Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Armelia Hayati
Abstrak :
Kepatuhan pasien dalam melakukan pengobatan merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam keberhasilan terapi, namun kepatuhan untuk melakukan pengobatan oleh pasien sering kali rendah, termasuk pada pengobatan tuberkulosis (TB) paru. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi kepatuhan berobat penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas Depok. Desain penelitian menggunakan studi potong lintang dengan 76 responden. Pengambilan data melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner dengan metode consecutive sampling. Sampel adalah penderita TB paru berusia minimal 15 tahun yang telah minum obat minimal selama 2 bulan dan datang berobat pada bulan Februari-April 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 43% responden yang patuh terhadap pengobatan tuberkulosis paru. Ada hubungan antara jarak dan peran keluarga/ pengawas menelan obat (PMO) dengan kepatuhan berobat penderita TB paru, tetapi tidak ada hubungan antara factor sosiodemografis (jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah pendapatan keluarga per bulan), pengetahuan, efek samping obat, riwayat penyakit lain, ketersediaan transportasi dan peran petugas tuberkulosis di puskesmas dengan kepatuhan berobat penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas Depok. Studi menunjukkan tingginya angka ketidakpatuhan berobat pada penderita tuberkulosis paru. Oleh karena itu, peran keluarga/ PMO dalam mengawasi pengobatan perlu ditingkatkan sehingga penyebaran penyakit dan meluasnya resistensi bakteri dapat dicegah. ......Compliance of patients in making treatment is one factor that determines the success of therapy, but adherence to treatment by patients is often low, including in the treatment of tuberculosis (TB). The study aims to evaluate treatment compliance of patients with pulmonary tuberculosis in Pancoran Mas Depok District Health Center. Design research using cross sectional study with 76 respondents. Retrieval of data through direct interviews using a questionnaire with a consecutive sampling method. Samples were pulmonary TB patients at least 15 years old who had been taking medication for at least two months and come for treatment in February-April 2011. The results showed that there were 43% of respondents who adhere to the treatment of pulmonary tuberculosis. There is a relationship between the distance and family's role/ supervisor-medication (PMO) with pulmonary TB patient treatment compliance, but there is no relationship between sosiodemografis factors (sex, age, education, occupation, total family income per month), knowledge, drug side effects, history of other diseases, avaibility of transport, and the role of the tuberculosis officer at the health center with pulmonary TB patient treatment compliance in Pancoran Mas Depok District Health Center. Studies show high rates of medication adherence in patients with pulmonary tuberculosis. Therefore, the role of family / PMO in monitoring the treatment needs to be improved so that the spread of disease and spread of bacterial resistance can be prevented.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S121
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hardiani Rahmania
Abstrak :
Asetosal merupakan obat analgesik antipiretik dan antiinflamasi yang memiliki efek samping ulserasi mukosa lambung. Untuk memperpanjang durasi asetosal sehingga mengurangi efek sampingnya, perlu dilakukan peningkatan waktu paruh asetosal. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pH urin (6,82 - 10,10) terhadap waktu paruh asetosal yang ditunjukkan dengan jumlah kumulatif asam salisilat yang diekskresikan. Pada penelitian ini digunakan 25 ekor tikus putih jantan galur Sprague-Dawley yang terbagi dalam 5 kelompok, yaitu kontrol normal, hanya diberi larutan CMC 0,5% yang mengandung gliserol 15%; control asetosal (216 mg/200 g berat badan); dan tiga kelompok yang diberi asetosal (216 mg/200 g berat badan) serta larutan NaHCO3 10% tiap 6 jam dengan variasi dosis yang telah dipilih (180; 270; 360 mg/200 g berat badan). Semua larutan uji diberikan secara oral. Kadar asam salisilat diukur pada cuplikan urin jam ke-1, 2, 3, 4, 5, dan 10 dengan cara mereaksikan dengan besi (III) amonium sulfat sehingga terbentuk kompleks besi (III) salisilat berwarna ungu yang diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pH urin yang semakin basa, terjadi peningkatan jumlah kumulatif asam salisilat dalam urin, sehingga waktu paruh asetosal semakin menurun. ......Acetosal is an antipyretic analgesic and anti-inflammatory