Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitorus, Felix Leonard A.M
"Pemetaan suhu digambarkan sebagai proses menangkap rentang suhu, mendokumentasikannya dan memeriksa variasi dan perbedaan suhu di area tertentu selama durasi waktu tertentu. Area yang dimaksud terutama tempat-tempat yang harus dalam rentang suhu yang dikontrol, seperti ruangan gudang, tempat penyimpanan, lemari es, kendaraan atau kotak pengiriman. Pemetaan suhu bertujuan untuk memastikan suhu pada ruang penyimpanan barang relatif merata di semua titik dan mengetahui suhu dalam area penyimpanan baik yang terendah maupun tertinggi. Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini, calon Apoteker memperoleh kesempatan untuk melakukan pemetaan suhu lemari pendingin/chiller, dengan rentang suhu 2oC s/d 8oC, di gudang penyimpanan CCP KFTD Tangerang. Tugas khusus ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman calon Apoteker mengenai pelaksanaan pemetaan suhu. Suhu rata-rata dari tiap titik tidak ada yang melebihi batas rentang yang ditetapkan. Suhu rata-rata tertinggi berada di titik 4 dengan suhu 4,4oC dan suhu rata rata terendah berada di titik 3 dengan suhu 3,9oC. Pada pemetaan suhu juga didapatkan data MKT yang dimana setiap titik tidak ada yang melebihi batas rentang suhu yang ditetapkan. Nilai MKT tertinggi terdapat di titik 4 dengan suhu 5,1oC dan nilai MKT terendah terdapat pada titik 1 dan titik 2 dengan suhu 4,5oC. Titik penyimpanan CCP paling optimal berada di titik 4, terletak di bagian bawah tengah lemari pendingin, dikarenakan pada titik 4 rentang antara titik tertinggi dan titik terendahnya (1,6-6oC) yang paling mendekati dari rentang suhu yang ditetapkan yaitu 2-8oC. Pemetaan suhu lemari pendingin di gudang penyimpanan CCP KFTD Tangerang dapat dilakukan. Lemari pendingin masih dapat mempertahankan suhu penyimpanan berada dalam rentang yang ditentukan yaitu 2-8oC, baik itu pada saat penyimpanan biasa maupun saat dilakukan simulasi buka tutup. Titik penyimpanan paling optimal berada di titik 4, memiliki rentang suhu terendah dan tertinggi 1,6-6oC, yang berada di bagian bawah tengah dari lemari pendingin.

Temperature mapping is described as the process of capturing temperature ranges, documenting them and examining temperature variations and differences in a particular area over a specified duration of time. The areas in question are mainly places that must be within a controlled temperature range, such as warehouse rooms, storage areas, refrigerators, vehicles or shipping boxes. Temperature mapping aims to ensure that the temperature in the goods storage room is relatively even at all points and to determine the temperature in the storage area, both the lowest and highest. In this Pharmacist Professional Work Practice (PKPA), prospective pharmacists have the opportunity to map the temperature of refrigerators/chillers, with a temperature range of 2oC to 8oC, in the CCP KFTD Tangerang storage warehouse. This special assignment aims to increase prospective pharmacists' understanding of the implementation of temperature mapping. The average temperature of each point does not exceed the specified range limit. The highest average temperature is at point 4 with a temperature of 4.4oC and the lowest average temperature is at point 3 with a temperature of 3.9oC. In temperature mapping, MKT data is also obtained, where no point exceeds the specified temperature range limit. The highest MKT value is at point 4 with a temperature of 5.1oC and the lowest MKT value is at point 1 and point 2 with a temperature of 4.5oC. The most optimal CCP storage point is at point 4, located at the bottom of the middle of the refrigerator, because at point 4 the range between the highest point and the lowest point (1.6-6C) is closest to the specified temperature range, namely 2-8oC. Mapping of refrigerator temperatures in the CCP KFTD Tangerang storage warehouse can be done. The refrigerator can still maintain the storage temperature within the specified range, namely 2-8oC, both during normal storage and when opening and closing simulations are carried out. The most optimal storage point is point 4, which has the lowest and highest temperature range of 1.6-6oC, which is at the bottom center of the refrigerator.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sakinah Ramadhani Fardiani
"Salah satu kegiatan pembelajaran yang dilakukan di Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) Fakultas Farmasi Universitas Indonesia adalah Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan PSPA. Pelaksanaan praktik kerja ini bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa calon Apoteker untuk mampu menjalankan praktik kefarmasian secara profesional, legal, dan etik di Rumah Sakit, Apotek, Puskesmas, Industri Farmasi, dan sektor Pedagang Besar Farmasi. Melalui keterlibatan pada berbagai bidang kefarmasian, memberikan gambaran nyata mengenai permasalahan yang dihadapi dalam praktik kefarmasian beserta penyelesaiannya. Praktik kerja profesi dilakukan di PT Kimia Farma Trading and Distribution, Puskesmas Kecamatan Jatinegara, Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, Apotek Roxy Rawakalong, dan PT Finusolprima Farma Internasional.

