Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nusye E. Zamsiar
Abstrak :
ABSTRAK Ruang lingkup dan cara penelitian : Pemaparan panas di lingkungan kerja dapatmenimbulkan berbagai keluhan dan gangguan kesehatan. Salah satu keluhan yang ditemukan adalah kram otot, yang diduga erat hubungannya dengan penurunan kadar natrium serum. Penelitian ini bertujuan untuk mendapat data tersebut agar dapat dimanfaatkan sebagai salah satu upaya pencegahan sebelum terjadinya keluhan atau gangguan kesehatan. Penelitian dilakukan secara kuasi eksperimental dengan menggunakan " non randomized controlled group pre-test post-test design" . Untuk melihat tingginya tingkat pemaparan panas di lingkungan kerja digunakan nilai "heat stress index" ; sedangkan untuk melihat pengaruhnya terhadap tenaga kerja yang terpapar dilakukan dengan menggunakan kuesioner, pengamatan, pengukuran dan pemeriksaan kadar natrium dalam serum secara laboratoris (sebelum dan sesudah bekerja) serta kadar natrium dalam keringat. Hasil dan kesimpulan : Tingkat pemaparan panas di lingkungan kerja PT BDJ telah melampaui batas yang diperkenankan. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 98 subyek yang terpapar panas dan 44 subyek yang tidak terpapar menemukan adanya kecenderungan untuk menurunnya kadar natrium serum serta timbulnya keluhan kram otot pada subyek yang terpapar panas dengan uji statistik yang bermakna. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan kadar natrium serum adalah jenis sarapan pagi yang di konsumsi, luas permukaan tubuh serta besarnya kehilangan natrium melalui keringat.;Serum Sodium Level Of Workers Exposed To Heat At A Steel Melting Plant PT. BDJScope and method: Heat exposure has led to many symptoms and health problems. Muscle cramps as one of these symptoms is reportedly strongly Associated with reduced sodium levels in serum.
ABSTRACT Scope and method: Heat exposure has led to many symptoms and health problems. Muscle cramps as one of these symptoms is reportedly strongly Associated with reduced sodium levels in serum. The purpose of this quasi experimental study, using a randomized controlled group pre-test post-test design, is to asses the nature of serum sodium level of workers exposed to a hot climate in the working environment. It is hoped that results-of this study will be helpful in the strategic planning of early preventive measures. Heat exposure level in the working environment was measured by using the "heat stress index?. Questioners, physical examinations and quantitative measurements of sodium levels in serum and in sweat; have been used to evaluate health status. Measurement of serum sodium levels was performed before and after work. Result and conclusions: Heat exposure level in the working environment exceeded the threshold limit value. Data from 98 workers of the exposed group compared to data from 44 workers of control group, revealed a definitive trend of reduced serum sodium levels of workers from the exposed group. Muscle cramps was significantly associated with reduced sodium levels in serum. Factors associated with reduced serum sodium levels are type of food consumed for breakfast, body measurements and sodium loss through sweat.
