Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Raoul Taufiq Abdullah
"Secara global, sebanyak 15 juta bayi lahir secara prematur setiap tahunnya. Indonesia menempati peringkat kelima negara dengan angka kelahiran prematuritas tertinggi di dunia. Salah satu komplikasi utama pada bayi prematur adalah sepsis neonatorum. Sepsis neonatorum adalah respon inflamasi sistemik yang dapat terjadi pada neonatus diakibatkan oleh transmisi infeksi secara vertikal maupun melalui lingkungan. Dikarenakan oleh temuan klinis sepsis yang variatif, menyebabkan upaya mendiagnosis sepsis menjadi sullit dilakukan. Oleh karena itu, perlu diberlakukan profilaksis sepsis neonatorum pada bayi prematur, sehingga muncul prosedur oral care. Pemahaman mengenai kebermanfaatan dan keamanan prosedur oral care masih diperlukan untuk dapat menggunakan prosedur ini secara optimal.
Tujuan. (1) Mengetahui karakteristik subjek penelitian berdasarkan karakteristik jenis kelamin, usia gestasi, berat lahir, usia ibu, dan jenis persalinan. (2) Mengetahui angka kejadian sepsis neonatorum pada bayi prematur yang mendapat dan tidak mendapat oral care. (3) Mengetahui hubungan antara pemberian oral care dengan kejadian sepsis neonatorum pada bayi prematur.
Metode penelitian. Sebuah studi cross-sectional dilakukan pada populasi bayi prematur yang lahir di RSCM pada tahun 2015-2017. Sebanyak 42 sampel yang dipilih secara simple random sampling. Pengambilan data dilakukan pada bulan Januari hingga Agustus 2018 dengan melihat rekam medis subjek penelitian yang dilanjutkan dengan analisis bivariat.
Hasil penelitian. Jumlah total subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah 42 bayi prematur. Karakteristik penelitian ini adalah jenis kelamin laki-laki sebesar 52,4%, rerata usia gestasi 33 (24-36) minggu, rerata berat lahir 1569,24±493,3 gram, rerata usia ibu 30,5238±6,67 tahun, dan jenis persalinan sectio caesaria sebesar 85,7%. Didapatkan hubungan bermakna antara pemberian oral care dengan kejadian sepsis neonatorum (P=0,030 ; RR=0,533 ; IK 95%=0,290-0,980). Didapatkan hubungan bermakna antara usia gestasi dengan kejadian sepsis neonatorum pada subjek yang mendapat oral care (UG: 32-37 minggu = 91,7% subjek tidak sepsis ; P=0,003), serta hubungan bermakna antara berat lahir dengan kejadian sepsis neonatorum pada subjek yang mendapat oral care (BL: 1500-2499 gram = 100% subjek tidak sepsis ; P=0,002).
Kesimpulan. Terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian oral care dengan kejadian sepsis neonatorum pada bayi prematur di RSCM, terdapat penurunan kemungkinan terkena sepsis neonatorum sebesar 0,533 kali lipat.

Introduction. Globally, it is estimated that there are 15 million premature infants born every year. Indonesia ranks fifth in the incidence of prematurity worldwide. One of the major complications of premature infants is neonatal sepsis. Neonatal sepsis is a systemic inflammatory response on infants caused by infections acquired vertically and enviromentally. Sepsis has a wide range of clinical findings, therefore it is hard to diagnose precisely. Therefore, profilactic measures to prevent neonatal sepsis is needed, and oral care rises as one of the solution. The understanding in regards of efficacy and safety of oral care is needed in order to be able to optimally utilize this procedure.
Objectives. (1) To determine the subject characteristic based on gender, gestational age, birth weight, maternal age, and mode of delivery. (2) To determine the incidence of neonatal sepsis in premature infants with or without the administration of oral care. (3) To determine the association between oral care administration and the incidence of neonatal sepsis in premature infants.
Methods. A cross-sectional study is done to premature infants born in RSCM in 2015-2017. 42 samples are chosen by simple random sampling. Data is collected from January to August 2018 by observing the medical records of the subject, and then continued to be analyzed using bivariate analysis.
