Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nani Utami Dewi
"ABSTRAK
Prevalensi obesitas di Indonesia makin meningkat . Obesitas yang terjadi akibat energi yang masuk lebih besar daripada yang dikeluarkan akan menyebabkan peningkatan massa lemak total tubuh, termasuk massa lemak viseral. Massa lemak dapat melatarbelakangi penyakit degeneratif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui korelasi rasio asupan energi (AE) terhadap kebutuhan energi total (KET) individu dengan massa lemak viseral dan kadar HbA1c plasma pada subjek obesitas di Indonesia.
Penelitian ini merupakan studi potong lintang, yang dilakukan di kantor Balaikota DKI Jakarta pada bulan September sampai dengan Oktober 2014. Subjek penelitian didapatkan melalui Simple Random Sampling, sebanyak 52 orang yang sesuai kriteria penelitian ditetapkan sebagai subjek penelitian. Didapatkan hasil sebagian besar subjek termasuk usia 46–55 tahun (55,8%), sebagian besar subjek penelitian adalah perempuan (65,4%), dengan IMT sama besar antara obes 1 dan 2. Lebih dari separuh subjek penelitian mempunyai rasio AE terhadap KET yang kurang karena under report pada pelaporan asupan per hari. Hampir seluruh subjek laki-laki mempunyai massa lemak viseral berlebih (94,4%), sementara pada subjek perempuan sebagian besar mempunyai massa lemak viseral normal. Seluruh subjek mempunyai massa lemak total berlebih. Kadar HbA1c plasma pada 75% subjek termasuk kategori berisiko DM. Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara rasio AE terhadap KET dengan massa lemak viseral (r = 0,1; p=0,7). Korelasi antara rasio AE terhadap KET dengan kadar HbA1c didapatkan hasil bermakna dengan kekuatan sedang untuk usia 46–55 tahun (r=0,42;p=0,02). Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara massa lemak viseral dengan kadar HbA1c plasma.

ABSTRAK
The prevalence of obesity in Indonesia is increasing. Obesity, as the consequence of greater energy ingested than energy expended, cause an increase in total body fat mass including visceral fat mass that underlie degenerative diseases. The aim of this study was to find correlation between ratio of energy intake (EI) to individual total energy requirement (TER) with visceral fat mass and HbA1c levels in obese subject. The method used in this study was cross sectional, held in the institution of Balaikota DKI Jakarta during September to October 2014. The subject was obtained by simple random sampling and 52 subjects who meet study criteria were enrolled in this study. The results showed most of subjects age between 46–55 years (55,8%), majority of subjects were female (65,4%), with the same number of subjects categorized as obese 1 and obese 2. More than half of this subjects have ratio of EI to TER less than normal. Majority of the male subject have visceral fat mass greater than normal criteria (94,4%), while most of female subjects have normal criteria of visceral fat mass. All of the subjects have greater level of total body fat mass. Level of HbA1c in most of the subject are normal categories (75%). Ratio EI to TER did not correlate significantly with visceral fat mass (r=0,1; p=0,7). There were significant positive correlation between ratio EI to TER with HbA1c level in age of 46–55 year (r=0,42;p=0,02). Visceral fat mass did not correlate significantly with HbA1c plasma levels."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Irawati
"Diabetes melitus banyak dikaitkan dengan risiko tinggi aterosklerosis dan komplikasinya. Makrofag merupakan kunci dalam semua tahap aterosklerosis dan sudah diketahui berperan penting dalam patomekanisme penyakit metabolik dan kardiovaskuler. Makrofag menginternalisasi LDL teroksidasi melalui scavenger receptor seperti CD36. Makrofag juga mempunyai sistem transpor aktif seperti ABCA1 untuk eliminasi kolesterol dari makrofag ke akseptor ekstraseluler. Keterlibatan protein CD36 dan ABCA1 dalam mekanisme masuk dan keluarnya kolesterol pada makrofag diduga berhubungan dengan risiko pembentukan sel busa  sehingga diperlukan penelitian pola ekspresi CD36 dan ABCA1 serta ekspresi sitokin pro-inflamasi  IL-1b dan anti inflamasi IL-10 makrofag pada subyek non T2DM dan T2DM. Pengamatan dilakukan pada 11 subyek non T2DM dan 13 subyek T2DM. Disain penelitian menggunakan studi obervasional dan intervensi invitro. Monosit distimulasi menjadi makrofag menggunakan M-CSF. Tahap selanjutnya, makrofag dibagi dalam