Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Mardjoko
"Perdagangan dunia dalam era WTO, APEC, AFTA, membawa persaingan yang semakin ketat, baik di pasar global dengan sesama eksportir, maupun di pasar domestik menghadapi barang impor. Meskipun mengkhawatirkan pihak yang selama ini mendapat proteksi, perdagangan bebas sebenarnya memberikan lebih banyak peluang perluasan pasar ekspor. Indonesia menandatangani ketiga kesepakatan itu sehingga pelaku bisnis harus siap berkompetisi dan pihak pemerintah harus siap dengan kebijakan yang mendukung. Tantangan ini sangat berat akibat adanya hambatan domestik maupun di pasar ekspor, tetapi perlu terus diupayakan pemerintah dan dunia usaha, karena devisa ekspor merupakan sumberdaya utama bagi pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat.
Untuk menelaah dimana sebenarnya posisi Indonesia dan peran pemerintah dalam meningkatkan ekspor ditengah persaingan pasar bebas, maka penelitian ini bertujuan mengkaji hubungan kebijakan pemerintah, perilaku perusahaan dan kinerja ekspor. Dengan kajian ini diharapkan didapat acuan bagi kebijakan pemerintah, dan acuan bagi perilaku eksportir yang mendukung kinerja ekspor nasional.
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelaahan literatur dengan mengkaji faktor-faktor pendukung dan penghambat kinerja ekspor yang telah diteliti sebelumnya. Berdasarkan referensi, kebijakan pemerintah erat kaitannya dengan perilaku perusahaan, sedangkan perilaku tersebut mempengaruhi kinerja ekspor perusahaan yang secara agregat merupakan kinerja ekspor nasional. Perilaku perusahaan yang dikaji di dalam penelitian ini dikembangkan dan kajian Barringer et al (1996), yang meliputi, perilaku kewirausahaan, perencanaan ekspor, sikap penghambat ekspor, dan orientasi global. Perilaku tersebut dikaji hubungannya dengan kebijakan pemerintah melalui sub-variabel terukur dari keempat variabel dimaksud dan selanjutnya, dikaji pengaruh 4 perilaku tersebut terhadap kinerja ekspor perusahaan. Sub-variabel dari masing-masing perilaku diberi skala Likert 1-5 untuk mengukur pendapat responden. Pengumpulan data dilakukan dengan mengirimkan kuesioner kepada responden eksportir di Indonesia secara cluster random sampling.
Penelitian ini memberikan kontribusi kepada perkembangan ilmu pengetahuan di bidang administrasi yang meliputi : pengkajian variabel yang sudah diteliti para ahli untuk diterapkan di Indonesia, penambahan orientasi global sebagai variabel dependen, dan pengukuran hubungan kebijakan pemerintah, perilaku perusahaan dan kinerja ekspor di dalam satu model. Barringer mengkaji hubungan variabel dependen dan independen satu demi satu, sedangkan penelitian ini menguji semua variabel sekaligus dan simultan dengan Structural Equation Model (SEW} dan bantuan program komputer Linear Structural Relation (LISREL).
Didapat temuan bahwa kebijakan pemerintah hanya mempengaruhi perilaku perencanaan ekspor perusahaan. Komitmen pemerintah terhadap tahapan waktu dan penghapusan proteksi perdagangan secara bertahap, diikuti oleh proses penyesuaian diri para eksportir dalam mengantisipasi tantangan dan peluang setiap agenda liberalisasi perdagangan global dan dampaknya terhadap usahanya. Kebijakan pemerintah tidak secara signifikan mempengaruhi perilaku kewirausahaan, perilaku penghambat ekspor, dan perilaku orientasi global. Padahal, ketiga perilaku perusahaan tersebut berdasarkan sejumlah teori, terkait erat dengan kebijakan pemerintah.
Temuan kedua, kinerja ekspor perusahaan ternyata dipengaruhi oleh perilaku perencanaan ekspor dan perilaku penghambat ekspor. Perencanaan ekspor umumnya mengikuti mekanisme transaksi internasional dengan jadwal ekspor periodik yang erat kaitannya dengan kinerja ekspor. Perilaku penghambat ekspor merupakan persepsi tentang ekspor yang rumit, riskan, dan tidak pasti, sehingga menjadi hambatan nyata di pasar yang perlu ditanggulangi dengan program transparansi pasar.
Implikasi teori dari kajian ini diantaranya adalah konfirmasi tentang pengaruh kebijakan pemerintah terhadap kinerja ekspor perusahaan melalui pembinaan, dukungan dan arahan dalam perencanaan ekspor. Sedangkan implikasi kebijakan pemerintah meliputi peningkatan efisiensi transaksi domestik, membangun rasa percaya din eksportir dengan penyederhanaan prosedur ekspor, membangun infrastruktur perdagangan luar negeri yang efisien sehingga memberikan kemudahan lalulintas barang, devisa, dan informasi bagi kegiatan ekspor Indonesia."
2002
D468
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Mukhlis Yusuf
"Kapabilitas organisasional merupakan key strength factor yang menentukan kemampuan perusahaan menengah unggul di Indonesia saat menghadapi krisis ekonomi tahun 1997-1999. Kapabilitas organisasional tersebut berupa kemampuan rekonfigurasi kapabilitas internal dan relasi eksternal untuk mengatasi berbagai kondisi yang tak pernah terjadi sebelumnya. Mereka mampu bertahan dan bahkan tumbuh selama krisis, pada saat sebagian perusahaan-perusahaan lain harus diambil alih manajemen dan kepemilikan oleh pengusaha lain dan bahkan tak sedikit mengalami likuidasi atau berhenti beroperasi.