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Januar Arifin, auhtor
Abstrak :
Sepakbola adalah olahraga yang paling popular di Indonesia, hampir semua pria Indonesia mengenal olahraga ini dan pernah memainkannya pada waktu kecil. Di seluruh Indonesia terdapat ratusan bond perserikatan yang masingmasing mempunyai puluhan klub, dapat dibayangkan berapa banyak jumlah pemain sepakbola PSSI. Untuk menjadi pemain sepakbola yang baik diperlukan pengetahuan yang cukup serta mental dan kondisi fisik yang baik. Kondisi fisik disini meliputi unsur-unsur kesegaran jasmani. Salah satu unsur kesegaran jasmani yang penting bagi pemain sepakbola adalah kapasitas aerobik, yang dapat dikatakan identik dengan "panjang nafas". Bila unsur ini tidak cukup baik, seseorang tidak akan dapat menjadi pemain sepakbola yang baik walaupun unsur-unsur kesegaran jasmani yang lain baik nilainya. Bouchard dkk (4) menyatakan bahwa kapasitas aerobik adalah unsur yang dominan bagi pemain sepakbola. Ada dua macam pemeriksaan kapasitas aerobik (V02max) yaitu cara langsung dan cara tak langsung (prediksi). Selama ini pemeriksaan kapasitas aerobik pemain sepakbola di Indonesia kebanyakan dilakukan secara prediksi saja (tak langsung) dan kebanyakan dilakukan dengan cara Astrand memakai ergometer sepeda, atau cara lain yang lebih sederhana seperti cara Cooper. Hal ini mungkin akibat keterbatasan alat dan dana yang ada, atau mungkin karena ada anggapan bahwa cara ini cukup baik/tepat. Cara Astrand memakai ergometer sepeda atau cara Cooper ini dibuat bukan spesifik untuk pemain sepakbola. Pada pengukuran dengan cara Astrand memakai ergometer sepeda, pemain diminta untuk mengayuh ergometer sepeda dengan beban tertentu, kemudian dilihat berapa frekuensi nadinya; dengan melihat pada nomogram yang telah dibuat Astrand dapat ditentukan kira-kira berapa V02max pemain tersebut. Cara ini tidak mahal, mudah dilaksanakan, alatnya mudah dipindah-pindahkan dan tidak memerlukan arus listrik (2,13,24), serta tidak mengesalkan atlit karena bebannya tidak maksimal. Venerando dan Dal Monte (17) telah melakukan suatu penelitian dan berkesimpulan bahwa pengukuran V02max paling baik (tinggi) hasilnya bila pemain tersebut bergerak sesuai dengan gerakan olahraga yang bersangkutan. Ternyata memang pengukuran V02max dengan berbagai gerakan yang berbeda akan menghasilkan nilai Vo2max yang berbeda pula (3,11)?
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarkosih
Abstrak :
Terapi Bekam merupakan salah satu bentuk pelayanan pengobatan tradisional yang saat ini banyak menjadi alternatif pengobatan bagi kalangan bawah. Tesis ini membahas tentang aspek keselamatan pasien dari efek terapi yang bisa saja terjadi sebagai akibat kompetensi terapis yang belum memenuhi prosedur pelaksanaan baku terapi. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan desain deskriptif (cross sectional study). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terapi bekam pada prinsipnya tidak menimbulkan efek negatif terhadap tubuh dan aman diberikan kepada manusia. Namun masih perlu diberikan pembinaan terutama dalam kompetensi para terapis karena masih terjadi kesenjangan dalam hal pendidikan dasar dan pendidikan ketrampilan bekam yang dimiliki. Para terapis juga harus memiliki wadah organisasi yang legal diakui oleh Lembaga pemerintah terkait. ...... Cupping therapy is a form of traditional medicine services currently most viable alternative for the treatment of the lower classes. This thesis discusses aspects of the therapeutic effect of patient safety that could occur as a result of therapist competence that do not meet the treatment standard operating procedures. This study is a qualitative descriptive design (cross sectional study). The study concluded that cupping therapy, in principle, no negative effects on the body and safely administered to humans. But still needs to be given guidance, especially in the competence of the therapist as it is still a gap in basic education and vocational education held bruise. The therapist also must have a legal umbrella organization recognized by the relevant government agency.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31319
