Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Allisa Putri Maryam
Abstrak :
Menurut hasil PISA 2018, prestasi akademik siswa Indonesia cukup rendah yang ditandai dengan peringkat Indonesia ke-74, 73, dan 71 dari 79 negara dalam bidang membaca, matematika, dan sains. Dampak dari prestasi akademik yang rendah mencakup tingkat kepuasan hidup yang rendah dan meningkatnya risiko perilaku menyimpang. Secara bersamaan, remaja sedang mengalami perkembangan pesat yang berdampak pada kerentanan terhadap pola makan tidak sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi prestasi akademik siswa berdasarkan status gizi, frekuensi makan, kebiasaan sarapan, kebiasaan konsumsi buah dan sayur, motivasi belajar, kebiasaan belajar, absensi, dan dukungan sosial. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain cross-sectional dengan jumlah sampel 199 siswa kelas 7 dan 8 di SMPN 119 Jakarta yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Data diperoleh pada bulan Mei 2024 melalui pengukuran antropometri (tinggi badan dan berat badan), pengisian kuesioner, serta permintaan data rapor dan absensi dari pihak sekolah. Sebesar 49,7% siswa memiliki prestasi akademik yang lebih rendah dari median. Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan proporsi prestasi akademik berdasarkan frekuensi makan (p = 0,037; OR = 0,516; 95% CI 0,287-0,925) dan kebiasaan sarapan (p = 0,016; OR = 2,084; 95% CI 1,181-3,676). Siswa dengan frekuensi makan cukup (≥ 3 kali sehari) dan jarang sarapan (≤ 3 hari seminggu) berisiko lebih besar memperoleh prestasi akademik yang lebih rendah dari median. ......According to the 2018 PISA results, the academic achievement of Indonesian students is quite low, as indicated by Indonesia ranked 74th, 73rd, and 71st out of 79 countries in the fields of reading, mathematics, and science. The impacts of low academic achievement include low levels of life satisfaction and increased risk of deviant behavior. At the same time, teenagers are experiencing rapid development which has an impact on their vulnerability to unhealthy eating patterns. This research aims to determine differences in the proportion of students' academic achievement based on nutritional status, meal frequency, breakfast habits, fruit and vegetable consumption habits, studying motivation, study habits, absenteeism, and social support. This quantitative research used a cross-sectional design with a sample size of 199 students in grades 7 and 8 at SMPN 119 Jakarta who were selected using a purposive sampling technique. Data was obtained in May 2024 through anthropometric measurements, filling out questionnaires, as well as requesting report card and attendance data from the school. 49.7% of students had academic achievement lower than the median. The results of the analysis showed that there were differences in the proportion of academic achievement based on meal frequency (p = 0.037; OR = 0.516; 95% CI 0.287-0.925) and breakfast habits (p = 0.016; OR = 2.084; 95% CI 1.181-3.676). Students with sufficient meal frequency (≥ 3 times a day) and rarely eats breakfast (≤ 3 days a week) are at greater risk of achieving academic achievement that is lower than the median.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abi Agistiawan
Abstrak :
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif, status gizi (TB/U), berat lahir, durasi pemberian ASI, keterpaparan rokok selama kehamilan ibu dan keterlibatan ayah dengan kecerdasan (IQ) siswa kelas I dan II di MI Hidayatul Athfal Depok Tahun 2014. Sekolah ini dipilih sebagai tempat penelitian karena memiliki nilai rata-rata IQ lebih rendah dibandingkan dengan sekolah lain di Depok. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 dengan jumlah sampel sebanyak 146 responden. Rata-rata nilai IQ sampel sebesar 103,92 poin. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pemberian ASI Eksklusif dengan nilai IQ (p=0,004) dengan nilai rata-rata nilai IQ 106,59 poin pada subjek yang diberi ASI Eksklusif dan 102,89 poin pada subjek yang tidak diberikan ASI Eksklusif. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara berat lahir, status gizi (TB/U), durasi pemberian ASI, keterpaparan rokok selama kehamilan ibu dan keterlibatan ayah dengan kecerdasan. ......The purpose of this study is to determine the relationship of exclusive breastfeeding, HAZ, birth weight, duration of breastfeeding, cigarettes exposure during pregnancy of mother, and involvement of father with the intelligence quotient (IQ) on 1st and 2nd grade student at MI Hidayatul Athfal Depok. This school was chooses as a place of area because it has the average IQ lower than the other school in Depok. This study use cross sectional study design, had been done on April 2014 wih 146 respondents. The average IQ score is 103,92 points. The result of this study showed that there were a significant association between exclusive breastfeeding with the intelligence quotient (IQ) (p=0,004), with an average IQ score 106,59 points in subject with exclusive breastfeeding and 102,89 points in subject without exclusive breastfeeding. There was no significant association on HAZ, birth weight, duration of breastfeeding, cigarettes exposure during pregnancy of mother, and involvement of father with the intelligence quotient (IQ).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Nazhifa
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kualitas pola makan anak usia sekolah di SDN Pondok Cina 03 Depok dan perbedaan faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas pola makan. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Kualitas pola makan diukur menggunakan modifikasi the Healthy Eating Index dengan rentang skor 0-100. Pengukuran asupan menggunakan 3x24 Hour Food Recall dan Status Gizi (IMT/U) dengan mengukur berat badan menggunakan timbangan digital dan tinggi badan menggunakan microtoice. Hasil penelitian menunjukkan lebih separoh responden (62.55%) memiliki kualitas pola makan kurang (skor HEI 51-80) dan 37.5% memiliki kualitas pola makan buruk (skor HEI <51). Rata-rata kualitas pola makan adalah 51.67±1.04. Terdapat perbedaan yang signifikan pada asupan energi, karbohidrat, lemak, lemak jenuh, porsi makanan pokok, lauk hewani, sayur, buah dan susu antar kelompok kualitas pola makan. Tidak terdapat perbedaan signifikan pada jenis kelamin, asupan protein, konsumsi nabati dan status gizi antar kelompok kualitas pola makan. Dapat disimpulkan bahwa kualitas pola makan siswa SDN Pondok Cina berkualitas kurang. Kualitas pola makan dapat diperbaiki dengan meningkatkan konsumsi makanan pokok, lauk hewani, sayur, buah dan susu. Disarankan kepada pihak sekolah untuk mengedukasi, mengawasi dan menyediakan kantin sehat. Kepada pihak orang tua untuk menyediakan makanan dan minuman sehat guna membentuk kualitas pola makan yang sehat.
The background of this study is to assess the overall diet quality among students at SDN Pondok Cina 03 Depok and to find the differences in associated factors between its category groups. The design of this study was cross sectional. Diet quality was assessed using the modification of healthy eating index. Dietary data was obtained using 3 days 24 hour food recall and nuritional status was measured by a digital scale and microtoice to get weight and height measurement. The results was more than half of praticipants (62.5%) had diet that “needs improvement” (HEI score 51-80) and others (32.7%) had diet that “poor” (HEI Score <51). The overall mean score of diet quality in this study was 51.67±1.04. Moreover, the overall diet quality catagories were significantly differences in intake of energy, carbohydrate, total fat and saturated fat, and serving size of grains, meat, vegetables, fruits, and milks. On the other hand there were no significant differences in intake of protein and serving size of beans between the groups. In conclusion, overall diet quality among fourth and fifth grade students was found to have diet that “needs improvement”. Increasing intake of grains, vegetables and fruits could improve the quality of overall diet. It is important for the school to monitor, educate, and provide healthy foods and drinks. Also for the parents to provide their children healthy foods and drinks at home so they can achieve the best quality on their overall diet.
2015
S59147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Rahmawati
Abstrak :
Due to particular conditions, sometimes actual height can not be measured. Thus, this study was conducted to develop height prediction model of adolescent from knee height and ulna length. This cross sectional study involved 205 students of SMPN 7 Depok and SMAN 6 Depok. Subjects’s identity was recorded using questionairre, while stature height, knee height, and ulna length was measured directly. Prediction models was developed using multiple regression. Height prediction model from knee height has the highest R2 and the lowest MAE with equation Height (cm) = 38,422 - 1,878 Sex + 1,453 Age (year) + 2,071 knee height (cm).