Berbeda dengan sejumlah penelitian sebelumnya pada obyek perusahaan besar di mancanegara dan perusahaan kecil di Indonesia selama krisis ekonomi tahun 1997-1999, penelitian ini memfokuskan pada perusahaan menengah, karena jenis dan ukuran perusahaan ini berpotensi untuk dapat tumbuh menjadi perusahaan lebih besar dan relatif telah menjalankan prinsip-prinsip pengelolaan manajemen perusahaan modern dibandingkan usaha kecil.
Tambunan (2000) menyatakan bahwa jenis-jenis perusahaan yang berorientasi ekspor, tidak berutang, berutang dalam skala tertentu, tak menggunakan bahan baku impor mampu mengatasi krisis ekonomi pada masa itu. Dalam penelusuran penulis, belum ada yang mengkhususkan diri meneliti skala perusahaan menengah di Indonesia. Perlu keberlanjutan data perusahaan yang bersifat longitudinal tentang perusahaan-perusahaan sebelum dan sesudah krisis. Sejumlah penelitian lain di manca negara, dilakukan secara cross-sections, antar industri, namun nasib perusahaan setelah masa penelitian tak diketahui selanjutnya. Akatiga (1999) melakukan penelitian berbasis data perusahaan secara longitudinal, namun terbatas pada skala usaha mikro dan kecil.
Penelitian ini dimulai dengan studi pustaka dan eksplorasi terhadap15 pengusaha menengah dan wawancara pendahuluan terhadap 13 pakar bisnis pada tahun 2004-2005 untuk mengetahui kapabilitas organisasional perusahaan yang mampu bertahan dan bahkan tumbuh selama krisis. Tiga pertanyaan diajukan kepada para responden penelitian pendahuluan tersebut, yakni: (1) apa yang Anda lakukan saat puncak krisis ekonomi tahun 1997-1999 untuk mampu bertahan? (2) kapabilitas apa yang dimiliki Perusahaan saat mampu bertahan selama krisis? (3) bagaimana cara Anda memperoleh kapabilitas tersebut?
Melalui metode wawancara semi-terstruktur, diketahui bahwa para pengusaha menengah unggul di Indonesia melakukan rekonfigurasi kapabilitas melalui proses pembelajaran selama krisis dalam hal melayani dan menjaga komitmen terhadap pelanggan, pemasok, lembaga keuangan, kebijakan bauran pemasaran, menyesuaikan struktur biaya tetap dan variabel, menjaga reputasi terhadap pelanggan dan mitra bisnis, menjaga arus kas terutama dalam hubungannya dengan utang dan kewajiban perusahaan lainnya, membangun hubungan relasional dengan semua pihak dan terus mengikuti kebijakan-kebijakan Pemerintah selama krisis. Hasil dari wawancara semi-terstruktur tesebut diketahui kapabilitas tersebut didukung oleh komitmen atas pembelajaran selama krisis, memperkuat komunikasi internal dan ekternal dengan mitra perusahaan, dan melakukan hal-hal baru demi mempertahankan keberlanjutan Perusahaan. Hasil wawancara tersebut selanjutnya diproses dengan prosedur; labeling, coding, dan kategorisasi atas pernyataan responden, mengarah pada unsur pembentuk konsepsi orientasi pembelajaran (learning orientation) dan kapabilitas dinamis (dynamic capabilities) yang selama ini dikenal dalam ranah manajemen.
Penelitian menggunakan metode abduktif (abductive), yang didukung basis data (inductive) dan teori (deductive), untuk membangun hipotesis yang selanjutnya diuji secara kuantitatif terhadap 60 responden perusahaan menengah unggul pemenang kontes E-50 (Enterprise 50, komunitas pemenang perusahaan unggul versi Accenture dan majalah SWA) dari populasi 121 perusahaan di Indonesia.
Melalui uji pearson dan uji regresi, teruji bahwa orientasi pembelajaran yang dibangun oleh tiga kontruk (1) komitmen terhadap pembelajaran, (2) keterbukaan pandangan, (3) shared-vision, berpengaruh linier positif terhadap kapabilitas dinamis perusahaan. Kapabilitas dinamis Perusahaan itu sendiri dibentuk oleh tiga konstruk; (1) kapasitas penyerapan informasi; (2) kapabilitas koordinasi informasi; dan (3) pikiran kolektif.
Dengan menggunakan general linier model (GLM), teruji secara statistik bahwa orientasi berpengaruh linier positif terhadap kapabilitas dinamis pada semua kelompok perusahaan yang terdiri atas atau dibentuk oleh jenis industri (manufaktur dan jasa), leverage utang (tidak berutang dan berutang), dan asal sumber bahan baku (tidak impor dan ada impor). Melalui uji regresi heterogenous diketahui pengaruh tersebut pada kelompok perusahaan; (1) jasa yang tidak melakukan ekspor; (2) manufaktur yang melakukan ekspor; (3) jasa yang berutang dan tak berutang; (4) manufaktur yang berutang; (5) jasa yang berbahan baku impor dan berbahan baku impor; dan (6) manufaktur yang tidak berbahan baku baku ekspor.
Melalui uji heterogenous juga diketahui bahwa perbedaan pengaruh orientasi pembelajaran terhadap kapabilitas dinamis antar kelompok perusahaan yang terdiri atas atau dibentuk jenis industri, leverage utang, dan asal sumber bahan baku secara statistik tidak signifikan.
Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa sepanjang perusahaan membangun ketiga konstruk atau nilai-nilai pembentuk orientasi pembelajaran, maka perusahaan akan mampu membangun kapabilitas dinamis dalam mengatasi turbulensi lingkungan bisnis. Kedua variabel ini menghasilkan kapabilitas organisasioanal yang terus-menerus diperbaharui oleh perusahaan.