Results. There are 42 subjects that met the inclusion and exclusion criteria. The characteristics of this study are, 52,4% subject is male, mean gestational age is 33 (24-36) weeks, mean birth weight is 1569,24±493,3 gram, mean maternal age is 30,5238±6,67 years, and 85,7% subject delivered by sectio caesaria mode. There is a significant association between oral care administration and the incidence of neonatal sepsis (P=0,030 ; RR=0,533 ; CI 95%=0,290-0,980). There is a significant association between gestational age and the incidence of neonatal sepsis in subjects receiving oral care (GA: 32-37 weeks = 91,7% subjects without neonatal sepsis ; P = 0,003), and a significant association between birth weight and the incidence of neonatal sepsis in subjects receiving oral care (BW: 1500-2499 gram = 100% subjects without neonatal sepsis ; P = 0,002).
Conclusion. There is a significant association between oral care administration and the incidence of neonatal sepsis in premature infants in RSCM, with the reduction of probability of the incidence of neonatal sepsis as much as 0,533 times higher.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Permana Putra
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di DKI Jakarta,salah satunya di Kelurahan Rawasari, Jakarta Pusat. Untuk memberantas vektor DBD salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan biolarvasida, yaitu Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari larvasida Bti dalam pemberantasan vektor DBD di Container TPA.
Desain penelitian ini adalah menggunakan metode quasi-eksperimental dengan intervensi aplikasi Bti bentuk larutan konsentrasi 4 ml/m2. Data sebelum intervensi diambil pada tanggal 14 Februari 2010 dan sesudah intervensi pada tanggal 15 Maret 2010 yang terletak Kelurahan Rawasari, Jakara Pusat. Survei entomologi dilakukan dengan single-larval method di container TPA di 100 rumah. Data diolah dengan program SPSS versi 20 dengan analisis menggunakan uji McNemar.
Hasil menunjukkan bahwa setelah pemberian Bti terjadi penurunan dari 15 container positif menjadi 12 container, tetapi, hasil McNemar menunjukkan p = 0,629, artinya tingkat kepadatan larva Ae.aegypti tetap tinggi. Maka, Bti konsentrasi 4 ml/m2 tidak efektif dalam menurunkan keberadaan larva Ae.aegypti di container TPA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fasya Rizkiaputri
"Latar belakang: Preeklampsia dengan gejala berat menunjukkan perburukkan yang progresif pada kondisi ibu dan fetus, dimana persalinan segera diperlukan. Metode persalinan yang sering ditemukan pada preeklampsia dengan gejala berat adalah seksio sesarea, meskipun metode ini memiliki risiko jangka panjang dan pendek pada ibu dan bayi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan dari preeklampsia dengan gejala berat dan kejadian seksio sesarea pada ibu hamil. Metode: Studi cross sectional dilakukan menggunakan rekam medik pasien ibu hamil di Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM pada bulan Maret-Oktober 2019. Sampel diambil dengan metode consecutive. Data diagnosis preeklampsia dan metode persalinan diambil dan diuji menggunakan uji Chisquare untuk mengetahui hubungan antara preeklampsia dengan gejala berat dan seksio sesarea. Hasil: Didapatkan jumlah 68 sampel yang dianalisis, dengan frekuensi ibu dengan preeklampsia dengan gejala berat 34 orang dan 34 lainnya hamil normal. Karakteristik ibu adalah: 75% berasal dari DKI Jakarta, 51,5% tidak bekerja, 77,9% berusia ideal, 63,2% multipara, 64,7% aterm, dan 64,7% bersalin seksio sesarea. Sebanyak 76,5% pasien preeklampsia dengan gejala berat dan 52,5% pasien tanpa preeklampsia dengan gejala berat bersalin sesar. Hasil uji bivariat adalah p=0,042; IK95%:1,021-8,173; OR=2,889. Indikasi paling umum di pasien preeklamsia dengan gejala berat adalah komplikasi ibu, seperti impending eclampsia, sedangkan pada ibu hamil normal adalah ketuban pecah dini. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara preeklampsia dengan gejala berat dan seksio sesarea. Studi selanjutnya sebaiknya menganalisis lebih jauh mengenai riwayat penyakit ibu, kegagalan induksi, dan nilai Bishop