tiga perlakuan yaitu tanpa stimulasi, stimulasi LPS dan stimulasi ox-LDL. Ekspresi makrofag CD36 dan ABCA1 diukur  secara flowcytometri menggunakan alat BD FACSCanto II Flow Cytometer sedangkan ekspresi IL-1b dan IL-10 makrofag diukur  dengan multiplex immunoassay pada alat LuminexTM 200. Pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan negatif rasio Trigliserida/HDL dengan ekspresi makrofag CD36-ABCA1+. Makrofag yang distimulasi ox-LDL menunjukkan perbedaan ekspresi CD36+ABCA1- pada subyek non T2DM dan T2DM yang tidak signifikan (p=0,12) sedangkan  ekspresi CD36-ABCA1+ menunjukkan perbedaan yang signifikan (p=0,04). Subyek non T2DM menunjukkan ekspresi CD36-ABCA1+ dominan tinggi (72.7%) sedangkan pada subyek T2DM dominan ekspresi rendah (59.2%). Makrofag yang distimulasi LPS dan ox-LDL menunjukkan perbedaan rasio IL-1b/IL-10  pada subyek non T2DM dan T2DM (p=0.05; p=0.02). Subyek T2DM menunjukkan rasio IL-1b/IL-10 lebih tinggi dibandingkan non T2DM. Analisa hubungan rasio IL-1b/IL-10 dengan ekspresi makrofag CD36-ABCA1+ menunjukkan kecenderungan subyek dengan rasio IL-1b/IL-10 tinggi mempunyai ekspresi makrofag CD36-ABCA1+ rendah. Analisis juga menunjukkan 62% subyek T2DM menunjukkan eskpresi makrofag CD36- & ABCA1+ rendah disertai rasio IL-1b/IL-10 tinggi  dan hsCRP diatas nilai median sedangkan subyek non T2DM 91% menunjukkan ekspresi CD36-ABCA1+ tinggi dengan rasio IL-1b/IL-10 rendah dan hsCRP rendah.  Pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan ekspresi makrofag CD36-ABCA1+ dan  rasio IL-1b/IL-10 terhadap hs-CRP yang merupakan penanda risiko penyakit kardiovaskuler.

Diabetes mellitus is associated with a high risk of atherosclerosis and its complications. Macrophages are key in all stages of atherosclerosis and are known to play an important role in the pathomechanism of metabolic and cardiovascular disease. Macrophages internalize oxidized LDL via scavenger receptors such as CD36. Macrophages also have active transport systems such as ABCA1 for elimination of cholesterol from macrophages to extracellular acceptors. The involvement of CD36 and ABCA1 proteins in the mechanism of entry and exit of cholesterol in macrophages is thought to be associated with the risk of foam cell formation, so it is necessary to study the expression patterns of CD36 and ABCA1 as well as the expression of the pro-inflammatory cytokine IL-1b and anti-inflammatory IL-10 in macrophages in non-T2DM subjects and T2DM. Observations were made on 11 non-T2DM subjects and 13 T2DM subjects. The research design used observational studies and in vitro interventions. Monocytes were stimulated to become macrophages using M-CSF. In the next stage, macrophages were divided into three treatments: no stimulation, LPS stimulation and ox-LDL stimulation. The expression of CD36 and ABCA1 macrophages was measured by flowcytometry using the BD FACSCanto II Flow Cytometer while the expression of IL-1b and IL-10 macrophages was measured by multiplex immunoassay on the LuminexTM 200. This study found a negative relationship between triglyceride/HDL ratio and expression of CD36-ABCA1+ macrophages. Ox-LDL stimulated macrophages showed insignificant differences in CD36+ABCA1- expression in non-T2DM and T2DM subjects (p=0.12) while CD36-ABCA1+ expression showed significant differences (p=0.04). Non-T2DM subjects showed high dominant CD36-ABCA1+ expression (72.7%) while T2DM subjects had low dominant expression (59.2%). The LPS and ox-LDL-stimulated macrophages showed different ratios of IL-1b/IL-10 in non-T2DM and T2DM subjects (p=0.05; p=0.02). T2DM subjects showed a higher IL-1b/IL-10 ratio than non-T2DM subjects. Analysis of the relationship between the IL-1b/IL-10 ratio and CD36-ABCA1+ macrophage expression showed a tendency for subjects with a high IL-1b/IL-10 ratio to have low CD36-ABCA1+ macrophage expression. The analysis also showed that 62% of T2DM subjects showed low expression of CD36- ABCA1+ macrophages with high IL-1b/IL-10 ratio and hsCRP above the median value, while 91% of non-T2DM subjects showed high CD36-ABCA1+ expression with IL-1b/IL-10  low and low hsCRP. In this study, it was found that there was a relationship between the expression of CD36-ABCA1+ macrophages and the ratio of IL-1b/IL-10 to hs-CRP which is a marker of cardiovascular disease risk."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Harvriza