Tulisan ini juga membahas berbagai implikasi manajerial bagi perusahaan dan para fasilitator atau regulator dalam pembinaan usaha kecil dan menengah di Indonesia, selain faktor fisik dan finansial, faktor intelektual dan organisasional menjadi sumberdaya yang menjanjikan dalam perusahaan. Penelitian ini juga menjelaskan berbagai keterbatasan dan rekomendasi penelitian selanjutnya.

Organizational capabilities is a key strength of the factor that determines the ability of the midle size companies in Indonesia in surviving during the economic crisis of 1997-1999. The organizational capabilities is the ability of a reconfiguration of the external relations and internal capabilities to address various conditions that never happened before. They are able to survive and even grow during the crisis, at a time when most other companies to take over the management and ownership by other entrepreneurs and even some undergoing liquidation or stopped operations. In contrast to some previous research on large companies and small companies abroad in Indonesia during the economic crisis of 1997-1999, this study focuses on the medium size, because the company type and size of company was potentially to be able to grow into larger companies and the relative had been running principles of the management of modern enterprise management compare to the small enterprises.
Tambunan (2000) states that the types of companies that are export-oriented, did not owe, owe a certain scale, do not use imported raw materials capable of managing the economic crisis at that time. In the search for the author, there has not been that specializes in middle-scale enterprise research Indonesia. Need sustainability company data which is longitudinally about companies before and after the crisis. A number of other studies in foreign countries, conducted in cross-sections, between industries, but the fate of the company after a period of research is unknown then. Akatiga (1999) conducted a study based on longitudinal company data, however limited to micro and small scale.
This research began with the study of literature and exploration medium and employers terhadap15 interviews introduction to 13 business experts in 2004-2005 to determine organizational capabilities companies were able to survive and even grow during the crisis. Three questions posed to the respondents the preliminary research, namely: (1) what do you do when the peak of the economic crisis in 1997-1999 to able to survive? (2) what Company owned the capability when able to survive during the crisis?(3) how do you acquire these capabilities?
Through semi-structured interview methods, note that the secondary employers in Indonesia do reconfiguration capabilities through the learning process during the crisis in terms of servicing and maintaining the commitment to customers, suppliers, financial institutions, marketing mix policy, adjusting the structure of fixed costs and variable, maintaining a reputation for customers and business partners, maintain cash flow especially in conjunction with other corporate obligations and debt, build relationships with relational all parties and continue to follow the policies of the Government during the crisis. The results of the interview are semi-structured in mind the capabilities supported by the commitment of learning during the crisis, strengthen internal communication and ekternal with partner companies, and doing new things in order to maintain the sustainability of the company. The results of these interviews are next processed with procedures; labeling, coding, and categorization of statements of the respondent, the lead elements of the conception of common orientation learning (learning orientation) and dynamic capabilities (dynamic capabilities) that has been known in the realm of management.
Research using the method abduktif (abductive), which supported database (inductive) and theory (deductive), to build the next hypothesis was tested quantitatively against corporate respondents 60 secondary contest winners E-50 (Enterprise 50 company excelled winning, community version of Accenture and SWA magazine) of the population of 121 companies in Indonesia.
Through the test of pearson and regression test, tested that learning orientation that was built by three kontruk (1) a commitment to learning, (2) openness views, (3) shared-vision, a linear positive effect to the dynamic capabilities of the company. Dynamic capabilities the company itself was formed by three invalid constructs; (1) the capacity of absorption of information; (2) coordination of information capabilities; and (3) the collective mind.
By using the general linear model (GLM), statistically proven that influential positive linear orientation towards dynamic capabilities on all group companies consist of or formed by type of industry (manufacturing and services), leverage debt (not owed and owed), the source and origin of raw materials (not import and there is an import). Through regression test the influence on known heterogenous group of companies; (1) service that no exports; (2) manufacturing exports; (3) services that are owed and not owe; (4) the manufacturer owe; (5) service that made imports and imported raw material; and (6) are not manufacturing-based export standard.
The heterogenous also noted that differences influence the orientation of the study on the dynamic capability between groups of companies or industrial type formed, leverage debt, the source and origin of raw materials are statistically insignificant. Thus, this study shows that all the companies building the third invalid constructs or values that formed instructional orientation, then the company will be able to build dynamic capabilities in overcoming turbulent business environment. Both of these variables resulted in the constant organisasioanal updated capabilities by company.
This paper also discusses the various managerial implications for companies and the facilitator or regulator in the construction of small and medium enterprises in Indonesia, in addition to the physical and financial factors, intellectual and organizational factors into a promising resource within a company. The study also describes the limitations and recommendations for further research."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
D2175
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Arlan Septia Ananda Rasam
"ABSTRAK
Untuk memenangkan persaingan dalam dunia bisnis maka kegiatan
pembaharuan sumber daya organisasi dalam membentuk keunggulan daya saing yang
baru menjadi suatu keharusan bagi perusahaan untuk dapat bertahan dalam segmen
pasar yang ditujunya (Hunt, 2000). Sejalan dengan kenyataan yang ada, dimana
ketersediaan sumber daya unggul juga berada diiuar organisasi, maka perusahaan
selalu ingin menarik sumber daya unggul diiuar organisasi kedalam perusahaannya
dengan tujuan untuk memelihara dan meningkatkan keunggulan daya saing yang
berkelanjutan.
