Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andrean Eka Lucianto
Abstrak :
Pertumbuhan penduduk di Indonesia senantiasa diikuti oleh peningkatan kebutuhan hunian. Permasalahan yang timbul adalah adanya gap antara indeks Green Neighborhood untuk kawasan perumahan dengan kondisi riil perumahan bersubsidi, sehingga integrasi antara Affordable Housing dengan konsep keberlanjutan khususnya untuk kawasan perumahan bersubsidi dalam kerangka indeks Green Neighborhood menjadi tantangan utama. Riset ini bertujuan untuk merumuskan indeks Green Neighborhood pada perumahan bersubsidi. Metode riset menggunakan analisis spasial, site analysis, scoring/penilaian indeks, wawancara dan wawancara mendalam. Penilaian menggunakan variabel dalam Definisi Operasional Variabel memperoleh poin 16 dengan tingkat penilaian Kurang Baik. Besarnya prosentase perbandingan variabel dari aspek ekonomi 3,31%, aspek sosial 22,55% dan aspek lingkungan 68,14%. Rumusan indeks Green Neighborhood khusus untuk perumahan bersubsidi variabel aspek lingkungan: Ekologi Lahan, Pergerakan dan Konektivitas, Manajemen Air dan Konservasi, Limbah Padat dan Material. Variabel pada aspek sosial: Fasilitas Sosial Komunitas, Kesejahteraan Sosial Komunitas. Variabel pada aspek ekonomi: Keterjangkauan Harga, Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat, Inovasi dan Pengembangan. ......Population growth in Indonesia has always been followed by an increase in the need for housing. The problem that arises is that there is a gap between the Green Neighborhood index for housing areas and the real conditions of subsidized housing, so that the integration between Affordable Housing and the concept of sustainability, especially for subsidized housing areas within the framework of the Green Neighborhood index, is a major challenge. This research aims to formulate a Green Neighborhood index on subsidized housing. The research method uses spatial analysis, site analysis, scoring / index assessment, interviews and in-depth interviews. The assessment using variables in the Variable Operational Definition gets 16 points with a Poor rating level. The magnitude of the percentage comparison of variables from economic aspects is 3.31%, social aspects are 22.55% and environmental aspects are 68.14%. Green Neighborhood index formulation specifically for subsidized housing with variable environmental aspects: Land Ecology, Movement and Connectivity, Water Management and Conservation, Solid Waste and Materials. Variables in social aspects: Community Social Facilities, Community Social Welfare. Variables in economic aspects: Affordability, Community Economic Welfare, Innovation and Development.
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yayan Sofyan
Abstrak :
Permukiman kumuh menjadi salah satu persoalan perkotaan yang kerap menjadikan kota jauh dari kesan kota hijau dan kota yang berkelanjutan. Permukiman kumuh pun menjadi salah satu persoalan perkotaan di Jakarta Utara. Penanganan permukiman kumuh di Kota Jakarta Utara oleh institusi terkait telah banyak dilakukan. Adanya fenomena kemunculan lokasi kumuh yang baru atau kenaikan tingkat kumuh mengindikasikan penanganan kumuh belum berlanjut. Diperlukan inovasi dalam teknik penanganan permukiman kumuh yang terencana dan seimbang antara penyelesaian persoalan lingkungan dengan persoalan sosial dan ekonomi warga permukiman kumuh. Mengenali tipologi spasial permukiman kumuh berbasis ekosistem diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk mempermudah penanganan permukiman kumuh. Tipologi permukiman kumuh kawasan pesisir, permukiman kumuh jalur pengaman infrastruktur, dan permukiman kumuh pusat kegiatan perkotaan memiliki karakteristik sosial dan ekonomi yang berbeda. Dengan penanganan permukiman kumuh yang disesuaikan berdasarkan tipologi permukiman kumuh tersebut diharapkan dapat tercipta penanganan yang efektif dan proporsional sehingga tercapai cita-cita Kota Jakarta Utara menuju kota hijau dan berkelanjutan. ......Slums become one of the urban problems that make a city hampered the achievement of a green and sustainable city. Handling of slums in North Jakarta by the government has been widely applied. The phenomenon of the growth of a new slum location or increase slum index level indicating the handling of slums has not sustained. Innovation is needed in handling techniques slum-planned and well-balanced between the completion of environmental issues with social and economic problems residents of the slums. Recognizing spatial typology of slums formed ecosystem-based is expected to be one way to ease the handling of the slums. Coastal areas typology, infrastructure safety lines typology, and slums of urban centers typology have different social and economic characteristics. Handling slums area adjusted based spatial typology is expected to create an effective handling and proportionate in order to achieve the ideals of North Jakarta towards a green and sustainable city.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Syuraih Muchtar