"Latar Belakang Pandemi COVID-19 membuat banyak negara melakukan pembatasan aktivitas sosial, memaksa orang untuk beraktivitas dalam rumah dan mengakibatkan turunnya tingkat aktivitas. Di Indonesia belum ada data yang menjelaskan dampak pandemi COVID-19 terhadap komponen kesehatan terkait kebugaran pada populasi dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran perubahan tingkat aktivitas fisik dan tingkat kebugaran masyarakat Indonesia sebelum dan saat pandemi COVID-19. Metode Penelitian ini merupakan studi potong lintang, menggunakan kuesioner daring (online survey), dengan parameter yang diukur adalah tingkat kebugaran (VO2peak) dan tingkat aktivitas fisik masyarakat Indonesia dewasa sebelum dan saat pandemi COVID-19. Hasil pengisian kuesioner dimulai sejak Juli sampai November 2022, dari 412 responden, responden laki – laki sebesar 52,4%. Rerata responden yang mengikuti penelitian ini berusia 39,4 tahun, dan didapatkan bahwa tidak terdapat perubahan tingkat aktivitas fisik (MET) sebelum dan selama pandemi (p=0,613), namun pada komponen tingkat kebugaran, terdapat peningkatan VO2peak yang bermakna (p=0,03), dan perubahan ini dipengaruhi secara bermakna oleh faktor sosiodemografis yaitu usia (p=0,024) dan jenis kelamin (p=0,003). Kesimpulan pandemi COVID-19 memberikan gambaran bahwa faktor sosiodemografis tidak mempengaruhi perubahan tingkat aktivitas fisik namun perubahan tingkat kebugaran dipengaruhi secara bermakna oleh faktor usia dan jenis kelamin.

Background The COVID-19 pandemic has forced many countries to place restrictions on social activities, forcing people to stay indoors and causing a decrease in activity levels. In Indonesia, there is no data explaining the impact of the COVID-19 pandemic on health components related to fitness in the adult population. This study aims to see an overview of changes in the level of physical activity and fitness level of the Indonesian people before and during the COVID-19 pandemic Method this is a cross-sectional study, using an online questionnaire (online survey), with the parameters measured being the level of fitness (VO2peak) and the level of physical activity of adult Indonesians before and during the COVID-19 pandemic Results The questionnaire filling started from July to November 2022, out of 412 respondents, male respondents were 52.4% with an average age of 39.4 years, it was found that there was no change in the level of physical activity (MET) before and during the pandemic (p=0.613 ), but for the fitness level component, there was a significant increase in VO2peak (p=0.03), and this change was significantly influenced by sociodemographic factors, age (p=0.024) and gender (p=0.003).Conclusion COVID-19 pandemic illustrates that sociodemographic factors do not affect the level of changes in physical activity, but changes in fitness levels and are significantly influenced by age and gender factors."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anni Rahmawati
"Latar belakang: Prevalensi penduduk dewasa di Indonesia yang obesitas mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, demikian juga dengan angka obesitas pada karyawan. Puasa intermiten dapat menjadi alternatif solusi dalam tatalaksana obesitas, terutama terhadap ukuran lingkar pinggang dan resistensi insulin yang diketahui melalui nilai HOMA-IR.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek puasa intermiten 5:2 terhadap lingkar pinggang dan resistensi insulin pada karyawan obesitas di Jakarta.
Metode: Penelitian uji klinis acak terkontrol ini dilakukan pada 50 karyawan obesitas berusia 19-59 tahun, dan memiliki lingkar pinggang ≥ 90 cm. Sampel dibagi menjadi kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi diminta untuk berpuasa pada hari senin dan kamis selama 8 minggu, sementara kelompok kontrol melanjutkan pola makan seperti biasa. Tidak terdapat pembatasan kalori pada kedua kelompok. Data dikumpulkan melalui kuesioner, food recall 2x24 jam, pengukuran antropometri, dan pemeriksaan resistensi insulin yang diketahui melalui nilai HOMA-IR. Analisis menggunakan uji t tidak berpasangan atau uji Mann-Whitney, dan uji t berpasangan atau Wilcoxon.
Hasil: Setelah 8 minggu intervensi, perubahan lingkar pinggang pada kelompok intervensi ialah 0,00 (-5,0-8,0) cm dan pada kelompok kontrol 1 (-4,0 – 4) cm. Sementara perubahan kadar HOMA-IR pada kelompok intervensi ialah 0,29 (-17,78 – 6,84) dan kelompok kontrol -0,46 (-18,94 – 10,55).