One of the learning activities carried out at the Pharmacist Professional Study Program (PSPA) of the Faculty of Pharmacy, University of Indonesia is the Pharmacist Professional Work Practice (PKPA) for students who are studying PSPA. The implementation of this work practice aims to prepare prospective pharmacist students to be able to practice pharmacy professionally, legally and ethically in hospitals, pharmacies, health centers, the pharmaceutical industry, and the pharmaceutical wholesaler sector. Through involvement in various pharmaceutical fields, it provides a real picture of the problems encountered in pharmaceutical practice and their solutions. Professional work practices are carried out at PT Kimia Farma Trading and Distribution, Jatinegara District Health Center, Children's and Mother Harapan Kita Hospital, Roxy Rawakalong Pharmacy, and PT Finusolprima Farma Internasional."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Mediati Firdausya
"Kecelakaan di tempat kerja dapat memengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat melindungi dan menghindarkan pekerja dari kecelakaan kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerjanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi warning sign sebagai upaya penerapan K3, menganalisis hambatan dan pengendalian terhadap bahaya yang berpotensi terjadi di KFTD Tangerang. Pengamatan dan pengumpulan data dengan observasi maupun wawancara kepada petugas gudang dan petugas kantor, lalu dilakukan analisis data dengan metode HIRARC. Warning sign K3 di lokasi KFTD Tangerang belum tersedia sama sekali. Hal ini dikarenakan belum adanya sarana dan prasarana dalam pengadaan rambu, kurangnya pemantauan terhadap kebutuhan rambu peringatan, tidak adanya penanggung jawab atas rambu-rambu sehingga personil merasa bukan tanggung jawabnya. Sedangkan potensi bahaya yang dapat terjadi akibat rambu K3 yang terbatas yaitu kecelakaan saat terdapat tumpukan kartonan pada lorong, kecelakaan saat pengangkutan barang dengan handlift, serta kelalaian petugas saat AC Ceiling bocor. Potensi bahaya tersebut dapat diatasi dengan cara sosialisasi penerapan K3, penyediaan sarana K3 yang belum tersedia, pembentukan divisi khusus yang bertanggung jawab dalam pengawasan penerapan K3 di lingkungan kerja.

