Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arip Purwanto
Abstrak :
Penelitian ini membahas aspek-aspek keindahan geguritan karya Triman Laksana. Penelitian ini terdiri atas lima judul, yaitu Kaca Pengilon, Babahan Sanga, Laut,Kayon, dan Asbak yang diambil dari antologi Pesta Emas Sastra Jawa Daerah Istimewa Yogyakarta. Teori yang digunakan adalah kajian stilistika menurut Ali Imron Al-Ma’ruf yang meliputi lima aspek, yaitu gaya bunyi, gaya kata, gaya kalimat, bahasa figuratif dan citraan. Stilistika merupakan suatu ilmu yang digunakan untuk mengkaji suatu karya sastra dengan cara menganalisis bahasa yang digunakan. Pada akhirnya, dapat diketahui bahwa keindahan kebahasaan geguritan karya Triman Laksana muncul melalui pemilihan kata-kata yang khas.Hal ini terlihat dari penggunaan judul yang bermakna denotatif, akan tetapi makna geguritan yang mendalam muncul setelah dikaitkan dengan isi geguritan yang menggunakan kata-kata konotatif. ......Themes of this research discusses about the aesthetics aspects of Triman Laksana’s poetries. Five poetry which is choosen from antology Pesta Emas Sastra Jawa Daerah Istimewa Yogyakarta are analyzed by stylistic theory. The analysis is based on Ali Imron Al-Ma’ruf stylistic theory which analyze literature from five aspects. They are style of sounds, words, sentences, figurative language and imagery. Stylistic is a study that used for analyze literature. The aesthetics language of Triman Laksana’s poetries which appeared from the unique of the words was choosen. This is evident from the use of meaningful titles denotative, but meaning poetries appear after the content associated with the use connotative words.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47253
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Nur Setiawan
Abstrak :
Skripsi ini membahas konsep kecantikan wanita dalam panyandra berbahasa Jawa. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Sementara itu, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 7 buku teks berbahasa Jawa yang terbit pada tahun 1958 hingga 2011. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan makna metaforis panyandra yang membangun konsep kecantikan wanita Jawa. Teori yang digunakan untuk menganalisis data adalah teori metafora Lakoff dan Johnson (1980) dan teori komponensial Nida (1975). Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui analisis makna metaforis ditemukan 70 makna metaforis panyandra berbahasa Jawa yang terdiri atas 3 kategori dan 34 subkategori pembangun konsep kecantikan wanita Jawa. ...... This research discusses women’s beauty concepts of Javanese panyandra (proposition). Data that is used consisted of primary and secondary data which are taken from 7 Javanese language textbooks since 1958 until 2011, and analyzed based on descriptive qualitative research method by using theory of metaphor by Lakoff and Johnson (1980) and theory of componential meaning by Nida (1975). The aim is to discover the metaphorical meaning of the women’s beauty concepts of Javanese panyandra. As a result, there are 70 panyandra which can be found that form the concepts of women’s beauty, and those panyandra have 3 categories and 34 subcategories of metaphorical meaning that form the concept of women’s beauty of Javanese panyandra.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S55615
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Roro Alievia Widyaningrum
Abstrak :
Film merupakan media audio visual yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan melalui dialog antartokohnya. Film pendek berbahasa Jawa berjudul Ubag-ubeg digunakan sebagai sumber data penelitian ini dengan melihat tuturan antartokoh sebagai data. Tuturan tokoh Bu Marni kepada pekerjanya dalam film ini memunculkan permasalahan terkait kategori tuturan yang disampaikan karena adanya perbedaan status mereka. Oleh sebab itu, tujuan penelitian ini adalah menggambarkan tuturan Bu Marni yang memiliki makna direktif. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teori Tindak Tutur Searle (1979) yang dikembangkan dalam Rahyono (2012) dan Ibrahim (1993). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 12 tuturan direktif Bu Marni, tuturan commanding ‘memerintah’ merupakan tuturan dominan karena muncul sebanyak 8 kali, diikuti oleh requesting ‘meminta’ sebanyak 3 kali, dan ordering ‘memesan’ sebanyak 1 kali. Kesimpulan penelitian menunjukkan jika tuturan antara pemberi kerja dan pekerja sebagai penutur dewasa umumnya berbentuk memerintah dengan sifat Modus Imperatif yang menyatakan maksud secara langsung dan tidak berbelit-belit agar pekerja dapat segera memahami apa yang ingin disampaikan oleh si pemberi kerja. ......Film is an audio-visual media that can be used to convey messages through dialogue between characters. A short film in Javanese entitled Ubag-ubeg is used as a data source for this research by looking at the speeches between characters as data. The speech of Mrs. Marni's character to her workers in this film raises problems related to the category of speech delivered because of their different status. Therefore, the purpose of this study is to describe Bu Marni's inner speech which has a directive meaning. This study uses a qualitative descriptive method with Searle's (1979) speech-action theory which was developed in Rahyono (2012) and Ibrahim (1993). The results showed that of the 12 directive utterances of Mrs. Marni in the film, commanding 'to order' is the dominant directive speech act category, in addition to the category of requesting 'asking'. The conclusion of the study shows that the utterances between employers and workers are generally in the form of explicit performatives because of the 12 directive utterances, 8 utterances are commanding utterances 'to command', which express intent directly and without convoluted so that workers can immediately understand what the employer wants to convey.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Talia
Abstrak :
Rewang dalam masyarakat Jawa dikenal sebagai kegiatan bergotong-royong terutama ketika adanya hajatan. Upaya pelestarian rewang sebagai hasil budaya terlihat mulai dari adanya penelitian, hingga produksi film pendek. Namun, apakah makna rewang yang dikenal dalam masyarakat Jawa memiliki pengertian yang sama dari masa ke masa? Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan adanya perubahan makna pada kata rewang dalam masyarakat Jawa. Data dalam penelitian ini diperoleh dari Serat Centhini Jilid 1 (Pupuh 1-29) tahun 1922 oleh H. Buning, dua film pendek Jawa dengan tema rewang tahun 2021 dan 2022, dan wawancara kepada masyarakat pelaku rewang di Desa Sidomulyo, Jember-Jawa Timur pada tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teori semiotika Peirce yang dikembangkan oleh Hoed (1994), serta teori perubahan makna Chaer (2009) untuk menemukan adanya perubahan makna dalam kata rewang. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penyempitan makna kata rewang, dari tiga makna yang diasosiasikan dengan kata rewang dalam serat Centhini yaitu ‘pengiring’, ‘teman’, dan ‘perewang’, menjadi satu makna utama yaitu ‘perewang’, sebagaimana dikenal dalam masyarakat Jawa melalui film pendek dan wawancara. Penelitian ini menyimpulkan bahwa bahasa bersifat dinamis dan adanya perubahan makna kata seperti pada kata rewang, dapat terjadi karena perubahan faktor waktu, ekonomi dan perkembangan pikiran dalam masyarakat. ......Rewang in Javanese society is known as a mutual cooperation activity, especially when there is a celebration. Efforts to preserve rewang as a cultural product can be seen from the existence of research, to the production of short films. However, does the meaning of rewang known to the Javanese people from time to time have the same meaning? This study aims to show the changing meaning of rewang in Javanese society. The data in this study were obtained from Serat Centhini Volume 1 (Pupuh 1-29) in 1922 by H. Buning, two short Javanese films with the theme rewang in 2021 and 2022, as well as interviews with the rewang community in Sidomulyo Village, Jember-East Java in 2022. This study uses a qualitative descriptive method with Peirce's semiotic theory developed by Hoed (1994) and Chaer's (2009) meaning change theory to find changes in the meaning of the word rewang. The results of this study show the meaning of the rewang, of the three meanings associated with the word rewang in the Serat Centhini, namely 'accompaniment', 'friend', and 'perewang', one of the main meanings of which is 'perewang', as known by Javanese people through short films and interview. This study concludes that language is dynamic and changes in the meaning of words, such as the word rewang, can occur due to changing times, the economy and the development of thought in society.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Perkasa Mega Dwiguna