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna perubahan lingkar pinggang dan resistensi insulin pada kelompok yang berpuasa dibandingkan kelompok yang tidak melakukan puasa (p>0,05).

Introduction: The prevalence of the obese adult population in Indonesia has increased from year to year. So is the obesity rate in employees. Intermittent fasting could be an alternative solution in managing of obesity, especially for waist circumference and insulin resistance levels.
Objective: This study aims to determine the effects of intermittent fasting 5:2 on waist circumference and insulin resistance in obese employees in Jakarta.
Method: This randomized controlled clinical trial was conducted on 50 obese employees aged 19-59 years, and had a waist circumference ≥ 90 cm. The subjects were divided into intervention groups and control groups. The intervention group was asked to fast on Mondays and Thursdays for eight weeks, while the control group continued their usual diet. There were no calorie restrictions in either group. Data is collected through the interview, food recall 2x24 hours, anthropometry asssessment and measurement of insulin resistance by HOMA-IR index. The data were analyzed using t-test or a Mann-Whitney test, and a paired t-test or Wilcoxon.
Results: After 8 weeks of intervention, the change in waist circumference in the intervention group was 0.00 (-5.0-8.0) cm and in the control group 1 (-4.0 - 4) cm. While the change in HOMA-IR levels in the intervention group was 0.29 (-17.78 - 6.84) and the control group was -0.46 (-18.94 - 10.55).
Conclusion: There was no significant difference in waist circumference and insulin resistance in the fasting group compared to the control group (p>0.05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wendy Anne Miriam
"ABSTRAK
Prevalensi diabetes melitus (DM) di dunia semakin meningkat. Pada DM terjadi
penurunan sensitivitas jaringan yang dikenal dengan resistensi insulin, di mana
salah satu penyebabnya ialah akumulasi massa lemak (ML) tubuh. Akumulasi
ML, dapat terdistribusi di bagian subkutan abdomen (LSA) atau di antara rongga
dalam abdomen (LVA). Rasio LVA terhadap LSA merupakan perbandingan
distribusi ML pada kedua kompartemen tersebut. Masih menjadi kontroversi
kompartemen mana yang mempunyai korelasi dengan resistensi insulin. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara distribusi ML tubuh dengan
resistensi insulin pada laki-laki usia produktif dengan aktivitas sedang di
Indonesia. Penelitian dilakukan dengan rancangan potong lintang pada salah satu
pabrik di Bekasi dengan melibatkan 52 orang karyawan yang memenuhi kriteria
penelitian dan terpilih secara simple random sampling serta bersedia
menandatangani informed consent. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan
Oktober 2014, meliputi data karakteristik demografi, status gizi, asupan makan,
komposisi tubuh, distribusi ML tubuh, rasio LVA : LSA dan penilaian resistensi
insulin melalui pemeriksaan HOMA-IR. Hasil penelitian didapatkan subjek
mempunyai rerata indeks massa tubuh (IMT) 25,36 kg/m2 dengan sebagian besar
subjek mempunyai IMT di atas normal. Rerata persentase ML tubuh subjek
sebesar 20,03% dengan lebih dari separuh subjek (51,9%) mempunyai persentase
ML dalam batas normal. Rerata luas LVA subjek sebesar 101,04 cm2 dan LSA
163,83 cm2 sedangkan rasio LVA : LSA mempunyai rerata 0,62, di mana seluruh
subjek mempunyai nilai rasio LVA : LSA normal. Nilai tengah HOMA-IR
sebesar 1,62. Terdapat korelasi yang cukup kuat antara LVA (r=0,381) dengan
HOMA-IR dan LSA (r=0,404) yang bermakna secara statistik (p<0,05) sedangkan
pada rasio LVA : LSA terhadap HOMA-IR didapatkan korelasi cukup yang
berlawanan arah (r=-0,222) namun tidak bermakna secara statistik (p>0,05).
Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa LSA lebih berperan untuk
terjadinya resistensi insulin pada laki-laki usia produktif dengan aktivitas fisik
sedang di Indonesia.