Tinggi badan aktual terkadang tidak dapat diukur karena beberapa kondisi tertentu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengembangkan model prediksi tinggi badan pada remaja berdasarkan tinggi lutut dan panjang ulna. Penelitian pontong lintang ini melibatkan 205 murid SMPN 7 Depok dan SMAN 6 Depok. Data identitas subjek diperoleh melalui pengisian kuesioner, sedangkan tinggi badan, tingi lutut, dan panjang ulna diukur langsung. Model prediksi dikembangkan menggunakan regresi ganda. Model prediksi tinggi badan dari tinggi lutut memiliki R2 terbesar dan MAE terkecil dengan persamaan Tinggi Badan (cm) = 38,422 - 1,878 Jenis Kelamin + 1,453 Umur (thn) + 2,071 Tinggi Lutut (cm).
Universitas Indonesia, 2015
S60382
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Metsy Wendhiani
Abstrak :
Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya riwayat penyakit infeksi sebagai faktor dominan kejadian stunting pada siswa kelas 1 SD di Jakarta Pusat tahun 2016. Penelitian ini menggunakan penelitian dengan desain studi cross-sectional. Responden dalam penelitian ini sebanyak 160 responden di 6 sekolah dasar negeri di Jakarta Pusat. Hasil penelitian menunjukkan sebesr 18,8% siswa mengalami stunting. Pada penelitian ini ditemukan bahwa kejadian stunting memiliki perbedaan yang bermakna secara statistik kepada riwayat penyakit infeksi, riwayat ASI eksklusif, status imunisasi, suplementasi vitamin A, pemanfaatan pelayanan kesehatan, frekuensi konsumsi makanan sumber protein, frekuensi konsumsi makanan sumber zinc, frekuensi konsumsi makanan sumber zat besi, frekuensi konsumsi makanan sumber vitamin A, pengetahuan Ibu tentang gizi dan kesehatan, pola asuh makan, pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluarga. Hasil pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa riwayat penyakit infeksi sebagai faktor dominan kejadian stunting pada siswa kelas 1 SD di Jakarta Pusat tahun 2016. Peneliti menyarankan pada pemerintah dan sekolah agar diadakan pendidikan gizi terkait gizi seimbang, penyakit infeksi, sosialiasi terkait sanitasi total yang baik dan pemantauan status gizi anak secara berkala. ......This thesis aims to determine that history of infectious disease as a dominant factors of stunting among first grades of elementary school in Central Jakarta Region in 2016. This research used cross-sectional research design. The respondence of this research were 160 respondence from six elementary school in Central Jakarta Region. The research resulted that 18,8% of those students are stunting. In this research, found that stunting among children had significantly related to such factors: infectious disease, exclusive breastfeeding, immunization, frequently consumption protein, frequently consumption zinc, frequently consumption iron, frequently consumption vitamin A, mother's nutrition and health knowlegde, feeding practices, and family income. The most dominant factor in this thesis was infectious disease. Researcher suggest to government and school to educate the parents and students about nutrition, infectious disease, sanitary and hygiene and periodically check the linear growth for children.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63489
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Vitria Camelia
Abstrak :
ABSTRAK
Pengukuran tekanan darah menjadi sangat penting, karena banyak kasusnya yang tidak terdeteksi sehingga pengukuran tekanan darah secara rutin. Kasus pre hipertensi pada remaja cukup tinggi berdasarkan hasil dari Riskesdas tahun 2013 yaitu sebesar 5,3 . Diperlukan pengukuran pengganti yang akurat dan mudah sebagai pengganti alat pengukur tekanan darah. Tujuan penelitian untuk mengetahui ukuran pengganti yang memiliki korelasi dan validitas optimal untuk mendeteksi kasus pre hipertensi pada siswa-siswi SMA Islam Al-Azhar 3 Jakarta berserta cut-off point nya. Desain penelitian adalah cross sectional dengan teknik pengambilan sampel metode stratified random sampling. Penelitian dilakukan terhadap 180 siswa dan siswi kelas X dan XI yang terdiri dari 109 laki-laki dan 71 perempuan. Kesimpulannya IMT menurut umur menjadi ukuran antropometri pengganti terbaik untuk memprediksi prehipertensi pada remaja remaja dengan cut off point yang dapat digunakan yaitu 0,880 SD untuk remaja laki-laki dan 0,325 SD untuk perempuan.
