebagai prediktor dalam memprediksi subjective well-being dewasa muda selama pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan tipe kuantitatif, variabel kesejahteraan subjektif diukur dengan Subjective Happiness Scale (SHS) dan efikasi diri secara umum diukur menggunakan General Self-Efficacy Scale. Partisipan penelitian ini adalah 488 dewasa muda yang memiliki rentang usia 18 - 25 tahun. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa efikasi diri secara umum berperan sebagai prediktor terhadap kesejahteraan subjektif dewasa muda secara signifikan (Adjusted R² = 0.349, p<0.05). Berdasarkan hasil tersebut, semakin tinggi skor efikasi diri secara umum pada partisipan maka semakin tinggi pula skor kesejahteraan subjektif. Oleh karena itu, individu diharapkan dapat meningkat efikasi diri secara umum dengan meningkatkan pengetahuan diri dan persepsi positif mengenai kehidupan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif. ......The Covid-19 pandemic has caused uncertainty for all levels of society, including young adults. Individual’s subjective well-being is thought to be a protective factor in this pandemic. This study aims to describe the role of general self-efficacy on the subjective well-being of young adults during the Covid-19 pandemic. This study used a quantitative type, the measurement of General self efficacy uses the General Self-Efficacy Scale, and subjective well-being measurement uses Subjective Happiness Scale (SHS). Participants in this study were 488 young adults who had an age range of 18-25 years. The results of this study indicate that general self-efficacy plays a significant role as a predictor of subjective well-being in young adults (Adjusted R² = 0.349, p<0.05). Based on these results, the higher the general self-efficacy score on the participants, the higher the subjective well-being score. Therefore, individuals are expected to increase their general self-efficacy by increasing their self-knowledge and positive perceptions about life so that it can increase subjective well-being.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Sarasati
Abstrak :
Fokus Tugas Akhir ini adalah needs assessment ( pengkajian kebutuhan ) akan aktifitas fisik bagi Lanjut Usia yang tinggal di panti tresna werdha. Pengkajian kebutuhan ini digolongkan sebagai penelitian survei eksplanatori, untuk melihat hubungan peubah independen terhadap peubah dependen. Model operasional pengkajian kebutuhan ini menggunakan beberapa alat ukur untuk mengukur tingkat aktifitas fisik, dukungan sosial dan self-efficacy responden. Sampel sebanyak 67 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan FGD. Hasil pengolahan data terbukti ada hubungan antara peubah independen dengan peubah dependen. Terdapat faktor pengganggu yang mempengaruhinya. Kesimpulan penelitian adalah dapat diterapkan rancangan self-monitoring program tahap awal. Penulis menyaranka agar penelitian selanjutnya memperhatikan jumlah sampel, alat ukur, dan penyempurnaan terus menerus bentuk program self-monitoring.
Depok: Falkultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>