ABSTRACT
Prevalence of diabetes mellitus (DM) in the world is steady growing. In DM
population less tissue sensitivity to insulin are well known, in which one of the
causes is the accumulation of fat mass. Fat mass distributed in the subcutaneous
adipose tissue (SAT) or in the visceral adipose tissue (VAT). The ratio of VAT to
SAT is a comparison of distribution of the fat mass in the both compartments,
because it is still a matter of controversy, which compartment has correlation with
insulin resistance. The aim of this study is to determine body fat distribution in
productive age male with moderate activity in Indonesia and its correlation with
insulin resistance. The study was conducted with a cross-sectional design in one
factory in Bekasi, involving 52 employees who met the inclusion criteria and
selected by simple random sampling and were willing to sign an informed
consent. Data collection was carried out in October 2014, included data on
demographic characteristics, nutritional status, nutrient intake, body composition,
body fat distribution, ratio VAT : SAT and assessment of insulin resistance by
HOMA-IR. The results showed subjects had a mean body mass index (BMI)
25.36 kg / m2 with most subjects had a BMI above the normal. The mean
percentage of fat mass subject is 20.03% with more than half of the subjects
(51.9%) had a percentage fat mass within normal values. Wide averages VAT
subject of 101.04 cm2 and SAT 163.83 cm2 while ratio VAT : SAT has a mean of
0.62, where the whole subject has normal values ratio VAT: SATwhile the
median of HOMA-IR is 1.62. There is a fairly strong correlation between VAT (r
= 0.381) with HOMA-IR and SAT (r = 0.404) were statistically significant (p
<0.05), while there were inverse correlation of VAT : SAT ratio with HOMA-IR
(r=-0.222), but not statistically significant (p> 0.05). Based on these results, we conclude that the SAT has a role for the development of insulin resistance in men
of productive age with moderate physical activity in Indonesia"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Setyaningrum
"Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan program pemerintah sebagai salah satu upaya mengurangi faktor risiko penyakit tidak menular yang makin meningkat. Program ini dilakukan dengan upaya peningkatan perilaku hidup sehat, diantaranya peningkatan aktivitas fisik. Peningkatan aktivitas fisik diharapkan dapat mempengaruhi keseimbangan energi dan diharapkan dapat mengurangi faktor risiko kardiometabolik. Aktivitas fisik yang dilakukan sesuai kaidah kesehatan akan memberikan adaptasi metabolik, neuromuskuler dan kardiorespirasi yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani. Kebugaran yang baik merupakan faktor protektif terhadap risiko kardiometabolik dan penyakit tidak menular. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran aktivitas fisik, kebugaran, dan faktor risiko kardiometabolik dan hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran jasmani dan faktor risiko kardiometabolik di instansi pemerintah pada era GERMAS.
Metode: Penelitian potong lintang dengan menggunakan data primer. Aktivitas fisik dinilai dengan PAL Physical Activity Level, waktu sedentary. Penilaian kebugaran jasmani meliputi komposisi tubuh, kelenturan, kekuatan otot dan daya tahan jantung paru. Faktor risiko kardiometabolik meliputi: tekanan darah, kadar kolesterol total, kadar gula darah sewaktu, dan HbA1C. Subjek penelitian adalah ASN di instansi X sebanyak 89 orang.
Hasil: Diperoleh data 23,6% subjek dengan tingkat aktivitas fisik ringan, rerata waktu sedentary 10,5 jam dan 95,5% subjek memiliki waktu sedentary ≥ 7 jam. 56,2% subjek obesitas, 87,6% fleksibilitas baik, 58,2% kekuatan otot kurang, serta 68,5% subjek memiliki daya tahan jantung paru kategori baik dan cukup. Prevalensi hipertensi 20,2%, hiperkolesterolemia 37,1%, pre diabetes 6,7% dan diabetes mellitus 1,1%. Didapati hubungan antara aktivitas fisik dengan IMT dan faktor risiko kardiometabolik.
Kesimpulan Terdapat kecenderungan subjek dengan faktor risiko kardiometabolik, berat badan berlebih dan obesitas memiliki tingkat aktivitas fisik yang lebih baik.

Community Healthy Life Movemement or Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) is a government program to reduce risk factors of non-communicable diseases. This program is purposed to improve healthy living behaviors, including increased physical activity. The increasing of physical activity is expected to affect balance energy and to reduce cardiometabolic risk factors. Physical activity according to health principles will enhance metabolic, neuromuscular and cardiorespiratory adaptations that can improve physical fitness. Good level of fitness is a protective factor against cardiometabolic risk and non-communicable diseases. The purpose of this study is the description of physical activity, physical fitness, cardiometabolic risk factors and the relationship between physical activity and physical fitness and cardiometabolic risk factors in one of a Ministry in the GERMAS era.
Method: Cross-sectional study using primary data. Physical activity was assessed by the PAL Physical Activity Level, sedentary time. The assessment of physical fitness includes body composition, flexibility, muscle strength and cardiorespiratory fitness. Cardiometabolic risk factors include: blood pressure, total cholesterol levels, blood sugar levels, and HbA1C. The subjects of this research were worker in Ministry X approximately 89 people.