Namun proses transfer sumber daya tersebut tidak dapat berjalan dengan
mudah. Disatu sisi dikatakan bahwa sumber daya organisasi mempunyai sifat yang
imperfectly mobile, yaitu dimana perpindahan sumber daya dari satu organisasi
kepada organisasi lainnya merupakan Hal yang sulit dilakukan (Hunt, 2000). Tetapi,
disisi lainnya terdapat kenyataan bahwa sumber daya organisasi juga mempunyai sifat
slackness (kendur) sehingga proses transfer sumber daya masih dapat dilakukan
dengan sukses (Jensen dan Szulanski, 2004). Kontradiksi diatas menimbulkan
pertanyaan yang Juga merupakan permasalahan pemasaran tentang bagaimana
pembaharuan sumber daya tersebut dapat dilakukan dengan cepat dan efektif sesuai
dengan tuntutan kompetisi dipasar terhadap perubahan kemampuan perusahaan.
Dengan menggunakan organisasi network sebagai research setting, maka
untuk menjawab permasalahan atau gap yang ada diusulkan dengan melakukan
kegiatan restrukturisasi organisasi network dengan mempertimbangkan perilaku
organisasi sebagai mekanisme adaptasi, yaitu pengelolaan terhadap faktor motivasi
dan koordinasi anggota organisasi. Disamping itu, proses transfer Juga membutuhkan mekanisme yang tepat dalam menghilangkan sifat stickiness atas sumber daya
tersebut, yaitu dengan memperhitungkan pengaruh faktor-faktor perilaku organisasi,
seperti faktor motivasi dan koordinasi, yang dipandang beqjengaruh dalam
menghasilkan slackness pada sumber daya akan ditransfer.
Didasarkan pada sasaran penelitian terhadap industri otomotlf di Indonesia,
peneliti telah mengadakan penelitian terhadap 37 perusahaan inti atau hub company
pada industri otomotif di Indonesia. Dengan menggunakan analisa General Linear
Model Multivariate dan analisa Regresi, maka diperoleh basil penelitian yang
menjelaskan bahwa terdapat (1) pengaruh yang signifikan dari kegiatan restrukturisasi
terhadap kapabilitas organisasi network yang tergantung pada faktor motivasi dan
kooridnasi (nilai-p = 0, 084 dan 0.0175), (2) pengaruh yang signifikan dari faktor
daya saing organisasi terhadap penciptaan nilai apropriasi yang tergantung faktor
kapabilitas dan motivasi atau koordinasi (nilai-p masing-masing adalah 0.001).
Pada akhimya, penelitian ini memberikan kontribusi teoritis dengan
pengembangan model teori R-A dengan menambahkan faktor restrukturisasi
organisasi sebagai kegiatan pembaharuan sumber daya organisasi, faktor motivasi
dan koordinasi dalam penciptaan kinerja organisasi, dan kontribusi manajerial dimana
kegiatan restrukturisasi organisasi harus dikelola dengan memperhatikan faktor
perilaku organisasi yang diantaranya adalah faktor motivasi dan koordinasi antar
anggota organisasi. Dengan demikian, penelitian ini memberikan penjelasan yang
lebih rinci terhadap kondisi imperfectly mobile pada teori Resources-Adavantage."
2006
D1547
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Sudung M.
"ABSTRAK
Tulisan ini berfokus pada dunia bisnis Jepang, utamanya kelompok bisnis Keiretsu, yakni di mana banyak perusahaan saling menjalin hubungan bisnis satu dengan lainnya. Kelompok ini relatif dominan dengan delapan terbesar al Mitsubishi dan Mitsui, di tahun 1990 menyumbang 16,9% dari total penjualan perusahaan Jepang. Kebanyakan pengamat sepakat bahwa Keiretsu penting dalam perkembangan ekonomi Jepang.
Keberhasilan ini menimbulkan pertanyaan apa landasan bisnis Keiretsu sehingga mencapai kemajuan ini. Seberapa jauh `nlai-nilai' dalam perusahaan maupun masyarakat mempengaruhi perilaku bisnis. Apakah landasan bisnis ini, yakni budaya korporasi, bersifat `universal'. Tiga nilai budaya, `hirarki, kelompok dan jangka panjang' dipilih sebagai nilai mewakili budaya korporasi Jepang dan digunakan sebagai acuan.
Terlihat bahwa Keiretsu merupakan kelompok bisnis yang bekerja sama berlandaskan kesamaan nilai budaya. Dengan demikian tidak tepat dikategorikan sebagai institusi bisnis ataupun institusi sosial budaya semata-mata namun lebih tepat melihatnya sebagai institusi bisnis yang pengelolaan dipengaruhi oleh budaya korporasi yang berasal dari budaya Jepang. Sistem ini tidak hanya diterapkan kelompok perusahaan yang menyandang nama "Keiretsu" tetapi juga oleh kelompok bisnis lainnya di Jepang.
Budaya Jepang ini mempengaruhi bentuk budaya korporasi perusahaan di mana nilai-nilai budaya seperti kelompok, jangka panjang dan hirarki mewarnai berbagai aspek pengelolaan bisnis. Dengan demikian pengelolaan sumber daya manusia seperti shushin kayo (bekerja sampai dengan pensiun) dan nenko joretsu sei (sistem senoritas); maupun pengelolaan keuangan (sistem 'bank utama'), pemasaran (penguasaan pangsa pasar) dan produksi (kanban system, kaizen) merupakan implementasi ketiga variabel budaya korporasi Terlihat budaya korporasi sebagai fungsi dari perilaku bisnis Keiretsu.
Namun dalam 1990-an, terjadi berbagai kemunduran besar pada berbagai kelompok Keiretsu yang mengalami stagnasi dan tekanan dari masalah realestate dan jatuhnya pasar modal. Sebagai contoh, Nissan diambil alih Renault dan Yamaichi Securities bangkrut. Peranan Keiretsu yang cukup signifikan dalam dunia bisnis, menyebabkan kesulitan yang menimpanya turut menekan perkembangan dunia bisnis Jepang secara keseluruhan.