Accidents at work can affect work efficiency and productivity. Occupational Health and Safety (OHS) is an effort to create a workplace that is safe, healthy and exempt from environmental contamination, so as to protect and prevent workers from work accidents which in turn can increase efficiency and productivity. This study aims to identify warning signs as an effort to implement OHS, analyze obstacle and control hazards at KFTD Tangerang. Data collected by observation and interviews with warehouse staff and office staff, then data analysis was carried out using HIRARC method. The OHS warning sign at the KFTD Tangerang was not available at all. This is due to the absence of facilities and infrastructure in procuring signs, lack of monitoring the needs for warning signs, lack of a person in charge so staff do not feel it is their responsibilities. While the potential hazards that can occur due to limited OHS signs are accidents when there are piles of cartons in the hallway, accidents when transporting goods by handlift, and negligence by staff when the AC Ceiling leaks. These potential hazards can be overcome by socializing the application of OHS, providing OHS facilities that are not yet available, establishing a special division that is responsible for supervising the application of OHS in the work environment."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Febryani Angelica
"Personil merupakan salah satu bagian dari CDOB yang harus memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan dengan mengikuti pelatihan dan memiliki kompetensi sebelum memulai tugas, terutama personil yang menangani obat atau bahan obat yang memerlukan persyaratan yang lebih ketat seperti narkotika dan psikotropika. Tujuan dari tugas khusus ini adalah adalah memberikan materi dan pelatihan kepada personil di KFTD Tangerang tentang prosedur operasi standar narkotika dan psikotropika. Metode yang digunakan dalam memberikan pelatihan adalah pemberian materi, tanya jawab, dan test. Test diberikan kepada personil sebelum dan sesudah materi diberikan. Materi yang digunakan bersumber dari SOP KFTD Tangerang yang telah disesuaikan berdasarkan CDOB. Pelatihan prosedur operasi kerja terkait narkotika dan psikotropika meliputi penerimaan, penyimpanan, penyaluran dan penanganan produk rusak, kadaluarsa dan tidak layak.

Personnel are a part of CDOB who must meet the required qualifications by training and should have competency before starting their task, especially personnel who handle drugs or raw materials that need more specified condition such as narcotics and psychotropics. The purpose of this study is to provide materials and training to personnel at KFTD Tangerang regarding to standard operating procedures about narcotics and psychrotropics. The method used in providing training is study material, question and answer, and tests. Tests were gave to personnel before and after the material is given. The materials used are sourced from KFTD Tangerang’s SOP which has been adjusted based on CDOB. SOP training about narcotics and psychotropics are included in receiving, storing, distributing and handling damaged, expired, and inappropriate products."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Uray Sandy Kurniawan
"Produk CCP harus disimpan pada suhu tertentu, sehingga perlu dilakukan pemantauan suhu. Ketika kondisi suhu terpantau maka tenaga medis dapat mengetahui bahwa obat tersebut dapat digunakan atau harus mengembalikan obat ke PBF serta bahkan harus membuang obat yang tidak aktif atau tidak efektif. Untuk menghindari pengembalian obat dari konsumen atau bahkan menghindari pembuangan obat, maka perlu dilakukan proses validasi pengiriman produk CCP yang bertujuan untuk memastikan metode pengiriman produk CCP tersebut berada pada rentang suhu yang sesuai demi keamanan pasien.Dilakukan tahap prakondisi dengan cara dimasukkan alat data logger untuk mengukur suhu, dicatat waktu yang diperlukan agar suhu didalam wadah pengiriman berada dalam rentang suhu dingin (2-8°C). Dilakukan pemantauan suhu setiap 5 menit selama 7 jam Pemantauan suhu cool box merupakan hasil akhir yang digunakan untuk memastikan keefektivitan validasi metode pengiriman produk rantai dingin. Pengumpulan informasi riwayat waktu dan suhu cool box merupakan faktor kritis hal pengambilan keputusan. Hasil pemantauan suhu cool box pada proses validasi pengiriman produk rantai dingin yang diterapkan di KFTD Tangerang mendapatkan hasil yang stabil selama 7 jam.Hasil validasi pengiriman produk rantai dingin pada cool box dapat diterima karena hasil pemantauan suhu yang stabil (2-8°C) selama 7 jam.

CCP products must be stored at a certain temperature, so it is necessary to monitor the temperature. When temperature conditions are monitored, medical personnel can find out that the drug can be used or must return the drug to the PBF and even must dispose of drugs that are inactive or ineffective. To avoid returning drugs from consumers or even avoiding drug disposal, it is necessary to carry out a validation process for shipping CCP products which aims to ensure that the delivery method for CCP products is in the appropriate temperature range for patient safety. The precondition stage is carried out by inserting a data logger to measure temperature and record the time required for the temperature in the shipping container to be within the cold temperature range (2-8°C). Temperature monitoring is carried out every 5 minutes for 7 hours Cool box temperature monitoring is the result used to ensure the effectiveness of the validation of cold chain product delivery methods. The collection of cool box temperature and time history information is a critical factor in decision-making. The results of monitoring the cool box temperature in the cold chain product delivery validation process implemented at the Tangerang KFTD obtained stable results for 7 hours."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Tamara
"Pelatihan karyawan merupakan penerapan dari pedoman CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik) yang wajib dilakukan oleh PBF (Pedagang Besar Farmasi). Pelatihan karyawan ini untuk memastikan karyawan/personil memiliki kompetensi atau pengetahuan mengenai tugas kerjanya yang mana dalam hal ini mengenai penanganan distribusi obat narkotika dan psikotropika. Pelatihan yang diberikan meliputi penerimaan, penyimpanan, penyaluran dan penanganan produk rusak, kadaluarsa dan tidak layak.