Results: 23.6% of subjects with mild physical activity, the mean sedentary time about 10.5 hours and 95.5% of subjects had a sedentary time of jam 7 hours. 56.2% of subjects were obese, 87.6% had good flexibility, 58.2% lacked muscle strength, and 68.5% of subjects had good and sufficient pulmonary heart endurance. The prevalence of hypertension is 20.2%, hypercholesterolemia 37.1%, pre-diabetes 6.7% and diabetes mellitus 1.1%. There was an association between physical activity and BMI and cardiometabolic risk factors.
Conclusion There is a tendency for subjects with cardiometabolic risk factors, overweight and obesity to have a better level of physical activity"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan Ali Alhabsyi
"Pendahuluan. Adenoma pituitari atau pituitary neuroendocrine tumor (PitNET)
meliputi 10% hingga 15% dari seluruh tumor intrakranial. Sekitar 30%-40% pasien
adenoma pituitari membutuhkan tatalaksana pembedahan. Dari pasien yang
dilakukan operasi tersebut sekitar 25%-40% memiliki luaran yang kurang baik
seperti menginvasi secara lokal, resisten terhadap terapi konvensional, memiliki
tingkat rekurensi yang tinggi serta dapat mengalami metastasis. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui apakah faktor-faktor klinikopatologi tertentu yaitu ukuran
adenoma, tipe/ subtipe adenoma, sifat invasif, sifat proliferatif (Ki-67, mitosis, dan
p53), dan grade adenoma mempengaruhi luaran yang agresif pada adenoma
pituitari pasca operasi.
Metode. Penelitian ini merupakan studi meta analisis dengan menggunakan sumber
data elektronik maupun pencarian manual. Studi-studi yang disertakan adalah studi
observasional. Pemilihan studi didasarkan pada strategi penelusuran literatur sesuai
panduan PRISMA dan kriteria eligibilitas yang telah ditentukan sebelumnya.
Variabel bebas yang dinilai antara lain ukuran adenoma, tipe/ subtipe, sifat invasif,
sifat proliferatif, ki-67, tingkat mitosis, p53, dan grade. Luaran yang dinilai adalah
agresivitas pasca operasi yang terdiri atas rekurensi atau progresi. Penilaian kualitas
dan risiko bias pada tiap studi terpilih mengunakan perangkat Newcastle Ottawa
Scale. Analisis data dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Semua
tahapan dalam penelitian ini dilakukan oleh setidaknya 2 peneliti.
Hasil. Dari 736 studi awal yang terjaring terdapat 10 studi terpilih. Jumlah subjek
penelitian 2727 orang dengan 632 orang kasus. Durasi pemantauan berkisar antara
3 hingga 11 tahun. Seluruh studi memiliki kualitas sedang hingga baik. Meta
analisis dilakukan pada masing-masing variabel bebas terhadap agresivitas
adenoma pituitari pasca operasi dengan hasil ukuran adenoma ≥10mm dengan
<10mm OR 1,79 (CI 1,29-2,48), tipe kortikotrof dengan non kortikotrof OR 1,91
(CI 1,41-2,58), sifat invasif dengan non invasif OR 3,67 (CI 1,95-6,90), sifat
proliferatif dengan non proliferatif OR 4,78 (CI 3,61-6,32), Ki-67 ≥ 3% dengan <
3% OR 4,13 (CI 2,94-5,81), tingkat mitosis > 2 dengan ≤2 OR 3,91 (CI 2,74-5,57),
p53 positif dengan negatif OR 1,92 (CI 1,28-2,90), dan grade 2b dengan non 2b
OR 4,56 (CI 3,0-6,91).
Simpulan. Faktor-faktor klinikopatologi tertentu yaitu ukuran adenoma, tipe/
subtipe adenoma, sifat invasif, sifat proliferatif (Ki-67, mitosis, dan p53), dan grade
adenoma mempengaruhi luaran yang agresif pada adenoma pituitari pasca operasi.

Introduction. Pituitary adenoma/ pituitary neuroendocrine tumor (PitNET)
comprise of 10% up to 15% of intracranial tumor. About 30%-40% of pituitary
adenoma patients need surgery. For those who have undergone surgery about 25%-
40% will have bad outcomes like locally invasive, resistant to conventional
treatment, high rate of recurrence, and malignant tendency. The aim of this study
was to determine whether certain clinicopathologic factors consisting of size, type/
subtype, invasiveness, proliferative (ki-67, mitotic rate, and p53), and grade
influenced the aggressive outcome of post-operative pituitary adenoma.
Methods. This meta-analysis study used electronic and manual data source.
Included studies were observational studies. Study selection was based to literature
searching strategy according to PRISMA guideline and predetermined eligibility
criteria. Independent variables reviewed were size, type/ subtype, invasiveness,
proliferative, ki-67, mitotic rate, p53, and grade. Outcome reviewed were postoperative
aggressiveness comprised of recurrence or progressive. Quality and risk
of bias assessment to each study included were based on Newcastle Ottawa Scale.