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anwar Lewa
Abstrak :
Latar Belakang. Meskipun kondisi pesawat terbang saat ini sudah mengalami modernisasi dengan antematisasi dan disertal dengan kabin bertekanan. Bukan berarti menyingkirkan bahaya hipoksia di dalam dunia penerbangan. Terbukti dengan masih banyaknya angka kecelakaan yang disebahkan oleh karena sebab hipoksia yang terntama disebabkan karena kegagalan sistem kabin bertekanan. Bahaya hipoksin dibidang penerbangan dapat menyebabkan inkspasitas bagi penerbangaya sehingga accident adalah hasil akhimya. Manusia tidak memiliki sistem peringatan dini untuk mengenali adanya hipoksia, sehingga diperlukan pengalaman dalam demonstrasi yang dilakukan di hipobarik chamber. Hasil dari pengalaman itulah ynng diharapkan dalam latihan !LA yang diselenggnrnkan oleh Lakespra Satfanlo TNI AU nntuk dapat segera mengantisipasi ketika terjadi situasi hipoksia baik yang disengaja ataupun tuk disengaja. Metode. 45 orang perwira penerbang dari berbagai usia melaksanakan latihan demostrasi hipoksia di hipobarik chamber di FL 250 lalu melaksanakan tugas hitungan matematika ringan dalam jangka waktu 5 menit. Setiap subjek yang berhenti ditengah selang waktu tsb maka saat itulah waktu sadar efektif (WSE) dicatat. Sebagai parameter fisiologi yang ingin dicari adalah umur, Hb, p.."'tlrentase FVC terhadap ref, persentase FEVJIFVC, dan VO,max sebaga1 variabel independan untuk dicari korelasinya dengan WSE. Setelah diketahui korelasi masing-masing variabel dilakukan ana1isis multivariat untuk menilai faktor dan kekuatan korelasi dan untuk mendapatkan model. Kesimpulan. Dengan diketahuinya model dalam memprediksikan WSE maka akan sangat membantu dalam proses pemilihan dan pembinaan personel dan diharapkan dapat menurunkan angka kejadian akibat hipoksia.
Background. Even though the condition of the aircrafts have been modernized with automatically equipment and pressured cabin. It doesn't meant we can neglect the danger of hypoxia in aviation as there are a large number of accident bad occurred, caused by hypoxia, particularly due to failure of the system of pressured cabin. The danger of hypoxia in aviation can cause the pilots are incapacity then they can get accident. Human doesn't own early warning system to identifY hypoxia so it requires experience to demonstrate in hypobaric chamber. The result of experience are obtained during hopefully. The training ofil-A which is held in Lakespr:a Saryanto; Indonesian Air Force on the purpose of anticipating the danger of hypoxia whether it occurs consciously or not. Method. 45 Pilot officers with different ages conduct the training of Hypoxia demonstration in Hypobaric Cbember at FL 250, to complete the test in the form of moderate mathematics in five minute. Every single subject which stops in the mid of time that's the TUC recorded. As parameter of physiology being observed are age<, Hb, percentage of FVC to the reference, percentage of FEVIIFVC, aod V02 as independent variable to find the correlation with rue. After finding the correlation of each variable then there's analysis of multivariate to score the factors, the strength of correlation, and find the model. Conclusion. After we found the model of predicting TUC, hopefully it can help to selecting and manage the personnel, finally it can reduce the number of accident due to the danger of hypoxia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T31653
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Fahruroji
Abstrak :