Employee training is the application of the CDOB guidelines (Proper Drug Distribution Methods) which must be carried out by PBF (Pharmacy Wholesalers). This employee training is to ensure that employees/personnel have competence or knowledge regarding their work duties, in this case regarding handling the distribution of narcotic and psychotropic drugs. The training provided includes receiving, storing, distributing and handling damaged, expired and inappropriate products.

 

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Athalia Theda Tanujaya
"Setiap pendirian PBF memerlukan Sertifikat Distribusi Farmasi sebagai bentuk persetujuan untuk melakukan pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar. Sertifikat distribusi yang dimaksudkan adalah Sertifikat Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). CDOB merupakan suatu pedoman yang menetapkan cara distribusi atau penyaluran obat dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Pada laporan ini akan dibahas lebih mendalam mengenai bab 5 dari CDOB, yakni terkait inspeksi diri. Inspeksi diri harus dilakukan dalam rangka memantau pelaksanaan dan kepatuhan terhadap pemenuhan CDOB. Apabila selama proses pengamatan dalam inspeksi diri ditemukan adanya penyimpangan dan/atau kekurangan, maka penyebabnya harus diidentifikasi dan dibuat CAPA. Sebagai bentuk pemenuhan CDOB, PBF KFTD Tangerang pun telah melakukan inspeksi diri melalui audit eksternal yang dilakukan oleh salah satu principal. Pada hasil audit tersebut ditemukan beberapa hal yang tidak sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan oleh PBF KFTD Pusat. Oleh karena itu, penulis ditugaskan untuk Menyusun CAPA sebagai bentuk tindak lanjut dari hasil audit eksternal tersebut. Seluruh CAPA dan bukti pendukung yang disusun, didokumentasikan dan dilampirkan ke dalam laporan ini sehingga dapat memberikan gambaran dan contoh yang jelas terkait penyusunan CAPA yang benar (ISO/IEC 17025:2005).

Every establishment of a distribution company requires a Pharmacy Distribution Certificate as a form of approval to procure, store, distribute drugs and/or drug ingredients in large quantities. The distribution certificate referred to is the Certificate of Good Distribution Practice (GDP). GDP is a guideline that stipulates the method of distribution or distribution of drugs and/or drug ingredients with the aim of ensuring quality along the distribution/distribution channels according to the requirements and purposes of their use (Ministry of Health of the Republic of Indonesia, 2018). This report will discuss in more detail chapter 5 of the GDP, which is related to self-inspection. Self-inspection should be carried out in order to monitor implementation and compliance with GDP compliance. If during the observation process during self-inspection, deviations and/or deficiencies are found, the cause must be identified and a CAPA made. As a form of compliance with GDP, PBF KFTD Tangerang has also conducted a self-inspection through an external audit conducted by one of the principals. In the audit results, several things were found that were not in accordance with the SOPs set by the Central KFTD PBF. Therefore, the author was assigned to prepare a CAPA as a form of follow-up to the results of the external audit. All CAPAs and supporting evidence are compiled, documented and attached to this report so as to provide a clear picture and example regarding the correct preparation of CAPAs (ISO/IEC 17025:2005)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saila Salsabila
"Sebagai salah satu cabang Pedagang Besar Farmasi di Indonesia yang menyalurkan obat dan alat kesehatan, KFTD Tangerang harus selalu menerapkan prinsip K3 dalam kegiatan distribusi obat untuk menjamin terciptanya lingkungan kerja yang aman. Prohibition Sign atau rambu larangan adalah salah satu jenis rambu yang perlu dan wajib tersedia di gudang maupun kantor PBF sebagai upaya PBF dalam memenuhi prinsip K3. Apoteker sebagai penanggung jawab di PBF melakukan identifkasi rambu larangan serta penerapan K3 di KFTD Cabang Tangerang dibutuhkan agar pengendalian serta penyimpanan obat dan BMHP dapat terjaga dengan baik. Penelitian dilakukan melalui wawancara dengan petugas gudang serta apoteker penanggung jawab PBF KFTD Tangerang serta observasi langsung lalu dilakukan perbandingan antara hasil yang ada di lapangan dengan standar K3 yang berlaku. Dari hasil pengamatan, pemasangan rambu Prohibition Sign di KFTD Tangerang masih kurang lengkap sehingga perlu dilakukan pemasangan rambu-rambu yang belum ada namun risiko bahaya yang mungkin terjadi masih termasuk dalam tingkat bahaya rendah sehingga dapat ditoleransi. Hambatan-hambatan pelaksanaan K3 yang teridentifikasi dan belum terlaksana menyeluruh juga masih bisa diatasi dengan sosialisasi petugas dan pengadaan fasilitas-fasilitas yang belum tersedia.