ABSTRACT
Blood pressure measurement becomes very important, because many cases are not detected so that the blood pressure measurement routinely. Pre hypertensive cases in adolescents are quite high based on the results of Riskesdas in 2013 of 5.3 . An accurate and easy replacement measurement is needed instead of a blood pressure measuring device. The purpose of this research is to know the size of the substitution that has the correlation and the optimal validity to detect pre hypertension cases in the Islamic high school students of Al Azhar 3 Jakarta along with its cut off point. The research design was cross sectional with stratified random sampling method. The study was conducted on 180 students and students of class X and XI consisting of 109 men and 71 women. The IMT conclusion by age has been the best anthropometric replacement measure for predicting prehypertension in adolescent adolescents with cut off points that can be used ie 0.880 SD for male adolescents and 0.325 SD for women.
2018
S69831
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novialiana Sari
Abstrak :
Kegemukan dan obesitas selama masa remaja dapat menyebabkan banyak risiko kesehatan, termasuk peningkatan risiko diabetes, hipertensi, penyakit kardiovaskular, osteoartritis, stroke, dan jenis kanker tertentu. Prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas di kalangan remaja di DKI Jakarta pada 2018 adalah 13,5%. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan terkait dengan terjadinya kelebihan berat badan dan obesitas. Sebuah studi cross sectional dilakukan pada 150 peserta dari kelas 10 dan 11. Data diperoleh dengan mengukur berat dan tinggi badan, kuesioner yang dikelola sendiri, dan wawancara penarikan makanan 24 jam. Data dianalisis menggunakan metode univariat, bivariat (uji chi square dan t independen), dan multivariat (regresi logistik biner). Prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas di antara responden adalah 35,3%. Berdasarkan hasil dari analisis multivariat, faktor dominan yang berhubungan dengan terjadinya kelebihan berat badan dan obesitas adalah aktivitas fisik. Siswa yang memiliki tingkat aktivitas fisik rendah 6,9 lebih cenderung kelebihan berat badan dan obesitas daripada siswa yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang tinggi. Peneliti menyarankan untuk melakukan pemantauan rutin status gizi, pendidikan kesehatan dan gizi, meningkatkan aktivitas fisik dan manajemen stres di sekolah.
Overweight and obesity during adolescence can cause many health risks, including an increased risk of diabetes, hypertension, cardiovascular disease, osteoarthritis, stroke, and certain types of cancer. The prevalence of overweight and obesity among adolescents in DKI Jakarta in 2018 is 13.5%. The main purpose of this study is to determine the dominant factors associated with the occurrence of overweight and obesity. A cross sectional study was conducted on 150 participants from grades 10 and 11. Data were obtained by measuring weight and height, a self-administered questionnaire, and a 24-hour food withdrawal interview. Data were analyzed using univariate, bivariate (chi square and independent t test), and multivariate (binary logistic regression) methods. The prevalence of overweight and obesity among respondents was 35.3%. Based on the results of multivariate analysis, the dominant factor associated with overweight and obesity is physical activity. Students who have a low level of physical activity are 6.9 more likely to be overweight and obese than students who have a high level of physical activity. Researchers suggest doing routine monitoring of nutritional status, health education and nutrition, increasing physical activity and stress management in schools.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dellaneira
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi konsumsi fast food pada siswa-siswi SMAN 35 Jakarta. Pada penelitian ini, frekuensi konsumsi fast food sebagai variabel dependen dan variabel independennya adalah Online Food Ordering, jenis kelamin, pengetahuan gizi dan fast food, preferensi fast food, uang jajan, perilaku emotional eating, pengaruh peer group dan pengaruh media sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan April 2020 kepada 164 siswa-siswi kelas 10 dan 11 SMAN 35 Jakarta yang dipilih dengan stratified random sampling. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara daring (online). Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara univariat, bivariat menggunakan chi-square, dan multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 73,8% responden memiliki tingkat konsumsi fast food yang tinggi yaitu mengonsumsi fast food > 3 kali per minggu. Hasil juga menunjukkan bahwa kebiasaan Online Food Ordering, pengetahuan gizi dan fast food, perilaku emotional eating, pengaruh peer group dan pengaruh media sosial berhubungan dengan konsumsi fast food pada remaja. Analisis multivariat menunjukkan pengetahuan gizi dan fast food sebagai faktor dominan yang berhubungan dengan konsumsi fast food pada remaja. Peneliti menyarankan kepada pihak sekolah untuk bekerja sama dengan Puskesmas atau Suku Dinas Kesehatan untuk dapat memberikan program edukasi kepada siswa terkait perilaku makan yang sehat dan sesuai dengan pedoman gizi seimbang