Abstrak :
Air bersih berperan penting pada kesejahteraan hidup dan pembangunan wilayah. Karakteristik wilayah Labuan Bajo berupa kepulauan dengan kondisi geomorfologi berupa perbukitan menyebabkan masalah krisis air bersih. Masalah penelitian adalah adanya pengembangan wilayah di Labuan Bajo yang tergolong kawasan semi-arid untuk keperluan pariwisata berpotensi menimbulkan krisis air bersih. Penelitian ini bertujuan menganalisis ketersediaan sumber air bersih, melihat kebutuhan air domestik dan pariwisata, menganalisis daya dukung air dan sosial, serta merumuskan model pengeloaan air bersih yang berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah metode campuran berupa analisis daya dukung, deskriptif, analisis spasial, dan metode fuzzy topsis untuk penentuan pengambilan keputusan. Hasil penelitian menunjukan kebutuhan air pariwisata pada tahun 2028 akan melebihi kebutuhan air domestik. Daya dukung air pada 56,87% wilayah di Kabupaten Manggarai Barat berstatus defisit. Biaya pengeluaran air rumah tangga di lokasi penelitian rata-rata Rp 192.000 atau sebesar 10% dari pendapatan. Pengelolaan air bersih di Labuan Bajo agar berkelanjutan perlu dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan air permukaan menggunakan teknologi yang mudah dikelola oleh masyarakat dan mampu melestarikan nilai kearifan lokal Borang Wae. Pemukiman penduduk yang berada di sempadan sungai dapat menggunakan pemurnian air sungai berbasis lahan basah buatan, dan pemanen air hujan untuk pemukiman yang berada di pesisir dan pulau-pulau kecil. Kebutuhan air pariwisata pada pulau-pulau kecil dan pesisir dapat dilakukan dengan desalinasi air laut dan Watergen Technology ......Clean water is essential for the welfare of life and regional development. Characteristics of the Labuan Bajo region are an archipelago and geomorphological conditions in the form of hills that cause clean water crisis problems. Regional development in Labuan Bajo, classified as a semi-arid area for tourism needs, can potentially cause a clean water crisis. This study aims to analyze the availability of clean water sources, look at domestic and tourism water needs, analyze water and social carrying capacity, and create a sustainable clean water management model. This research used a mixed carrying capacity analysis, descriptive, spatial analysis, and topsis fuzzy methods to determine decision-making. The results show that tourism water demand in 2028 will exceed domestic water demand. The carrying capacity of water in 56.87% of the area in West Manggarai Regency has a deficit status. The cost of household water in the research location is an average of IDR 192,000 or 10% of income. Clean water management in Labuan Bajo, to be sustainable, needs to optimize the use of surface water using technology that is manageable for the community and can preserve the value of Borang Wae's local wisdom. Residential settlements on river banks can use river water purification based on artificial wetlands and rainwater harvesting for settlements on the coast and small islands. Tourism water demand on small islands and coastal areas can be used by seawater desalination and Watergen Technology.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridho Masruri Irsal
Abstrak :
Jakarta sebagai kota metropolitan memiliki kompleksitas permasalahan perkotaan salah satunya adalah bentuk kota yang tersebar dan mengakibatkan ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor. Kawasan transit oriented development (TOD) merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan meningkatkan kepadatan dan aksesibilitas antar destinasi serta mengintegrasikan moda transportasi umum. Artikel ini bertujuan untuk memprediksi kepadatan hunian yang belum dioptimalkan oleh pembangunan vertikal untuk mengoptimalkan pemanfaatan ruang di kawasan TOD Dukuh Atas melalui analisis spasial. