Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ode Zulkarnain Sahji Tihurua
Abstrak :
Artikel ini mengambil “komoditas” sebagai isu utama, dengan fokus pada dinamika produksi komoditas kopra di Yainuelo, pulau Seram. Mengikuti Escobar (1995) dan Tsing (2005), saya melihat dinamika produksi komoditas sebagai “arena produksi budaya”. Sebagai komoditas, kopra bukanlah entitas material yang statis seperti dibayangkan oleh ilmu ekonomi moderen. Artikulasi dan pemaknaan komoditas kopra oleh pengelola kopra selalu berubah-ubah dalam lintasan sejarah komoditas pada level produksi. Artikel ini memposisikan kopra seperti Rudyansjah melihat “kekuasaan”. kopra seperti kekuasaan, tidak pernah terperagakan dalam wujud yang final dan selalu di-dialog-kan oleh berbagai aktor dengan kepentingannya masing-masing pada bentangan ruang dan waktu yang panjang. Artikel ini berupaya mengungkapkan transformasi dan kontinuitas budaya yang muncul dalam lintasan sejarah produksi komoditas pada rentang waktu - yang dalam istilah Braudel disebut “conjuncture” (satu abad). Mengikuti logika konseptual “lanskap budaya” yang diajukan oleh Rudyansjah untuk melihat kopra, saya melihat fenomena transformasi dan kontinuitas budaya muncul secara berkelindan dalam kehidupan komoditas di Yainuelo. Dalam kajian ini, saya juga berusaha memahami “friksi” yang menjadi bingkai dari proses transformasi dan kontinuitas budaya pada dinamika komoditas kopra di Yainuelo. ......This article examines “commodity” by focusing on the dynamics of producing copra commodity in Yainuelo, Seram Island. Following Escobar (1995) and Tsing (2005), I see the dynamics of copra production as “cultural production arena”. As a commodity, copra is not an unchanging material as imagined by modern economics. Its meaning and articulation always changes under the historical trajectory of its production. This article positions copra the way Rudyansjah sees power: never enacted in final form and always under dialogical interactions of various actors in their respective interest crossing a range of space and time. This article attempts to reveal cultural transformation and continuity that appears on a historical trajectory of commodity production under a certain range of time - termed by Braudle as "conjuncture" (a century). Using conceptual logics of "cultural landscape" /"landscape of culture" proposed by Rudyansjah to understand copra, I see the phenomenon of transformation and continuity appear entangled in the life of commodity in Yainuelo. In this study, I also attempt to understand "friction" that frames the process of cultural transformation and continuity within the dynamics of copra commodity in Yainuelo.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Laksmi
Abstrak :
Penelitian ini adalah mengenai sebuah komunitas bernama Turangga Seta. Komunitas ini melakukan sebuah proses produksi pengetahuan tentang sejarah Indonesia, dengan menggunakan cara yang berbeda dari metode sejarah ilmiah. Permasalahan penelitian ini adalah mengenai Turangga Seta dan proses produksi pengetahuan yang mereka lakukan secara bersama. Perspektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah antropologi proses pengetahuan (Anthropology of Reason). Menurut perspektif ini, pengetahuan dipengaruhi oleh proses sosial dan kultural dari komunitas yang memproduksi pengetahuan tersebut, dalam hal ini Turangga Seta. Penelitian ini menemukan bahwa ada pemahaman yang mempengaruhi pengetahuan yang mereka produksi. Pemahaman tersebut kemudian membentuk nalar dan realisme tersendiri. Pemahaman ini dicapai melalui pengalaman bersama sebagai komunitas.