As one of the branches of Pharmaceutical Distributor in Indonesia that distributes medicines and medical devices, KFTD Tangerang must always apply OHS principles in medicine distribution activities to ensure the creation of a safe work environment. Prohibition Signs is one of the sign that is necessary and must be available in PBF warehouses and offices as PBF's efforts to fulfill K3 principles. Apothecary as the person in charge at PBF need to identify prohibitory signs and implement OHS at KFTD Tangerang Branch so that control and storage of medicines and BMHP could be maintained properly. The research was carried out through interviews with warehouse staff and the apothecary in charge of PBF KFTD Tangerang as well as direct observation and then a comparison was made between the results in the field and the applicable OHS standards. From the results of observations, the installation of Prohibition Signs at KFTD Tangerang is still incomplete so it is necessary to install signs that do not yet exist, but the risk of danger that may occur is still included in the low danger level so it can be tolerated. Obstacles to the implementation of K3 that have been identified and have not been implemented comprehensively could still be overcome by socializing officers and providing facilities that are not yet available."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nasya Khaerunnisa
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan berbadan hukum yang memiliki izin atas pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat serta bahan obat dalam jumlah besar sesuai dengan perundang-undangan. PBF wajib menerapkan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) sehingga mutu obat dan bahan obat dapat terjamin selama proses distribusi. Salah satu sediaan farmasi yang perlu terjamin mutunya adalah cold chain product (CCP).
CCP merupakan produk yang sensitif terhadap suhu dan perlu disimpan serta didistribusikan pada rentang suhu antara 2-8°C sehingga dapat memudahkan tenaga medis dalam mengetahui kondisi fisik produk ketika akan digunakan maupun harus dibuang karena telah diketahui bahwa stabilitasnya sudah menurun. Tujuan dari tugas khusus ini, yaitu mengetahui peran apoteker dalam proses distribusi CCP di KFTD Tangerang, mengukur lama waktu yang dibutuhkan tiap perlakuan untuk mencapai suhu 2-8oC dan stabil pada kisaran suhu tersebut. Tugas khusus ini dilakukan secara observasional dengan cara mengukur suhu penyimpanan dan pengiriman CCP menggunakan data logger.
Berdasarkan hasil observasi, peran apoteker dalam proses distribusi CCP di KFTD Tangerang adalah memastikan setiap proses atau kemasan yang digunakan dalam menyimpan CCP yang o dikirim dapat mempertahankan suhu yang diinginkan yaitu kisaran suhu 2-8 C. Lama waktu yang dibutuhkan tiap perlakuan untuk mencapai suhu 2-8oC yaitu 15 menit, serta pada tiap-tiap perlakuan stabil mempertahankan suhu 2-8oC selama 9 jam.