3 times per week. The results also showed that Online Food Ordering habits, knowledge of nutrition and fast food, emotional eating behavior, peer group influence and social media influence were related to adolescent fast food consumption. Multivariate analysis shows knowledge of nutrition and fast food as the dominant factors related to fast food consumption in adolescents. This study suggest the school to collaborate with Public Heath Center or Health Service Office to increase education to students regarding healthy eating behavior and in accordance with the guidelines for balanced nutrition

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yedida Ayuningtyas
Abstrak :
Stunting merupakan masalah pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi, infeksi berulang, dan kurangnya rangsangan psikososial. Stunting memiliki konsekuensi negatif baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk peningkatan kejadian penyakit, gangguan perkembangan dan keterampilan belajar yang buruk, peningkatan risiko terkena penyakit tidak menular, penurunan kemampuan kerja, serta dampak antargenerasi. Kejadian stunting dikaitkan dengan berbagai faktor, di antaranya asupan tidak adekuat, penyakit infeksi, kerawanan pangan, pola asuh yang kurang tepat, serta kesehatan lingkungan dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai. Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 melaporkan bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan provinsi kelima dengan prevalensi stunting tertinggi di Indonesia dan termasuk dalam masalah kesehatan masyarakat kategori sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting serta faktor dominan kejadian stunting pada anak usia 6—23 bulan di Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional menggunakan data sekunder SSGI tahun 2021. Terdapat 600 subyek baduta yang dilibatkan dalam penelitian ini. Data dianalisis menggunakan uji kai kuadrat pada analisis bivariat dan uji regresi logistik ganda pada analisis multivariat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat variabel yang secara signifikan berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6—23 bulan, yaitu usia anak, jenis kelamin, partisipasi ibu dalam kelas ibu hamil, dan berat badan lahir. Anak dengan riwayat berat badan lahir rendah diketahui sebagai faktor dominan kejadian stunting pada anak usia 6—23 bulan dengan p-value 0,001 dan OR 3,560 (CI 95%: 1,777-7,132). Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian untuk masyarakat melakukan pencegahan dini kejadian stunting dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, memerhatikan kecukupan gizi sejak dini, menerapkan pola asuh yang sesuai, dan menggunakan akses sanitasi yang layak. Selain itu, instansi kesehatan diharapkan dapat mengoptimalkan dukungan kepada masyarakat melalui Komuikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Gizi yang berkaitan dengan stunting. Program-program pencegahan stunting yang sudah ada perlu dioptimalkan oleh instansi kesehatan guna memberikan manfaat yang maksimal dalam mencegah stunting di masyarakat. ......Stunting is a growth and development problem in children caused by malnutrition, reccurent infections, and lack of psychosocial stimulation. Stunting has negative consequences in both the short and long term, including increased incidence of disease, impaired development and poor learning skills, increased risk of non-communicable diseases, decreased ability to work, and intergenerational impacts. The incidence of stunting is associated with various factors, including inadequate intake, infectious diseases, food insecurity, inadequate caregiving practices, and inadequate environmental health and health services. According to the 2021 Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) report, it is known that Southeast Sulawesi Province is the fifth province with the highest prevalence of stunting in Indonesia and is classified