Abstrak :
Gugon tuhon merupakan kearifan lokal masyarakat Jawa yang umumnya berisi ajaran tentang apa yang sebaiknya dilakukan dalam masyarakat. Ajaran tersebut dipercaya apabila tidak dilakukan, maka dapat menimbulkan kesengsaran bagi pelakunya. Ajaran berupa pernyataan dan larangan yang menjadi sumber rujukan instrumen berasal dari gugon tuhon yang diambil dari sastra.org. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gugon tuhon yang paling dikenal anak dan pemahamannya berdasarkan perbedaan usia. Peserta penelitian ini adalah anak usia sekolah dasar yang terbagi dalam 3 kelas yaitu kelas 1, 3, dan 5 di Wates, Yogyakarta. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yen nengahimamah, nanedha aja cecaturan, mundhak keselak adalah gugon tuhon yang paling dikenal anak. Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa usia memengaruhi pemahaman anak terhadap gugon tuhon. Semakin tinggi usia anak, maka pemahaman anak akan aturan budayanya semakin baik. ...... Gugon tuhon is a Javanese local wisdom which generally teaches the rules or norms in society. It is believed that someone would get caught of suffering if he was doing some thing wrong. Statements and prohibitions are forms of gugon tuhon which taken from sastra.org. The purpose of this study is to identify themost gugon tuhon that children know about and to identify their understanding of gugon tuhon by their age. The participants of this study are school age children who live in Wates, Yogyakarta, grouped into Grade 1, 3, and 5 of elementary school. We conduct a survey on the use of gugon tuhon by using questionnaires. Itis found that yen nengahi mamah, nanedha aja cecaturan, mundhak keselak is themost gugon tuhon that known by the childrens. The other result is the higher ageof the childrens, the more understanding childrens to the rules of their culture.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S68879
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pippo Virgiawan Welly
Abstrak :
Pawukon merupakan salah satu sistem perhitungan waktu dalam budaya Jawa yang mendapat pengaruh dari kalender Saka pada masa era Hindu yang lebih dulu ada di Pulau Jawa (Tanojo, 1959: 5). Pawukon tidak terlepas dari cerita Raden Watugunung dari kerajaan Giling Wesi beserta 2 istrinya yaitu Dewi Sinta dan Dewi Landep serta 27 anak-anak mereka (Olthof, 1941: 6). Penelitian ini berfokus pada ikon 3 tokoh utama yang umum ditemukan dalam buku tentang pawukon yaitu Dewi Sinta, Dewi Landep, dan Raden Watugunung. Tujuan penelitian ini adalah melihat makna ikon yang dimunculkan dari 3 ikon tokoh utama tersebut dari buku Pawukon Pasemon Dalah Pardikane (Tanojo, 1967) dan Pawukon 3000 (Hermanu, 2013) dan menjelaskan mengapa ikon tersebut digunakan dalam wuku-wuku tersebut. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka dan dianalisis menggunakan Teori Segitiga Semiotik dari Peirce (1940) untuk mendapatkan makna ikon, dan teori Cassirer (1987) untuk melihat penggunaan ikon dalam wuku Sinta, Landep dan Watugunung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna ikon dalam pawukon Jawa merupakan hasil pemikiran leluhur Jawa yang berasal dari nilai nilai filosofi pada alam yang bertujuan untuk mengetahui perangai karakteristik kepribadian seseorang. Kemudian, pemunculan ikon dalam pawukon Jawa tidak lepas dari hubungan manusia (mikrokosmos) dengan alam (makrokosmos) untuk mencapai keseimbangan hidup karena menurut Cassirer (1987) ikon muncul sebagai hasil pengamatan manusia (empirik) dan memiliki fungsi dalam hidup manusia.
