Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Moeharti Soesani Moeimam
Abstrak :
Teori dari Keenan dan Comrie (1977), hierarki keterjangkauan/HT (accessibility hierarchy), digunakan sebagai ancangan awal untuk tin¬jauan perbandingan antara klausa relatif bahasa Belanda dan bahasa Indonesia berdasarkan pertimbangan bahwa teori ini pernah diterapkan oleh Keenan dan Comrie pada pembahasan baik klausa relatif dari bahasa Indo Eropa (misaInya bahasa Jerman) maupun klausa relatif dart bahasa Austronesia (misalnya bahasa Batak Toba). Hierarki keterjang¬kauan adalah suatu teori yang memperlihatkan adanya hierarki, sebagai ciri utama dari kaidah berimplikasi, dari posisi-posisi frasa nominal. Posisi frasa nominal itu didasarkan pada fungsi dari suatu konstituen (dalam hal ini: penghubung) yang koreferensial dengan konstituen in¬duk (dalam hal anteseden) dalam klausa relatif. Apabila dalam suatu bahasa terdapat suatu bentuk klausa relatif, berarti terdapat penggunaan P (berkoreferensi dengan anteseden) dengan fungsi tertentu dalam klausa relatif yang sejajar dengan posisi frasa nominal dalam HT. Hasil penerapan HT pada klausa relatif bahasa Belanda menunjukkan ketaatan bahasa itu terhadap kaidah berimplikasi dari HT. Penentuan posisi frasa nominal yang didasarkan pada fungsi penghubung dalam klausa relatif dengan mudah dapat dilakukan. Berbeda dengan bahasa Belanda, penerapan HT pada bahasa Indonesia mengalami hambatan. Fungsi penghubung dalam klausa relatif bahasa Indonesia perlu lebih dahulu di. identifikasikan. Berdasarkan pengidentifikasian tersebut, terlihat bahwa di dalam bahasa Indonesia pembedaan antara OL dan OTL, seperti dalam bahasa Belanda, tidak relevan. Dengan pembedaan antara OL dan OTL tidak relevan, berarti teori HT (SU > OL > OTL KM >GEN OPEM) sebenarnya (Adak berlaku untuk bahasa Indonesia. Untuk itu, dalam penelitian ini, sesuai dengan keadaan bahasa Indonesia, disusun model teori lain dengan prinsip hierarki yang dipertahankan tetap se¬jajar dengan teori HT. Dalam model teori ini, posisi tidak lagi di¬dasarkan pada fungsi penghubung tetapi pada peran penghubung dalam klausa relatif, sehingga terbentuk model teori seperti berikut:
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
T39934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Sari Riana
Abstrak :
Skripsi ini bertujuan menyelidiki secara garis besar suatu bahasa yang lahir dari persentuhan dua bahasa dan bangsa , yaitu Indonesia dan Belanda. Sehingga dalam bahasa itu kita menemukan sifat--sifat yang ada dalam bahasa Indonesia dan dalam bahasa Belanda. Suatu contoh yang paling dekat dengan sejarah kehidupan kita dan juga merupakan obyek dari skripsi ini adalah lahirnya bahasa, Petjo yang merupakan akibat dari persen_tuhan dan percampuran bahasa dan kebudayaan Belanda dengan Indonesia. Sebelumnya kita menyebut bahasa itu bahasa Indo-Belanda , tetapi ditahun 1974, seorang penulis berdarah Indo-Belanda, Tjalie Robinson memperkenalkan bahasa itu sebagal Bahasa Peco dengan bukunya ' Ik ea Bentie t' yang sengaja di_tulis dekat dengan pengucapan bahasa .itu. Pjalie Robinson bermaksud agar dengan terbitnya buku tersebut ada perhatian dari para linguis untuk menyelidikinya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1976
S15930
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sjarif Hadi Tjahjono
Abstrak :
Berdasarkan pada pengamatan, kata pinjam bahasa Belanda yang terdapat dalam kamus modern bahasa Indonesia, karangan Sutan Mohammad Zain, ternyata, bahwa /a/ disisipkan dalam gugusan konsonan bahasa Belanda, dalam kata-kata Belanda yang bersuku satu atau dua, jika kata-kata Belanda tersebut diambil menjadi kata-kata Indonesia. Contoh: fonem Belanda/e/ selalu diganti dengan fonem Indonesia /i/ (misalnya: andeel - andil). Sebaliknya, jika sebuah fpnem Belanda diganti dengan beberapa buah fonem Indonesia yang paling dekat dengan fonem Belanda tersebut, maka subtitusi yang demikian kita sebutsubstitusi yang non-sistimatis, contoh: fonem Belanda /u/ diganti dengan fonim-fonim Indonesia/u/ dan/i/ (misalnya: temperatuur - temperatur; stuur -setir). Penyesuaian itu dapat terjadi di antara fonim-fonim vokal, diftrong, konsonan dan dalam distribusi vokal dan konsonan dari kedua bahasa.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1976