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif melalui metode Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan menganalisis kesesuaian lahan melalui teknik overlay, menghitung daya dukung lingkungan pada kawasan pemukiman, menganalisis indeks kepadatan bangunan menggunakan metode Normalized Difference Built-up Index (NDBI), dan mengekstraksi area padat dengan melapiskan data Floor Area Ratio (FAR). Berdasarkan hasil analisis kesesuaian, ditemukan adanya kawasan yang tidak sesuai sekitar 16,33% dari total luas kawasan TOD Dukuh Atas, terutama di bagian barat. Hasil perhitungan daya dukung lingkungan menunjukkan bahwa kawasan TOD Dukuh Atas masih dapat menampung 2,05 kali lipat dari jumlah penduduk saat ini. Untuk mengoptimalkannya kembali, dibuat alokasi area kepadatan hunian sesuai dengan FAR dalam Rencana Detail Tata Ruang Jakarta sehingga jumlah lantai maksimum dapat dicapai. Hasil perhitungan tersebut dapat menghasilkan prediksi kebutuhan hunian yang lebih detail dan konsisten dengan kondisi kawasan TOD di Dukuh Atas. ......Jakarta, as a metropolitan city, has a complexity of urban problems, one of which is the shape of the city, which is spread out and results in people’s dependence on motorized vehicles. Transit-oriented development (TOD) areas are one alternative to solving these problems by increasing density and accessibility between destinations and integrating modes of public transportation. This article aims to predict the occupancy density that has not been optimized by vertical development to optimize the use of space in the Dukuh Atas TOD area through spatial analysis. This study uses quantitative analysis through the Geographic Information System (GIS) method by analyzing land suitability through overlay techniques, calculating environmental carrying capacity in residential areas, analyzing building density index using the Normalized Difference Built-up Index (NDBI) method, and extracting dense areas by superimposing on Floor Area Ratio (FAR) data. Based on the results of the conformity analysis, it was found that there were areas that were not suitable for approximately 16.33% of the total area of the Dukuh Atas TOD area, especially in the western part. The calculation of environmental carrying capacity results shows that the TOD area of Dukuh Atas can still accommodate 2.05 times the current population. To re-optimize it, an allocation of residential density area is generated following the FAR in Jakarta’s Detailed Spatial Plan so that the maximum number of floors can be achieved. The results of these calculations can produce predictions of residential needs that are more detailed and consistent with the conditions of the TOD area in Dukuh Atas.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Meutia Aurora
Abstrak :
Bangunan hijau yang mengusung konsep sustainability dimaknai juga suatu konsep yang mengaplikasikan bagaimana sebuah bangunan dirancang, dibangun dan diaplikasikan dengan memperhatikan sumber daya yang efisien, bertanggung jawab terhadap lingkungan serta berdampak positif bagi lingkungan sosial dan ekonomi. Kegagalan konsep dalam bangunan sering timbul akibat besarnya perhatian pada pertimbangan teknis, dengan hanya sedikit mempertimbangkan nilai-nilai, perilaku dan karakter penghuninya. Bangunan blok eksisting rusunawa pada kawasan yang ditetapkan menggunakan konsep zona hijau, belum melakukan penerapan konsep hijau pada bangunan. Untuk menerapkan konsep tersebut pada bangunan perlu ditinjau aspek perilaku penghuninya. Dari hubungan bangunan dan penghuninya, dapat diketahui faktor-faktor yang paling mempengaruhi agar konsep bangunan hijau untuk penghuni rusunawa yang lebih optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan konsep bangunan hijau pada Rusunawa ditinjau dari aspek efisiensi energi, air, kualitas udara, dan pengelolaan limbah, menganalisis perilaku peduli lingkungan penghuninya, serta menganalisis hubungan perilaku peduli lingkungan dengan sikap, pemahaman dan persepsi penghuni terhadap penerapan konsep hijau pada bangunan. Metode analisis deskripif digunakan untuk menganalisis penerapan bangunan hijau dan mengukur indeks perilaku peduli lingkungan penghuni. Untuk menganalisis hubungan perilaku peduli lingkungan dengan sikap, pemahaman dan persepsi penghuni terhadap penerapan konsep hijau pada bangunan digunakan metode SEM-PLS. Berdasarkan analisa diperoleh hasil bahwa penerapan konsep hijau ditinjau dari aspek efisiensi energi pada bangunan lokasi penelitian sudah memenuhi kriteria; aspek efisiensi air, penerapan pada bangunan sudah memenuhi kriteria; aspek kenyamanan termal bangunan belum memenuhi kriteria kenyamanan dalam konsep hijau; aspek pengelolaan limbah cair bangunan belum memenuhi kriteria dalam hal pemanfaatan air hasil olahan IPAL; dan dari aspek limbah padat bangunan belum menyediakan fasilitas pengolahan/pemilahan sampah. Dari hasil penilaian perilaku peduli lingkungan penghuni rusun, tingkat kepedulian penghuni berada pada kriteria sedang, dengan indeks tertinggi pada kriteria efisiensi energi dan terendah pada kriteri pengelolaan sampah. Berdasarkan model dapat diketahui bahwa untuk memperbaiki perilaku peduli lingkungan dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan penghuni terhadap informasi mengenai program lingkungan dan meningkatkan persepsi penghuni terhadap penerapan konsep hijau. Persepsi penghuni terhadap penerapan konsep hijau dapat ditingkatkan dengan perbaikan fasilitas pada bangunan sesuai kriteria.