drug that has side effects gastric mucosal ulceration. To extend the duration acetosal thereby reducing side effects is necessary to improve half-life acetosal. This research was subjected to determine the effect of urine pH (6,8 - 10,10) against half-life acetosal indicated by the cumulative amount of salicylic acid which is excreted. In this research used 25 male albino rats of Sprague-Dawley strain which is divided into 5 groups, that are normal controls who were given only 0.5% CMC solution containing 15% glycerol, acetosal control (216 mg/200 g body weight), and three groups were given acetosal (216 mg/200 g body weight) and NaHCO3 10% solution every 6 hours with variation doses which was selected (180; 270; 360 mg/200 g body weight). All test solutions administered orally. Salicylic acid concentration in urine samples were measured on 1, 2, 3, 4, 5, and 10 hours by reacting with iron (III) ammonium sulphate, forming complexes of iron (III) salicylate purple measured absorbance using UV-Vis spectrophotometer. The results showed that the urine pH more alkaline, cumulative total amount of salicylic acid in urine was increasing, so the acetosal half-life became faster.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S128
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Firnando
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S32462
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fery Prapnawati
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan tingkat ekonomi dengan ketepatan penggunaan vitamin E sebagai antioksidan dan perawatan kulit. Penelitian ini dilakukan di kelurahan Joglo, kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Survei dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2005, dan jenis penelitian yang dilakukan adalah cross sectional (potong lintang). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode cluster sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner melalui pertanyaan semi terbuka dan tertutup kepada 206 responden. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji statistik kai kuadrat dengan tingkat kepercayaan 95%. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ternyata tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan ketepatan dalam penggunaan vitamin E tetapi ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan ketepatan dalam penggunaan vitamin E, dan juga ada hubungan yang bermakna antara tingkat ekonomi dengan ketepatan dalam penggunaan vitamin E.
A research to know the correlation between level of education, level of knowledge and level of economic with the accuracy of vitamin E consumtion as antioxidant and the skin treatment have been done. The type of this research is cross sectional which took place in kelurahan Joglo, Kembangan, West Jakarta during April until may 2005. Sample was taken using Cluster sampling method. Datas were collected from 206 respondents using quisioners through some semi wide questions and some limited questions. Datas which had been obtained were analyzed using statistical test of Chi Square with 95% level of confidents. Base on the result had been known that there was no significant correlation between level of education with the accuracy of use of vitamin E but there was a significant correlation between level of knowledge with the accuracy of vitamin E consumtion and there was a significant correlation between level of economic with the accuracy of vitamin E consumtion.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2005
S32865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Messalina
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S32860
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lestari Asdiatuti
Abstrak :
Formalin termasuk salah satu bahan tambahan yang dilarang penggunaannya dalam makanan, karena dapat membahayakan kesehatan manusia. Namun penggunaannya untuk mengawetkan makanan masih banyak ditemukan, misalnya pada ikan asin. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi dan penetapan kadar formalin dalam sampel ikan asin yang diperoleh dari tempat pengolahan ikan asin. Analisis formalin dalam sampel ikan asin dilakukan dengan metode spektrokolorimetri menggunakan pereaksi asam kromatropat. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang maksimum 570,6 nm. Dari 10 sampel yang di analisis, enam sampel ikan asin berdaging tebal menunjukkan hasil yang positif terhadap uji formalin dengan konsentrasi antara 1,2562 mg/ml sampai 5,7936 mg/ml. Pada ikan asin berdaging sedang menunjukkan hasil yang negatif terhadap uji formalin. Hal ini dapat dilihat dari spektrum serapan dan warna yang terbentuk.