Kesulitan bisnis ini mengancam kelangsungan hidupnya, yang memaksa diadakannya berbagai langkah restrukturisasi, termasuk mengkaji ulang budaya korporasi yang dipunyai. Kelompok Keiretsu menghadapi masalah sulit, bisnisnya telah menggurita meliputi berbagai jenis industri di mana sebagian hanya dapat bertahan dengan memindahkan proses produksi ke negara yang lebih rendah ongkos produksinya. Upaya restrukturisasi mulai memasuki hal yang tabu selama ini yakni `memberhentikan para karyawan'.
Saat ini mulai terjadi pergeseran perlahan dalam bentuk nilai-nilai budaya korporasi maupun strategi yang digunakan. Ada yang ingin melepaskan bentuk Keiretsu namun di lain pihak masih banyak yang ingin mempertahankannya. Sebagian lainnya memilih mengadakan perubahan secara perlahan untuk menyesuaikan dalam lingkungan yang berubah. Ketiga variabel nilai budaya kemungkinan mengalami perubahan secara perlahan, di mana pada tahap tertentu mulai menawarkan fleksibilitas."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
D543
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yati Rohayati
"Fenomena perpindahan pelanggan jasa merupakan faktor kunci yang mempengaruhi keberhasilan perusahaan jasa, karena berdampak langsung pada kinerja perusahaan, seperti peningkatan biaya operasi, penurunan pangsa pasar dan profitabilitas. Untuk mengatasi perpindahan pelanggan jasa, perusahaan perlu memahami faktor pengaruhnya. Umumnya studi perpindahan pelanggan jasa dikaitkan dengan masalah ketidakpuasan pelanggan (Bolton, l993). Tetapi penelitian lain menemukan bahwa tingkat kepuasan yang tinggi tidak menjamin pelanggan tidak berpindah (Reichheld, 1996). Penelitian ini mencoba mengungkapkan mengapa hal itu terjadi dan bagaimana mengatasinya, melalui pengujian empiris. Berbagai penelitian sebelumnya menyimpulkan kecenderungan yang berbeda; yaitu: (I) Faktor kepuasan saja tidak cukup untuk menjelaskan perpindahan pelanggan jasa, tetapi dibutuhkan faktor lain, seperti perhatian perusahaan pada hubungannya dengan pelanggan, atau investasi relational (Bansal & Taylor, 1999), dan kualitas alternatif jasa yang bersaing dipasar (Capraro et al.. 2003); (2) Selanjutnya, pengaruh kepuasan terhadap perpindahan pelanggan jasa bersifat dilematis alau non-linier, sehingga membutuhkan variabel moderator, seperti switching barrier (Jones, l998) dan karakteristik pelanggan (Homburg & Giering, ZOOI); (3) Sedangkan terhadap pengaruh tak langsung kepuasan pada perpindahan pelangggan jasa, penelitian ini menguji juga faktor intervensi dari variabel lain, yaitu komitmen relasional (Roberts, 1989). Pada intinya, penelitian ini mencoba mengatasi kekurangjelasan masalah perpindahan pelanggan jasa, dengan mengembangkan teori intensi berpindah pelanggan jasa yang dipengaruhi oleh lnvestasi relational, kepuasan, dan kualitas alternatif. Untuk menguji kelayakan model, dikumpulkan data kuantitatif dan kualitatif. terhadap pelanggan telpon seluler berbasis Global System for Mobile Communication (GSM), dengan menggunakan populasi mahasiswa Universitas Indonesia. Untuk menguji model dan data empiris, digunakan metoda analisis Structural Equation Modeling (SEM), dengan bantuan perangkat lunak LISREL 8.72. Hasil pengujian menyimpulkan bahwa ketiga pendekatan tentang kecenderungan terjadinya perpindahan pelanggan jasa, dapat dlterapkan secara bersama-sama. Penelitian ini memperlihatkan bahwa: (a) kepuasan, investasi relasional, dan kualitas alternatif terbukti berpengaruh terhadap intensi berpindah, (b) komitmen relasional memediasi hubungan kepuasan dengan intensi berpindah. (C) hubungan kepuasan dengan komitmen relasional bersifal non-linier, dimoderasi oleh switching barrier (investasi relasional dan kualitas alternatif) dan karakteristik pelanggan (variety seeking dan keterlibatan pelanggan). Penelitian ini membuktikan bahwa intensi berpindah pelanggan jasa dapat dicegah melalui pembentukan komitmen relasional pelanggan. Disamping itu, komitmen relasional tidak dipengaruhi langsung oleh kepuasan, melainkan oleh interaksi antara kepuasan dengan variabel moderator: switching barrier- dan karakteristik pelanggan. Implikasi manajerial adalah untuk mengatasi perpindahan pelanggan jasa. penyedia jasa perlu memperkuat komiitmen relasional pelanggan. Komitmen relasional yang kuat dibangun dengan meningkatkan investasi relasional, melalui pembentukan ikatan sosial dengan pelanggan, yaitu dengan membangung klub pelanggan. pembentukan klub pelanggan merupakan penerapan pemasaran relasional untuk menutupi kesenjangan hubungan penyedia jasa dengan pelanggan yang bersifat low contact dan low customization.