This research is about a community which name is Turangga Seta. As a community what they do is producing knowledge on Indonesian history, which way is different to the method that used in the scientific Historiography. The research problem is about Turangga Seta in the process of producing the knowledge together as a community. Anthropology of Reason is used for the perspective to look at the problem. According to this perspective, knowledge is influenced by social and cultural process in the community which producing knowledge. This research finds that there are basic notions which give influences to the knowledge produced. These notions eventually establish a certain kind of collective reason and realism. These notions are gained by collective experiences as a community.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
T27748
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
David Nugroho Akbar Karsten
Abstrak :
Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan arena sosial pedalangan wayang kulit Yogyakarta. Perhatian tentu saja diberikan kepada para dalang wayang kulit di Yogyakarta, khususnya para dalang yang memiliki dua orientasi gaya pedalangan yang berbeda. Perbedaan orientasi inilah yang pada akhirnya menjadi dua kekuatan yang memberikan warna di dalam kancah wayang kulit di Yogyakarta. Walaupun berbeda, keduanya ternyata memiliki perannya masing-masing yang menguatkan keberadaan wayang kulit di Yogyakarta, dan kemudian menciptakan sebuah keselarasan. Untuk menjelaskan fenomena tersebut, tulisan ini memuat sejarah dan kondisi saat ini wayang kulit di Yogyakarta,serta profil dari dua dalang yang menjadi representasi dari masing-masing orientasi gaya pertunjukan. Data diperoleh selama melakukan penelitian melalui keterangan yang diberikan oleh beberapa informan, termasuk kedua dalang tersebut. Penelitian dilakukan di daerah Yogyakarta dalam kurun waktu lebih kurang enam bulan dan teknik pengumpulan data yang dipakai selama melakukan penelitian adalah wawancara mendalam dan observasi terlibat dengan mengikuti kegiatan sehari-hari para informan. ......This Thesis aimed to describe the social arena of Yogyakarta’s shadow puppetry. The focus is given to the shadow puppeteers in Yogyakarta, especially to them who have two different orientations of playing style. These differences, finally, have become two strengths which colored the arena of Yogyakarta’s shadow puppet. Even though they are different, they have taken their own roles that strengthen the existence of Yogyakarta’s shadow puppet, and made it to be in harmony. In explaining this phenomenon, this thesis discusses the history and the latest situation of Yogyakarta’s shadow puppetry, and the profile of two shadow puppeteers who represent two different orientations of performance style. The data was obtained from the information shared by informants during the research, including those two shadow puppeteers. The research was conducted in Yogyakarta within a period of about six months and to collect the data, the researcher used in-depth interviews and participant observations by performing daily activities with them.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S44470
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titin Nuraeni
Abstrak :
Skripsi ini mengaji tentang pandangan dunia Komunitas Semesta dan perilaku para pelakunya. Dasar pengetahuan komunitas ini adalah energi. Energi mampu menjadi motivasi bagi para pelaku untuk mewujudkan motif-motif masing-masing anggota. Di dalam komunitas Semesta juga terdapat pengetahuan yang berkenaan dengan pandangan kosmologis yang mereka yakini. Pengetahuan serta meditasi yang mereka lakukan mampu mempengaruhi perilaku anggota Komunitas Semesta. Masing-masing anggota mendapatkan kemampuan yang berbeda sesuai dengan minat, misalnya kesaktian, pengobatan dan spiritual. Sebenarnya mereka mendapatkan semua kemampuan itu namun biasanya anggota Semesta hanya condong pada bidang yang memang diminatinya atau dengan kata lain sesuai dengan jiwanya.