Introduction: Preeclampsia with severe features shows a progressive worsening of the condition of the mother and fetus, for which immediate delivery is required. The method that is often found in preeclampsia with severe features is cesarean section, although this method has long and short term risks to both the baby and the mother. The purpose of this study is to determine the relationship of preeclampsia with severe features and the incidence of cesarean section in pregnant women. Method: Cross-sectional study was conducted using the medical records of pregnant women at the Department of Obstetrics and Gynecology FKUI-RSCM in March-October 2019. Samples were taken using the consecutive method. Data on the diagnosis of preeclampsia and method of delivery were taken and tested using the Chi-square test to determine the relationship between preeclampsia with severe symptoms and cesarean section. Result: A total of 68 samples were analyzed, where 34 of those are patient with preeclampsia with severe features and the other 34 were not. A total of 76.5% of preeclampsia with severe features patients and 52.5% of patients without preeclampsia with severe symptoms had cesarean delivery. The test results showed a significant relationship between preeclampsia with severe symptoms and cesarean section (p=0.042; 95% CI: 1.021-8.173; OR=2.889). The most common indication for patients with preeclampsia with severe features is maternal complication (impending eclampsia), meanwhile in healthy patients is premature rupture of membrane. Conclusion: There is a meaningful relationship between preeclampsia with severe features and cesarean section. Future studies should further analyze factors such as induction failur, Bishop score, and maternal disease history."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Araminta Ramadhania
"ABSTRAK
Resistensi insulin adalah kondisi yang mendasari terjadinya diabetes melitus. Prevalensi diabetes melitus kian meningkat dari tahun ke tahun, termasuk di Indonesia. Proporsi penderita diabetes melitus ditemukan lebih tinggi pada perempuan. Perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan merupakan salah satu penyebab terjadinya resistensi insulin dan resistensi insulin ini dapat bertahan hingga masa postpartum. Laktasi serta nutrien salah satunya seng, dapat memengaruhi resistensi insulin. Penelitian dengan desain potong lintang ini bertujuan menilai kadar seng serum dan korelasinya dengan resistensi insulin pada ibu laktasi di Jakarta. Pengambilan subjek dilakukan di Puskesmas Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara dan Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada bulan Februari-April 2019. Sebanyak 75 orang ibu laktasi pada 3-6 bulan postpartum yang berusia 20-40 tahun direkrut menjadi subjek penelitian ini. Sekitar 76% (n=57) subjek memiliki kadar seng rendah dengan rerata sebesar 62,33±11,89 µg/dL. Resistensi insulin dinilai dengan menggunakan HOMA-IR (homeostasis model assessment-insulin resistance). Median HOMA-IR adalah 0,54 (0,22-2,21). Sebanyak 13,3% (n=10) subjek diprediksi mengalami resistensi insulin. Dilakukan uji korelasi antara kadar seng serum dengan HOMA-IR. Tidak ditemukan adanya korelasi bermakna antara kadar seng serum dengan HOMA-IR (r=0,003, p=0,977).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58660
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Olivia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dislipidemia pada ibu menyusui dan hubungannya dengan status seng. Dislipidemia, yaitu abnormalitas pada kadar profil lipid, merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit tidak menular, khususnya penyakit jantung koroner. Keadaan dislipidemia pada perempuan dapat diakibatkan oleh perubahan metabolisme lipid saat kehamilan yang dapat terus menetap hingga masa menyusui. Seng merupakan salah satu mikronutrien yang dapat mempengaruhi kadar profil lipid dan kadarnya ditemukan rendah pada ibu menyusui. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan di Puskesmas Cilincing dan Grogol Petamburan, Jakarta pada bulan Februari-April 2019. Sebanyak 75 subjek ibu menyusui 3-6 bulan postpartum berusi 20-35 tahun direkrut menggunakan metode sampel konsekutif. Data karakteristik dasar dan asupan nutrien diambil melalui wawancara. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui kadar profil lipid dan seng serum. Kriteria dislipidemia menggunakan acuan NCEP ATP III. Hasil penelitian didapatkan prevalensi dislipidemia 69,3% (n=52) dengan 36,5% (n=19) nya akibat kadar HDL yang rendah. Sebanyak 77,3% (n=58) subjek tidak mendapatkan asupan seng yang cukup dan berdasarkan kadar seng serum ditemukan 78,7% (n=59) subjek mengalami defisiensi seng. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara status seng dengan dislipidemia, baik berdasarkan status asupan seng maupun status seng serum.