Formaline is a substance which is not allowed to be used in food because it is dangerous for health, but the using of formaline as food preservative still can be found in some cases, for example in the making of salty fishes. Therefore, it is necessary to analize the used of formaline in the making of salty fishes. The spectrocolorimetry method with chromatropic acid as the reagent can be used to analyze formaline in salty fishes. The measurment of absorbtion had been done at 570,6 nm wave length. The result of the analysis shows six samples which have much more meat contained formaline, with the concentration between 1,2562 mg/ml to 5,7936 mg/ml. Samples which have less meat show that there was no formaline used as the preservative.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2005
S32784
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Zuspita Anggrarini
Abstrak :
Asam benzoat dan asam sorbat merupakan zat antimikroba yang digunakan sebagai bahan pengawet pada makanan. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan asam benzoat dan asam sorbat yang terkandung dalam berbagai merek kecap yang beredar di kota Depok secara kromatografi lapis tipis (KLT) densitometri. Analisis dilakukan dengan menggunakan fasa gerak n-heksana : etil asetat (4:1) dengan penambahan asam asetat 1% volume; deteksi dengan Camag TLC Scanner III pada panjang gelombang maksimum 230 nm untuk asam benzoat dan 262 nm untuk asam sorbat. Dengan metode ekstraksi AOAC, rata-rata perolehan kembali untuk asam benzoat dan asam sorbat masing-masing adalah 100,51% dan 85,06%; hasil percobaan dari 10 sampel ternyata ditemukan 6 sampel mengandung asam benzoat dengan kadar 87,48 - 3880,31 mg/kg kecap (dimana 1 sampel diantaranya melebihi kadar yang telah ditetapkan pemerintah); 2 sampel mengandung asam sorbat dengan kadar 15,74 - 20,46 mg/kg kecap dan 2 sampel lainnya tidak mengandung asam benzoat dan atau asam sorbat. ......Benzoic acid and sorbic acid are antimicrobial substances that used as the food preservative substances. The purpose of this research was to analyze the level of benzoic acid and sorbic acid in some brands of soy sauce that were sold in Depok using thin layer chromatography (TLC) method. The analysis used n-hexane : etil acetat (4:1) with addition of 1% acetic acid as mobile phase; detection using Camag TLC Scanner at maximum wavelength 230 nm for benzoic acid and 262 nm for sorbic acid. Using the AOAC extraction method, the average of recovery were 100.51% for benzoic acid and 85.06% for sorbic acid. The result of the test showed, 6 out of 10 sample consist of benzoic acid between 87.48 - 3880.31 mg/kg (which 1 sample consist more than maximum level); 2 sample consist 15.74 - 20.48 mg/kg; while 2 other samples did not contain benzoic acid and sorbic acid.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32892
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shintia Nirmalasari
Abstrak :
Obat golongan anti inflamasi non steroid (AINS) digunakan secara luas sebagai analgesik dan anti inflamasi. Obat golongan anti inflamasi non steroid sangat umum diresepkan, terutama pada pasien usia lanjut. Resiko mengalami efek yang tidak diinginkan dari penggunaan AINS umumnya terjadi pada pasien usia lanjut. Secara teori toksisitas AINS kemungkinan dapat meningkat dengan adanya pemakaian bersama sehingga menimbulkan interaksi obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peresepan dan masalah interaksi obat AINS di Rumah Sakit Prikasih Jakarta Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei yang bersifat deskriptif-analitis dan retrospektif. Data diambil dari 156 resep obat AINS pada pasien rawat jalan selama bulan Juni-Agustus 2006. Dari sejumlah resep tersebut ditemukan adanya 58 resep yang mengalami interaksi obat, dimana 38 resep memiliki sedikit interaksi obat, 18 resep kategori sedang dan 4 resep memiliki banyak potensi interaksi obat. Dengan menggunakan uji Kai Kuadrat diketahui hubungan yang bermakna antara jumlah obat dalam satu resep yang mengandung AINS dengan jumlah interaksi obat yang teridentifikasi. Nonsteroidal anti inflammatory drugs (NSAIDs) are widely used for their analgesic and anti-inflammatory effects. Nonsteroidal anti inflammatory drugs (NSAIDs) are very commonly prescribed, especially in the geriatric patients who have emerged as one of the most striking risk factors commonly associated with NSAIDs therapy. From a theoretical point of view the toxicity of NSAIDs may be increased by coadministration with interacting drugs. The objectives of this study were to identify prescription and the prevalence of drug interaction of NSAIDs at the hospital Prikasih in South Jakarta. The method of this study was survey method in analytical-descriptive retrospective. Data were collected from 156 outpatient recipes of NSAIDs admitted during the study period of Juni- Agustus 2006. From the recipes were identified 58 recipes have potency of drug interaction where 36 recipes have a few potency of drug interaction, 18 recipes in medium category, and 4 recipes have many potency of drug interaction. By using Chi Square test it was concluded that were a significant correlation between the number of drugs on the recipes content NSAIDs and the number of interaction were identified.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daryadi
Abstrak :