Latar belakang: Salah satu mekanisme nyeri inilamasi adalah sensitisasi perifer yang dimediasi oleh prostaglandin E2 (PGE2) di terminal nosiseptor perifer. Konsekuensi sensitisasi adalah hiperalgesia yang menandai penurunan ambang nosiseptor atau modulasi aneka reseptor dan kanal ion nyeri. Hiperalgesia dapat diatasi oleh agen antinosiseptif inhibitor siklooksigenase~2 (COX-2) selektif, namun pada praktiknya analgesik tersebut dilaporkan masih memiliki kelemahan. Dalam hal ini, Morinda citrifolia L. dikategorikan etnomedika tropis yang diyakini memiliki efek antinosiseptif dalarn berbagai kasus nyeri kronis. Secara in virro jus Morinda citrofolia L. dilaporkan mampu menginhibisi aktivitas enzimatik COX-2 secara selektif, sehingga sangat potensial untuk mengatasi hiperalgesia. Tujuan: Membuktikan efek antinosiseptif Morinda cirrifolia L. dapat menurunkan beda laten hiperalgesia tennal, dan pola beda latennya dibandingkan cele-coxib, Serta pengaruh diet teratur Morfnda citryblfa L. terhadap hewan coba yang diinduksi carrageenan sesuai metode modyied ho! plaie (MHP). Metode: Penelitian ini merupakan studi eksperimental pada tikus Sprague- Dawley (SD) dengan model nyeri inflamasi menggunakan algogenik cm-rageenan. Parameter yang diteliti adalah beda laten reaksi menghindar antara telapak tungkai yang diinjeksi carrageenan secara intraplantar dengan telapak tungkai kontralateral melalui uji nyeri hot plate tesf. Nilaj beda laten ditentukan pada tahapan respon hiperalgesia menit ke-15, ke-60, ke-180, dan ke-300 setelah diinduksi nyeri inflamasi. Hasil: Diperoleh penurunan rerata beda laten pada tikus yang diberi minum Morinda citrofolia L. sebelurn diinjeksi carrageenan secara bermakna dibandingkan rerata beda masa laten tikus yang diberi minum salin. Nilai tersebutjuga tidak signifikan perbedaannya dengan rerata beda laten pada tikus yang diobati celecoxfb maupun tikus yang diberi rninum Morfnda citrwlfa L. selama I0 hari. Kesimpulan: Efek antinosiseptif Morinda citrffolfa L. dapat menurunkan beda laten hiperalgesia terrnal dengan model nyeri inflamasi pada tikus yang diinduksi algogenik carrageenan. Pola beda laten tersebut mirip dengan efek celecoxib, sehingga keduanya sama-sama terbukti dapat menginhibisi respon hiperalgesia termal. Sedangkan efek diet Morinda cfrrifolia L. secara teratur tidak signifikan mempengaruhi penurunan beda laten hiperalgesia termal. ......Background: One mechanism of inflammatory pain was peripheral sensitization that mediated by prostaglandin E2 (PGE2) at peripheral terminal nociceptor. Therefore hyperalgesia was occurred and indicated reduction of threshold nociceptor or modulation of many receptors and ion channels of pain. Antinociceptive agent that is used for the treatment of hyperalgesia is selective cyclooxygenase 2 (COX-2) inhibitor, but practically it has several problems. Morinda citryblia L. was categorized as tropical ethnomedicine that was believed has antinociceptive effect, especially in many types of chronical pain. Based on in vitro research, Morinda ein-girlie L. was reported inhibited enzymatic activity of COX-2 selectively, thus it was potencial to relieve hyperalgesia. Objective: To proved that antinociceptive effect of Morinda citryblfa L. could decrease A latency of thermal hyperalgesia, and its value compare with celecoxib, and the effect of regular diet of Morfnda citrjfolia L. in rat-carrageenan induced based on modified hot plate test (MI-IP) method. Method: This was an experimental study in rat Sprague-Dawley (SD) with pain inflammatory model using algogenic carrageenan. The parameter was the A latency of withdrawal reaction between paw that was injected by carageenan ip! and contralateral paw through hot plate test. The A latency was measured at 15, 60, 180, and 300 minutes after inflammatory challenge. Result: The rat that treated with Morinda cirryolia L. an hour before carrageenan injection has A latency of thermal hyperalgesia that was significantly different from rat that was treated with saline. That value was not different significantly than the A latency of the rat that was treated with celecoxib or the rat that was regular treated with Morinda citrofolia L. for 10 days. Conclusion: Antinociceptive effect of Morinda citrofolia L. decreased A latency of thermal hyperlagesia with pain inflammatory model in rat carrageenan induced. This A latency was similar with the effect of celecoxib, thus both were inhibited thermal hyperalgesia response. While the effect of regular diet of Morinda Citrofolia L. was not significantly influence the decreasing of A latency of thermal hyperalgesia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32875
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library