This study was conducted to determine the prevalence of dyslipidemia in lactating mother and its relationship with zinc status. Dyslipidemia, an abnormality in lipid profile, is one of major risk factor for non communicable disease, such as coronary heart disease. Physiologic condition, such as pregnancy, may caused physiologic changes, including alterations in lipid profile on healthy, pregnant women which may persist after delivery. Zinc may influence serum lipid profil and its level was found to be low in lactating mothers. This was a cross sectional study conducted in Puskesmas Kecamatan Cilincing, North Jakarta and Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, West Jakarta between February and April 2019. Seventy five lactating mothers at 3-6 months postpartum aged 20-35 years old were recruited using consecutive sampling method. Interview were performed to collect basic characteristic and evaluate nutrient intake. Weight and height were measured to calculate body mass index (BMI). Blood sample was obtained after 10-12 hour overnight fast to analyze serum lipid profile and zinc serum. Dyslipidemia was diagnosed using NCEP ATP III criteria. The prevalence of dyslipidemia was 69.3% (n=52) with 38.5% (n=19) of them due to low HDL level. Approximately 77.3% (n=58) subjects had low zinc intake and zinc deficiency was found 78.7% (n=59) subjects. Zinc status, both based on intake and serum, showed no significant relationship with dyslipidemia."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vinka Desria
"Ditemukan hubungan antara gangguan menstruasi dengan kerja gilir pada beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor pekerjaan dalam kerja gilir dengan gangguan menstruasi di antara perawat.Dengan metode kros-seksional, data dikumpulkan dari 214 perawat dengan kerja gilir, dengan usia maksimal 35 tahun, diilihat gangguan menstruasi perawat di RSUP Persahabatan dan hubungannya dengan faktor pekerjaan dalam kerja gilir. Melalui analisis univariat didapatkan 66.4% perawat dengan kerja gilir mengalami gangguan menstruasi. Dari beberapa faktor baik individu maupun pekerjaan, pada analisis multivariat ditunjukkan tiga faktor yang memiliki hubungan signifikan yang dominan terhadap gangguan menstruasi, antara lain tingkat stress kerja dengan stressor pengembangan karir yang dapat meningkatkan risiko gangguan menstruasi sampai 2 kali lipat (CI 95% 1.127-3.685), sedangkan lama menjalani kerja gilir lebih dari 5 tahun sebagai faktor yang menurunkan risiko gangguan menstruasi sebesar 47% (CI 95% 0.294-0.964). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara faktor pekerjaan dalam kerja gilir dengan gangguan menstruasi.

There are association between mentrual disorder and shift work in several study previously. This study aimed to evaluate the association between works factor in shift work and menstrual disorder among nurses.Cross-sectional methods was conducted and data collected from 214 nurses with shift work and maximum age at35 years. Number of menstrual disorder among Persahabatan Teaching General Hospital nurses’s and its association with works factors in shift work. There were 66.4% nurses with shift work had menstrual disorder(s). From many factors both individual and work factors, in multivariate model shown two factors that has a robust significant association with menstrual disorder, i.e works stres level with career development stressor that could double the risk of menstrual disorder (CI 95% ). However working in shift work for more than 5 years was factor that could lower the risk of mentrual disorder by 47% (CI 95% 0.294 - 0.964). It concluded that there are association between work factor in shift work with menstrual disorder.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library