Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Hasan A.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S31493
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erliyani
"Sagu merupakan salah satu sumber karbohidrat yang cukup potensial di Indonesia. Dengan teknologi fermentasi tepung sagu dapat diubah menjadi Protein Sel Tunggal (PST). Kamir merupakan mikroorganisme yang paling banyak digunakan dalam industri PST. Candida tropicalis merupakan salah satu khamir yang memiliki enzim amilase sehingga dapat mengurai pati atau amilum. Dalam penelitian ini, khamir Candida tropicalis ditumbuhkan pada medium sagu (0,5 %, b/v) yang diperkaya dengan ?yeast extract? sebagai sumber vitamin; (NH4)2SO4, KH2PO4, MgSO4.7H2O, dan CaCl2.2H2O sebagai sumber mineral. Selanjutnya dilakukan uji pengaruh 7 variasi pH terhadap pertumbuahn Candida tropicalis. Fermentasi dilakukan dengan pengocokan secara resiprokal (125 rpm), pada suhu kurang lebih 30 C, selama 48 jam. Pertumbuhan khamir diukur dengan spektrofotometer ?Spectronic 20 Bausch & Lomb? pada panjang gelombang 640 nm. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pH 3,0 merupakan pH terbaik bagi pertumbuhan Candida tropicalis pada medium sagu yang diperkaya, pada suhu 30 C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Novida
"Dewasa ini terapi radiasi merupakan salah satu cara pengobatan yang dipilih dalam menangani penyakit kanker. Hal ini disebabkan karena sifat sel kanker yang sensitif terhadap radiasi. Akan tetapi, di antara sel-sel darah, ternyata limfosit juga bersifat radiosensitif, sehingga penggunaan terapi radiasi pada penderita kanker dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada jumlah dan fungsi limfosit yang selanjutnya berpengaruh pada reaksi imunitas selular. Pada penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan reaksi imunitas selular secara in vitro dengan uji tranformasi limfosit terhadap stimulator PHA, serta penghitungan jumlah limfosit dan jumlah leukosit pada 30 orang penderita kanker payudara yang menjalani terapi radiasi. Pengamatan dilakukan sebelum penderita tersebut mandapat radiasi, dan selama terapi radiasi, yaitu setelah terapi radiasi berlangsung 2 minggu dengan dosis total 2000 rad, setelah terapi radiasi berlangsung 4 minggu dengan dosis total 4000 rad, dan setelah terapi radiasi berlangsung 5 minggu dengan dosis total 5000 rad. Dari hasil analisis varians pada a = 0,01 diperoleh kesimpulan bahwa dosis radiasi mempengaruhi indeks stimulasi, jumlah limfosit, serta jumlah leukosit penderita kenker payudara. Dari uji Newman-Keulspada a = 0,01 diketahui bahwa indeks stimulasi , jumlah limfosit, dan jumlah leukosit selama terapi radiasi berbeda nyata dibandingkan sebelum terapi radiasi. Dengan analisis korelasi didapatkan adanya korelasi negatif antara dosis radiasi dengan indeks stimulasi, jumlah limfosit, serta jumlahleukosit. Bentuk hubungan antara dosis radiasi dengan indeks stimulasi, jumlah limfosit, maupun jumlah leukosit adalah parabola, yang diperoleh dari analisis regresi. Setelah penyinaran berlangsung selama 5 minggu dengan dosis total 5000 rad, baik indeks stimulasi, jumlah limfosit, maupun jumlah leukosit cenderung meningkat kembali; walaupun demikian ternyata peningkatan tersebut tidak berbeda nyata dibandingkan setelah terapi radiasi berlangsung 4 minggu dengan dosis total 4000 rad, maupun setelah terapi radiasi berlangsung 2 minggu dengan dosis total 2000 rad."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifan Asnil
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian di Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar, Pancoran Mas, Depok, pada bulan Oktober 2006--Februari 2006 untuk mengetahui tabel kehidupan lalat hijau genus Chrysomyia (Ordo Diptera: Fam. Calliphoridae) di laboratorium. Penelitian dilakukan kepada filial 1 (F1) dari lalat yang terdapat di alam. Data kelangsungan hidup menunjukkan bahwa lalat jantan memiliki kurva kehidupan tipe 3 yang memperlihatkan mortalitas yang tinggi pada kelas umur muda dan mortalitas rendah pada kelas umur tua, sedangkan lalat betina memiliki kurva kehidupan tipe 1 yang memperlihatkan hal yang berlawanan dengan lalat jantan. Hasil uji Chi-Square (α = 0.05) menunjukkan bahwa rasio keturunan yang dihasilkan antara lalat jantan dan lalat betina tidak menyimpang dari perbandingan 1:1. Nilai Ro lalat betina sebesar 176.68 dan nilai Tc lalat selama 2.95 pekan. Larva lalat membutuhkan waktu 5 hari untuk menjadi pupa dan pada hari ke-4 pertambahan panjang dan berat larva telah mengalami penyusutan. Pada suhu 280C, pupa membutuhkan waktu 3--5 hari untuk menjadi lalat dewasa. Fekunditas lalat betina genus Chrysomyia berkisar antara 59--256 telur. Dengan menggunakan uji Pearson product correlation coefficient diketahui bahwa korelasi antara berat lalat dengan jumlah telur lebih besar jika dibandingkan korelasi antara panjang lalat dengan jumlah telur."
2006
S31386
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wastoni
"Orangutan (Pongo pygmaeus) merupakan satu-satunya kera besar yang hidup di Asia, yang
sekarang berdistribusi secara endemik di pulau Sumatera dan Borneo. Perubahan lahan akibat
penebangan hutan, konversi lahan dan kebakaran hutan, secara langsung berdampak merugikan
terhadap habitatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wilayah kesesuaian habitat
orangutan (Pongo pygmaeus) di kawasan konservasi Cakra Estate PT. REA Kaltim Plantations
di Kalimantan Timur. Variabel kesesuaian wilayah yang digunakan meliputi ketersediaan pakan
orangutan, ketersediaan air, dan bentuk medan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis
deskriptif secara keruangan (spatial) untuk mendapatkan wilayah kesesuaian dan analisis
korelasi dengan menggunakan metode chi-square dengan mengkorelasikan sebaran sarang
sebagai indikator keberadaan orangutan dengan ketersediaan pakan orangutan, ketersediaan air,
dan bentuk medan. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa kawasan yang sesuai sebagai habitat
orangutan berada pada ketinggian 40-50 mdpl dengan kelerengan 5-8 % dan variabel yang paling
berpengaruh adalah ketersediaan pakan dengan tingkat korelasi sebesar 0,459."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S34072
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library