Customer-switching phenomenon is a factor which determines the success of a service corporation, inasmuch as it has direct impact on the productivity of the company such as operational costs, market decline, and profitability. To properly administer to this phenomenon, it is important that the corporation perceive the impacts. Traditionally, the study on customer switching phenomenon is identified with dissatisfaction on the part of the customers (Bolton, l998). However, other studies show that high satisfaction measure does not guarantee that customer-switching will not take place (Reichheld, 1996). This study attempts to reveal why this phenomenon occurs and, through empirical assessment, how to resolve the matter. Numerous studies in the past have provided different conclusions: (1) Satisfaction factor alone is insufiicient to explain customer-switching phenomenon. Other reasons are required, such as the corporation?s concem for customer relation, or relational investment (Bansal & Taylor, 1999), and the quality of alternative services in the market (Capraro et al., 2003); (2) Furthennore, the relation between customer satisfaction to customer-switching is dilemmatie or non-linier- Thus, as a consequence, a moderating variable is required, namely .switching barrier (Jones, 1998) and customer characteristics (Homburg & Giering, 2001); (3) On the indirect impact domain of customer-switching phenomenon, this study also attempts to examine the intervention factor from another variable, namely the relational commitment (Roberts, 1989). As the gist of the matter, this study intends to deal with the ambivalence regarding customer-switching phenomenon by elaborating thc intentional theory, influenced by relational investment, satisfaction factor. and the quality of alternative services. In assessing the feasibility of the model. quantitative and qualitative data are accrued from cellular telephone customers using Global ?System for Mobile Communication (GSM), the population being students of Universitas Indonesia. Model and empirical data are analyzed by employing Structural Equation Modeling (SEM) method. with the assistance of LISREL 8.72 software. The examination concludes that the three approaches pertaining the tendency of custotner-switching can be applied simultaneously. The investigation reveals that: (a) satisfaction, relational investment, and the quality of altemative services prove to he directly atifecting the customers? intention to switch. (b) relational commitment mediates customer satisfaction with the intention to switch. (c) customer satisfaction and relational commitment is characterized by non-linear interaction. moderated by switching barrier (relational investment and the quality of alternatives) and customer characteristics (variety seeking and customer involvement). This study proves that the intention to switch can be prevented by elaborating on the relational commitment to thc customers. Moreover. relational commitment is not directly influenced by customer satisfaction, but by the interaction between satisfaction and moderating variables: switching barrier and customer characteristics. The implication on the managerial domain to prevent customers from switching is by improving the corporation?s relational commitment. Strong relational commitment is established by promoting relational investment. which can be done by building strong social ties with customers. specifically by establishing a customer club. Customer club is an application of relationship marketing strategy to bridge the gap between service provider and customer, which is originally characterized by low contact and low customization."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
D658
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hamsal
"Recently, research on paradoxical strategies is receiving considerable attention
from both researchers and practitioners. The value of paradoxical strategies is
currently considered critical in increasing firm performance and winning in the
competitive dynamic landscape, which is characterized by uncertainty and rapid
changes in the industry and business environment (Barney and Hesterly, 2006). Such
perceived environmental characteristics require firm to apply paradoxical strategies;
combining strategic flexibility and strategic consistency (Pamell, 1994).
This study addresses four main questions. First, what is the effect of strategic
flexibility on Erm performance. Second, what is the effect of strategic consistency on
firm performance. Third, what is the effect of combining strategic flexibility and
strategic consistency on firm performance. Fourth, what are the contingent effects of
perceived environmental uncertainty on the relationship between paradoxical
strategies and firm performance. This study conceprualizes the application of
paradoxical strategies as a set of capabilities that enable an organization not only
adapt to changing environmental conditions, but also to maintain current strategies
and actions for a considerable period of time.
Recognizing the broad nature of strategic flexibility, it is measured in terms of
pre-emptive moves, exploitative moves, protective moves, and corrective moves.
Strategic consistency is measured in terms of proactive consistency and reactive
consistency. Perceived environment is measured in terms of munificence, dynamism,
and complexity. Overall firm perfonnance is measured in terms of financial
performance and strategic performance, among others are profit, profitability, income,
market share, position in the industry, and customer loyalty.
A survey was conducted in the Indonesian banking industry to measure the
degree of perceived environmental uncertainty, the level of strategic flexibility and
strategic consistency, and the resulting firm performance. Questionnaires were
distributed to 131 CEOs or members of top management team of commercial banks
(including sharia banks) and the 59 retumed responses were analyzed to test
hypotheses.
The results indicate that strategic flexibility has positive effect on bank
performance, while strategic consistency does not have positive effect on bank
performance. In terms of combining these two paradoxical strategies, the results of
this study conhnn that the effect of strategic flexibility on bank performance depends
on strategic consistency and/or perceived environment. Contrary to expectation of this
study, the effect of strategic consistency on bank performance insignificantly depends
on perceived environment.
This study makes several important contributions to growing literature on
paradoxical strategies and strategic management discipline. First, this study is one of
limited researches on the effect of paradoxical strategies on firm performance. It
examines the effect of combining paradoxical strategies on fum performance with
considering perceived environmental uncertainty as the antecedent. Second, it also
fills in the gap in previous study on managing paradoxes in service operations setting
at the corporate/strategic level. Third, this study develops a set of measures of
strategic consistency and strategic perfomrance that captures building on prior
concepts.
The fundings in this study offer inputs for the development of banking industry
in Indonesia. For bank management, to sustain its growth, banks should increase its infomation technology capabilities, which are mainly supported by flexible systems
and knowledgeable people. For the banking regulator and the government agency
alike, the inputs are as follows: carry out the detailed research on the impact of
regulation and govemment policy on bank flexibility; take Bank NTT, Bank Jatim,
and Bank Sumsel as samples for other regional development banks as the agile banks
with high performance; create regulation and policy to drive innovative banking
product development; encourage the commercial banks to undertake information
technology investments to boost innovative financial products and services; create
speciiic regulation about outsourcing service provider; and encourage further
development of Internet banking services by improving system infrastructure
environment, enabling policy and regulatory environment for this business, and
building up a comprehensive e-security public policy framework."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
D871
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Wachidin Widjaja
"Ketidakpastian lingkungan menuntut perusahaan untuk senantiasa menyesuaikan diri (adaptabel) terhadap perubahan lingkungan; terutama bagi perusahaan kecil dan menengah yang memiliki keterbatasan sumber daya. Pada perusahaan kecil dan menengah, upaya menyesuajkan diri merupakan cerminan sikap pimpinan atau pengusahanya.