Pewarna makanan digunakan untuk memberi daya tarik bagi konsumen seharusnya aman bagi kesehatan konsumen. Sebagian besar permen karet menggunakan pewarna agar kelihatan lebih menarik. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pewarna yang terkandung dalam permen karet apakah mengandung pewarna sintetik yang dilarang atau tidak. Pemeriksaan dilakukan dengan mengisolasi pewarna dari permen karet menggunakan bulu domba. Pemisahan komponen pewarna dilakukan secara kromatografi kertas menggunakan eluen larutan natrium klorida 2% dalam etanol 50%, etanol-n-butanol-air (4:2:2) dan etilmetil keton-aseton-air (7:3:3), serta kromatografi lapis tipis dengan eluen n-butanol-asam asetat glasial-air (6:1,5:7,5) dan (10:4:16), dilanjutkan dengan densitometri untuk menunjang hasil identifikasi. Hasil penelitian menunjukkan beberapa produk permen karet mengandung pewarna sintetik Karmoisin, Ponceau 4R, Tartrazin, Kuning FCF, dan Biru Berlian. Semua pewarna tersebut diizinkan penggunaannya dalam makanan. The color of a food product its meant to give attractive for costumer should be save for health, almost of chewing gum use colorant for looked more interesting. This research aim to identification colorant in the bubble gum, is there containing synthetic colorant allowed use for food or not. Identification doing with isolation colorant from bubble gum using the wool. Separated of color component do with paper chromatography use mobil phase sodium chloride 2% in ethanol 50%, ethanol-n-butanol-water (4:2:2) and ethylmethyl keton-acetone-water (7:3:3), and thin layer chromatography use mobile phase n-butanol-glacial acetic acid-water (6:1,5:7,5) and (10:4:16) then densitometry to support identification result. Result of identification to show some of bubble gum product containing synthetic colorant, there were Carmoisine, Ponceau 4R, Tartrazine, Sunset yellow FCF and Brilliant blue. All colorant not forbided use in food.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Novitri
Abstrak :
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit di dunia yang mempunyai tingkat penularan cukup cepat. Pada negara berkembang termasuk Indonesia terutama di kawasan padat penduduk dan faktor ekonomi menengah kebawah seperti di wilayah kerja Puskesmas Jembatan Serong Depok, tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara faktor predisposisi (pengetahuan, dan sikap), faktor pemungkin (biaya transportasi), dan faktor penguat (tindakan petugas kesehatan, dan tindakan keluarga) dengan kepatuhan berobat penderita tuberkulosis paru melalui pendekatan model L.Green. Desain penelitian ini adalah Cross sectional dengan dimensi waktu restrospektif. Populasi adalah penderita tuberkulosis yang berobat di Puskesmas Jembatan Serong Depok periode bulan April - September tahun 2006. Berdasarkan analisis data penelitian uji kai kuadrat, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen yang berhubungan dengan kepatuhan berobat penderita tuberkulosis paru adalah pengetahuan, sikap, biaya transportasi, tindakan petugas kesehatan, dan tindakan keluarga. Hubungan antara variabel pengetahuan dengan kepatuhan berobat menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan responden maka semakin patuh berobat. Hubungan antara variabel sikap dengan kepatuhan berobat menunjukkan bahwa semakin setuju sikap responden maka semakin patuh berobat. Hubungan antara variabel biaya transportasi dengan kepatuhan berobat menunjukkan bahwa semakin tidak memberatkan biaya transportasi maka semakin patuh berobat. Hubungan antara variabel tindakan petugas kesehatan dengan kepatuhan berobat menunjukkan semakin besar petugas kesehatan mendukung pasien dalam upaya pengobatan tuberkulosis paru di puskesmas maka semakin patuh berobat. Hubungan antara variabel tindakan keluarga dengan kepatuhan berobat menunjukkan bahwa semakin besar tindakan keluarga responden mendukung terhadap upaya pengobatan tuberkulosis paru dirumah maka pasien semakin patuh berobat. Tuberculosis is one of disease in the world that has fast infection. In development country like Indonesia especially at over populated area and middle to low economic income, tuberculosis is major disease specially in Puskesmas Jembatan Serong Depok area. The special purposes of this research is to aknowledge relationship between predispotition factor (knowledge, and attitude), possibility factor (transportation cost), and multiply factor (paramedic and family action) with drugs compliance tuberculosis patient through L.Green's approached. The research design is Cross sectional with restrospektif's dimension. Population is tuberculosis patient that have medicate at Puskesmas Jembatan Serong Depok in September to April 2006. Based on data analysis research using kai's square metode, the result of the research shows that independent variable for drugs compliance tuberculosis patient are knowledge, attitude, transportation cost, paramedic and family action. The relationship between knowledge and drugs compliance shows that the better healthy knowledge made patient more compliance. The stronger relationship between attitude and drugs compliance shows patient more compliance. The relationship between transportation cost and drugs compliance shows that more cheaper the transportation cost made patient more compliance. The relationship between paramedic action and drugs compliance shows that more supportive paramedic action made patient more compliance. The relationship between family action and drugs compliance shows that more supportive the family action made patient more compliance.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32949
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>