Pawukon is a time calculation system in Javanese culture that was influenced by the Saka calendar during the Hindu era which first existed in Java (Tanojo, 1959: 5). Pawukon is inseparable from the story of Raden Watugunung from the kingdom of Giling Wesi and his 2 wives, namely Dewi Sinta and Dewi Landep and their 27 children (Olthof, 1941: 6). This research focuses on the icons of 3 main characters that are commonly found in books about pawukon, namely Dewi Sinta, Dewi Landep, and Raden Watugunung. The purpose of this research is to look at the meaning of the icons that appear from the 3 main character icons from the book Pawukon Pasemon Dalah Pardikane (Tanojo, 1967) and Pawukon 3000 (Hermanu, 2013) and explain why these icons are used in these wuku. The research was conducted using qualitative methods with a literature study approach and analyzed using Peirce's (1940) Semiotic Triangle Theory to obtain icon meanings, and Cassirer's (1987) theory to see the use of icon symbols in wuku Sinta, Landep and Watugunung. The results show that the meaning of icons in Javanese pawukon is the result of Javanese ancestral thought that comes from philosophical values in nature which aims to determine the character traits of a person's personality. Then, the appearance of symbols in Javanese pawukon cannot be separated from the relationship between humans (microcosm) and nature (macrocosm) to achieve a balance of life because according to Cassirer (1987) icons appear as the result of human observation (empirically) and have a function in human life.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melinda Sariningsih
Abstrak :
ABSTRAK
Korupsi merupakan masalah yang serius di Negara Indonesia. Kasus korupsi di Indonesia sering terjadi di berbagai instansi, termasuk instansi pemerintahan. Salah satu penyebab korupsi yaitu tentang adanya pergeseran moral masyarakat Indonesia yang lebih cenderung mementingkan materi. Oleh karena itu, pentingnya ajaran moral tentang konsep antikorupsi harus digancangkan sebagai upaya pencegahan. Pembangungan moral generasi penerus bangsa yang antikorupsi dapat dicegah sejak dini. Salah satu bentuk pencegahan yaitu dengan adanya ajaran moral melalui pendekatan budaya. Budaya Jawa pada khususnya, memiliki unen-unen yang ada dalam perkembangan kebudayaan. Sumber data dalam penelitian ini berupa unen-unen dari buku Pitutur Luhur Budaya Jawa. Berdasarkan sumber data tersebut dipaparkan tentang konsep antikorupsi dengan dibantu oleh teori Lakoff dan Johnson dalam Rahyono (2015) tentang makna metafora, serta Kohlberg tentang tahapan moral.
ABSTRACT
Corruption is a serious problem in Indonesia. Corruption cases in Indonesia often occur in various agencies, including government agencies. One of the causes of corruption is that there is a shift in the morale of Indonesian people who are more likely to attach material importance. Therefore, the importance of moral teachings on the concept of anti-corruption must be established as a preventative measure. The moral development of the anti-corruption generation of the nation's future can be prevented from an early age. One form of prevention is the existence of moral teachings through a cultural approach. In particular, Javanese culture has a presence in cultural development. The source of the data in this study is in the form of a book from the Pitutur Luhur Budaya Jawa book. Based on the data sources, it was explained about the concept of anti-corruption assisted by Lakoff and Johnson theory in Rahyono (2015) about the meaning of metaphor, and Kohlberg about moral stages.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Bogar Santos
Abstrak :
ABSTRAK Semboyan adalah kalimat pendek yang dipakai sebagai pegangan hidup. Selain itu, semboyan juga dipakai sebagai dasar, intisari, slogan dan motto dari suatu usaha bersama yang dapat membangkitkan semangat dan menjadi ciri khas dari pemilik semboyan yang bersangkutan. Selain Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi semboyan bangsa Indonesia, tiap wilayah di Indonesia memiliki semboyannya masing masing. Pada tiap wilayah, semboyan memakai bahasa daerahnya masing masing. Salah satunya adalah wilayah di Provinsi Jawa Timur. Masyarakat di Provinsi Jawa Timur memakai bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari. Beberapa kosakata bahasa Jawa mengadopsi bahasa Sanskerta dan Kawi. Hal ini memicu interpretasi dalam memaknai semboyan. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pemaknaan pada semboyan berbahasa Sanskerta dan Kawi di Provinsi Jawa Timur. Ada enam semboyan yang menggunakan bahasa Sanskerta dan Kawi, selanjutnya akan dilakukan analisis dibantu dengan teori segitiga makna Ogden dan Richards (1952) dan sumber referensi kamus Baoesastra Djawa (W.J.S Poerwadarminta, 1939), Kamus Lengkap Jawa-Indonesia (Sutrisno Sastro Utomo, 2007), Kamus Sanskerta Indonesia (Purwadi dan Eko Priyo Purnomo, 2008), Kamus Sanskerta Indonesia (Y. Agustirto Suroyudo, 2008), Kamus Kawi-Indonesia (Y.B Suparlan, 1988), dan Kamus Kawi Indonesia (Wojowasito, 1989) akan digunakan untuk mencari makna tiap kata pada teks semboyan.