Green building is defined as a concept that applies how a building is designed, built and applied with due regard to efficient resources, is responsible for the environment and has a positive impact on the social and economic environment. The failure of the concept in the building often arises from the great attention paid to technical considerations, with little consideration of the values, behavior and character of the inhabitants. The existing rental flats building blocks in the area that are designated using the green zone concept, have not implemented the green concept in the building. To apply this concept to buildings, it is necessary to review aspects of the occupants' behavior. From the relationship between the building and its occupants, it can be seen the factors that most influence the optimal green building concept for the residents of the flat. The purpose of this research is to analyze the application of the green building concept in rental flats in terms of energy efficiency, water, air quality and waste management, to analyze the environmental care behavior of its residents, and to analyze the relationship between environmental care behavior and occupants' attitudes, understanding and perceptions of the concept application green on the building. Descriptive analysis method is used to analyze the application of green buildings and measure the index of environmental care for residents. To analyze the relationship between environmental care behavior and attitudes, understanding and occupants' perceptions of the application of green concepts in buildings, SEM-PLS method is used. Based on the analysis, the results show that the application of the green concept in terms of energy efficiency aspects in the research location building has met the criteria; aspects of water efficiency, application in buildings has met the criteria; the thermal comfort aspect of the building does not meet the comfort criteria in the green concept; the aspect of building liquid waste management does not meet the criteria in terms of utilizing water from IPAL; and from the aspect of solid waste, the building has not provided waste processing / sorting facilities. From the results of the assessment of the environmental care behavior of the residents of the flat, the level of care of residents is in the medium criteria, with the highest index on the criteria for energy efficiency and the lowest on the criteria for waste management. Based on the model, it can be seen that improving environmental care behavior can be done by increasing residents 'knowledge of information about environmental programs and increasing residents' perceptions of the application of green concepts. Residents' perceptions of the application of the green concept can be improved by improving facilities in buildings according to the criteria. The concept requires environmental program factors that are run by the building manager and the active involvement of residents.
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laily Kurniasari
Abstrak :
ABSTRAK
Peningkatan penduduk kota telah menimbulkan berbagai dampak. Salah satu dampaknya adalah meningkatnya permintaan rumah layak huni, namun peningkatan ini tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah lahan di kota. Keterbatasan lahan di kota mengakibatkan harga lahan menjadi tinggi dan tidak terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Mereka menempati lahan dengan peruntukan bukan untuk permukiman seperti bantaran sungai, rel kereta api dan mengakibatkan kekumuhan pada kawasan perkotaan. Kondisi kumuh terjadi di Kelurahan Kotabaru Kota Serang. Berbagai upaya penanganan permukiman kumuh telah lama dilakukan, namun kenyataannya secara keseluruhan program penanganan permukiman kumuh yang telah dilaksanakan hasilnya belum menunjukkan perubahan yang signifikan dalam membantu penataan dan perbaikan permukiman kumuh. Untuk mengetahui penanganan permukiman kumuh yang tepat maka perlu dilakukan identifikasi tingkat kekumuhan berdasarkan karakteristik lingkungan, ekonomi, dan sosial masyarakatnya; menganalisis tingkat partisipasi masyarakat; dan menyusun konsep penanganan permukiman kumuh dengan pendekatan partisipasi masyarakat.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode campuran untuk mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menjelaskan bahwa strata kekumuhan di permukiman Kotabaru terdiri dari kumuh sedang RW 1 dan RW 2 dan kumuh berat RW 3 dan RW 5 . Partisipasi masyarakat di Kelurahan Kotabaru pada tingkatan sedang dan rendah. Tingkat partisipasi rendah yaitu di RW 5 dan tingkat partisipasi sedang di RW 1,2, dan 3. Tingkat kekumuhan yang berbeda membutuhkan penanganan yang berbeda pula, untuk wilayah kumuh sedang, penanganan melalui peremajaan dengan land sharing. Untuk wilayah kumuh berat penanganan melalui pembangunan rumah susun.
ABSTRACT
The increase in the urban population has led to various impacts. One consequence is the increasing demand for appropriate housing, but this increase is not offset by an increase in the amount of land in the city. Limitations of land in the city resulted in land prices high and not affordable by low income people. They occupied the land with the designation not to settlements such as riverbanks, railroad tracks and lead to slums in urban areas. Rundown condition occurs in Sub Kotabaru city of Serang. Various efforts to address the slum has long been done, but in fact the overall program management of slums that have been implemented the results have not shown significant changes in assisting the structuring and slum upgrading. To determine the proper handling of slums it is necessary to identify the level of squalor by environmental characteristics, economic, and social communities analyze the level of public participation and draft handling of slums with community participation approach. This study used a qualitative approach with a mix of methods to collect qualitative and quantitative data. The results of the study explained that the strata of untidiness in Kotabaru consists of slum settlements being RW 1 and RW 2 and seedy weight RW 3 and RW 5 . Community participation in the Village Kotabaru in moderate and low. The participation rate is low on RW 5 and RW participation rate was at 1, 2, and 3. squalor different level requires different handling, anyway, to the slums being, handling through rejuvenation with land sharing. To the slums of heavy handling through the construction of flats.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library