Pharmaceutical Wholesaler (PBF) is a legal entity that has a license for the procurement, storage, distribution of drugs and drug ingredients in large quantities in accordance with the law. PBF must implement Good Drug Distribution Methods (CDOB) so that the quality of drugs and medicinal materials can be guaranteed during the distribution process. One of the pharmaceutical preparations that need to be guaranteed quality is cold chain product (CCP).
CCP is a temperature-sensitive product and needs to be stored and distributed in a temperature range between 2-8°C so that it can make it easier for medical personnel to know the physical condition of the product when it will be used or must be disposed of because it is known that its stability has decreased.
The purpose of this special task are to determine the role of pharmacists in the CCP distribution process at KFTD Tangerang, measure the length of time needed for each treatment to reach a temperature of 2-8oC and be stable in that temperature range. This particular task was performed observationally by measuring CCP storage and shipping temperatures using data loggers.
Based on observations, the role of pharmacists in the CCP distribution process at KFTD Tangerang is to ensure that every process or packaging used in storing CCP sent can maintain the desired temperature, which is a temperature range of 2- 8oC. The length of time needed for each treatment to reach a temperature of 2-8oC is 15 minutes, and in each treatment it is stable to maintain a temperature of 2-8oC for 9 hours.
"
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Alti
"Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) mengatur mengenai ketentuan khusus untuk Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi supaya memenuhi ketentuan perundang-undangan. Ketentuan tersebut bertujuan untuk mencegah kejadian penyalahgunaan, penyimpangan dan kehilangan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dari jalur distribusi resmi. Pedagang Besar Farmasi (PBF) berperan untuk memastikan kualifikasi pemasok yaitu memiliki izin produksi narkotika dari Menteri Kesehatan. Apoteker berperan sebagai penganggung jawab fasilitas distribusi Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi (NPP) seperti melakukan pembaharuan spesimen tanda tangan dan stempel untuk memastikan keabsahan tersebut. KFTD Tangerang merupakan salah satu Perusahaan Besar Farmasi yang telah memiliki izin penyaluran narkotika ke fasilitas lain seperti instalasi farmasi pemerintah, apotek, klinik dan rumah sakit sesuai ketentuan perundang-undangan dan CDOB. Pada tugas khusus ini akan dilakukan analisis kewajaran pemesanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi pada Apotek V yang merupakan salah satu dari sepuluh outlet dengan pemesanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi terbanyak selama periode Mei-Juli 2022. Berdasarkan hasil analisis kewajaran pesanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di salah satu outlet KFTD Cabang Tangerang menunjukkan bahwa Apotek V melakukan pesanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam batas yang wajar dengan didukung oleh lokasi geografis, kerjasama praktek dokter, jam operasi dan kerjasama BPJS.

Good Drug Distribution Method regulates special provisions for Narcotics, Psychotropics and Pharmacy Precursors so that they comply with statutory provisions. The provision aims to prevent abuse, deviation and loss of Narcotics, Psychotropics and Pharmacy Precursors from official distribution channels. Pharmaceutical Wholesalers play a role in ensuring supplier qualifications, namely having a narcotics production permit from the Minister of Health. Apothecary has the role of being in charge of the Narcotics, Psychotropics and Pharmacy Precursors distribution facilities such as renewing specimen signatures and stamps to ensure the validity. KFTD Tangerang is one of the large pharmaceutical companies that already has a license to distribute narcotics to other facilities such as government pharmaceutical installations, pharmacies, clinics and hospitals in accordance with statutory provisions and the Good Drug Distribution. This assignment will carry out a fairness analysis of Narcotics, Psychotropics and Pharmacy Precursors orders at pharmacy V which is one of ten outlets with the most orders of Narcotics, Psychotropics and Pharmacy Precursors during the period May-July 2022. Based on the results of the fairness analysis of Narcotics orders, Psychotropics, and Pharmacy Precursors at one of the KFTD outlets of the Tangerang Branch shows that pharmacy outlet V orders Narcotics, Psychotropics, and Pharmacy Precursors within reasonable limits supported by geographic location, doctor practice cooperation, operating hours and BPJS cooperation."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>