ABSTRACT Slogan is a short sentence that is used to handle life. In addition, the semboyan is also used as the basis, essence, slogan and motto of a joint venture that can arouse enthusiasm and become the hallmark of the owner of the slogan in question. Besides Bhinneka Tunggal Ika, which is the motto of the Indonesian people, each region in Indonesia has its own motto. In each region, the slogan uses the language of each region. One of them is an area in East Java Province. Communities in East Java Province use Javanese in everyday conversation. Some Javanese vocabulary adopted Sanskrit and Kawi. This triggers interpretation in interpreting the slogan. Therefore, this study aims to explain the meaning of the Sanskrit and Kawi slogans in East Java Province. There are six slogans that use Sanskrit and Kawi languages, further analysis will be carried out assisted by the triangular theory of the meaning of Ogden and Richards (1952) and the reference source of Djesastra Djawa dictionary (WJS Poerwadarminta, 1939), Complete Dictionary of Java-Indonesia (Sutrisno Sastro Utomo, 2007) , Indonesian Sanskrit Dictionary (Purwadi and Eko Priyo Purnomo, 2008), Indonesian Sanskrit Dictionary (Y. Agustirto Suroyudo, 2008), Kawi Indonesian Dictionary (YB Suparlan, 1988), and Kawi Indonesian Dictionary (Wojowasito, 1989) to be used for look for the meaning of each word in the text of the watchword.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febri Hermawan
Abstrak :
Skripsi ini membahas kata-kata pinjaman bidang olahraga dalam bahasa Jawa. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari artikel-artikel dalam majalah Panjebar Semangat edisi tahun 2003-2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis peminjaman beserta proses pembentukan katanya dan motivasi peminjaman. Penelitian ini menggunakan teori pembentukan kata, teori jenis peminjaman, dan teori motivasi peminjaman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis peminjamannya sebagian besar utuh atau sama persis dengan bahasa asal, sedangkan motivasi peminjamannya cenderung berkaitan dengan gejala pungutan karena adanya motif kebutuhan untuk memenuhi. ......The focus of this study is loan-words of sports in Javanese language. The data which is used in this study comes from the articles in Panjebar Semangat magazine, particularly editions of 2003-2012. This study aims to determine types of borrowing along with their word formation processes and motivations of borrowing. This study uses the theories of word formations, types of borrowing, and motivations of borrowing. The descriptive method that is used in this research leads to the results where the types of borrowing and their formation processes are largely same as the languages of origin, and the motivations of borrowing are tended to be related with the need-filling motives.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S53617
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Dwija Mumpuni
Abstrak :
Skripsi ini membahas deiksis persona yang muncul dalam teks dialog Babad Kartasura Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan deiksis persona yang muncul dalam teks dan menemukan parameter sosial pemunculan pronomina tersebut Penelitian ini menggunakan metode deksriptif analitis Analisis masalah menggunakan teori deiksis dari Rahyono 2011 serta teori dari Verhaar 1990 dan Sudaryanto 1991 mengenai morfem bebas dan morfem terikat Secara lebih lanjut penelitian ini juga menggunakan teori parameter sosial dalam analisisnya Hasil penelitian yang didapat adalah ditemukannya 16 bentuk pronomina morfem bebas dan 34 pronomina morfem terikat yang mencakup pronominal persona pertama kedua dan ketiga sedangkan hasil parameter sosial penutur merupakan pusat orientasi yang menentukan tinggi rendahnya parameter sosial ...... This thesis focused on pronoun deixis in Babad Kartasura rsquo s text dialog The aim of this research is to find out pronoun deixis on the text and the impact of social parameter to deixis This study uses descriptive analysis method Pronoun deixis theory and social parameter theory are adopted from Rahyono 2011 free morpheme theory by Verhaar 1990 and bound morpheme theory by Sudaryanto 1991 Moreover this research also uses social parameter theory by Rahyono 2011 As a result 16 free morphemes and 34 bound morphemes are found which covered all pronouns area including first person second person and third person while based on social parameter speaker is the core of a conversation in determining the parameter scale
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S54626
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>