This thesis examines about world view of Semesta Comunity and behaviours of their members. Energy is the basic knowledge of this community. This can be a motivation of their members to create the motifs. Semesta Community is also containing the knowledge about cosmological view. That they convience. Their knowledge and experience of meditation are able to influence behaviours of Semesta Community’s members. Every member found out their different ability appropriate with their passion, for example ability of magic power, healing and spiritual power. Substansively their found out these abilities, but usually the members of Semesta just inclined on area that they are interested in or in other word appropriate with their soul.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S44718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Monica
Abstrak :
Subjek penelitian di dalam penulisan ilmiah ini merupakan seorang perupa Yogyakarta bernama Nasirun. Fokus permasalahan yang diangkat dari beliau, yakni bagaimana dunia tradisi dari pengalaman masa lampau Nasirun, tidak hanya berperan sebagai sumber inspirasi bagi penciptaan anak karyanya, melainkan juga memengaruhi pembentukan karakter dan praktik di kehidupannya dalam rentang waktu yang terus berjalan. Artinya, bagi Nasirun tradisi bukanlah sebagai warisan masa silam yang beku di dalam zamannya, namun selalu dibawa dalam dimensi waktu yang berbeda, melalui aktualisasi dalam wujud lukisan dan praktik kesehariannya. Proses kontinuitas tradisi yang berjalan dari periode lampau sampai realitas kekinian tersebut, pada akhirnya mampu memosisikan Nasirun di dalam dinamika seni rupa Indonesia. ......The research subject in this thesis is Nasirun, a painting artist from Yogyakarta. The focus of the issues originated from him is how the world of tradition from Nasirun’s past experiences, not only serves as the source of inspiration for his creations, but also influences his character building and everyday life practices in the span of his lifetime. It means, for Nasirun, tradition is not a past legacy frozen in its era, but always brought in different dimension of time, through the actualization in the forms of his paintings and his daily practices. The process continuity of tradition from the past to present realities finally positions Nasirun in the dynamics of Indonesian art.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S44458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Dwi Prasetyo
Abstrak :
Ziarah merupakan sebuah ritual masyarakat archaic yang masih dilangsungkan hingga sekarang; hampir diseluruh bentuk dan variasi agama serta kepercayaan. Hal ini menandakan sebuah pengetahuan mendasar yang diproduksi melalui ritual tersebut. Ziarah Wali adalah subjek kajian dalam tulisan saya ini. Saya membahas ziarah Wali dalam kerangka ritual sebagai bentuk performatif dari sebuah Celestial Archetype dan bagaimana konfigurasi ritual ziarah Wali ini merujuk pada pengetahuan mendasar dalam satu kebudayaan. Hal penting yang tidak dapat ditinggalkan dalam ziarah Wali adalah posisi Wali dalam masyarakatnya, sehingga kemudian ketika ia telah meninggal, makam Wali tersebut tetap dikunjungi, dan melaluinya berbagai doa dan permohonan dipanjatkan. Hal ini berkaitan dengan konsep wasilah yang dimiliki Sang Wali sebagai perantara berbagai doa, permohonan, berkah, dan karomah. Ziarah Wali sebagai kekhususan dari kajian mengenai ritual ziarah ini membahas juga salah satu isu mendasar dari filsafat mengenai manusia, yaitu tentang ̳ada‘ atau lebih tepatnya saya turunkan kedalam kehadiran/presence dalam social being. Bagaimana kerja (seorang Wali) dan jalinan kerja antar manusia dalam ruang waktu tertentu membuat posisi kehadiran manusia itu signifikan bagi manusia lain atau mungkin lebih besar lagi sebuah kebudayaan dalam rentang waktu panjang (long duree). ......Pilgrimage is a ritual archaic society that still held to this day; nearly in all forms and variations of religion and belief. This indicates a fundamental knowledge that is produced through the ritual. Pilgrimage Wali is subject in my writing this review. I discussed within the framework of pilgrimage mayor as a form of performative ritual of a Celestial archetype and how this mayor pilgrimage rituals configuration refers fundamental knowledge in one culture. The important thing that can not be left in is the position of Wali on society, so that later when he had died, Wali tomb is still visited, and through the prayers and requests were offered. This relates to the concept wasilah owned by the Wali as an intermediary for various prayer, requests, blessing, and karama. Pilgrimage Wali as the specificity of the study of ritual pilgrimage also discuss one of the fundamental issues of human philosophy, that of 'being' or rather I was sent down into the presence in a social being. How does the work (Wali) and alliances between people in the space and time makes the position of human presence was significant for another human being or may be even greater in the span of a culture (long durée).
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S44737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: UI Press, 2015
306.6 ANT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Buku ini berisi : Going native sebagai tabu dan identitas tempatan sebagai tiitik pijakan etnografis /​ Tony Rudyansjah; Anthropometamorphosis /​ Muhammad Damm; Memahami bahasa agama dalam perspektif antropologi /​ Ade Solihat; Membebaskan ikon dari beban makna /​ Geger Riyanto; Hubungan relasional dan ontologi moralitas /​ Imam Ardhianto; Kesalehan dan agency /​ Naeni Amanulloh.
Jakarta: UI-Press, 2015
306.6 ANT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Meta Refianti
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S5918
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Hapsari Wardhani
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S8267
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>