Penelitian ini mengkaji pengaruh modal sosial yang terbentuk dari interaksi sosial antar pengusaha di dalam suatu distrik industrial horisontal terhadap pengembangan sikap adaptabilitas stratejik. Pengaruh tcrsebut dilihat dari liga dimensi modal sosial (keterikatan struktural, keterbukaan hubungan, dan kebersamaan kognitif yang terjadi secara tidak langsung, yaitu melalui perilaku berwirausaha dan pertukaran sosial pengetahuan. Selain itu, penelitian ini mengkaji efek moderasi persepsi pengusaha terhadap ketidakpastian lingkungan atas hubungan antara perilaku berwirausaha dan pertukaran sosial pengetahuan terhadap sikap adaptabilitas stratejik.
Dengan partisipasi 201 responden pengusaha kecil dan menengah pada distrik industrial logam di Tegal, Jawa Tengah terungkap bahwa perilaku berwirausaha dan pertukaran sosial pengetahuan (perilaku paradoks) berpengaruh terhadap pengembangan sikap adaptabilitas stratejik. Namun, hanya keterikatan struktural yang berpengaruh terhadap perilaku berwirausaha dan hanya keterbukaan hubungan yang berpengaruh terhadap pertukaran sosial pengetahuan.
Dari temuan tersebut, peneliti menduga adanya efek koeksistensi ikatan yang kuat dan ikatan yang lemah terhadap pengembangan perilaku paradoks. Dugaan ini perlu ditindaklanjuti dalam penelitian di masa mendatang.

Various uncertainties require any company to be adaptable to any possible environmental changes, and this will be even more so for the smaller companies which have limited resources and facing various constraints. That ability of smaller companies to continually adjust to their changing environment to a large extent reflects, as well as a reflection of, the attitude of their managers or the owners.
This research investigates the impact of social capital which results from social interaction within a horizontal industrial district on the attitude-related aspects of strategic adaptability. Such foreseen impacts are studied from three dimensions of social capital (namely structural embeddedness, relational embeddedness, and cognitive embeddedness) which occurs indirectly through entrepreneurial behavior and social exchange of knowledge. Besides, this research also explores the moderation effect from the perception of entrepreneurs toward uncertainty on the influences between entrepreneurial behavior and social exchange of knowledge to their strategic adaptability.
With the participation from 201 respondents, taken from metal industrial district in Tegal Regency, Central lava, this study reveals that entrepreneurial behavior and social exchange of knowledge, which are paradoxical in nature, have the influences on the attitude-related aspects of strategic adaptability. However, surprisingly enough, only structural embeddedness has the signiticant influence on entrepreneurial behavior, and only relational embeddedness has the disproportionately sizable impact on the social exchange of knowledge.
In view of such findings, apparently there is simultaneous influence from the coexistence between strong ties and weak ties on paradoxical entrepreneurial behavior, Further research to this direction is needed and worth taking in the future.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
D873
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Do Anh Dung
"ABSTRACT
In today?s challenging and turbulent world, strategic management prescribes
organizations to develop resources and capabilities in order to gain competitive
advantage. The central question has been how to find ways and means to improve the
performance of the organization. Among many capabilities which could be developed
by the organization, the ability of the leaders to motivate and/or inspire members ofthe
team and/or workers to perform in their jobs and beyond the scope of their jobs, is
being researched here.
This dissertation studies how leadership by focusing at the bottom level of the
organization and by using various influence tactics, can create Organizational
Citizenship Behavior among the employees; in so doing, it could increase the overall
performance of the organization. The research is done in a Indonesian entity, a publicly
listed distribution company of a large pharmaceutical business group, operating through
40 branches across Indonesia, from Banda Aceh to J ayapura. The target population for
research is 460 marketing Eelds and staff members of the company, who have filled-in
some comprehensive questionnaires.
The research combines and extends three existing theories, the Leader-Member
(LMX) Theory, the lntluence Theory, and the Organizational Citizenship Behavior
(OCB) Theory. It also utilized eleven (11) influence tactics, and the OCB related to the
organization. The dissertation contirms this new extension of theories by demonstrating
the existence of the linkages (or mediations) between various variables of the model. It
has tested fifteen (15) sets of hypotheses. Most of the hypotheses have been confirmed
and the relationships between the variables are signiiicant.
Throughout the research, it was found that some speciitic iniluenee tactics
(inspirational appeal, personal appeal, consultation, collaboration, rational, appraising,
ingratiation, exchange or legitimation) are the most effective tactics used by the leaders
to motivate the subordinates performing in their jobs, and beyond the scope of their
jobs (OCR). The subordinates may help their colleagues; they may participate in many
social or informal activities beneficial to the organization culture; they may try to
protect the assets or properties of the organization, etc. With such an extraordinary
performance, they will contribute in their aggregate efforts to increase the level of
performance of the company as a whole. Other influence tactics such as coalition and
pressure do not develop OCB.
Equally important, it was demonstrated empirically that the ranking of OCB-
Organjzation Indexes is significantly correlated with the ranking of Total Sales of the
40 business units. It means that OCB-Organization can create high Total Sales, and
therefore high organization performance.