Data analysis was carried out both qualitatively and quantitatively. All stages in this
study were carried out by at least 2 reviewers.
Results. Of the 736 initial studies, 10 were selected. The number of research
subjects were 2727 people with 632 cases. The duration of monitoring ranged from
3 to 11 years. All studies had moderate to good quality. Meta-analysis were carried
out on each independent variable on the aggressiveness of post-operative pituitary
adenoma with the results were size ≥10mm vs <10mm OR 1,79 (CI 1,29-2,48),
corticotroph vs non-corticotroph OR 1,91 (CI 1,41-2,58), invasive vs non-invasive
OR 3,67 (CI 1,95-6,90), proliferative vs non proliferative OR 4,78(CI 3,61-6,32),
Ki-67 ≥ 3% vs < 3% OR 4,13 (CI 2,94-5,81), mitotic rate > 2 vs ≤2 OR 3,91 (CI
2,74-5,57), p53 positive vs negative OR 1,92 (CI1,28-2,90), and grade 2b vs non
2b OR 4,56 (CI 3,0-6,91).
Conclusions. Certain clinicopathologic factors consisting of size, type/ subtype,
invasiveness, proliferative (ki-67, mitotic rate, and p53), and grade influenced the
aggressive outcome of post-operative pituitary adenoma.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Rachmat Kurniawan
"Kekuatan otot adalah salah satu tanda vital yang dapat menentukan risiko fungsi fisik serta risiko mortalitas. Laju penurunan kekuatan otot terjadi lebih cepat dibandingkan dengan laju penurunan massa otot. Kami menghubungkan salah satu faktor yang dapat memengaruhi penurunan kekuatan otot dengan fase awal diabetes, yang juga terkait dengan resistensi insulin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan nilai HOMA-IR dengan kekuatan relatif genggaman tangan pada wanita dewasa di Jakarta. Kami menggunakan metode cross sectional dan diperoleh 68 subjek. Data diperoleh melalui handgrip dynamometry, sampel darah, food recall 3 x 24 jam, pengukuran antropometri, dan kuesioner aktivitas fisik. Median nilai HOMA-IR 2,765 (0,62 – 6,12). Rerata kekuatan absolut genggaman tangan 25,32 ± 2,27 kg. Hasil kekuatan relatif genggaman tangan melalui perhitungan kekuatan absolut genggaman tangan dibagi berat badan diperoleh median 0,39 (0,22 – 0,61). Hasil uji statistik regresi linier dengan metode Enter menunjukkan tidak ada asosiasi yang signifikan antara HOMA-IR dengan kekuatan relatif genggaman tangan setelah dikontrol dengan IMT sebagai faktor perancu.

Muscle strength is one of the vital signs that can determine the risk of physical function and overall mortality. The rate of decline in muscle strength occurs faster than the rate of decline in muscle mass. We relate one of the factors that can influence the decrease in muscle strength to the early phase of diabetes, which is also associated with insulin resistance. We aim to determine the association between HOMA-IR value and relative hand grip strength in adult women in Jakarta. We used a cross-sectional method and obtained 68 subjects. Data were obtained through handgrip dynamometry, blood samples, 3 x 24 hours food recall, anthropometric measurements, and IPAQ-SF questionnaires. The HOMA-IR value was obtained with a median of 2.765 (0.62 - 6.12). An average of 25.32 ± 2.27 kg resulted from absolute hand grip strength. While the results of the relative handgrip strength are dividing the absolute handgrip strength by body weight, a median of 0.39 (0.22 - 0.61) was obtained. The linear regression statistical test using the Enter method showed no significant relationship between HOMA-IR and relative hand grip strength after controlling for BMI as a confounding factor."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ujang Saeful Hikmat
"Aspek metabolik komplikasi DM tipe 2, khususnya penyakit kardiovaskular, telah banyak dibahas, namun aspek imunometabolik masih terbatas, sehingga sangat penting untuk memahami peran sistem imun dalam perkembangan komplikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami peran subset monosit (CD14,CD16) dan mediator inflamasinya (IL-1β, IL-10) terhadap risiko penyakit kardiovaskular pada Pasien DM tipe 2. Subset monosit CD14, CD16 diperiksa menggunakan sampel kultur PBMC dan dianalisis menggunakan flow cytometry. Metode Multiplex Immunoassays digunakan untuk mengukur IL-1β, dan IL-10. Hasil penelitian ini, menunjukkan terdapat pola peningkatan subset monosit CD14+, CD16+ pada DM tipe 2, namun tidak berbeda secara signifikan. Peningkatan monosit CD14+,CD16+ lebih dari 6.8% berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Rasio mediator inflamasi IL-1β, sebelum dan sesudah stimulasi LPS secara signifikan lebih tinggi pada DM tipe 2 dibandingkan kontrol. Pada kondisi inflamasi, peningkatan IL-10 berespon terhadap stimulasi LPS, namun tidak mampu mengkompensasi peningkatan IL-1β, sehingga kecenderungan menjadi lebih hiperinflamasi pada DM tipe 2. Glukosa puasa merupakan penanda metabolik yang berhubungan dengan peningkatan monosit CD14+,CD16+.