S15947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilie Suratminto
Abstrak :
Pokok bahasan tesis ini adalah tentang beberapa aspek dalam proses belajar mengajar bahasa asing, terutama mengenai asumsi umum sebagai berikut: · bahwa pengajaran bahasa harus dimulai dengan banyak latihan mendengar dan membaca; · bahwa harus ada hubungan yang erat antara kemahiran membaca dan kemahiran mendengar sejak tingkat awal. Berdasarken asumsi-asumsi tersebut dapat dihipotesiskan bahwa apabila membaca dibantu dengan mendengar dalam proses belajar bahasa asing tingkat pemula, maka retensi leksikal akan meningkat. Untuk menguji hipotesis ini telah dilaksanakan eksperimen terhadap dua grup mahasiswa asing yang sedang belajar bahasa Belanda tingkat pemula di Fakultas Sastra Rijksuniversiteit Leiden Belanda. Kepada mereka diberikan dua jenis teks bacaan (A dan B) yang paralel dengan kondisi test dengan mendengar dan tanpa mendengar. Setiap teks tersebut terdiri dari dua jenis pertanyaan, yaitu pertanyaan pilihan ganda atau MC (multiple choice) dan pertanyaan isian tertutup (cloze test) atau CT. Jika hipotesis tersebut benar, hasil eksperimen akan menunjukkan bahwa membaca dibantu dengan mendengar akan memperoleh skor lebih tinggi bila dibandingkan dengan skor pada kondisi test tanpa mendengar. Hipotesis akan berkebalikan apabila ternyata bahwa kondisi mendengar tidak ada efek, dengan kata lain tidak ada perbedaan skor antara kedua kondisi test yang berbeda. Untuk menguji hasil skor dalam eksperimen ini dipergunakan dua model analisis statistik, yaitu analisis variansi dan analisis regresi. Hasil eksperimen dapat dievaluasi sebagai berikut: 1. Skor test membaca teks B dalam kondisi mendengar pada kedua jenis test (MC dab CT) lebih tinggi dari pada skor test pada kondisi tanpa mendengar. Hal yang sama terjadi pada teks A, tetapi hanya pada jenis pertanyaan MC. 2. Skor test teks A pada kondisi mendengar pada jenis pertanyaan CT lebih rendah dari pada skor test pada kondisi test tanpa mendengar. 3. Ramalan skor test dengan analisis regresi dari membaca tanpa dibantu dengan mendengar ke membaca dengan dibantu mendengar menunjukkan bahwa responden yang sudah mencapai skor maksimum faktor mendengar justru mengganggu. 4. Melalui analisis variansi ditemukan bahwa ada efek test dan interaksi yang signifikan pada kedua test. Berdasarkan hasil eksperimen ditarik catatan sebagai berikut: 1. Kedua jenis teks bacaan yang dipergunakan dalam eksperimen masing-masing mempunyai spesifitas yang berbeda, walaupun kedua teks tersebut mempunyai derajat kesulitan kosa kata dan tatebabasa yang sama. Derajat kesulitan tersebut yang dipakai sebagai dasar penentuan dua teks yang berbeda menjadi paralel tidak cukup, tanpa memperhatikan isi teks yang kemungkinan dapat mempengaruhi prestasi skor test. 2. Pengajaran kemahiran membaca pada tingkat pemula harus dibantu dengan mendengar. Prestasi skor test teks B pada kondisi mendengar menunjukkan kenaikan retensi leksikal. 3. Pemilihan responden dalam eksperimen ini berdasarkan sistem acak (random sampling), dengan jumlah responden yang kecil menunjukkan bahwa kedua teks tersebut spesifikk. Kemungkinan dengan jumlah responden yang lebih besar dari pada eksperimen ini akan terdapat perbedaan yang lebih signifikan, misalnya pengaruh kondisi test dan sebagainya. 4. Hasil penelitian ini dapat diujikan pada responden yang dipilih berdasarkan faktor yang relevan misalnya berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, latar belakang budaya atau bahasa ibu (eksperimen spesifik). Untuk di Indonesia cukup menarik diketahui apakah kedua teks tersebut yang dipergunakan dalam eksperimen ini benar-benar spesifik dan apakah polanya juga sama dengan penelitian ini. 5. Pada anelisis regresi garis regresi tidak mendatar tetapi menanjak semuanya. Hal ini berarti bahwa hasil regresi ini menantang untuk diadakan eksperimen replikasi dengan pola yang sama dengan jumlah responden yang lebih besar.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library