under the category of very high public health problem. This study aims to analyze the factors associated with stunting incidence and identify the dominant factors among children aged 6-23 months in Southeast Sulawesi Province. This research was conducted using a cross-sectional design using secondary data from the 2021 SSGI. A total of 600 children aged 6-23 months subjects were involved in this study. Data were analyzed using chi-square test in bivariate analysis and multiple logistic regression in multivariate analysis. The results of the study show that there are four variables significantly associated with the occurrence of stunting in children aged 6-23 months, namely child age, gender, maternal participation in maternity classes, and low birth weight. Children with a history of low birth weight were identified as the dominant factor in the occurrence of stunting in children aged 6-23 months, with a p-value of 0,001 and an odds ratio (OR) of 3,560 (95% CI: 1,777-7,132). Based on the research, suggestions for the community to prevent stunting include utilizing healthcare facilities for early prevention, paying attention to early nutritional adequacy, implementing appropriate parenting practices, and using proper sanitation facilities. In addition, healthcare institutions are expected to optimize support to the community through Nutrition Communication, Information, and Education (KIE Gizi) related to stunting. Existing stunting prevention programs need to be optimized by healthcare institutions to provide maximum benefits in preventing stunting in the community.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melvin Junior Tanner
Abstrak :
Penelitian dengan menggunakan data sekunder ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen yang terdiri atas jenis kelamin, status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U), kebiasaan sarapan, aktivitas fisik, dan asupan gizi (energi, karbohidrat, protein, lemak) terhadap variabel dependen persen lemak tubuh (PLT) pada remaja. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan melibatkan 131 siswa-siswi SMAN 39 Jakarta Tahun 2019. Hasil menunjukkan 53,4% responden memiliki PLT berlebih dengan rata-rata PLT perempuan 28,59±5,02% yang tergolong berlebih dan rata-rata PLT laki-laki 20,8±5,94% tergolong tidak berlebih. Terdapat hubungan yang bermakna (p-value <0,05) pada jenis kelamin dan IMT/U dengan PLT pada remaja, sedangkan tidak terdapat hubungan yang bermakna (p-value >0,05) pada kebiasaan sarapan, aktivitas fisik, dan asupan gizi (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) dengan PLT pada remaja. IMT/U merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan PLT pada remaja. Peneliti menyarankan untuk mengupayakan IMT dan PLT berada di keadaan normal dengan dilakukan monitoring penimbangan berat badan dan tinggi badan secara rutin, mengadakan kegiatan olahraga satu kali dalam seminggu, mewajibkan siswa-siswi untuk mengikuti ekstrakulikuler olahraga, dan memberikan edukasi terkait pola makan dan olahraga sebagai pencegahan obesitas. Penelitian selanjutnya diperlukan untuk mengetahui pengaruh kualitas dan kuantitas asupan gizi makro terhadap persen lemak tubuh. ......This study using the secondary data aims to determine the relationship between the independent variables that included gender, body mass index for age (BMI-for-age), breakfast habits, physical activity, and nutritent intake (energy, carbohydrates, proteins, and fats) with the dependent variable that included body fat percentage (%BF) in adolescents. This is a cross-sectional study that conducted on 131 students of SMAN 39 Jakarta in 2019. The results showed that 53,4% respondents had excess %BF with the average on females 28,59±5,02% were classified excessive and males 20,8±5,94% were classified not excessive. There was a significant relationship (p-value <0,05) on gender and BMI-for-age with %BF in adolescents, while there was no significant relationship (p-value >0,05) on breakfast habits, physical activity, and nutrients intake (energy, carbohydrates, proteins, and fats) with %BF in adolescents. BMI-for-age is the dominant factor associated with %BF in adolescents. This study suggested that BMI and %BF to stay in normal range by monitoring the body weight and height regularly, conduct sports activities once a week, students should join sports extracurricular, and providing education related to diet and exercise as a prevention of obesity. Further studies are required to evaluate the effects of macronutrients’ quality and quantity on %BF.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>