The metabolic aspects of Type 2 Diabetes (T2D) complications, particularly cardiovascular disease, have been widely discussed, but the immunometabolic aspects are still limited, so it is critical to understand the role of the immune system in the development of complications. The objective of this study is to understand about the role of the monocyte subset (CD14,CD16) and its inflammatory mediators (IL-1β, IL-10) in the risk of CVD in T2D. CD14, CD16 monocyte subset was examined using PBMC culture samples and analyzed using flow cytometry. The Multiplex Immunoassays method was used to measure IL-1β and IL-10. This study shows there is an increase in the CD14+, CD16+ monocyte subset in type 2 diabetes, but it is not significantly related. An increase in CD14+,CD16+ monocytes of more than 6.8% is associated with an increased risk of CVD. The ratio of the inflammatory mediator IL-1β to basal conditions and LPS stimulation was significantly higher in T2D than in controls. In inflammatory conditions, the increase in IL-10 responds to LPS stimulation, but it is unable to compensate for the increase in IL-1β in T2D, so the tendency becomes more hyperinflammatory in type 2 DM. Fasting glucose is a metabolic marker associated with an increase in CD14+,CD16+ monocytes"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Aulia Cahya
"Prevalensi konsumsi diet tinggi lemak yang menimbulkan obesitas meningkat cepat dalam 2 dekade terakhir. Diabetes melitus tipe 2 berasosiasi dengan kenaikan konsentrasi penanda inflamasi berupa protein fase akut dalam darah yaitu high sensitive C-reactive protein ( hs-CRP), serum sialic acid, dan fibrinogen. Diabetes melitus tipe 2 merupakan kombinasi dari gaya hidup dan faktor genetik. Berdasarkan hal tersebut, individu dengan First Degree Relative ( FDR) diabetes melitus memiliki risiko yang lebih tinggi mengembangkan diabetes melitus. Sel T merupakan leukosit yang berkembang dalam timus dan berperan dalam respons imun adaptif. Polarisasi sel T akan menggambarkan profil sel imun adaptif pada gejala inflamasi kronis. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui polarisasi sel T pada subjek First Degree Relative (FDR) yang beresiko diabetes melitus tipe 2 yang diinduksi dengan diet tinggi lemak. 30 subjek NFDR dan FDR yang telah masuk parameter inklusi diberikan diet tinggi lemak 250 ml per hari selama 5 hari. Sample darah subjek sebelum dan sesudah induksi dilakukan uji profil darah dan diperiksa subset sel T menggunakan metode flowcytometry. Pada penelitian ini didapatkan bahwa Keadaan Th17 yang tinggi pada sebelum dan sesudah HFD yang di dominasi NFDR diikuti dengan naiknya sel Treg dan  kadar IL-10 Pre HFD yang tinggi secara signifikan akan menurunkan produksi kolesterol dan LDL secara signifikan.

The prevalence of high-fat diet consumption that triggered obesity is increasing in last 2 decades. Type 2 diabetes mellitus is associated by the increasing number of inflammation marker, acute phase protein in blood serum. In type 2 diabetes mellitus, combination of lifestyle and genetic factors is the most influential factors. Due to that fact, person with First Degree Relative ( FDR) in type 2 diabetes mellitus has the higher risk to develop into type 2 diabetes mellitus. T cell is one of leucocyte that has a significance role in adaptive immune response.T cell polarization will show the profile of adaptive immune response in chronic inflammation. This study is purposed to analyse how T cell polarized in First Degree Relative (FDR) subject in risk of type 2 diabetes mellitus with high fat diet treatment. 30 NFDR subjects and 30 FDR subjects who included in parameter inclusion were treated with 250 mL whipping cream per day in 5 days. Pre and post treatment blood collection were tested for blood profile and flowcytometry intraseluler staining. This study found that there is a change in Th17 dominantly in NFDR subject followed by the significantly increasing amount of Treg cell and IL-10 which decreasing the cholesterol and LDL significantly."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>