The contribution to the advancement of strategic management are (1) a new
extension of theories by combining three existing theories, (2) the practical
implementation of the Endings of this research in the day to day leadership and
management of a business organization, with focus at the bottom level, (3) the first
time application of such model in Indonesia, and (4) the opportunity to generalize the
application of the extension of theories, leading to a possible new theory to be called
?LMX-Organization Perfomance Theory?, and further practical implications, the result
of which would contribute meaningfully to the improvement in the quality of
management of organizations."
2006
D875
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyo Hari Wijanto
"ABSTRAK
Perkembangan teknologi informasi yang pesat akhir-akhir ini tidak saja menyebabkan peningkatan kemampuan teknologi informasi yang luar biasa, tetapi juga menyebabkan penurunan yang tajam harga perangkat teknologi tersebut. Sebagai dampak dari keadaan ini ialah meningkatnya pemanfaatan teknologi informasi di masyarakat dan meningkatnya pembangunan sistem informasi dalam organisasi. Pembangunan sistem informasi dalam organisasi juga dipacu oleh peningkatan peran sistem informasi yang dewasa ini semakin banyak dimanfaatkan sebagai senjata strategis bagi organisasi untuk berkompetisi. Keadaan ini ditambah dengan beberapa temuan, yang menunjukkan bahwa implementasi sistem informasi dalam organisasi bukanlah pekerjaan yang mudah dilaksanakan dan bahkan sering mengalami kegagalan, menjadikan keberhasilan sistem informasi merupakan hal panting yang perlu mendapat perhatian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan pengukuran keberhasilan sistem informasi dalam organisasi-organisasi di Indonesia. Beberapa pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan konsep atau konstruk dan instrumen pengukuran keberhasilan sistem informasi, serta penerapannya dalam organisasi di Indonesia berusaha untuk dicari jawabannya. Selain itu, penelitian ini juga ditujukan untuk mengkaji penerapan metode penelitian Structural Equation Model (SEM) pada penelitian keberhasilan sistem informasi di Indonesia.
Keberhasilan sistem informasi merupakan konstruk berganda yang mengandung beberapa kategori. Kategori-kategori ini dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu keluaran ekonomi dan keluaran non-ekonomi. Idealnya, keluaran ekonomi yang digunakan untuk mengukur keberhasilan sistem informasi. Karena hal ini sukar dilaksanakan, maka kebanyakan pengukuran keberhasilan sistem informasi dilakukan dengan ukuran tidak langsung atau ukuran pengganti yaitu keluaran nonekonomi atau keluaran personal.
Berdasarkan kategori-kategori di dalam kelompok keluaran non-ekonomi dibentuk model pengukuran keberhasilan sistem informasi yang menggunakan ukuran pengganti Kepuasan Informasi Pemakai (KIP) dan Kualitas Jasa Sistem Informasi (KUALJASA). Kuesioner dibentuk berdasarkan instrumen-instrumen dari beberapa penelitian sebelumnya. Kuesioner disebarkan kepada individu sebagai pemakai sistem informasi dalam organisasi-organisasi di Indonesia. Data yang terkumpul diolah dengan bantuan PRELIS-2, LISREL-8 dan perangkat statistik yang lainnya.
Kesimpulan yang dapat ditarik berkaitan dengan KIP adalah KIP merupakan model konfirmatori 2 tingkat, dimana KIP dapat diukur melalui 4 variabel, dan ke 4 variabel tersebut dapat diukur melalui 17 variabel teramati atau indikator. Demikian juga, kesimpulan yang berkaitan dengan KUALJASA menunjukkan bahwa KUALJASA adalah model konfirmatori 2 tingkat, dimana KUALJASA dapat diukur melalui 4 variabeI, dan ke 4 variabeI tersebut dapat diukur melalui 11 variabel teramati atau indikator. Perbandingan antara KUALJASA-SERVQUAL (yang diukur menggunakan data persepsi performansi minus harapan pemakai) dengan KUALJASASERVPERF (yang diukur menggunakan data persepsi performansi saja) memberikan basil model KUALJASA-SERVPERF lebih baik dari model KUALJASASERVQUAL.
Dalam hubungan kausal disimpulkan bahwa KUALJASA berpengaruh secara positif terhadap KIP. Sementara itu, Tingkatan Departemen Sistem Inforrnasi (DSI) dalam organisasi (TKATDSI) tidak mempunyai hubungan kausal dengan KIP dan KUALJASA. Umur DSI dalam organisasi (UMURDSI) tidak mempunyai hubungan kausal dengan KIP. UMURDSI mempunyai hubungan kausal negatif dengan KUALJASA, tetapi kecilnya koefisien regresi dan rendahnya koefisien determinasi, maka secara praktis hubungan ini dapat diabaikan.
SEM terbukti bermanfaat sebagai metodologi penelitian untuk penelitian sistem informasi. Perbandingan estimasi WLS dengan ML menunjukkan bahwa WLS menghasilkan estimasi data ordinal yang lebih baik dibandingkan ML.
Implikasi penelitian ini bagi praktisi berupa tersedianya alat untuk mengevaluasi keberhasilan sistem informasi dalam organisasi, sehingga usaha untuk meningkatkan efektivitas sistem informasi lebih terarah. Sedangkan bagi peneliti, dari segi substansi, merupakan penelitian awal tentang sistem informasi di Indonesia yang dapat dikembangkan lebih lanjut, dan dari segi metodologi penelitian, pengalaman penerapan SEM dapat digunakan sebagai pedoman untuk penelitian-penelitian dalam bidang lain, termasuk bidang ilmu sosial dan perilaku.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
D424
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>